Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di. ikut serta mengolah informasi guna berpartisipasi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

PERKEBUNAN RAKYAT SEBAGAI LOKOMOTIF PENGENTASAN KEMISKINAN DI PEDESAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rajabasa dan merupakan desa pesisir pantai, secara geografis Desa Hargo

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

PENDAHULUAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

Lingkup hunbungan kemitraan meliputi :

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENILAIAN (EVALUATING) PADA PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR: 18 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN

Sebagai bagian dari pembangunan nasionai, pembangunan subsektor. perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKELAPASAWITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN tentang desa, desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di pedesaan. Pada umumnya mereka lambat dalam memahami dan ikut serta mengolah informasi guna berpartisipasi dalam pembangunan. Tingkat perolehan pendidikan yang relatif rendah serta pengaruh tradisi (adat istiadat) seringkali mempersulit upaya pemerintah menjamah mereka demi peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan tersebut. Namun disadari pula bahwa potensi masyarakat pedesaan yang pada umumnya hidup dari mengolah lahan pertanian atau perkebunan, perlu lebih diaktualkan untuk mensejahterakan kehidupan warga terbanyak dari bangsa Indonesia ini. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan tidak hanya meliputi kemampuan baca, tulis dan berhitung, namun sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari mereka hendaknya memiliki keterampilan praktis dalam mengelola lahan, sampai pada upaya meningkatkan komoditi pertanian/perkebunan dalam rangka menunjang kemajuan dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang Kedua. Pembangunan mencakup pengembangan kapasitas sumber daya manusia untuk menentukan masa depan manusia, baik

sebagai pribadi, sebagai masyarakat maupun^sebagai bang sa. Dalam PJP II dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat pedesaan perlu terus ditingkatkan terutama melalui pengembangan sumber daya manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat pedesaan untuk berproduksi serta mengolah dan memasarkan hasil produksinya. Hal ini sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian masyarakat pedesaan makin mampu mengerahkan dan memanfaatkan sumber daya alam serta potensi personal maupun komunitas yang ada guna meningkatkan taraf hidup mereka secara kese luruhan. Tujuan utama yang ingin dicapai dari pembangunan yang berwawasan komunitas adalah peningkatan aktualisasi potensi-potensi kemanusiaan yang optimal. Untuk dapat tercapainya upaya tersebut, dibutuhkan bukan.hanya sumber daya manusia dan sumber daya alam saja, tetapi dibutuhkan pula keikutsertaan masyarakat sebagai basis dalam menanggulangi masalah yang dihadapi bersama, masyarakat yang terdidik dan terlatih untuk mengatasi masalah secara bersama-sama dan keaktifan lembaga dalam mengoptimalkan sarana dan prasarana demi kepentingan masyarakat setempat. Pendidikan sebagai subsistem pembangunan merupakan salah satu upaya mengentaskan kemiskinan yang dialami

masyarakat desa. Pendidikan dan pengentasan kemiskinan tidak lagi dapat dipisahkan. Hal ini dikemukakan oleh Astrid Susanto (1984:114) sebagai berikut: "Pemikiran pokok untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan melalui pendidikan ialah karena asumsi bahwa melalui pendidikan bagi masyarakat miskin terbukalah kesempatan baru memberi penghasilan yang lebih tinggi". Menurut Undang-Undang RI No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 1; "Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah". Pendidikan sekolah tidak berhasil secara langsung meningkatkan status penduduk miskin, maka Pendidikan Luar Sekolah dipandang sebagai upaya alternatif untuk memberikan kesempatan peningkatan status kehidupan bagi mereka (W. P. Napitupulu, 1979). Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan luar sekolah memiliki peran yang lebih luas di dalam pendidikan bangsa. Makna yang terkandung dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan bahwa pendidikan luar sekolah mempunyai fungsi utama untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan masyarakat, lembaga dan keluarga.

Salah satu asas yang mendasari perkembangan pen didikan luar sekolah adalah asas relevansi dengan pengembangan masyarakat. Asas ini berkaitan dengan program-program pendidikan luar sekolah yang mempunyai kaitan erat dengan kepentingan dan laju pembangunan masyarakat dalam rangka pembangunan bangsa. Kaitan erat ini mengandung arti bahwa pendidikan luar sekolah merupakan pendekatan dasar dalam pengembangan masyarakat sekaligus sebagai bagian penting dari program pembangun an masyarakat (Sudjana, 1989: 3). Pendidikan luar sekolah dapat berperan dalam pengembangan masyarakat dalam hal: 1) Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya mereka untuk membebaskan diri dari kebodohan, imbalan yang rendah, dan adanya ketidakadilan dalam masyarakat. 2) Membantu masyarakat untuk hidup berorganisasi sehingga mereka dapat mempelajari keadaan kehidupannya ser ta menjajagi berbagai kesempatan di sekelilingnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup mereka. 3) Bekerja sama dengan organisasi masyarakat dalam mengidentifikasikan prasarana sosial, politik, dan lingkungan masyarakat agar mereka dapat memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi (Sudjana, 1989:128-129).

Berdasar uraian di atas maka upaya pengembangan masyarakat ini lebih merupakan suatu proses pemberdaya an. Proses tersebut merupakan suatu gerakan berupa usaha yang dilakukan secara sadar, sistematis, dan terarah, yang diselenggarakan oleh, untuk, dan dalam masyarakat. Hal ini bertujuan mengubah taraf kehidupan mereka sendiri ke arah yang lebih baik. Upaya mengubah taraf hidup masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam tindakan misalnya tindakan ekonomis dengan cara memberi bantuan berupa modal, pinjaman dengan bunga rendah, pinjaman tanpa bunga atau seperti yang dilakukan pemerintah dengan Bantuan Presiden (Banpres). Namun bantuan berupa modal tersebut tidak akan secara langsung meningkatkan taraf hidup masyarakat". Kemampuan masyarakat untuk mengolah modal tersebut menjadi hal penting yang akan menentukan pemanfaatan dan pengembangan modal tersebut sehingga bantuan tersebut benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Tampaklah bahwa selain bantuan modal yang diberikan pada masyarakat, maka perlu pula diberikan kemampuan atau keterampilan mengelola bantuan tersebut. Tugas memampukan dan menjadikan mereka terampil dalam mengelola bantun modal agar mereka akhirnya mampu berswadaya dalam memperbaiki taraf hidup mereka merupakan kepdulian pendidikan luar sekolah.

Salah satu bentuk bantuan yang diberikan pada masyarakat pedesaan, guna meningkatkan taraf hidup mereka, adalah sejumlah lahan di sekitar perkebunan kelapa milik PTP. Lahan pekarangan tersebut boleh mereka miliki melalui pembayaran kredit berdasarkan hasil yang mereka peroleh dari pengelolaan lahan tersebut. Di lahan tersebut mereka harus menanam kelapa sawit atau hibrida sesuai dengan cara-cara yang sudah dilakukan oleh PTP di lahan perkebunan inti. Agar masyarakat yang berminat memanfaatkan bantuan ini mampu mengelola lahan sesuai dengan cara-cara yang baik dan benar, maka pada mereka dilakukan pembinaan oleh PTP. Proses pembinaan masyarakat pedesaan inilah yang menjadi kepedulian pendidikan luar sekolah. Pemberian bantuan dengan dana Bank Dunia serta pembinaan masyarakat pedesaan menjadi petani yang mampu meningkatkan taraf hidupnya melalui pengelolaan lahan perkebunan kelapa dikenal dengan Program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan atau (PIR-BUN) kelapa. Dalam penelitian ini akan diamati kegiatan pembinaan masyarakat yang menjadi petani PIR-BUN sebagai suatu kancah pendidikan luar sekolah dalam rangka memberdayakan masyarakat pedesaan. Selain kegiatan pembinaan tersebut juga akan ditelaah mengenai potensipotensi apa yang sebenarnya mereka miliki, selain

keadaan diri mereka sendiri, juga keadaan di sekeliling mereka yang sebenarnya tanpa mereka sadari menghambat proses pemberdayaan itu sendiri Kelapa sawit termasuk sedikit produk perkebunan Indonesia yang ditanam dalam perkebunan besar. Dalam waktu 10 tahun produksi kelapa sawit berhasil dinaikkan dari 182 ton menjadi 434.000 ton. Pertumbuhan tahunannya di atas 13%. Kenaikan produksi yang sangat besar ini bukan dicapai melalui perluasan areal, melainkan melalui peningkatan hasil per hektar (Ulrich Planck, 1993:101). Dengan demikian maka kualitas sumber daya manusia berperan amat besar. Pengembangan masyarakat petani melalui program PIR-BUN ini termasuk dalam upaya penyadaran peran mereka sebagai aktor utama dalam proses pembangunan perkebunan yang juga akan meningkatkan kesejahteraan mereka selanjutnya. Selain peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani juga perlu diperhatikan pembentukan atau bahkan mengubah sikap mereka serta menumbuhkan dan meningkatkan motivasi mereka sebagai petani yang tidak hanya bersifat subsisten, tetapi menjadi lebih mandiri. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai kebutuhan yang mendasari keikutsertaan petani dalam program PIR-BUN atau dengan kata lain, motivasi petani peserta PIR-BUN dalam keterlibatan mereka sebagai petani

8 peserta PIR-BUN, apa saja yang mereka pelajari dan mereka serap (adopsi), baik pengetahuan, keterampilan atau nilai-nilai tertentu selama mengikuti program PIR- BUN ini. Bagaimana proses pembinaan yang dilakukan terhadap masyarakat petani ini dan pada akhirnya sejauh mana dampak atau pengaruh yang ada pada petani peserta maupun masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap aparat pemerintah daerah di Kabupaten Tingkat II Lebak, setelah berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tampak bahwa masyarakat petani PIR-BUN tidak dapat memenuhi target pendapatan yang telah ditetapkan oleh program PIR-BUN sendiri. Artinya kesejahteraan masyarakat yang diharap kan dapat meningkat melalui program PIR-BUN, ternyata belum tercapai sampai saat penelitian ini dilakukan (setelah lebih kurang 10 tahun PIR berjalan). Berbagai upaya pembinaan dan bantuan telah dilakukan dari pihak pemerintah daerah, namun kurang ada tanggapan positif dari para petani. B. Peruxmisan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah yang menjadi fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimana pendidikan luar sekolah dapat memberdayakan petani peserta program PIR-BUN".

Secara lebih rinci maka rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan (pokok) penelitian yang akan menjadi batasan masalah sebagai berikut: - Apa motivasi dan kebutuhan petani (input) untuk menjadi petani peserta PIR-BUN. - Apa saja hasil belajar yang diperoleh petani dari pembinaan yang dilakukan PTP dalam rangka keterlibatan mereka sebagai petani PIR-BUN (output) - Bagaimana pembinaan serta proses belajar yang dialami oleh para petani selama mengikuti program PIR-BUN (proses) - Apa pengaruh atau dampak yang ada pada para petani PIR-BUN setelah mengalami pembinaan dari PTP (impact/outcome) Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas akan mencerminkan proses pengembangan masyarakat sebagai suatu sistem pendidikan luar sekolah yang melibatkan unsur-unsur sistem pada umumnya yaitu masukan mentah, proses, masukan lingkungan, masukan sarana, dan keluaran beserta dampaknya. C. Definisi Operational Untuk memperjelas dan membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi. operasional dari beberapa istilah pokok yang secara

10 khusus diartikan dalam kaitannya dengan penelitian ini, yaitu: 1. Pendidikan luar sekolah; adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pihak PTP melalui para penyuluh dan kelompok bina taninya, sebagai sumber belajar, terhadap petani peserta PIR-BUN, sebagai warga belajar. Kegiatan pembinaan ini dilakukan dalam rangka memberdayakan para petani dan tidak hanya menyangkut peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah tanaman kelapa saja, tetapi lebih pada motivasi serta sikap mereka dalam meningkatkan taraf hidup melalui sarana PIR-BUN. 2. Motivasi petani; yaitu hal-hal yang terdapat pada diri petani yang membuat mereka tergerak untuk melibatkan diri dalam program PIR-BUN tersebut. Halhal tersebut dapat berupa kebutuhan, harapan atau keinginan-keinginan yang bersifat psikologis, maupun bersifat materi. Yang dimaksud dengan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan untuk diakui pada status tertentu. Sedangkan kebutuhan materi lebih ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka meningkatkan taraf hidup mereka. 3. Hasil belajar; merupakan perolehan petani setelah mengikuti program PIR-BUN. Perolehan ini terlihat

11 dari adanya perubahan dalam hal sikap,' tingkah laku dan motivasi. Sikap dan tingkah laku ini tercermin baik dalam hal pengetahuan mengenai penanaman, pemeliharaan, panen sampai pengolahan hasil panen dan pemasaran. Pengetahuan ini tentu disertai keterlibatan rasa (afek) senang atau tidak senang dan juga keterampilan (psikomotor) yang terlihat dari cara mereka memelihara dan mengolah kebunnya. Sedangkan motivasi terlihat dari tergeraknya mereka untuk tetap menjadi petani peserta PIR-BUN. Motivasi ini dapat bersifat instrisik, tetapi dapat pula faktor luar diri petani yang menggerakkannya. 4. Proses belajar; interaksi antara petani, yang dalam penelitian ini di lihat sebagai warga belajar dengan aparat (dari pihak PTP maupun aparat pemerintah daerah setempat) sebagai sumber belajar, dalam pembi naan yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan PIR-BUN. Interaksi ini merupakan upaya pembinaan dan penyuluhan mulai sejak saat penanaman, pemeliharaan sebelum konversi, pemeliharaan setelah konversi, pada saat panen dan pengelolaan pasca panen. 5. Dampak; hasil atupun pengaruh lain di luar tujuan utama sebagai petani PIR-BUN. Hasil ataupun pengaruh ini dapat dirasakan oleh petani maupun masyarakat

12 setempat (yang tidak ada kaitan langsung dengan kegiatannya sebagai petani PIR-BUN) baik sikap, tingkah laku ataupun keadaan fisik daerah sebelum PIR-BUN ada. Hasil dan pengaruh ini dapat saja positif, artinya menguntungkan, atau sebaliknya merugikan baik petani peserta maupun lingkungan daerah tersebut. D. Kerangka Pemilciran Pendidikan luar sekolah memiliki kepedulian terhadap masyarakat yang tidak memiliki kesempatan mengkuti pendidikan formal yang memadai untuk memenuhi tuntutan hidup yang terus meningkat. Upaya pendidikan luar sekolah dalam rangka memberdayakan masyarakat dapat berdiri sendiri, artinya memiliki aturan dan organisasi sendiri, tetapi dapat pula terkait dengan lembaga lain yang sudah ada. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengkaji keterkaitan antara unsur-unsur dalam pendidikan luar sekolah dengan kegiatan yang dilakukan oleh pihak PTP terhadap petani peserta PIR-BUN. Menurut titik pandang pendidikan luar sekolah, pihak PTP dengan para penyuluhnya dilihat sebagai sumber belajar sedangkan petani peserta PIR-BUN adalah warga belajar. Melalui kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak PTP, petani

13 dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka dalam mengolah tanaman kelapa sawit ataupun hibrida. Proses pembinaan ini tentu saja akan menambah pula wawasan petani sebagai warga masyarakat. Unsur-unsur dalam pendidikan luar sekolah sama dengan unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan sekolah, perbedaannya terletak terutama pada kegiatan program pendidikan yang langsung dintegrasikan ke dalam gerakan pembangunan masyarakat, dengan adanya dua unsur tambahan yaitu masukan lain (other input) dan pengaruh (impact) (Sudjana, 1991; 31). Bila dilihat menurut bagan sistem yang umum, maka masukan lain tersebut dapat terdiri dari unsur-unsur masukan sarana atau instrumental input dan masukan lingkungan atau environmental input. Sedangkan impact dapat dilihat sebagai keluaran (outcome) yang telah diartikan dalam konteks yang lebih khusus dan lebih nyata. Dalam penelitian ini ingin dilihat keterkaitan antara unsurunsur masukan mentah, masukan lingkungan, masukan sarana, proses, keluaran serta pengaruh atau impact dalam upaya pemberdayaan petani melalui sarana kegiatan PIR-BUN, menurut sudut pandang pendidikan luar sekolah. Bagan 1.1. dibuat dengan maksud menggambarkan keterkaitan antara unsur-unsur dalam penelitian ini

14 MASUKAN SARANA - PTP dan Pabrik Kebun Plasma Transportasl Dana/Modal!' MASUKAN MENTAH PROSES KELUARAN Petani PIR-BUN Pengetahuan Mottvasi Kebutuhan Sikap Pengetahuan Keterampilan Wawasan Pembinaan Petani Oleh pihak PTP KeterampNan Sikap Wawasan Motivasi Lanjutan IMPACT/OUTCOME Taraf Hidup Partisipasi Masyarakat Pengembangan Ling kungan dan Masyarakat Pembelajaran pada Orang Lain MASUKANLJNGKUNGAN * Geografl Kab. DT.H Lebak Kondlsl Sosial- Ekonomi Budaya Pemerintah Daerah Gapoktan Bagan 1.1. Unsur dalam Sistem Pengembangan Masyarakat pada Kegiatan PIR-BUN Berdasarkan Bagan 1.1., kegiatan pendidikan luar sekolah yang diintegrasikan ke dalam gerakan pembangunan masyarakat petani yang terlibat dalam PIR-BUN dapat dilihat sebagai berikut; Warga belajar yang merupakan masukan mentah adalah para petani perserta PIR-BUN. Dalam penelitian ini akan ditelaah mengenai kebutuhan yang mendasari keikutsertaan mereka sebagai peserta PIR- BUN, motivasi, serta latar belakang pendidikan para petani tersebut.

15 Masukan Lingkungan terdiri dari geografi Kabupetan DT II Lebak, baik letak geografis yang mempengaruhi iklim, keadaan alam, serta lokasi antar daerah yang mencakup keadaan sosial ekonomi serta budaya yang akan mempengaruhi proses pembinaan para warga belajar (petani PIR-BUN). Selain itu yang juga dikelompokkan dalam masukan lingkungan adalah bantuan yang diberikan oleh aparat pemerintah daerah setempat. Masukan sarana terdiri atas program PIR-BUN sendiri yang merupakan sarana dalam upaya pemberdayaan masyarakat petani, kemudian adanya pabrik pengolahan hasil usaha petani, pihak PTP yang memberikan pembinaan, kebun plasma, kelapa sawit dan hibrida, tempat para petani berupaya, sarana transportasi baik dari sarana jalan maupun kendaraan yang digunakan untuk angkutan, dana dan pemasaran hasil produksi para petani tersebut. Dalam proses, dimaksudkan kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak PTP terhadap petani PIR-BUN untuk meningkatkan kemampuan mereka. Kegiatan ini berupa interaksi belajar membelajarkan antara pihak PTP sebagai sumber belajar dengan warga belajar yaitu para petani PIR-BUN. Dalam interaksi ini peran sumber belajar lebih diutamakan untuk membantu warga belajar agar mereka

16 aktif memampukan diri mereka sendiri, jadi bukan pada peranan mengajar. Keluaran atau output adalah kuantitas serta kualitas perubahan yang terjadi pada warga belajar yang diperoleh melalui proses kegiatan belajar membelajarkan. Perubahan ini mencakup ranah kognisi, afektif serta psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan (Sudjana, 1991; 34). Dalam penelitian ini, perubahan hasil proses belajar membelajarkan tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan serta motivasi yang berkaitan dengan upaya mereka meningkatkan taraf hidup melalui sarana kegiatan program PIR-BUN. Yang terakhir adalah impact atau outcome yang terdiri dari perubahan taraf hidup para petani setelah adanya program PIR-BUN, adakah partisipasi masyarakat yang tidak menjadi petani PIR-BUN, bagaimana dengan pengembangan lingkungan dan masyarakat sekitar lokasi kebun plasma, serta sejauhraanakah terjadi pembelajaran pada orang lain yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh para petani PIR-BUN. E. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah menggambarkan unsur-unsur pendidikan luar sekolah dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PTP dalam rangka

17 program PIR-BUN, khususnya yang menyangkut upaya pembinaan yang dilakukan pihak PTP, sebagai sumber belajar, terhadap petani PIR-BUN, sebagai warga belajar. Tujuan penelitian lebih diarahkan untuk membuat suatu program intervensi guna memberdayakan petani PIR- BUN meningkatkan taraf hidupnya. Untuk itu perlu ditelaah faktor-faktor penunjang (potensi) dan faktor penghambat (kendala) yang ada. F. Kegunaan Penelitian Kegunaan teoritis dari penelitian ini antara lain adalah untuk memperkarya sistem pendidikan luar sekolah, khususnya dalam segi pembinaan dengan memasukkan unsur evaluasi. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan pendidikan luar sekolah bagi penyelenggaraan pembinaan para petani PIR-BUN. Dengan adanya penelitian ini petani, aparat desa, serta lembaga-lembaga formal maupun non-formal yang terkait, tergugah untuk lebih melibatkan diri dalam pengembangan masyarakat melalui refleksi serta mendeskripsikan permasalahan yang terungkap selama penelitian. Selain itu, dengan gambaran kondisi petani PIR-BUN dan lingkungannya akan dapat diajukan alternatif intervensi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

18 masyarakat petani setempat, baik sebagai upaya pemecahan masalah yang ada, maupun bagi peningkatan taraf kehidupan petani dan masyarakat setempat, dalam rangka pengembangan masyarakat. 6. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan menggambarkan dinamika kegiatan pembinaan petani PIR-BUN serta masyarakat yang terlibat dalam program PIR-BUN. Dalam menelaah kegiatan ini banyak unsur-unsur yang sulit untuk dikuantifikasikan dan untuk dapat menggambarkan dinamika kegiatan pembinaan tersebut diperlukan pendalaman pemaknaan ber dasarkan gambaran kasus setempat. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. H. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi perkebunan kelapa sawit dan hibrida yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak. Komoditas kelapa sawit dikembangkan PIR-BUN V berlokasi di wilayah Lebak Selatan dengan pusat Kertaraharja yang meliputi Kecamatan Malingping dan Kecamatan Panggarangan. Luas areal kebun kelapa

19 sawit 3.258 Ha yang meliputi 22 desa dengan 2.360 kepala keluarga. Sedangkan komoditas kelapa hibrida dikembangkan PIR-BUN V terdapat di wilayah Lebak Utara dengan pusat di Bantarjaya, meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Sajira, Kecamatan Cimaraga dan Kecamatan Maja. Luas areal kelapa hibrida adalah.2.541,5 Ha meliputi 21 desa dengan 1.719 kepala keluarga. I. Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah individu yang terlibat baik terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan program PIR-BUN Kelapa Sawit dan Hibrida di Kabupaten Daerah Tigkat II Lebak,. yaitu Petani peserta PIR-BUN, masyarakat yang tinggal di wilayah perkebunan dan juga aparat dari lembaga formal dan non formal. Perkebunan kelapa sawit terletak di site Kertaraharja sedangkan perkebunan kelapa hibrida di site Bantarjaya.