23 3 METODE NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di bulan Maret hingga bulan April tahun 2011. Penelitian ini meliputi: pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus dibuat dengan hanging ratio 0,45, 0,57, dan 0,65 masing-masing sebanyak 2 lembar. Adapun pengambilan data di lapang berupa uji coba penangkapan ikan dilakukan selama 15 hari dimulai dari tanggal 7 April sampai dengan 21 April tahun 2011. Lokasi pengambilan data adalah di perairan Cisolok, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat (Lampiran 1). Lokasi penelitian tersebut diambil sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu dari kelima perairan di Indonesia yang menjadi wilayah sebaran ikan layang (Decapterus kurroides). 3.2 Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Perahu dengan panjang (L), lebar (B) dan dalam (D) berturut-turut 11,8 m, 1 m dan 1 m; 2) Penggaris dengan panjang 60 cm dengan tingkat ketelitian 1mm; 3) Measuring board yang terbuat dari bahan steroform untuk mengukur panjang cagak ikan (Fork Length); 4) GPS (Global Positioning Sistem) untuk menentukan posisi penangkapan; 5) Alat tulis untuk mencatat hasil tangkapan; 6) Kamera dengan merk canon untuk mendokumentasikan seluruh hasil dan kegiatan penelitian; 7) Coban. Gambar alat-alat yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 2.
24 3.3 Metode Pengembalian Data 3.3.1 Jaring rampus yang digunakan Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan jaring rampus yang memilikiki tiga ukuran hanging ratio yang berbeda. Ketiga ukuran hanging ratio tersebut adalah 0,45, 0,57 dan 0,65. Masing-masing jaring rampus dengan hanging ratio berbeda tersebut sebanyak 2 piece. Jaring rampus tersebut dioperasikan secara langsung di perairan Cisolok dengan menggunakan perahu nelayan untuk memperoleh data yang diinginkan. Jaring rampus yang digunakan untuk pengambilan data memiliki panjang tali pelampung (float line) 65 meter dan panjang tali pemberat (sinker line) 65 meter dengan ukuran mata jaring 2 inchi. Jaring rampus ini menggunakan pelampung yang terbuat dari Steroform dengan panjang 5 cm berbentuk balok dengan panjang 5 cm. Pemberat pada jaring ini adalah timah dengan berat 12 gram, panjang 2 cm dan diameter 5 mm. Secara umum spesifikasi jaring rampus yang digunakan pada penelitian bisa dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Spesifikasi jaring rampus yang digunakan dalam penelitian No. Bahan Jaring Spesifikasi 1. Foat Line - Panjang - Diameter 2. Sinker Line - Panjang - Diameter 3. Pelampung - Panjang - Diameter - Berat 4. Pemberat - Panjang - Diameter - Berat 5. Badan Jaring - Mesh Horizontal - Mesh Vertikal 5600 cm 0,5 cm 6000 cm Hanging ratio 0,45 0,57 0,65 5600 cm 5600 cm 0,5 cm 0,5 cm 5 cm 0,5 cm 2 gram Steroform 2 cm 12 gram Timah 244 75 PA Monofilamen 6000 cm 5 cm 0,5 cm 2 gram Steroform 2 cm 12 gram Timah 1934 75 PA Monofilamen 6000 cm 5 cm 0,5 cm 2 gram Steroform 2 cm 12 gram Timah 1698 75 PA Monofilamen
25 Jaring rampus pada penelitian ini menggunakan simpul bendera baik untuk mengikat pelampung ataupun pemberat. Pelampung dipasang pada tali pelampung dan digabungkan dengan tali ris atas dengan menggunakan satu pola pemasangan. Dalam satu pola pemasangan pelampung terdapat 25 mata dan 2 buah pelampung dengan jarak tali ris atas 48 cm. Pelampung dipasang pada sisi awal dan akhir, disetiap pelampung ada 3 buah mata jaring dan 19 buah mata jaring di antara pelampung yang satu dengan yang lainnya. Adapun untuk satu pola pemasangan pemberat terdapat 6 buah pemberat dan 49 buah mata dengan jarak tali ris bawah 120 cm. Pada sisi pertama dipasang 2 buah pemberat tanpa jarak dengan masingmasing 2 buah mata jaring pada setiap pemberat, kemudian berurutan satu pemberat dengan jarak 28 cm dengan 9 buah mata jaring, satu pemberat dengan jarak 29 cm dan 10 buah mata jaring, satu pemberat dengan jarak 29 cm dengan 9 buah mata jaring dan terakhir satu pemberat dengan jarak 28 cm dan 9 buah mata jaring. Secara rinci pola pemasangan pelampung dan pemberat disajikan pada Gambar 2. Pelampung, 3 48 cm, 19 Pelampung, 3 Tali ris atas Tali ris bawah 28 cm, 9 29 cm, 10 29 cm, 9 28 cm, 9 120 cm, 49 Tali pemberat Gambar 2 Lay out pola pemasangan pelampung dan pemberat jaring rampus yang digunakan pada penelitian.
26 Secara rinci desain dan konstruksi jaring rampus dengan hanging ratio 0,45 disajikan pada Gambar 3. 56 Ø 5 56 Ø 5 244 75 PA Monofilament : 2 inchi 75 244 56 Ø 5 56 Ø 3 Tali pelampung Pelampung Tali ris atas Badan jaring Tali ris bawah Pemberat Tali pemberat Gambar 3 Desain dan konstruksi jaring rampus dengan hanging ratio 0,45. Pada saat uji coba penangkapan jaring rampus dengan hanging ratio berbeda dipasang secara berselang-seling. Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang yang sama pada ikan untuk tertangkap pada jaring rampus dengan hanging ratio yang berbeda. Metode pemasangan jaring rampus ketika di operasikan di perairan disajikan pada Gambar 4. 336 meter 56 m 0,45 0,57 0,65 0,45 0,65 0,57 Gambar 4 Pemasangan jaring rampus ketika di operasikan di perairan.
27 3.3.2 Pengukuran hasil tangkapan Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dikelompokkan atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi jumlah, jenis, cara tertangkap dan ukuran hasil tangkapan. Untuk hasil tangkapan berupa udang dilakukan perhitungan jumlah, cara tertangkap dan pengukuran panjang kerapas (CL). Carapace length (panjang kerapas/cl) adalah jarak dari tulang kerapas kepala sampai dengan tulang ujung mata. Metode pengukuran panjang kerapas disajikan pada Gambar 5. CL Sumber : Farmed (2009) Gambar 5 Panjang kerapas pada udang. Adapun untuk hasil tangkapan berupa ikan dilakukan perhitungan jumlah, jenis spesies, cara tertangkap dan pengukuran panjang total (TL), panjang cagak (FL) dan keliling operkulum (G). Panjang total adalah jarak antara ujung kepala yang terdepan (biasanya ujung rahang terdepan) dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. Panjang cagak adalah jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan lekuk cabang sirip ekor. Keliling operkulum adalah jarak antara kedua operkulum pada kedua sisi kepala. Metode pengukuran panjang total (TL) dan panjang cagak (FL) disajikan pada Gambar 6.
28 TL FL Sumber : Brojo dan setiawan (2004) Gambar 6 Panjang total dan panjang cagak pada ikan. Cara tertangkapnya hasil tangkapan dibedakan menjadi 4 yakni snagged, gilled, wedged dan entangled. Snagged yaitu di mana mata jaring mengelilingi ikan tepat dibelakang mata, gilled yaitu di mana mata jaring mengelilingi ikan tepat di belakang tutup insang, wedged yaitu di mana mata jaring mengelilingi badan sejauh sirip punggung dan entangled adalah bila ikan terjerat di jaring melalui gigi, tulang rahang, sirip atau bagian tubuh yang menonjol lainnya, tanpa masuk kedalam mata jaring (Per Spare and Venema 1985). Adapun gambaran mempunyai cara tertangkapnya ikan layang pada gillnet disajikan pada Gambar 7. Wedged Gilled Snagged Entanggle Gambar 7 Cara tertangkap ikan pada jaring. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi produksi, jumlah unit penangkapan dan kondisi geografis lokasi penelitian. Data tersebut di peroleh dari Dinas Perikanan Kebupaten Sukabumi.
29 3.4 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Secara sistematis model RAL menurut Gasperz (1991) adalah sebagai berikut : Yij = µ + τ i + E ij Keterangan : Y ij : Data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke- j; µ : Nilai rataan; τ 1 : Pengaruh perlakuan ke-i; dan ɛ : Sisaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke- j. Asumsi yang digunakan untuk RAL adalah: 1) ɛ i menyebar normal dengan nilai tengah dan ragam kuadrat mendekati nol; 2) ɛ j bersifat bebas satu sama lain; dan 3) t bersifat tetap. Hipotesis yang akan diuji melaui model analisis ini adalah H 0 H 1 : t 1 : t 2... t 10 = 0; berarti tidak ada pengaruh perlakuan hanging ratio terhadap jumlah hasil tangkapan ikan layang; dan : minimal ada satu t 1 0 (I = 1, 2, 3,..., 10), artinya minimal ada satu perlakuan hanging ratio yang mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan layang. Kesimpulannya adalah bila F hit > F tab maka tolak H 0 tetapi jika F hit < F tab maka gagal tolak H 0. Beberapa keuntungan dari penggunaan Rancangan Acak Lengkap yaitu : 1) Daerah rancangan percobaan menjadi lebih mudah; 2) Analisis statistik terhadap subjek percobaan lebih mudah; 3) Fleksibel dalam penggunaan jumlah perlakuan dan jumlah ulangan; dan 4) Kehilangan informasi relatif sedikit dalam hal data hilang dibandingkan rancangan lain. 3.5 Analisis Data Data berupa total jumlah hasil tangkapan dan jumlah hasil tangkapan ikan layang dianalisis kenormalannya dengan menggunakan uji Kolmogorof-smirnov.
30 Apabila data menyebar normal maka data mengenai hasil tangkapan, jumlah maupun ukuran ikan layang yang tertangkap pada jaring rampus dengan hanging ratio yang berbeda diuji dengan uji ANOVA. Apabila hasil uji ANOVA terhadap hasil tangkapan jaring rampus dengan perlakuan yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda maka dilakukan uji lanjut BNT. Uji BNT merupakan prosedur pengujian perbedaan diantara rata-rata perlakuan yang paling sederhana dan paling umum digunakan. Metode ini diperkenalkan oleh Fisher (1935), sehingga dikenal pula dengan Metoda Fisher s LSD (Least Significant Difference). Formula untuk menghitung nilai LSD adalah sebagai berikut: LSD = = ; Apabila jumlah ulangan tidak sama : LSD =. Keterangan r : Jumlah banyaknya ulangan KTG : Kuadrat Tengah Galat yang diperoleh dari analisis ragam; α : Taraf nyata; dfe : Derajat bebas galat; dan t : Nilai yang diperoleh dari tabel t-student. Dalam uji LSD, untuk menilai apakah dua nilai rata-rata perlakuan berbeda secara statistik, maka bandingkan nilai LSD yang telah dihitung dengan selisih mutlak kedua rata-rata tersebut. Apabila selisih lebih besar dibandingkan dengan nilai LSD, maka dikatakan kedua rata-rata tersebut berbeda nyata pada taraf α. Secara sistematis, pernyataan tersebut dapat diringkas; Uji LSD menyatakan µ i dan µ j berbeda pada taraf nyata α jika: μ i µ j > LSD Dalam menentukan adanya perbedaan keragaman spesies yang tertangkap pada jaring rampus dengan hanging ratio yang yang berbeda maka dilakukan analisis keragaman spesies dengan menggunakan Indeks Shannon Wiener. Keragaman spesies hasil tangkapan akan digunakan sebagai pendekatan analisis
31 untuk melihat selektivitas jaring rampus dengan perbedaan hanging ratio terhadap spesies hasil tangkapan. Jaring rampus akan memiliki selektivitas terhadap spesies yang relatif baik apabila memiliki nilai indeks Shannon Wiener yang lebih kecil dibandingkan dengan jaring rampus lainnya. Rumus untuk mencari keragaman spesies menggunakan indeks Shannon Wiener adalah sebagai berikut (Krebs, 1989) : ; Keterangan : H : Index diversitas Shannon Wiener; Pi : Proporsi jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total contoh; dan S : Jumlah spesies. Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman Shannon Wiener, yaitu : H < 2,30 : Keanekaragaman kecil; H 2,30 6,90 : Keanekaragaman tergolong sedang; dan H > 6,90 : Keanekaragaman tergolong tinggi.