BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Opini Audit Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1). Sehingga pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Opini yang dikeluarkan auditor ada empat macam yaitu: pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified modified opinion), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini audit tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) dan pendapat tidak wajar (adverse opinion). Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini audit dengan modifikasi mengenai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opinion.
Menurut PSAK 29, bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan. B. Going Concern Going concern ialah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Adalah tanggung jawab utama director untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan dengan ketidakmampuan suatu badan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan oleh auditor dalam menyampaikan laporan audit adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan hidupnya (going concern). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Menurut Altman dan McGough (1974) seperti yang dikutip dari Mirna dan Indira (2006), masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
C. Proxi Going Concern Menurut Agrianti Komalasari rasio keuangan merupakan proxi dari going concern. Menurut Hani, dkk. (2003) analisis rasio secara tradisional memfokuskan kepada profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Sudah jelas sekali bahwa perusahaan yang tidak menghasilkan profit atau keuntungan dalam jangka panjang adalah tidak solvabel, atau tidak likuid dan kemungkinan harus direstrukturisasi, dan yang sering terjadi setelah direstrukturisasi, maka perusahaan akan bangkrut. Cara untuk menghindarinya adalah dengan memprediksi bahaya keuangan jauh sebelumnya agar tidak menderita kerugian investasi. Likuiditas Rasio likuiditas digunakan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo (kewajiban jangka pendek). Sebagai parameter dari rasio likuiditas, penulis menggunakan Quick Ratio (QR) dan Loan to Assets Ratio (LAR). Quick Ratio atau rasio cepat digunakan untuk mengetahui kemampuan bank untuk membayar kembali kewajibannya kepada para deposannya dengan aktiva tunai yang dimilikinya. Rendahnya nilai rasio ini mengindikasikan bahwa suatu perusahaan perbankan atau bank mengalami kesulitan kas, sehingga suatu waktu dapat menimbulkan rush atau kegagalan pembayaran kepada nasabah, apabila terjadi penarikan besar-besaran oleh nasabah. Menurut Juli, Zainal, dkk., (2002:90), Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi LAR, maka
tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah aktiva yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar. Solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Sebagai parameter dari rasio solvabilitas, penulis menggunakan Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Juli, Zainal, dkk., (2002:91), Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi nilai LTDAR, maka semakin kecil kemampuan untuk membayar hutang dari aktiva. Hal ini berarti bank tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Menurut Juli, Zainal, dkk., (2002: 91), Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang jangka pendek maupun panjang, dengan menggunakan modal bank sendiri. Semakin tinggi nilai dari DER, maka semakin kecil kemampuan membayar hutangnya dari modal sendiri. Hal ini berarti bank tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi bank. D. Opini audit tahun sebelumnya Wawancara yang dilakukan oleh Mutchler (1984) seperti yang dikutip dari Eko, Indira dan Faisal (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
opini audit modifikasi mengenai going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhani (2004) seperti yang dikutip dari Eko, Indira dan Faisal, memperkuat bukti mengenai opini audit modifikasi mengenai going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit modifikasi mengenai going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit modifikasi mengenai going concern tahun sebelumnya dengan opini audit modifikasi mengenai going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit modifikasi mengenai going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit modifikasi mengenai going cocern pada tahun berikutnya. E. Opini audit going concern Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP). Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified/qualified dan going concern disclaimer opinion. Menurut Lenard dkk, (1998) seperti yang dikutip dari Mirna dan Indira, auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti/ Judul Variabel Metode Hasil Tahun Independen Analisis Agrianti Pengaruh Kualitas auditor Regresi Kualitas auditor Komalasari Kualitas Logistik menunjukkan (2006) Auditor dan arah negatif Proxi Going terhadap opini Concern Quick Ratio (QR) going concern. Terhadap Quick Ratio tidak Opini Auditor. terhadap opini Return on Total audit going Assets concern. Eko Budi Pengaruh Kualitas audit Regresi Kondisi keuangan Setyarno, Kualitas logistik perusahaan dan dira Januarti, audit, Kondisi opini audit tahun Faisal Keuangan sebelumnya (2007) Perusahaan, Kondisi keuangan Opini Audit perusahaan signifikan Tahun terhadap opini Sebelumnya, audit, Pertumbuhan sedangkan kualitas Perusahaan audit dan Terhadap Opini audit tahun pertumbuhan Opini Audit sebelumnya perusahaan tidak Going Concern. signifikan terhadap opini audit.
Pertumbuhan perusahaan. Hani, Cleary, Going Concern Quick Ratio (QR) Regresi QR, ROA, IML Mukhlasin dan Opini logistik (2003) Audit: Suatu anking Ratio (BR) positif terhadap Studi Pada opini audit. Perusahaan Return on Asset BR, CR, CAR tidak Perbankan di (ROA) BEJ signifikan. nterest Margin of Loans (IML) Cash ratio (CR) Capital Adequacy Ratio (CAR) Narwinder engaruh Rasio Quick Ratio (QR) Regresi QR, BR, CAR Singh (2008) Likuiditas, Logistik Profitabilitas anking Ratio (BR) terhadap dan pemberian opini Solvabilitas Return on Asset audit. Sedangkan bank (ROA) ROA dan NIM Terhadap tidak Opini Audit Net Interest Margin. Pada (NIM) Perusahaan Perbankan Capital Adequacy yang Ratio (CAR). terdaftar di BEI.
Puji Rahayu Assesing Going Likuiditas Regresi Likuiditas, (2007) Concern Logistik. profitabilitas, Opinion : A Study Based Profitabilitas solvabilitas dan afiliasi tidak on Financial Solvabilitas Afiliasi signifikan dalam pemberian opini going concern. Opini audit tahun Opini audit tahun sebelumnya sebelumnya dan reputasi auditor signifikan terhadap Reputasi auditor pemberian opini going concern.
G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut: Quick Ratio(QR) (x1) Loan to Asset Ratio(LAR) (x2) Long Term Debt to Assets Ratio(LTDAR) (x3) Opini Audit Tahun Berjalan (Y) Debt to equity Ratio (DER) (x4) Opini Audit Tahun Sebelumnya (x5)
2. Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306), menyatakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Quick Ratio (QR) terhadap opini audit tahun berjalan. H2: Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap opini audit tahun berjalan. H3: Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) terhadap pemberian opini audit tahun berjalan. H4: Debt to Equity Ratio (DER) terhadap opini audit tahun berjalan. H4: Opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan.