PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGELOLAAN HAMA BERBASIS EKOLOGIS TERHADAP KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI DAN TINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI PADA ULAT DAUN KUBIS Plutella xylostella (L.) DAN ULAT KROP KUBIS Crocidolomia binotalis Zell.

HASIL DAN PEMBAHASAN

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, yaitu hama utama atau penting dan hama sekunder. Hama utama

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

Pengaruh Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggiran Terhadap Populasi Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Kubis (Brassica Oleracea L.

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI SISTEM PERTANAMAN KUBIS: KAJIAN TERHADAP KERAGAMAN HAMA DAN MUSUH ALAMI

INVENTARISASI SERANGGA HAMA PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN KUMELEMBUAY KOTA TOMOHON

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

Lampiran 1 Tabel Pengamatan Tabel 1. jumlah kumulatif serangga yang ditemukan di kebun jeruk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA TANAMAN JAGUNG TRANSGENIK

M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya Bawang Merah

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Keanekaragaman Arthropoda pada Varietas Padi di Lahan Organik di Desa Tegal Binangun Kecamatan Plaju Kelurahan Plaju Darat Palembang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

PENGARUH PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS PINGGIRAN TERHADAP POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indek Dominasi (C)

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

Keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman bawang merah: Studi kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

KLOROFIL X - 2 : , Desember 2015 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI NUR AFNI FUTRI

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella DENGAN INSEKTISIDA DAN AGENSIA HAYATI PADA KUBIS DI KABUPATEN KARO

Maria Magdalena Tambunan 1*, Mena Uly 2, Hasanuddin 2 ABSTRACT

APLIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI TERHADAP POPULASI HAMA

ABSTRACT

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

Pengujian Beberapa Konsentrasi Bacillus thuringiensis Berliner dalam Mengendalikan Hama Ulat Daun Selada {Lactuca sativa)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sawi B. juncea (L.) menyerbuk sendiri, umumnya tahan terhadap suhu

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

Jurnal ILMU DASAR Vol. 16 No. 2, Juli 2015 : Helmi *), Didik Sulistyanto, Purwatiningsih ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANIAN ORGANIK TANAMAN KEDELAI (Glicine max (L.) Merill) VARIETAS UNGGUL BALURAN SKRIPSI

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( )

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

HAMA DAN PREDATORNYA PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) DI PADANG, SUMATERA BARAT ABSTRACT

KERAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN CABAI (CAPSICUM ANNUUM) YANG DIBERI PESTISIDA SINTETIS VERSUS BIOPESTISIDA RACUN LABA-LABA (NEPHILA SP.

IDENTIFIKASI DAN STATUS SERANGAN OPT UTAMA PADA PERTANAMAN JERUK RGL DI KABUPATEN LEBONG ABSTRAK PENDAHULUAN

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

Parasitoid E. argenteopilosus sebagai Agens Pengendali Hayati Hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada Tumpangsari Tomat dan Brokoli

EVALUASI TINGKAT PARASITISASI PARASITOID TELUR DAN LARVA TERHADAP PLUTELLA XYLOSTELLA L. (LEPIDOPTERA: YPONOMEUTIDAE) PADA TANAMAN KUBIS-KUBISAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

Transkripsi:

Jurnal INOVASI, Vol.14 No.1, Hal. 20-25, Januari-April 2014, ISSN 1411-5549 PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh: M. SYARIEF *) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di desa Balung Lor, kecamatan Balung, kabupaten Jember, selama tiga bulan dimulai September sampai dengan Nopember 2013, bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik budidaya kubis terhadap diversitas arthropoda dan intensitas serangan P. xylostella L. Indeks keanekaragaman arthropoda dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H'), indeks domonansi Simpson (D) dan indeks kemerataan jenis (E). Untuk membedakan intensitas serangan P. xylostella L. menggunakan uji T pada taraf 5%. Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: diversitas arthropoda pada agroekosistem kubis yang dibudidayakan secara organik maupun konvensional menunjukkan jumlah kelas, ordo, famili dan spesies yang sama yaitu dua kelas, tujuh ordo, empat belas famili dan enam belas spesies. Status dalam jaring makanan meliputi hama terdiri atas sembilan spesies yaitu Oxya chinensis (Orthoptera: Acrididae), P. xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae), Agrotis ipsilon Hufnage (Lepidoptera: Noctuidae), Crocidolomia pavonana Zell. (Lepidoptera: Pyralidae), Myzus persicae Sulz. (Homoptera: Aphididae), Spodoptera litura F.( Lepidoptera: Noctuidae), Chrysodeixis chalcites Esp. (Lepidoptera: Noctuidae), Gryllus assimilis (Orthoptera: Gryllidae) dan Phyllotretta cruciferae (Coleoptera: Chrysomilidae). Lima spesies predator meliputi: Leptogaster sp (Diptera: Asilidae), Oxyopes javanus (Araneae: Oxyopidae), Lycosa sp. (Araneae: Lycosidae), Mantis religeosa (Araneae: Mantidae) dan Solenopsis geminata F. (Hymenoptera: Formicidae), satu parasitoid Diadegma semiclausum Hellen. (Hymenoptera: Ichneumonidae) dan satu detrivora Musca domestica (Diptera: Muscidae). Jumlah individu hama, predator, parasitoid maupun detrivora pada agroekosistem kubis yang dibudidayakan secara organik menunjukkan lebih besar dibanding konvensional. Indeks diversitas arthropoda pada teknik budidaya organik lebih tinggi dibanding konvensional. Intensitas serangan P. xylostella F. pada teknik budidaya organik dibanding konvensional menunjukkan berbeda tidak nyata. Kata Kunci: teknik budidaya kubis, diversitas arthropoda, intensitas serangan P. xylostella L. *) Staf pengajar Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember

PENDAHULUAN Hama ulat daun kubis P. xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) merupakan salah-satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Intensitas serangan berat dapat menyebabkan tanaman kubis tidak membentuk krop dan gagal panen. Kehilangan hasil dapat mencapai 100 persen (Sudarwohadi, 1975 dalam Setiawati, 2000). Penggunaan insektisida sintetis secara terus menerus dapat menimbulkan resistensi terhadap P. xylostella L. dan membahayakan parasitoid D. semiclausum (Sastrosiswojo dkk., 1989). Musnahnya musuh alami ini dapat mengganggu stabilitas diversitas arthropoda. Diversitas arthropoda dalam agroekosistem kubis sangat penting manfaatnya. Berdasarkan komposisi spesies artropoda dalam agroekosistem kubis diharapkan dapat diperoleh rekomendasi pengendalian hama yang optimal. Jasa-jasa ekologis yang diemban oleh diversitas arthropoda, diantaranya jasa pengendali hayati (predator, parasitoid, detrivora) untuk mengendalikan hama, sangatlah penting bagi pertanian berkelanjutan. Dengan adanya kemajuan pertanian modern, prinsip ekologi tersebut telah diabaikan secara berkesinambungan, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Perusakan tersebut menimbulkan munculnya hama secara berulang dalam sistem pertanian (Emden and Dabrowski, 1997). Mekanisme-mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenisitas, persaingan intraspesies dan interspesies, suksesi, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan. Konsekuensi dari pengurangan keanekaragaman hayati akan lebih jelas terlihat pada pengelolaan hama pertanian (Swift et. al., 1996). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh teknik budidaya kubis terhadap diversitas arthropoda dan intensitas serangan P. xylostella L. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Balung Lor, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember.Waktu penelitian September sampai dengan Nopember 2013. Penelitian terdiri atas dua perlakuan yang memiliki teknik budidaya yang berbeda. Perlakuan pertama adalah budidaya kubis secara organik, yaitu menggunakan input produksi pupuk organik (campuran pupuk kandang kotoran sapi dan kompos jerami bekas budidaya jamur merang dengan perbandingan 1:1 dengan dosis 30 ton/ha. Pestisida organik menggunakan insektisida nabati berbahan aktif azadirachtin, Nematoda Entomopatogen, NEP Steinernema spp.dengan interval satu minggu. Perlakuan kedua adalah budidaya kubis secara konvensional yaitu menggunakan input produksi pupuk anorganik (pupuk majemuk NPK (15:15:15) dengan dosis satu ton/ha diberikan waktu tanam, pupuk urea 200 kg/ha pada waktu tanam dan 200 kg/ha pada 4 MST. Pengendalian hama menggunakan insektisida berbahan aktif permetrin dengan interval satu minggu, konsentrasi 2 ml/liter, volume semprot 500 liter/ha. Tanaman kubis yang digunakan ialah varietas Green coronet dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm. Alat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi : pan trap, sweep net, knapsack sprayer, botol, gunting, mikroskop binokuler, mistar, kamera digital, buku The Pest of Crops in Indonesia (Kalshoven, 1981). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : tanaman kubis varietas Green coronet, alkohol 70 %, pupuk organik (campuran pupuk kandang kotoran sapi dan kompos jerami bekas budidaya jamur merang dengan perbandingan 1:1, pupuk majemuk NPK (15-15-15), insektiisda berbahan aktiv azadirachtin, NEP Steinernema sp., insektisida berbahan aktif permetrin. Keanekaragaman arthropoda dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener (H') (1984) dalam Soegianto dan Agoes (1994) dengan persamaan berikut. H = -Σ pi ln pi H adalah indeks keanekaragaman jenis, Pi adalah kelimpahan relatif spesies ke-i (Ni/Nt), Ni adalah Jumlah individu spesies ke-i, Nt adalah jumlah total untuk semua individu dan Ln adalah logaritma natural. Selanjutnya nilai indeks tersebut dibandingkan untuk tiap lokasi pengamatan. Nilai indeks keanekaragaman jenis umumnya berkisar 0-7 dan memiliki beberapa kriteria yaitu rendah untuk 21

H = 0-2; sedang jika H > 2-3; dan tinggi jika H >3 (Barbour et al., 1987 dalam Ningsih, 2008). Status kondisi komunitas ditentukan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson dan indeks kemerataan jenis (Odum, 1997 dalam Fachrul, 2007). Indeks dominansi Simpson menggunakan rumus berikut. D = s i=1 Ni [ ] N 2 D = Indeks dominansi Simpson, Ni = Jumlah individu jenis ke i, N =Jumlah total individu, S = Jumlah jenis. Indeks dominansi -Simpson bernilai antara 0 1 dengan deskripsi sebagai berikut : D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi Stabil. D = 1, berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi labil karena terjadi tekanan ekologis. Indeks kemerataan jenis menunjukkan penyebaran individu spesies dalam suatu komunitas, dihitung menggunakan rumus berikut. E = H /Ln S. E adalah indeks kemerataan jenis; H adalah indeks keanekaragaman jenis dan S adalah jumlah spesies. Nilai indeks kemerataan jenis ini berkisar antara 0 1 dengan deskripsi sebagai berikut : E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda E Keterangan: I = intensitas serangan; ni = jumlah sampel dengan skala ke i; vi = skala ke i; N = Jumlah total sampel yang diamati; Z = nilai skala tertinggi yang ada diantara sampel. Penentuan tingkat kerusakan tanaman kubis adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut: sangat berat, = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama. Intensitas serangan P. xylostella L. dihitung menggunakan persamaan menurut Departemen Pertanian (2000) dalam Djafaruddin (2000) berikut. (n iv i) I = x 100%, NZ kerusakan >50%, berat, kerusakan >30%-50%, cukup berat, kerusakan >15%-30%, ringan, kerusakan >0%- 15% dan tidak ada serangan, kerusakan 0%. Untuk membedakan intensitas serangan P. xylostella L. antar perlakuan menggunakan uji T pada taraf 5%. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Arthropoda yang didapat pada kebun kubis yang dibudidayakan secara organik dan secara konvensional di identifikasi lalu dikelompokkan berdasarkan taksonomi, yaitu kelompok kelas, ordo, famili, spesies dan statusnya dalam rantai makanan selama penelitian disajikan dalam Tabel 1. berikut. Tabel 1.Komposisi arthropoda menurut taksonomi dan status dalam agroekosistem No Kelas Ordo Famili Spesies Status 1 insekta Orthoptera Acrididae O. chinensis (belalang hijau) Hama 2 Insekta Lepidoptera Plutellidae P. xylostella L.(ulat tritip) Hama 3 Insekta Lepidoptera Noctuidae A.ipsilon Hufnage (ulat tanah) Hama 4 Insekta Lepidoptera Pyralidae C. pavonana F.(ulat crocci) hama 5 Insekta Diptera Asilidae Leptogaster sp (capung) Predator 6 Insekta Homoptera Aphididae M. persicae Sulz. (kutu daun) Hama 7 Arachnida Araneae Oxyopidae O. javanus(laba-laba) Predator 8 Insekta Lepidoptera Noctuidae S. litura F.(ulat grayak) Hama 9 Insekta Lepidoptera Noctuidae C. chalcites Esp. (ulat jengkal) Hama 10 Arachnida Araneae Lycosidae Lycosa sp. (laba-laba) Predator 11 Insekta Orthoptera Mantidae M. religeosa (belalang sembah) Predator 22

Jumlah individu (Log10) Oxya Agrotis Leptogaster Oxyopes Chrysodeixis Mantis Phyllotretta Musca Jumlah individu (Log10) M. Syarief, Pengaruh Teknik Budidaya Kubis Terhadap Diversitas Arthropoda Dan Intensitas Serangan Plutella xylostella L. 12 Insekta Orthoptera Gryllidae G. assimilis (jangkrik) Hama 13 Insekta Coleoptera Chrysomilidae P. cruciferae (kutu kumbang) Hama 14 Insekta Hymenoptera Ichneumonidae D. semiclausum Hellen. Parasitoid 15 Insekta Diptera Muscidae M. domestica (Lalat rumah) detrifora 16 Insekta Hymenoptera Formicidae S. geminata F. (semut api) predator Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa komposisi arthropoda menurut taksonomi dan status dalam agroekosistem pada lahan kubis yang dibudidayakan secara organik maupun konvensional menunjukkan jumlah kelas, ordo, famili dan spesies yang sama. Pengelompokan arthropoda berdasarkan fungsi jaring makanan dalam agroekosistem tanaman kubis disajikan dalam Gambar 1.berikut. 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Organik Konvensional Fungsi jaring makanan Gambar 1. Hubungan fungsi jaring makanan dengan jumlah individu Berdasarkan Gambar 1., menunjukkan bahwa jumlah individu hama, predator, parasitoid maupun detrivora antara teknik budidaya organik dan konvensioanal adalah tidak sama. Teknik budidaya organik menunjukkan jumlah invidu lebih banyak dibanding teknik budidaya konvensional, hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan dengan insektisida sintetik pada teknik budidaya konvensional lebih efektif dan tidak selektif dalam membunuh arthropod yang ada dibanding dengan insektisida organik. Kurva kelimpahan spesies disajikan dalam Gambar 2 berikut. 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Organik Konvensional Spesies Gambar 2. Kurva kelimpahan spesies 23

Berdasarkan Gambar 2., jumlah individu masing-masing spesies pada teknik budidaya organik dan konvensioanal tidak sama. Teknik budidaya organik menunjukkan jumlah invidu masing-masing spesies lebih banyak dibanding teknik budidaya konvensional, hal ini dapat disebabkan perlakuan dengan insektisida sintetik lebih efektif dan tidak selektif dalam membunuh arthropod yang ada dibanding dengan insektisida organik. Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H'), indeks domonansi Simpson (D) dan indeks kemerataan jenis (E) pada lahan yang menggunakan teknik budidaya organik dan konvensional disajikan dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H'), indeks domonansi Simpson (D) dan indeks kemerataanjenis (E) Peubah Budidaya organik Budidaya konvensional indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H') 1.043 1.051 indeks domonansi Simpson (D) 0.551 0.636 indeks kemerataan jenis (E) 0.420 0.379 Berdasarkan kriteria dalam Barbour et al., 1987, kisaran indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H') tergolong rendah. Indeks domonansi Simpson (D) tidak ada dominansi dan komunitas mengalami tekanan ekologis. Indeks kemerataan jenis (E) pengelolaan hama secara organik lebih merata dan berada dalam keadaan lebih stabil dibanding konvensional. Intensitas serangan P. xylostella F. pada 5 MST disajikan dalam Tabel 3 berikut. Tabel 3. Intensitas serangan P. xylostella F. pada 5 MST (data ditransfer ke Arc Sin%) Berdasarkan uji t pada taraf 5%, Intensitas serangan P. xylostella F. pada 5 MST. t hitung < t Tabel, (1.329) < t tabel (2.11), ini menunjukkan perlakuan organik berbeda tidak nyata terhadap konvensional KESIMPULAN Penelitian berjudul Pengaruh teknik budidaya kubis terhadap diversitas arthropoda dan intensitas serangan Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Diversitas arthropoda pada agroekosistem kubis yang dibudidayakan secara organik maupun konvensional menunjukkan jumlah kelas, ordo, famili dan spesies yang sama yaitu dua kelas, tujuh ordo, empat belas famili dan enam belas spesies. Status dalam jaring makanan meliputi hama terdiri atas sembilan spesies yaitu O. chinensis (Orthoptera: Acrididae), P. xylostella L. sehingga teknik budidaya secara organik dapat direkomendasikan dengan kondisi yang relatif sama dengan agroekosistem penelitian. (Lepidoptera: Plutellidae), A. ipsilon Hufnage (Lepidoptera: Noctuidae), C. pavonana Zell. (Lepidoptera: Pyralidae), M. persicae Sulz. (Homoptera: Aphididae), S. litura F.( Lepidoptera: Noctuidae), C. chalcites Esp. (Lepidoptera: Noctuidae), G. assimilis (Orthoptera: Gryllidae) dan P. cruciferae (Coleoptera: Chrysomilidae). Lima spesies predator meliputi: L. (Diptera: Asilidae),O. javanus (Araneae: Oxyopidae), Lycosa sp. (Araneae: Lycosidae), M. religeosa (Araneae: Mantidae) dan S. geminata F. (Hymenoptera: Formicidae), satu parasitoid D. semiclausum Hellen. (Hymenoptera: Ichneumonidae) dan satu detrivora M. domestica (Diptera: Muscidae). 24

2. Jumlah individu hama, predator, parasitoid maupun detrivora pada agroekosistem kubis yang dibudidayakan secara organik menunjukkan lebih besar dibanding konvensional. 3. Indeks diversitas arthropoda pada teknik budidaya organik lebih tinggi dibanding konvensional. 4. Intensitas serangan P. xylostella F. pada teknik budidaya organik dibanding konvensional menunjukkan berbeda tidak nyata. DAFTAR PUSTAKA Djafaruddin. 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Emden, H.F & Z.T. Dabrowski. 1997. Issues of biodiversity in pest management. Insect Science and Applications 15:605-620. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kalshoven, L.G.E. (1981). Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan and G.H.L. Rothschild. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve, Soegianto dan Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Sastrosiswojo, S., T. Koestoni dan A. Sukwida. 1989. Status Resistensi Plutella xylostella L. Strain Lembang terhadap Beberapa Jenis Insektisida Golongan Organo Fosfat, Piretroid Sintetik dan enzoil Urea. Bul. Penel. Hort. 18(1):85-93. Setiawati, W. 2000. Pengendalian hama kubis Plutella xylostella L. dan Crocidolomia binotalis Zell. Dengan Spinosad 25 SC serta pengaruhnya terhadap Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen. J. Hort. 10(1): 30 39. Swift, M.S., J. Vandermer, P.S. Ramakrishnan, J.M. Anderson, C.K. Ong & B.A. Hawkins. 1996. Biodiversity and agroecosystem function, dalam Functional Roles of Biodiversity: A Global Perspective. Ed. H.A. Mooney. John Wiley & Sons, New York. pp.261-298. 25