BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kekuatan lebih dari masing-masing perusahaan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PEDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. sektor property juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perputaran roda perekonomian, sumber-sumber pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi pihak makro dan mikro Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sahamnya oleh BEI yaitu, industri real estate and property. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian dari masa ke masa semakin pesat, termasuk pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena

BAB I PENDAHULUAN. dipakai oleh perusahaan-perusahaan di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan tersendiri di bidang bisnis dan memaksa pemimpin-pemimpin perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

2015 PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA BANK MILIK PEMERINTAH YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi seakan menjadi mata rantai yang harus di koneksikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perkembangan dalam dunia usaha sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dibandingkan dengan nilai saham ( Book Value ) selama satu

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan antara pihak yang kelebihan dana (lender) dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap harga belinya. Emamgholipour et al. (2013), menyatakan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham membuat pemodal bisa lebih leluasa untuk memilih kemana modalnya akan ditanamkan. Dari berbagai sektor yang ada di pasar modal, salah satu sektor yang sering diperhitungkan oleh para pemodal untuk menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti merupakan roda perekonomian bangsa. Pasalnya sektor ini dapat meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan berdampak pada pengurangan kemiskinan. Meskipun demikian saat ini masih terdapat kekurangan ketersediaan properti. Hal ini yang menjadi tantangan pengembang dan pemerintah. (Sumber : ekbis.sindonews.com/read/2012/10/21/33/681676/hatta-sektor-propertiroda-perekonomian-bangsa). Masih kurangnya ketersediaan properti dan masih tingginya kebutuhan masyarakat akan properti menjadi peluang yang sangat baik bagi pelaku bisnis untuk memulai bisnis di bidang properti. Namun apabila semakin banyak perusahaan dalam bidang yang sama, membuat persaingan akan semakin ketat. Untuk mengantisipasi 1

2 perusahaan pesaing yang semakin berkembang, maka perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan agar perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara untuk menambah sumber pendanaan itu adalah dengan menawarkan kepemilikan perusahaan terhadap masyarakat (go public) di pasar modal. Investasi dalam sektor properti dianggap sebagai investasi yang paling menjanjikan dan memiliki keuntungan yang besar karena sektor properti dipercaya akan selalu berkembang setiap tahunnya. Menurut data Oasis Business Advisory, indeks saham properti mencatatkan kenaikan yang luar biasa di tahun 2012. Perkembangan sektor properti pada tahun 2012-2013 ini masih berpotensi untuk berkembang dan memiliki permintaan yang cukup tinggi, seperti pasar perkantoran, perumahan dan kawasan industri. Tahun 2012 pun merupakan tahun emas bagi saham-saham konstruksi. Pelonjakan yang terjadi sepanjang tahun tersebut membuat saham sektor konstruksi menjadi salah satu primadona bursa saham Indonesia. Pelonjakan harga saham tersebut didorong oleh pertumbuhan kinerja perseroan sepanjang tahun 2012. (Sumber : www.facebook.com/pages/oasis-business-advisory/109405856309) Dengan pencapaian yang baik di tahun 2012 dapat mendorong para investor untuk memilih berinvestasi di sektor properti sehingga harga saham akan semakin tinggi. Harga saham yang semakin tinggi akan baik bagi para investor karena dengan

3 begitu tujuan investor untuk mendapatkan return saham dari dana yang mereka investasikan akan tinggi pula. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto:2000). Namun pada kenyataannya di tahun 2013 saham sektor properti tidak berkembang seperti yang diperkirakan oleh banyak pihak. Harga saham pada sektor properti di tahun 2013 tidak lebih baik dari pencapaian yang di dapat di tahun 2012 Pasar properti Indonesia mulai mengalami perlambatan begitu memasuki kuartal II dan III tahun 2013. Perlambatan ini tercermin dari menurunnya penjualan dan kenaikan harga yang tak setinggi periode sebelumnya. Penyebab perlambatan tersebut adalah adanya fluktuasi harga yang terimbas dari gejolak di bursa saham dan potensi kenaikan inflasi. Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah dan keputusan BI menaikan suku bunga acuan juga turut melemahkan permintaan pasar properti. (Sumber : www.tempo.co/read/news/2013/10/17/090522407/sektor-properti- Melambat-di-Kuartal-III-2013) Perlambatan yang terjadi pada sektor properti di kuartal tersebut berimbas pada menurunnya indeks saham properti di tahun 2013 ini. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai down payment untuk kredit sektor properti dan kenaikan suku bunga acuan / BI rate menjadi 7,5 % telah memberikan sentimen negatif terhadap indeks saham sektor properti

4 (Sumber:http://bisnis.liputan6.com/read/787010/kinerja-ihsg-kurang-memuaskanpada-2013) Penurunan dan pencapaian yang kurang baik dari sektor properti pada tahun 2013 tentunya akan berakibat kurang baik pada return yang akan diperoleh para investor yang sudah menginvestasikan dananya. Berikut ini merupakan data return saham dari 2 sub sektor yang terdapat di sektor properti, yaitu sub sektor properti dan real estate serta sub sektor konstruksi: Tabel 1.1 Rata-rata Return Saham Sub Sektor Properti dan Real Estate serta Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan TAHUN Subsektor Properti Rata-Rata Return Saham (%) Perkembangan (%) Subsektor Konstruksi Perkembangan 2008-21% 0-72% 0 (%) 2009 68% 423,8% 5% 169,4% 2010 29% -57,35% 113% 126% 2011 29% 0-96% -184,9% 2012 45% 55,17% 132% 237,5% 2013 46% 2,22% -18% -113,6% Sumber : idx.co.id (data diolah) Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata return saham subsektor properti mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar -57,35%. Namun kembali meningkat di tahun 2012 dan 2013. Walaupun mengalami peningkatan yang sedikit, namun subsektor properti menunjukkan tren yang positif setiap tahunnya. Sedangkan

Return Saham 5 subsektor konstruksi cenderung mengalami penurunan menjadi -18%. Padahal pada tahun 2012 return saham bernilai positif yaitu 132%. Penurunan yang terjadi bahkan mencapai -113,6% dari tahun sebelumnya. Perkembangan return saham sektor properti per subsektor apabila disajikan dalam bentuk grafik maka akan tampak seperti gambar berikut ini : Perkembangan Return Saham Sub Sektor Properti dan Real Estate serta Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan 150 100 50 0-50 -100-150 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Properti -21 68 29 29 45 46 Konstruksi -72 5 113-96 132-18 Sumber : idx.co.id (data diolah) Gambar 1.1 Perkembangan Return Saham Sub Sektor Properti dan Real Estate seta Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan Periode 2008-2013 Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa return saham subsektor properti cenderung lebih stabil dan positif dengan pencapaian tertinggi di tahun 2009 sekitar 68%. Sedangkan subsektor konstruksi lebih terlihat fluktuatif dan menurun di tahun 2013. Penurunan ini sangat signifikan karena sebelumnya di tahun 2012 subsektor konstruksi memiliki pencapaian return saham yang paling tinggi.

6 Penurunan pada subsektor konstruksi ini disebabkan oleh berbagai hal. Dilihat dari sisi booming saham subsektor properti dan konstruksi, kedua subsektor ini memang agak berbeda. Saham-saham konstruksi tidak tergantung pada suku bunga BI rate. Emiten konsturksi tergantung pada kemampuan pemerintah memberikan pendanaan infrastruktur. Selain itu, pelemahan rupiah yang terjadi berakibat negatif terhadap emiten konstruksi, karena dapat menghambat impor bahan baku konstruksi. (Sumber : pasarmodal.inilah.com/read/detail/2013702/tujuh-sebab-saham konstruksidalam-tren-turun/1141/7-terimbas-pelemahan-rupiah). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi return saham seperti faktor pasar, faktor makro dan faktor fundamental. Namun yang biasanya investor analisis untuk menilai saham adalah faktor fundamental. Menururt Husnan (2005) faktor-faktor fundamental seperti penjualan, biaya, laba per lembar saham, kebijakan deviden, prospek dan pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang, menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Menurut Tandelilin (2010) analisis fundamental merupakan analisis saham yang dilakukan dengan mengestimasi nilai instrinsik saham berdasar informasi fundamental yang telah dipublikasikan perusahaan (seperti laporan keuangan, perubahan dividen dan lainnya) untuk menentukan keputusan menjual atau membeli saham.

7 Salah satu faktor fundamental yang mempengaruhi return saham adalah likuiditas. Likuiditas adalah rasio yang menunjukan perbandingan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya (Brigham dan Houston :2006). Menurut Riyanto (2008) likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Semakin tinggi rasio lancar, maka kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar. Untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal, umumnya investor menyertakan pertimbangan likuiditas perusahaan dalam pengambilan keputusan investasinya. Dengan demikian semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, maka menunjukan perusahaan tersebut sangat baik atau sehat dan hal itu akan menarik investor untuk menanamkan investasinya, sehingga harga saham meningkat (Sawir : 2005). Dengan adanya peningkatan pada harga saham tentunya akan mempengaruhi return saham yang akan diterima oleh investor. Hal tersebut karena return saham dalam penelitian ini dihitung berdasarkan keuntungan selisih harga saham (capital gain), sehingga apabila harga saham tinggi maka return saham yang akan diterima oleh investor pun tinggi. Aset yang tidak likuid akan sulit untuk diperdagangkan ketika perusahaan membutuhkan dana, hal ini berdampak pada penurunan harga aset sehingga return nya akan berkurang. Aset dengan likuiditas yang tinggi akan memberikan expected return yang tinggi pula (Jones : 2002).

8 Likuiditas pada penelitian ini akan diukur dengan Current Ratio. Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya. Menurut Sofyan (2004:301) rasio lancar (current ratio) menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Berikut ini adalah data Current Ratio subsektor konstruksi yang terdaftar di BEI: Tabel 1.2 Current Ratio Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan No Emiten Current Ratio (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 ADHI 117,40 119,58 114,29 110,30 124,44 139,10 2 DGIK 213,45 203,99 152,81 230,34 177,83 156,41 3 SSIA 92,84 108,24 101,91 166,72 172,50 200,59 4 TOTL 140,47 153,93 150,53 140,38 144,41 157,96 5 WIKA 144,45 144,44 140,64 113,87 110,09 109,53 Rata-rata 141,72 146,03 132,03 152,32 145,85 152,71 Sumber: Laporan Keuangan Emiten, idx.co.id (Data diolah) Berdasarkan tabel 1.2, nilai rata-rata current ratio subsektor konstruksi mengalami peningkatan yang cukup baik. Rata-rata Current ratio sempat mengalami

9 penurunan di tahun 2010 dan tahun 2012. Namun menunjukkan kenaikan di tahun 2011 dan 2013, bahkan mencapai nilai rata-rata tertinggi di tahun 2013 dengan 152,71%. Dengan current ratio yang mengalami kenaikan tersebut sebenarnya merupakan hal yang baik, namun menurut Sawir (2005) current ratio terlalu tinggi belum tentu baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Dengan berkurangnya kemampuan laba perusahaan akan mengurangi daya tarik para investor, karena akan ada anggapan bahwa perusahaan kurang menguntungkan. Dan berikut ini merupakan rata-rata current ratio perusahaan pada subsektor konstruksi apabila disajikan dalam bentuk grafik : 155 150 145 140 135 130 125 120 146,03 141,72 Current Ratio 132,03 152,32 145,85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 152,71 Current Ratio Sumber: Laporan Keuangan Emiten, idx.co.id (Data diolah)

10 Gambar 1.2 Rata-rata Current Ratio Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan Periode 2008-2013 Dari garfik 1.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata current ratio pada perusahaan subsektor konstruksi mengalami penurunan di tahun 2010, namun dapat kembali naik di tahun 2011. Sama halnya dengan tahun 2012 yang juga mengalami penurunan namun kembali naik di tahun 2013. Faktor lain yang mempengaruhi return saham adalah kinerja perusahaan dalam menghasilkan profit yang dilihat dari profitabilitasnya. Husnan (2007) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan rasio yang dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Efisiensi disini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil dilakukan oleh perusahaan. Ang (1997) menyatakan Semakin baik profitabilitas maka semakin baik suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Hal itu selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan tersebut semakin diminati investor karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Salah satu indikator profitabilitas yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan oleh setiap penjualan.

11 Menurut Prastowo (1995) rasio NPM memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. NPM juga dapat digunakan untuk mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Berikuti ini adalah data Net Profit Margin (NPM) pada subsektor konstruksi pada tahun 2008-2013: Tabel 1.3 Net Profit Margin Sub Sektor Konstrksi dan Bangunan No Emiten Net Profit Margin (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 ADHI 1,23 2,15 3,34 2,73 2,80 3,18 2 DGIK 4,50 5,18 5,21 0,73 4,44 4,69 3 SSIA -0,67 1,19 6,84 9,47 11,63 1,58 4 TOTL 0,92 3,01 5,24 7,87 10,22 9,16 5 WIKA 2,38 2,87 4,73 5,19 4,92 5,53 Rata-rata 1,67 2,88 5,07 5,19 6,80 4,82 Sumber : Laporan keuangan Emiten, idx.co.id (data diolah) Tabel 1.3 menunjukan rata-rata NPM perusahaan di subsektor konstruksi yang cenderung fluktuatuatif.. NPM sempat mengalami kenaikan pada periode 2008-2012 dengan angka tertinggi yang diperoleh sebesar 6,80 %.Namun pada tahun 2013 NPM harus mengalami penurunan menjadi 4,82 %.

12 Perkembangan rata-rata Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan di subsektor konstruksi apabila disajikan dalam bentuk grafik maka akan tampak seperti berikut ini : 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Net Profit Margin 6,8 5,07 5,19 4,82 2,88 1,67 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Net Profit Margin Sumber : Laporan keuangan emiten, idx.co.id (data diolah) Gambar 1.3 Rata-rata NPM Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan Periode 2008-2013 Grafik 1.3 menunjukkan bahwa dari tahun 2008 sampai 2012 rata-rata NPM perusahaan di subsektor konstruksi terus mengalami kenaikan, bahkan mencapai kenaikan tertinggi di tahun 2012. Namun pada 2013 NPM harus menurun dan memiliki nilai yang tidak begitu baik dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2011. Penurunan NPM ini menunjukan bahwa perusahaan kurang efisien dalam meningkatkan keuntungan dari segi penjualan. Berdasarkan data dan uraian latar belakang diatas mengenai return saham, likuiditas dan profitabilitas yang menurun di subsektor building construction. Maka

13 penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan antara faktor-faktor diatas beserta pengaruhnya dengan judul Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Return Saham Pada Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Dari data dan penjelasan dalam latar belakang, return saham subsektor building construction mengalami penurunan yang cukup drastis di tahun 2013. Penurunan tersebut merupakan imbas dari perlambatan pertumbuhan sektor properti begitu memasuki kuartal II dan kuartal III. Turunnya saham subsektor konstruksi disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah yang dapat mengahambat impor bahan baku konstruksi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi return saham seperti faktor pasar, faktor makro dan faktor fundamental. Namun yang biasanya investor analisis untuk menilai saham adalah faktor fundamental. Menurut Husnan (2005) faktor-faktor fundamental seperti penjualan, biaya, laba perlembar saham, kebijakan deviden, prospek dan pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang menitikberatkan pada rasioi finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Faktor yang dapat mempengaruhi return saham adalah Likuiditas. Menurut Riyanto (2008) likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.

14 Semakin tinggi rasio lancar, maka kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar. Untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal, umumnya investor menyertakan pertimbangan likuiditas perusahaan dalam pengambilan keputusan investasinya. Dengan demikian semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, maka menunjukan perusahaan tersebut sangat baik atau sehat dan hal itu akan menarik investor untuk menanamkan investasinya, sehingga harga saham meningkat (Sawir : 2005). Dengan adanya peningkatan pada harga saham tentunya akan mempengaruhi return saham yang akan diterima oleh investor. Hal tersebut karena return saham dalam penelitian ini dihitung berdasarkan keuntungan selisih harga saham (capital gain), sehingga apabila harga saham tinggi maka return saham yang akan diterima oleh investor pun tinggi. Likuiditas pada penelitian ini akan diukur dengan Current Ratio. Menurut Sofyan (2004:301) rasio lancar (current ratio) menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Faktor lain yang berpengaruh adalah profitabilitas. Husnan (2007) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan rasio yang dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Semakin baik profitabilitas maka semakin baik suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Hal itu selanjutnya akan meningkatkan daya tarik

15 perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan tersebut semakin diminati investor karena tingkat pengembalian akan semakin besar (Ang : 1997). Dengan kata lain ketika profitabilitas tinggi para investor meyakini bahwa tingkat pengembalian yang akan mereka akan tinggi pula dan sebaliknya. Salah satu indikator profitabilitas digunakan untuk dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan oleh setiap penjualan. Menurut Prastowo (1995) rasio NPM memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. NPM juga dapat digunakan untuk mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dan dari faktor yang mempengaruhi return saham maka pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran likuiditas pada perusahaan subsektor konstruksi? 2. Bagaimana gambaran profitabilitas pada perusahaan subsektor konstruksi? 3. Bagaimana gambaran return saham pada perusahaan subsektor konstruksi? 4. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap return saham pada subsektor konstruksi?

16 5. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap return saham pada subsektor konstruksi? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui gambaran likuiditas pada perusahaan subsektor konstruksi 2. Untuk mengetahui gambaran profitabilitas pada perusahaan subsektor konstruksi 3. Untuk mengetahui gambaran return saham pada perusahaan subsektor konstruksi 4. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap return saham pada subsektor konstruksi 5. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap return saham pada subsektor konstruksi 1.5 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam pengembangan ilmu manajemen keuangan khusunya tentang pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap return saham pada subsektor building construction. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber bacaan

17 atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris pada pihakpihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan, diantaranya: a. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor dalam analisa dan penentuan pembelian saham. b. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk perusahaan dalam mencoba menganalisis likuiditas dan profitabilitas dalam menghasilkan return saham dan menilai kinerja keuangan perusahaan.