Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

dokumen-dokumen yang mirip
Perubahan Atap Masjid Agung Garut

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

BAB V PENUTUP. 1. Kotinuitas Elemen Pembentuk Ruang

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

IDENTIFIKASI MASJID WALI DI KABUPATEN DEMAK PENELITI : MOHHAMAD KUSYANTO, ST, MT NIDN :

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Jawa Timur secara umum

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Rumah Impian Mahasiswa

Transformasi Bentuk Arsitektur Masjid Agung Palembang

Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten

Ekspresi Sakral Arsitektur pada Bangunan Masjid Sunan Ampel Surabaya

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

KAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB 3 METODE PENELITIAN

Software Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis pada Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Blang Mee Samudera Pase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Identifikasi Geometri sebagai Dasar Bentuk pada Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR SUN VALLEY MUSIC PAVILION

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi di Jakarta BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) TEMPAT IBADAH DAN CARA AKSESNYA BERBASIS WEB DAN MOBILE DI KOTA BUKITTINGGI

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Masjid Raya Cipaganti, Heritage Kota Bandung yang Memadukan Gaya Arsitektur Jawa dan Eropa

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Mohhamad Kusyanto (1), Debagus Nandang (1), Erlin Timor Tiningsih (2), Bambang Supriyadi (3), Gagoek Hardiman (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Fatah Demak. (2) Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Fatah Demak. (3) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang. Abstrak Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini memiliki ruang utama yang besar sehingga untuk menaungi ruang ini diperlukan struktur atap yang besar dan kokoh. Struktur Masjid Agung Demak memiliki karakteristik yang berbeda dengan masjid yang lain. Artikel ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran/pemahaman struktur Masjid Agung Demak yang memiliki bentang yang besar. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kategori sifat penelitian deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dengan survei dan observasi langsung ke Masjid Agung Demak, penelusuran bahan pustaka, wawancara, pengukuran dan penggambaran serta dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah deskriptif-analitis melalui gambar-gambar atau foto-foto dan sketsa. Dalam penelitian ini ditemukan karakteristik sistem struktur bentang lebar Masjid Agung Demak yang memiliki keunikan dalam mempertahankan sistem struktur sejak awal pendiriannya, penggunaan kayu dalam menyelesaikan bentang lebar masjid dan membagi sistem struktur dalam tiga susun tajug. Kata-kunci : Demak, karakteristik, masjid, sistem, struktur Pendahuluan Masjid Agung Demak yang diduga didirikan pada tahun 1479 (Sumalyo, 2000) dan telah berdiri kokoh sampai saat ini. Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Pulau Jawa memiliki karakterisitik yang terlihat pada ruang, bentuk, dekorasi dan banyak karakteristik lain. Oleh karena itu masjid menjadi titik temu berbagai bentuk seni, mulai dari seni spasial, ruang dan bentuk, dekorasi, hingga seni suara (Setiabudi, 2000). Bentuk Masjid Agung Demak dapat dikenali melalui unsur-unsur elemen visual seperti garis, shape, value, tekstur, warna dan ruang. Bentuk dianggap sebagai suatu yang fundamental, berdiri sendiri sebagai suatu elemen tertutup dan terstruktur dalam dunia visual (Wardani, 2013: 198). Masjid Agung Demak termasuk masjid yang besar dikarenakan memiliki ruang utama sholat berbentuk bujur sangkar berukuran 24 x 24 meter dengan penutup atap tajug susun tiga, sehingga membutuhkan struktur ruang utama yang kuat. Struktur Masjid Agung Demak termasuk struktur bentang lebar yang sangat menarik untuk diteliti (Gambar 1, 2), Gambar 1. (kiri) Posisi Masjid Agung Demak Gambar 2. (kanan) Masjid Agung Demak (Sumber : Kusyanto, 2015) Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 079

Karakterisitik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran/pemahaman struktur bentang lebar Masjid Agung Demak yang terbuat dari bahan kayu, memberikan pengetahuan karakteristik struktur ruang utama masjid dan dapat dijadikan rujukan dalam pembangunan masjid lain yang menggunakan bentuk atap tajug pada ruang utamanya. Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (Creswell, 2008) dengan kategori sifat penelitian deskriptif eksploratif (Groat & Wang, 2002). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilalukan melalui survei dan observasi langsung ke Masjid Agung Demak, penelusuran bahan pustaka, wawancara, pengukuran dan penggambaran serta dokumentasi. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif-analitis melalui gambar-gambar atau foto-foto dan sketsa dengan membagi sesuai dengan jumlah susun dalam atap tajug Masjid Agung Demak (Gambar 3) Tajug Susun 3 Tajug Susun 2 Tajug Susun 1 Ruang utama merupakan salah satu komponen yang ada dalam sebuah masjid. Menurut Sumalyo (2000), komponen yang ada dalam masjid adalah (1) ruang untuk sholat bersama (ruang utama); (2) mimbar yakni tempat duduk tempat berceramah, agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh umat atau peserta shalat jamaah; (3) mihrab yakni sebuah ceruk atau ruang relatif kecil masuk dalam dinding, sebagai tanda arah kiblat. Biasanya mimbar berdampingan di sebelah kanan mihrab; (4) tempat wudhu yakni ruang untuk menyucikan diri dengan antara lain membasuh tangan, muka dan kaki sebelum sembahyang; (5) minaret yakni menara untuk memanggil untuk bersembahyang atau azan yang juga menjadi ritual shalat; (6) dikka, semacam panggung dengan tangga, diletakkan di tengah ruang shalat utama (unsur pelengkap yang tidak selalu ada dalam masjid); (7) dekorasi. Menurut Frishman (1994: 32 41), masjid memiliki komponen bagian yang meliputi ruang yang diberi batas, dinding kiblat dan mihrab, mimbar, dikka, kursi, maqsura, kolam, minaret, dan gerbang Bentuk dan ruang ditampilkan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam usaha merespons kondisi, fungsi, dan tujuan sesuai konteksnya (Ching: 2008: ix). Ruang utama Masjid Agung Demak berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 24x24 meter yang dapat menampung sedikitnya 500 jamaah. Bentuk bujur sangkar ruang utama sangat memungkinkan struktur atap tajug ini dipakai untuk menaungi ruang utama (Gambar 4). Gambar 3. Susunan Atap Tajug Masjid Agung Demak Analisis dan Interpretasi Masjid Agung Demak termasuk dalam masjid Jawa yang memiliki karakteristik meliputi denah persegi, atap piramid, dibatasi dinding sekeliling, dekat komplek makam, dan memiliki struktur utama saka guru, sementara serambi dan menara merupakan elemen tambahan (Budi, 2004). Gambar 4. Penggunaan Bujur sangkar Atap Tajug pada Denah Atap yang digunakan pada Masjid Agung Demak adalah tajug bersusun tiga. Masing-masing tajug memiliki karakteristik sistem struktur yang tidak sama. H 080 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

1. Tajug Susun 1 Mohhamad Kusyanto Tajug susun 1 berhubungan langsung dengan ruang utama Masjid Agung Demak. Sistem struktur ruang utama ini ditopang oleh 4 saka guru. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Takmir Masjid Agung Demak, tinggi setiap saka guru adalah 17 meter. Keempat saka guru ini merupakan karya empat wali dari walisanga. Susunan formasi tata letak saka guru adalah : - Bagian Barat Laut : Sunan Bonang (Tuban) - Bagian Barat Daya : Sunan Gunung Jati (Cirebon) - Bagian Tenggara : Sunan Ampel (Surabaya) - Bagian Timur Laut : Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak) yang lebih dikenal dengan Saka Tatal. Ke empat saka guru ini memiliki keunikan bahwa jarak antar saka guru tidak membentuk bujur sangkar. Hal ini diduga terjadi pergeseran saat rehab atau pemugaran saka guru tersebut (Gambar 5). 490 497 497 Gambar 5. Jarak Antar Saka Guru Saka Guru 490 Saka guru ruang utama masjid Agung Demak menopang atap masjid yang paling atas (tajug susun 3), atap tajuk susun yang tingkat kedua ditopang oleh struktur saka penanggap yang terbuat dari beton berbentuk lingkaran yang mengelilingi saka guru dan tajug susun 1 ditopang oleh dinding masjid dari batu bata yang mengelilingi ruang utama masjid. (Gambar 6). Gambar 6. Saka Guru dan Saka Guru Penanggap Ruang Utama Empat saka guru berdiameter 1,45 meter itu menahan beban bagian atap tertinggi (tajug susun 3). Tiang sekeliling saka guru (saka penanggap) menahan beban atap tajug susun 2, dan menjadi tautan atap paling bawah (tajug susun 1). Tajug susun 1 memiliki keunikan penutup gentingnya membentuk teritisan yang lebar sehingga harus ditopang oleh saka atau kolom. Ada perbedaaan kolom penahan teritisan pada sisi Utara dan Selatan menggunakan kolom berbentuk lingkaran, sedangkan pada sisi Barat teritisan ditopang kolom persegi (Gambar 8,9,10). Gambar 8. (kiri) Kolom sisi Selatan Gambar 9. (tengah) Kolom sisi Utara Gambar 10. (kanan) Kolom sisi Barat Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 081

Karakterisitik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Kolom teritisan sisi Timur menopang pertemuan atap tajug dengan atap limasan yang menaungi serambi masjid membentuk sebuah talang (Gambar 11). 2. Tajug Susun 2 Tajug susun 2 ditopang oleh saka penanggap. Untuk memperkuat saka penanggap dalam menopang beban atap, dipecahkan melalui kudakuda berbentang lebar. Bentang atap yang besar yakni 14,5 m. Sambungan pada kudakuda dipatek dengan pasak kayu. Untuk memperkuat kuda-kuda dipasang plat baja sebagai klem rangka kuda-kuda (Gambar 12). Gambar 11. Kolom sisi Barat Gambar 12. Kuda-kuda Masjid Agung Demak Kuda-kuda yang dipasang berjumlah 2 buah dengan bentang yang sama. Kuda-kuda terbuat dari 2 kayu yang digabungkan dengan dipasak. Keunikan peletakkan kuda-kuda ini tidak ditopang oleh saka penanggap melainkan menumpang diatas blandar yang melintang di atas saka penanggap (Gambar 13). Untuk memperkuat sisi Timur dan Barat dipasang setengah kudakuda memanjang (Gambar 14). Kuda-kuda Setengah Kuda-kuda Gambar 14. Setengah Kuda-kuda Memanjang Masjid Agung Demak 3. Tajug Susun 3 Sistem struktur atap yang paling atas, ditopang oleh blandar yang bersilangan dengan diberi penegak (makelar) ke atas menopang atap yang paling atas (Gambar 15). Makelar Blandar Blandar Gambar 13. Perletakkan Kuda-kuda Masjid Agung Demak Gambar 15. Struktur Penopang Atap Tajug Susun 3 H 082 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Keunikan struktur pada tajug susun 3 adalah penggunaan kayu pada blandar yang bersilangan tidak dalam posisi tegak tetapi telentang dan tidak menopang pada ke empat saka guru tetapi menopang blandar yang melintang yang ditumpu oleh saka guru (Gambar 16, 17). Gambar 16. (kiri) Struktur kayu tajug susun 3 Gambar 17. (kanan) Perletakkan Struktur kayu tajug susun 3 Struktur ruang utama Masjid Agung Demak telah menganut kaidah sistem struktur bangunan. Ruang utama masjid yang besar dan bangunan masjid yang tinggi, membutuhkan sistem struktur bentang lebar dengan bahan dari kayu. Sistem struktur Masjid Agung Demak dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini. Mohhamad Kusyanto Pertama, Masjid Agung Demak sebagai salah satu masjid tertua di Pulau Jawa masih mempertahankan sistem struktur sejak awal pendiriannya. Kedua, Masjid Agung Demak yang memiliki ruang utama sholat yang besar termasuk masjid bentang lebar yang menggunakan struktur dari bahan kayu. Penggunaan kayu sebagai konstruksi masjid bentang besar memerlukan perlakuan yang berbeda dengan bahan lain. Kayu memiliki keterbatasan dalam panjang bentang kayu untuk memenuhi sistem struktur, sehingga kayu harus disambung dengan kayu lain untuk memenuhi bentang tersebut. Ketiga, Struktur Masjid Agung Demak dirancang dapat mengalirkan beban yang ditopangnya dan beban lain yang mempengaruhinya seperti angin, getaran dan sebagainya. Sistem struktur dibuat saka guru menopang atap masjid yang paling atap (tajug susun 3), atap tajug susun tingkat kedua ditopang oleh struktur saka penanggap yang terbuat dari beton berbentuk lingkaran. Yang mengelilingi saka guru, dan tajug susun 1 ditopang oleh dinding masjid dari batu bata yang mengelilingi ruang utama masjid. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya penelitian lanjutan yang membahas lebih dalam sistem struktur Masjid Agung Demak terkait dengan sistem penyaluran gaya dan penelitian lanjutan lainnya dengan tema seputar sistem struktur masjid. Gambar 18. Isonometri Masjid Agung Demak Keunikan-keunikan yang terdapat dalam sistem struktur Masjid Agung Demak memunculkan karakteristik tersendiri bagi struktur Masjid Agung Demak. Kesimpulan Masjid Agung Demak memiliki karakterisitik yang berbeda dengan masjid lainnya yakni : Ucapan terima kasih kepada Simlitabmas Ristek Dikti yang telah mendanai penelitian hibah Pekerti dan Takmir Masjid Agung Demak yang telah memberi informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Daftar Pustaka Budi, B.S. (2004). A Study on the History and Development of the Javanese Mosque, Part 1: A Review of Theories on the Origin of the Javanese Mosque. Journal of Asian Architecture and Building Engineering, 3, 1, 189-195. Ching, Francis DK. 2008. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 083

Karakterisitik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Frishman, M. (1994). Islam and the Form of the Mosque. In The Mosque; History, Architectural Development & Regional Diversity, ed. M. Frishman and H. Khan. London: Thames and Hudson, 17-41. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Kusyanto, M., Nandang, D., Tiningsih, E.T., Supriyadi, B., Hardiman, G. 2015. Evaluasi Lingkungan Terbangun Kawasan Masjid Agung Demak Dalam Optimalisasi Ruang Luar Masjid, Seminar Nasional- Semesta Arsitektur Nusantara 3, Universitas Brawijaya, Malang Setiabudhi, B. 2000. Menelusuri Arsitektur Masjid di Jawa, dalam Mencari Sebuah Masjid, Bandung: Masjid 2000, Sumalyo, Y. 2000. Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Wardani, L. 2013. Estetika Tata Ruang Interior Keraton Yogyakarta. Disertasi. UGM. H 084 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016