KAJIAN DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI MINUMAN FUNGSIONAL BUAH KECAPI (Sandoricum Koetjape Merr)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

BAB 1 PENDAHULUAN. Buah kersen merupakan buah yang keberadaannya sering kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI BUAH KAWIS DAN MARKISA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sirup merupakan salah satu produk olahan cair yang dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PENGARUH RASIO DAGING DAN KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP KARAKTERISTIK SELAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

SKRIPSI OLEH : HONDY HARTANTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahan pangan hasil pertanian seperti buah-buahan, umbiumbian

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

OPTIMASI PENGOLAHAN TEH KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) OPTIMIZATION OF DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) SKIN TEA PROCESSING

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Transkripsi:

KAJIAN DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI MINUMAN FUNGSIONAL BUAH KECAPI (Sandoricum Koetjape Merr) Reni Marcilia Friana 1. Dudung Angkasa 2. Hendra Wijaya 3 Departement of Nutrition Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 reni.marcilia@yahoo.com ABSTRACT One of the 253 types fruits that have the potential to be developed in Indonesia is the santol fruit. Santol Fruit either flesh fruit or rind contains antioxidants such as beta-carotene and flavonoids are efficacious as antioxidative and anticarcinogenic to prevent the occurrence of cancer. Therefore santol fruit potential to be developed into a nutritious functional beverages fruit antioksidan. Manufacture functional beverages of santol fruit has not been studied previously. The purpose of this study was to determine the acceptability and nutritional value of functional beverage combinations of fruit flesh and rind of santol. This study used a completely randomized design (CRD), with one factor that is factor comparison flesh santol fruit and rind santol consists of 3 levels of treatment were analyzed using Analysis Of Variance test (ANOVA) at a rate of 95% or α = 0.05 and continued with Duncan test. The tests of nutrition factc was condused by the proximate analysis, test vitamin C using iodine titration method and test the antioxidant activity using DPPH method. Study of functional beverages of santol fruit is the best acceptance obtained t2 (75 gr fruit flesh and 25 gr rind of santol) treatment with a water content of 92.37%, 0.22% ash, 0.04% protein, 0.10% fat, 7.26% carbohydrates, vitamin C 0,68 mg and 4,083 ppm antioxidant activity. Keywords: functional beverages, santol fruit, antioxidant activity PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar, tetapi baru sebagian kecil upaya pemanfaatannya. Hal tersebut tercermin dari data buah yang dipantau Departemen Pertanian (2008) hanya mencakup 23 jenis buah dari 60 jenis buah binaan. Sementara kajian potensi buah Nusantara yang telah dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dalam rangka domestikasi dan komersialisasi buah Indonesia mencatat sebanyak 253 jenis buah yang berpotensi dikembangkan di Indonesia salah satunya buah kecapi (Broto, 2010). Buah kecapi (Sandorium koetjape) dikenal juga dengan sebutan buah sentul. Buah ini diperkirakan berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya berabad-abad yang silam (Aprilianti, 2009). Buah kecapi banyak ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional di daerah Jawa Barat dengan harga yang relatif murah. Buah kecapi mengandung antioksidan seperti beta karoten dan substansi bioaktif flavonoid dalam jumlah besar, yaitu 6,5 millimhos per 100 gr buah segar. Zat tersebut berperan sebagai anti oksidatif serta anti karsinogenik yang berkhasiat untuk mencegah terjadinya penyakit kanker (Benjawan C, 2009). Buah kecapi biasa dikonsumsi segar dan di beberapa daerah dijadikan sebagai selai, manisan dan sirup. Bentuk lain dari pemanfaatan buah kecapi yaitu sebagai minuman beralkohol yang difermentasikan bersama dengan beras. Di Malaysia, buah mudanya dijadikan sebagai bahan baku pembuatan permen karena buah kecapi kaya akan kandungan pektin (Aprilianti, 2009). Bagian kulit buah kecapi yang berdaging tebal juga bisa dikonsumsi dalam keadaan segar atau dimasak terlebih dahulu dan dijadikan manisan. Menurut penelitian yang dilakukan Silaban (2009) tentang senyawa fitokimia yang terkandung dalam kulit buah kecapi salah satunya adalah flavonoid yang dapat digunakan sebagai pelindung tubuh manusia dari radikal bebas dan dapat mengurangi resiko penyakit kanker dan peradangan. Daging buah dan kulit buah kecapi yang memiliki kandungan flavonoid 1

tinggi berpotensi untuk dikembangkan menjadi minuman fungsional berkhasiat antioksidan. Penelitian tentang tanaman kecapi yang telah dilakukan di Indonesia masih terbatas. Diantaranya penelitian Aprilianti dan Putri (2009) yang mengkaji sifat fisik biji kecapi dan penyimpanannya dalam suhu kamar, penelitian yang dilakukan Swantara dan Ciawi (2009) yang mengidentifikasi senyawa antibakteri pada daun kecapi dan penelitian Suryani (2011) yang mengisolasi dan mengelusidasi struktur senyawa triterpenoid dari ekstrak etil asetat kulit batang tumbuhan kecapi. Namun, penelitian pada pengolahan buah kecapi sendiri belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat minuman fungsional berupa minuman sari buah kecapi yang mengkombinasikan daging buah dan kulit buah kecapi, dengan pertimbangan minuman sari buah kecapi yang memiliki konsistensi yang cair memungkinkan zat-zat terlarutnya mudah diserap oleh tubuh dimana dinding sel selulosa dari buah akan hancur dan larut sehingga lebih mudah untuk dicerna oleh lambung dan saluran pencernaan (Christine Y, 2014). Pengembangan minuman fungsional berbahan baku daging buah dan kulit buah kecapi merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah buah kecapi sebagai salah satu bahan pangan lokal untuk bisa dimanfaatkan lebih luas pada masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan suatu penelitian tentang kajian daya terima dan nilai gizi minuman fungsional buah kecapi. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimental dengan percobaan di laboratorium. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan satu faktor yaitu faktor perbandingan buah dan kulit kecapi yang terdiri dari 3 aras perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 9 unit percobaan. Minuman fungsional buah kecapi kemudian diuji daya terima, nilai gizi, aktivitas antioksidan, ph, viskositas dan umur simpan. Pada penelitian ini juga akan menggunakan daging segar buah kecapi yang diuji determinasi tumbuhan. Pengujian daya terima (warna, aroma, rasa, dan tekstur) minuman fungsional buah kecapi dilakukan menggunakan metode hedonik dilakukan oleh 25 orang panelis agak terlatih. Untuk menguji pengaruh perlakuan digunakan uji Analisis Of Varians (One Way Anova) pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Uji kandungan zat gizi menggunakan uji proksimat yang terdiri dari kadar abu menggunakan metode dry ashing, kadar air menggunakan metode distilasi toluene, kadar lemak menggunakan metode soxletasi, kadar protein menggunakan metode kjehdahl dan kadar karbohidrat menggunakan metode corbohidrat by different serta uji vitamin C menggunakan metode titrasi iodine. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, pengukuran ph menggunakan ph meter, pengukuran viskositas menggunakan viskometer cup and bob dan penentuan umur simpan menggunakan metode studi waktu nyata (real time study) pada suhu ruang 25-27 0 C dan suhu chiller 15 0 C dalam jangka waktu 7 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Hedonik Hasil uji Analisis Of Varians (One Way Anova) pada perlakuan (t1, t2 dan t3) minuman fungsional buah kecapi berdasarkan parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Signifikansi Hasil Uji Hedonik Minuman Fungsional Buah Kecapi Parameter P Notasi Warna 0,000 S Aroma 0,117 NS Rasa 0,000 S Tekstur 0,572 NS Keterangan : S = Signifikan, NS = Non Signifikan 2

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa perbandingan daging buah dan kulit buah kecapi berpengaruh nyata terhadap warna dan rasa minuman fungsional buah kecapi (p<0,05). Hal ini karena semakin banyak perbandingan daging buah kecapi dan semakin sedikit perbandingan kulit buah kecapi digunakan maka warna minuman yang dihasilkan akan semakin cerah. Sedangkan untuk rasa minuman fungsional buah kecapi karena perbandingan daging buah kecapi dan kulit buah kecapi pada ketiga perlakuan menghasilkan rasa yang berbeda dimana semakin banyak kulit buah kecapi yang digunakan maka semakin asam rasa minuman aroma dan tekstur tidak berpengaruh nyata terhadap minuman fungsional buah kecapi (p>0,05). Hal ini karena aroma dan tekstur yang dihasilkan pada ketiga hampir sama. Kesamaan pada aroma dan tekstur minuman fungsional buah kecapi dikarenakan aroma dari daging buah kecapi dan kulit buah kecapi yang tidak jauh berbeda dan formulasi bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman seperti gula pasir, asam sitrat dan air sama pada ketiga perlakuan sama. Nilai rata-rata uji hedonik minuman fungsional buah kecapi hijau dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Nilai Rata-Rata Uji Hedonik Minuman Fungsional Buah Kecapi Perlakuan Parameter Uji Hedonik Warna Aroma Rasa Tekstur t1 3,78 4,40 4,90 5,50 t2 6,65 5,51 6,70 6,02 t3 4,77 4,81 4,50 5,72 Keterangan: t1 = perbandingan daging buah kecapi 100gr dan kulit buah kecapi 0 gr t2 = perbandingan daging buah kecapi 75 gr dan kulit buah kecapi 25 gr t3 = perbandingan daging buah kecapi 50 gr dan kulit buah kecapi 50 gr Warna minuman fungsional buah kecapi yang dihasilkan adalah warna coklat muda hingga coklat pekat. Dari tabel 2 dapat dilihat perlakuan t2 adalah perlakuan yang paling disukai dari segi warna oleh panelis, hal ini kemungkinan disebabkan karena warna minuman fungsional buah kecapi pada perlakuan t2 berwarna coklat cerah. Warna coklat cerah pada minuman fungsional buah kecapi disebabkan oleh perbandingan kulit buah kecapi yang lebih kecil dibandingkan perlakuan yang lain, dimana pada perlakuan t2 terjadi degradasi warna antara warna coklat pada kulit buah kecapi dengan warna putih pada daging buah kecapi sehingga menghasilkan warna coklat cerah pada minuman fungsional buah kecapi sedangkan untuk perlakuan t1 dengan tingkat kesukaan terendah menggunakan perbandingan 100 gr daging buah kecapi sehingga menghasilkan warna coklat muda. Aroma yang dihasilkan pada ketiga perlakuan adalah aroma khas minuman fungsional buah kecapi. Minuman fungsional buah kecapi dengan perbandingan kulit buah kecapi 25 gr dan daging buah kecapi 75 gr memiliki tingkat kesukaan yang paling baik dari segi parameter aroma jika dibandingkan perlakuan lainnya. Dilihat dari Tabel 2 aroma minuman fungsional buah kecapi yang paling disukai panelis adalah perlakuan t2. Rasa minuman fungsional buah kecapi yang dihasilkan adalah rasa asam yang menyegarkan khas buah kecapi dengan perpaduan rasa daging buah kecapi dan kulit buah kecapi. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan t2 adalah perlakuan yang paling disukai dari segi rasa oleh panelis dengan perbandingan daging buah kecapi 75 gr dan kulit buah kecapi 25 gr sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan t3 dengan 3

perbandingan daging buah kecapi 50 gr dan kulit buah kecapi 50 gr. Tekstur minuman fungsional buah kecapi yang dihasilkan adalah cair dan tidak berbulir, dari tabel 2 dapat dilihat tekstur yang paling disukai oleh panelis yaitu pada perlakuan t2 dengan perbandingan daging buah kecapi 75 gr dan kulit buah kecapi 25 gr diikuti perlakuan t3 dan nilai terendah yaitu pada perlakuan t1 dengan penggunaan 100 gr daging buah kecapi dan 0 gr kulit buah kecapi. B. Analisa Kandungan Zat Gizi Analisa kandungan zat gizi minuman fungsional buah kecapi terdiri dari analisis proksimat dan analisis vitamin C. hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3 dan untuk hasil analisa aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 4. Bahan Uji Buah Segar Tabel 3. Hasil Analisa Kandungan Zat Gizi Minuman Fungsional Buah Kecapi Parameter Uji Kadar KH (%) Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%) Kadar Vitamin C (mg/100 ml) 91,89 0,30 0,19 0,17 7,43 - t1 92,20 0,06 0,05 0,09 7,59 0,68 t2 92,37 0,22 0,04 0,10 7,26 - t3 90,81 0,33 0,02 0,16 8,67 - Bahan Uji Tabel 4. Hasil Analisa Aktivitas Antioksidan Aktivitas Antioksidan (ppm) Buah Segar 18.452 t1 59.687 t2 4.083 t3 14.784 1. Analisa Proksimat Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kadar air pada buah kecapi segar yang belum diolah mengalami peningkatan pada perlakuan t1 sebesar 0,31%, pada perlakuan t2 sebesar 0,48% dan mengalami penurunan pada perlakuan t3 sebesar 1,08%.. Nilai kadar air pada minuman fungsional buah kecapi sudah sesuai dengan standar kadar air pada jus buah yaitu berkisar antara 85-93% (Santoso dkk, 2012). Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa minuman fungsional buah kecapi dengan perlakuan t2 memiliki kadar abu 0,22%. Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan standar kadar abu pada jus buah yaitu berkisar antara 0,2-0,8% (Santoso dkk, 2012). Kadar abu pada buah kecapi segar yang belum diolah mengalami peningkatan pada perlakuan t3 sebesar 0,03% dan mengalami penurunan pada perlakuan t1 sebesar 0,24%, pada perlakuan t2 sebesar 0,08%. Kadar protein pada buah kecapi segar yang belum diolah mengalami penurunan pada ketiga perlakuan dimana besar penurunan t1 sebesar 0,14%, perlakuan t2 sebesar 0,15% dan perlakuan t3 sebesar 0,17%. Kadar protein minuman fungsional buah kecapi 0,05% masih belum memenuhi standar kadar protein pada 1 gelas minuman buah yaitu 0,15%. 4

Rendahnya kadar protein pada sari buah kecapi dikarenakan buah kecapi bukanlah sumber protein utama dan dapat dilihat pula bahwa hanya sedikit penurunan kadar protein dari buah kecapi segar menjadi minuman sari buah kecapi. Kadar lemak pada buah kecapi segar yang belum diolah mengalami penurunan pada ketiga perlakuan dimana besar penurunan kadar lemak perlakuan t1 sebesar 0,08%, perlakuan t2 sebesar 0,07% dan perlakuan t3 sebesar 0,01%. Rendahnya kadar lemak pada sari buah kecapi juga disebabkan oleh rendahnya kadar lemak yang dikandung oleh bahan penyusunnya yaitu buah kecapi segar. Kadar lemak minuman fungsional buah kecapi 0,16% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak pada 1 gelas minuman buah pada perhitungan nutri survey dimana kadar lemak pada 1 gelas minuman buah yaitu 0%. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa minuman fungsional buah kecapi memiliki kadar karbohidrat 8,67% pada perlakuan t3 dan buah kecapi segar memiliki kadar karbohidrat 7,43%. Kadar karbohidrat yang dihasilkan dalam pembuatan minuman fungsional buah kecapi lebih kecil dibandingkan dengan kadar karbohidrat pada 1 gelas minuman buah pada perhitungan nutri survey yaitu 28,8%. Rendahnya kadar karbohidrat pada sari buah kecapi juga disebabkan oleh rendahnya kadar karbohidrat yang dikandung oleh bahan penyusunnya yaitu buah kecapi segar. Kadar karbohidrat pada buah kecapi segar yang belum diolah mengalami peningkatan pada perlakuan t1 sebesar 0,16%, pada perlakuan t3 sebesar 1,24% dan kadar karbohidrat mengalami penurunan pada perlakuan t2 sebesar 0,17%. 2. Analisa Vitamin C Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kadar vitamin C minuman fungsional buah kecapi 0,68 mg/100 ml. Kecilnya kadar vitamin C pada minuman fungsional buah kecapi disebabkan oleh proses pemanasan selama pengolahan yang menyebabkan terjadinya degradasi vitamin C. Hal ini disebabkan panas dapat mempercepat terjadinya oksidasi vitamin C. Menurut Winarno (2004), vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi. Pada proses pengolahan pangan, kehilangan vitamin C akibat reaksi enzimatis jumlahnya sangat sedikit, sedangkan reaksi non enzimatis menjadi penyebab utama hilangnya vitamin C (Martha H dkk, 2007). Kebutuhan vitamin C pada setiap orang berbeda beda berdasarkan dengan usia dan kondisi fisiologis tubuh. Kebutuhan vitamin C untuk pria dan wanita umur 10-19 tahun sebesar 50-60 mg perhari, umur 19-60 tahun sebesar 60 mg perhari (AKG, 2004). Dengan mengkonsumsi sari buah kecapi maka kebutuan vitamnin C yang terpenuhi adalah 1,36% - 2,36%. 3. Aktivitas Antioksidan Berdasarkan hasil analisis aktivitas antioksidan, diketahui bahwa nilai aktivitas antioksidan IC 50 pada buah kecapi segar yang belum diolah mengalami peningkatan pada perlakuan t1 sebesar 41.235 ppm, dan Nilai aktivitas antioksidan mengalami penurunan pada perlakuan t2 sebesar 14.369 ppm dan pada perlakuan t3 sebesar 3.668 ppm. SNI untuk aktivitas antioksidan pada sari buah belum ada, namun dapat dilihat perbedaan antara minuman sari buah kecapi dengan buah segarnya dimana aktivitas antioksidan pada minuman fungsional buah kecapi perlakuan t2 (4.083 ppm) lebih tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun minuman fungsionalnya yaitu buah kecapi segar (18.452 ppm). Hasil ini menunjukkan bahwa minuman fungsional buah kecapi perlakuan t2 mampu mencapai 5

nilai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan komponen penyusunnya yaitu buah kecapi segar. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-0,1 mg/ml, sedang jika IC50 bernilai 0,101-0,150 mg/ml, dan lemah jika IC50 bernilai 0,150-0,200 mg/ml (Molyneux 2004 dalam Widyaswari 2013). Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat aktivitas antioksidan pada perlakuan t2 yaitu 4.083 ppm setara dengan 4,083 mg/ml yang berarti aktivitas antioksidan pada minuman fungsional buah kecapi sangat lemah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai aktivitas antioksidan pada minuman fungsional buah kecapi yaitu cahaya dan panas dimana dalam proses penanganan minuman fungsional buah kecapi selama pengolahan sampai dengan proses analisis, minuman fungsional buah kecapi terkena paparan cahaya dan mengalami proses pemanasan. C. Pengukuran ph Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa ph minuman fungsional buah kecapi 3,6. Rendahnya nilai ph minuman sari buah kecapi mungkin disebabkan oleh penambahan asam sitrat pada saat pengolahan. Menurut Winarno (2004), asam sitrat dapat berfungsi sebagai asidulan (senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan). Nilai ph pada minuman fungsional buah kecapi sudah sesuai dengan standar minuman sari buah SNI 01-3719-1995 dimana syarat mutu ph pada minuman sari buah adalah maksimal 4. D. Pengukuran Viskositas Viskositas menunjukkan tingkat kekentalan suatu produk. Semakin tinggi nilai viskositas produk maka semakin kental produk tersebut (Farikha, 2012). Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa viskositas minuman sari buah kecapi 6 centi Poise (cp) yang berarti tingkat kekentalan pada sari buah kecapi rendah. Viskositas sari buah kecapi yang dihasilkan pada penelitian ini sudah sesuai dengan viskositas pada beberapa sari buah komersial dipasaran yaitu berkisar antara 1,77-6,61 cp. E. Penentuan Umur Simpan Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 7 hari, minuman sari buah disimpan dalam 2 suhu yaitu pada suhu ruang 25-27 0 C dan pada suhu lemari pendingin (chiller) 15 0 C. pengamatan yang dimulai pada hari 0 merupakan awal dari penyimpanan sari buah. Pada sari buah pada minuman fungsional t1 untuk penyimpanan disuhu ruang pada hari 2 sudah menunjukkan timbulnya jamur didasar sari buah dan aromanya berubah menjadi asam namun warnanya masih belum berubah dan hingga penyimpanan hari ke 6 jumlah jamur pada sari buah t1 semakin membesar dan terdapat endapan pada sari buah, warnanya juga memudar menjadi putih keruh. Sedangkan pada sari buah t1 yang disimpan pada suhu chiller, perubahan dimulai pada hari ke 4 penyimpanan dimana terdapat endapan pada sari buah dan pada penyimpanan hari ke 6 selain adanya endapan, aroma sari buah sudah berubah menjadi asam warnanya juga memudar menjadi putih keruh. Sari buah pada perlakuan t2 untuk penyimpanan disuhu ruang pada hari ke 6 sudah mengalami perubahan dimana terdapat jamur dan endapan pada sari buah, warnanya memudar menjadi coklat keruh dan aroma sari buah berubah menjadi asam sedangkan pada penyimpanan disuhu chiller perubahan sari buah pada perlakuan t2 dimulai pada hari ke 4 dimana warna memudar menjadi coklat keruh dan terdapan endapan. Dan untuk sari buah pada perluan t3 baik yang disimpan pada suhu ruang maupun suhu chiller perubahan dimulai pada hari ke 6 dimana terdapat endapan pada sari buah 6

dan warnanya berubah menjadi coklat keruh. Timbulnya endapan pada sari buah atau suatu padatan terlarut menunjukkan kandungan bahan-bahan yang terlarut. Sedangkan adanya jamur dapat disebabkan karena kandungan air dalam sari buah kecapi yang tinggi. Dari uji umur simpan yang dilakukan selama 7 hari diketahui bahwa dari penyimpanan yang dilakukan di 2 suhu yang berbeda, sari buah lebih awet disimpan pada suhu chiller 15 0 C dibandingkan disimpan pada suhu ruang 25 0-27 0 C. Perlakuan t1 pada suhu ruang memiliki umur simpan paling pendek yaitu hanya bertahan selama 2 hari dan perlakuan t3 pada suhu chiller memiliki umur simpan yang paling lama yaitu pada hari ke 7 penyimpanan masih belum ada perubahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar perbandingan kulit buah kecapi yang digunakan maka daya simpan sari buah kecapi yang digunakan akan semakin lama dan semakin besar perbandingan daging buah kecapi yang digunakan maka daya simpan sari buah akan semakin pendek hal ini dapat dipengaruhi oleh kadar air yang dikandung pada daging buah kecapi yang digunakan sangat besar yaitu mencapai 91,89%. Kadar air yang besar pada buah kecapi merupakan media mikroorganisme untuk tumbuh (Winarno 2004). KESIMPULAN 1. Hasil uji hedonik minuman fungsional buah kecapi menunjukkan bahwa perbandingan daging buah dan kulit buah kecapi berpengaruh nyata terhadap warna dan rasa minuman fungsional buah kecapi dan tidak berpengaruh nyata terhadap aroma dan tekstur minuman fungsional buah kecapi. Minuman fungsional buah kecapi yang paling disukai adalah minuman fungsional buah kecapi perlakuan t2 dengan perbandingan daging buah dan kulit buah kecapi 75gr : 25gr. 2. Hasil analisis proksimat minuman fungsional buah kecapi menunjukkan bahwa : a. kadar air tertinggi pada perlakuan t2 dengan nilai 92,37% diikuti perlakuan t1 92,20%, perlakuan t3 sebesar 90,81% dan buah kecapi segar memiliki kadar air 91,89%. b. Kadar abu tertinggi pada perlakuan t3 memiliki kadar abu 0,33%, diikuti perlakuan t2 0,22%, perlakuan t1 sebesar 0,06% dan buah kecapi segar memiliki kadar abu 0,30%. c. Kadar protein tertinggi pada perlakuan t1 memiliki kadar protein 0,05%, diikuti perlakuan t2 0,04%, perlakuan t1 sebesar 0,02% dan buah kecapi segar memiliki kadar protein 0,19%. d. Kadar lemak tertinggi pada perlakuan t3 memiliki kadar lemak 0,16%, diikuti perlakuan t2 0,10%, perlakuan t1 sebesar 0,09% dan buah kecapi segar memiliki kadar lemak 0,17%. e. Kadar karbohidrat tertinggi pada perlakuan t3 memiliki kadar karbohidrat 8,67%, diikuti perlakuan t1 7,59%, perlakuan t2 sebesar 7,26% dan buah kecapi segar memiliki kadar karbohidrat 7,43%. 3. Kadar vitamin C minuman fungsional buah kecapi sebesar 0,68 mg/100 ml. 4. Aktivitas antioksidan minuman fungsional buah kecapi menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan terbaik pada perlakuan t2 dengan nilai 4.083 ppm diikuti perlakuan t2 14.784 ppm dan t1 59.452 ppm. 5. Hasil pengkuran ph pada minuman fungsional buah kecapi yaitu 3,6. 6. Hasil pengkuran viskositas pada minuman fungsional buah kecapi yaitu 6 centi Poise (cp). 7. Hasil penentuan umur simpan yang dilakukan pada suhu ruang 25-27 0 C diketahui bahwa umur simpan minuman t1 adalah 2 hari, umur simpan minuman t2 adalah 6 hari dan umur simpan minuman t3 adalah 4 hari. Sedangkan pada suhu chiller 15 0 C, umur simpan minuman t1 adalah 4 hari, umur simpan minuman t2 adalah 4 hari dan umur simpan minuman t3 adalah lebih dari 7 hari. SARAN 1. Diperlukan penelitian lanjutan pada formulasi pembuatan minuman fungsional buah kecapi dimana minuman dapat ditambahkan bahan tambahan makanan antioksidan seperti butylated 7

hidroksitoluena (BHT) sehingga aktivitas antioksidan minuman fungsional buah kecapi bisa menjadi lebih tinggi. 2. Diperlukan perbaikan pada proses pengolahan pembuatan minuman fungsional buah kecapi dengan metode sterilisasi dan pasteurisasi yang benar agar dapat meminimalisisr pertumbuhan mikroorganisme pada minuman fungsional DAFTAR PUSTAKA Aprilianti, P: Putri, W.U. 2009. Study Sifat Fisik Biji Kecapi (Sandoricum Koetjape Burm.f.Merr) dan Penyimpanannya dalam Suhu Kamar. Buletin Kebun Raya Indonesia 12 (2), Juli 2009 Benjawan, C: Chutichudet, P. 2009. Control of Skin Colour and Polyphenol Oxidase Activity in Santol Fruit by Dipping in Organic Acid Solution.Pakistan Journal of Biological Sciences 12 (11): 852-858 Broto W. 2010. Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar. ISBN : 978-979-1116-19-0. Christine, Y. 2014. Analisis Kandungan Vitamin C dan Natrium Benzoat pada Minuman Sari Buah secara Simultan dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet. [Skripsi] Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan Farikha I, Dkk. 2012. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Bahan Penstabil Alami Terhadap Karakteristik Fisikokimia Sari Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Selama Penyimpanan. Jurnal Teknosains Pangan 2 (1), Januari 2013. ISSN: 2302-0733 buah kecapi sehingga umur simpannya bisa menjadi lebih lama. 3. Diperlukan penelitian lanjutan pada analisis nilai gizi dan aktivitas antioksidan pada kulit buah kecapi agar dapat dijadikan pembanding pada minuman fungsional buah kecapi. Martha H, dkk. 2007. Pengaruh Penggunaan Jenis Gula DAN Konsentrasi Sari buah terhadap Beberapa Karakteristik Sirup Jeruk Keprok Garut (Citrus Nobilis Lour. Laporan Penelitian Dasar (LITSAR) Universitas Padjadjaran. Bandung Santoso dkk. 2012. Modul Pembelajaran Analisis Pangan dan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Silaban, L.W. 2009. Skrinning Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Kulit Buah Sentul (Sandoricum Koetjape (Burn. F.)Merr) Terhadap Beberapa Bakteri Secara In Vitro. [Skripsi] Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan Suryani, E. 2011. Isolasi Dan Elusidasi Struktur Senyawa Triterpenoid dari Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Kecapi (Sandoricum Koetjape Merr). Artikel Penelitian Program Studi Kimia Pascasarjana Universitas Andalas. Padang Swantara, D.IM. Ciawi, Y. 2009. Identifikasi Senyawa Antibakteri pada Daun Kecapi (Sandoricum Koetjape (Burm.F.)). Jurnal Kimia 3 (2), Juli 2009: 61-68 Widyaswari, S.G. 2013. Formulasi Minuman Fungsional Kerang Pisau (Solen Spp). [Tesis] 8

Fakultas Teknologi Hasil Perairan IPB. Bogor. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta 9