Pendidikan Luar Kelas sebagai Pilar Pembentukan Karakter Siswa. Oleh : Hari Yuliarto

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI MANUSIA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (OUTDOOR EDUCATION) TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR

PENTINGNYA AKTIVITAS LUAR KELAS. Ichsani

AKTIVITAS LUAR YUYUN ARI WIBOWO

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MATAKULIAH : AKTIVITAS LUAR KELAS No. Silabus :

LAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN OUTDOOR EDUCATION PENDIDIKAN JASMANI. (Aris Fajar Pambudi, M.Or)

Naskah. Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun Oleh. Putu Ema Sugiantari, S.Pd NUPTK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER ENERGI MELALUI METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di Taman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Kecerdasan Naturalis

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. muncul teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

Hakikat Budi Luhur. Pusat Studi Kebudiluhuran Universitas Budi Luhur Jakarta 06/07/17

Biro Konsultasi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

PEMBANGUNAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TENIS

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

PELATIHAN OUT BOUND BAGI GURU PENJASKES SEKOLAH MENENGAH ATAS SE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA SD KOTA YOGYAKARTA. Siti Anafiah Ardian Arief

BAB I PENDAHULUAN. nasional.pada Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003Tentang Sistem

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan dan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

LEMBAR PENGESAHAN. 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang. Dosen Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

arboreal an outdoor education company

Transkripsi:

Pendidikan Luar Kelas sebagai Pilar Pembentukan Karakter Siswa Oleh : Hari Yuliarto Abstrak Outdoor education is, an experimential method of learning by doing, which takes place primarily through exposure to the out-of-doors. In outdoor education, the emphasis for the subject of learning is placed on RELATIONSHIP: relationship concerning human and natural resources. Outdoor education is the use of outdoors for educational purpose. Outdoor education often involves small groups actively engaged in adventurous activities for personal growth under the guidance of an instructor or leader Pendidikan sebagai investasi manusia. Kejenuhan pengembangan di dalam ruang turut memberikan dorongan berkembangnya konsep pendidikan di luar kelas. Pendidikan dalam ruang yang bersifat kaku dan formalitas dapat menimbulkan kebosanan, termasuk juga kejenuhan terhadap rutinitas di sekolah. Pendidikan luar kelas dijadikan sebagai alternative baru dalam meningkatkan pengetahuan dalam pencapaian kualitas manusia. Alam sebagai media pendidkan adalah suatu sarana efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan pola pikir serta sikap mental positif seseorang. Konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena secara nyata dari lingkungan dan memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai sumber belajar. Pengertian dan Konsep Pendidikan Luar Kelas Pendidikan luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/ sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/ nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan (Arief Komarudin,

2007). Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia S, 2006). Pendidikan luar kelas diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan yang menjadi dasar dari aktivitas luar kelas seperti hiking, mendaki gunung, camping dll. Pendidikan luar kelas mengandung filosofi, teori dan praktis dari pengalaman dan pendidikan lingkungan. Priest (1986) dalam Tri IL (2008: 5) menyatakan Outdoor education is, an experimential method of learning by doing, which takes place primarily through exposure to the out-of-doors. In outdoor education, the emphasis for the subject of learning is placed on RELATIONSHIP: relationship concerning human and natural resources. Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar Pendekatan Out-door learning menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung

bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan social anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan. (http://www.plbjabar.com) Beberapa konsep yang melandasi pendekatan Out-door learning : 1. Pendidikan selama ini tidak menempatkan anak sebagai subjek 2. Setiap anak berkebutuhan khusus dan unik. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan anak. Keunikan anak yang berkebutuhan khusus harus mendapat tempat dan dicarikan peluang agar anak dapat lebih berkembang. 3. Dunia anak adalah dunia bermain, tetapi pelajaran banyak disampaikan tidak lewat permainan. 4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia, namun dunia pendidikan kurang memberikan kesempatan bagi pengembangan kreativitas. Sedangkan elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Out door learning adalah : 1) Alam terbuka sebagai sarana kelas; 2) Berkunjung ke objek langsung; 3) Unsur bermain sebagai dasar pendekatan; 4) Guru harus mempunyai komitmen. Disamping elemen di atas ada alasan mengapa metode pendekatan outdoor learning dipakai sebagai pengembangan karakter anak, yaitu : 1) Metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi sederhana; 2) Metode ini menggunakan pendekatan

metode belajar melalui pengalaman; 3) Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. Lingkungan sebagai Sumber Belajar Peranan sumber belajar sering dilupakan, padahal sumber belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar anak. Anggani S (2000: 7) menyatakan bahwa sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa dan guru. Bentuk pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan permainan. Guru bias memilih bentuk permainan yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.menurut Abulraihan (2008) lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi lingkungan, memperhatikan factor keamanan karena di alam bebas mempunyai tingkat keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa. Model pembelajaran yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain atau permainan. Menurut Rijsdorp ( dalam Sukintaka 1992: 1), anak yang bermain kepribadiannya akan berkembang dan wataknya akan terbentuk, berarti bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan watak dan kepribadiannya. Pendidikan jasmani melalui pendidikan luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah sebagai sumber belajar, lingkungan sekolah juga dapat dijadikan sebagai alat pengembangan kegiatan di alam bebas agar siswa dapat mengembangkan

keterampilan untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan bersikap positif, berperilaku sosial yang selaras dengan norma yang ada. Alam merupakan Manisfestasi Pendidikan Luar Kelas Lahirnya konsep pendidikan di alam adalah manifestasi dari pendidikan di luar ruangan. Alam sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas metodologi pendidikan di dalam kelas. Dari pemikiran inilah Walt Whitmant mencoba memperbaharuhi metodologi itu dengan penekanan pada proses aktivitas di luar kelas. Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat menggantikan proses pendidikan konvensional (kelas/ ruangan) yang selama ini dilakukan secara masif. Akibatnya model pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif, bukan pada proses pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber pengetahuan ( F Herry, 2008:2). Pendidikan dan pelatihan di alam akan dirasakan langsung manfaatnya oleh setiap individu berdasarka kemampuan yang dimiliki (Wurdinger 1995), sedangkan menurut Murphy(1995) pendidikan di alam adalah salah satu metodologi pendidikan dan latihan di masa yang akan datang yang dapat menggantikan metode tradisional yang menjadikan guru sebagai sumber pengetahuan segala-galanya, sehingga tidak ada ruang bagi siswa untuk berpikir di luar koridor yang disampaikan oleh guru. Siswa dianggap salah jika mempunyai perilaku, watak dan kreativitas yang tidak sesuai dengan cara pandang personal dari guru. Pendidikan di alam menggunakan metodologi yang berangkat dari pengalaman (experiental learning). Seperti dikatakan F Herry( 2008:3) bahwa hanya 20% kita mampu mengingat apa yang kita dengar, 50% mampu memahami apa yang dilihat dan 85% mampu memahami apa yang dilakukan. Konsep pendidikan I hear and I

forget. I see and I remember, I do and I understand yang lebih mengutamakan manusia sebagai subjek pendidikan itu sendiri betul-betul mampu diterapkan, bukan hanya sebatas slogan semata. Paradigma baru sekarang ini adalah menjadikan alam sebagai tempat wisata sekaligus media pendidikan. Kolaborasi konsep wisata dan pendidikan telah banyak dilakukan oleh masyarakat kita, seperti program Ghatering, Outing, Outward bound dll. Tingginya animo masyarakat menggunakan alam untuk beraktivitas harus diimbangi dengan proses penyadaran mengenai arti lingkungan dan permasalahannya serta proses transfer of skill yang mempunyai hubungan timbal balik. Program Pendidikan Luar Kelas Pendididikan luar kelas diharapkan dapat dipakai sebagai kegiatan Leadership Development(pengembangan kepemimpinan), dan Personal growth (pengembangan kepribadian) sehingga akan memunculkan Self Awareness (kepedulian pribadi) untuk melakukan suatu perubahan positif dan Group Awareness (kepedulian kelompok) untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Program pengembangan di luar kelas hanya akan efektif bila dilaksanakan dengan baik, yaitu jika mampu memberikan peak adventure bagi pelakunya, dan juga bisa menjadi alat untuk mengembangkan kompetensi siswa jika dikerjakan dengan program yang baik pula. Pendidikan luar kelas bukan aktivitas fisik saja, Outdoor learning is learning, bukan sekedar bersenang-senang. Program pendidikan luar kelas yang bagus harus mencakup high impact activities. Kompetensi seseorang ditingkatkan melalui pengembangan pengetahuan, skill dan

karakter dari yang bersangkutan. Untuk menghasilkan peak adventure, kegiatan dalam pendidikan luar kelas harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone mereka. (http://www.bpkp.go.id/index.php?idpage=2027&idunit=24) Menurut Mitchell dan Meier (1983) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun program pendidikan luar kelas, yaitu: 1. Kegiatan dilakukan di alam terbuka seperti lapangan, gunung dan pantai 2. Program harus konsisten untuk memperoleh pengalaman selama mengikuti kegiatan 3. Harus dibagi menjadi beberapa kelompok 4. Mempunyai staff ahli dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan Luar Kelas sebagai Pilar Pembentukan Karakter Pentingnya penerapan pendidikan luar kelas di sekolah untuk menanamkan sikap dan nilai, terutama menyangkut hal-hal: bahwa 1) Setiap individu dimana saja berada harus memiliki kesadaran bahwa ia adalah anggota dari masyarakat sekitar; 2) Suatu etika baru tentang penggunaan bahan dari sumber alam harus diajarkan kepada peserta didik. Secara ringkas pendidkan luar kelas diarahkan pada aspek-aspek: 1) Kesadaran : membentuk individu dan kelompok masyarakat agar sadar serta peka terhadap totalitas lingkungan dan permasalahan; 2) Pengetahuan: membekali individu dan kelompok masyarakat dengan pengetahuan dasar mengenai totalitas lingkungan, permasalahan serta peranan dan tanggungjawab; 3) Keterampilan : membantu individu dan kelompok masyarakat agar dapat mengkaji program pembangunan dilihat dari segi social dan estetika pendidikan. (Maya, 2008: 7)

Manfaat pendidikan luar kelas selain sebagai pengembang potensi diri dapat juga sebagai pembentuk karakter anak yang baik. Megawangi (2007: 3) menjelaskan ada sembilan pilar karakter yang membentuk kepribadian yang cerdas, bermoral dan unggul karena keterlibatan dlam kegiatan luar kelas. Sembilan pilar itu adalah : 1. Cinta kepadatuhan dan alam semesta beserta isinya. 2. Menumbuhkan rasa tanggungjawab, kedisiplinan dan kemandirian 3. Kejujuran 4. Hormat dan santun 5. Kasih saying, kepedulian dan kerja sama 6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah 7. Keadilan dan kepemimpinan 8. Sikap baik dan rendah hati 9. Toleransi, cinta damai dan persatuan Selain itu pendidikan luar kelas juga mengembangkan kreativitas, komunikasi, kerjasama, motivasi diri, kompetisi, problem solving dan kepercayaan diri Agar anak memeliki kepribadian yang bagus perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkarakter jika tumbuh di lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga komponen yang membentuk karakter anak, yaitu: keluarga, sekolah dan komunitas, seperti komunitas social, fisik maupun lingkungan alam. Interaksi anak dan lingkungan alam yang dekat akan melahirkan kedekatan dan penghayatan terhadap kenyataan hidup. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pandang mengenai hidup yang mencerminkan karakter anak (Goleman, 2000: 407). Lebih lanjut Goleman

menyatakan bahwa dalam membentuk karakter anak perlu memperhatikan beberapa hal. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), tindakan (action). Menurut Thomas L, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengannya seseorang anak akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akdemis. Simpulan Metode pendidikan luar kelas yang mendekatkan siswa pada alam dapat dijadikan salah satu pilihan yang harus dikembangkan untuk menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga akan memacu peningkatan minat belajar siswa, prestasi, pengalaman, dan wawasan siswa berkembang dan tidak jenuh dengan pembelajaran di dalam kelas, menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih berkonsentrasi, mengembangkan daya pikir, suasana belajar lebih nyaman, siswa dapat lebih memahami materi pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan membuat siswa lebih aktif Ada tiga komponen yang membentuk karakter anak, yaitu: keluarga, sekolah dan komunitas, seperti komunitas social, fisik maupun lingkungan alam. Interaksi anak dan lingkungan alam yang dekat akan melahirkan kedekatan dan penghayatan terhadap

kenyataan hidup. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pandang mengenai hidup yang mencerminkan karakter anak Daftar Pustaka Abulraihan (2008. Komponen-komponen Kurikulum Pendidikan: Abulraihan.wordpress.com. diakses pada 12 Mei 2008 Anggani S. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo Arief Komarudin, 2000. Pojok Penjas: http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12/bab-ipendahuluan-rasional.htm Fince Herry. 2008. Membangun Pendidikan Alam.pioda.multiply.com/reviews/item/1-29k. diakses pada 28-9-2008 pukul 08.28 wib Goleman D. 2000. Emotional Intelgence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. (http://www.bpkp.go.id/index.php?idpage=2027&idunit=24) http://www.plbjabar.com/?inc=artikel&id=40. diakses pada 28 Mei 2008 Maya I, 2008. Makalah. Out Bond menjadi Salah Satu Pendidikan Luar Kelas. Yogyakarta: UNY Megawangi R. 2007. Jangan remehkan Pengasuhan Otak Anak. http://www.pendidikankarakter.edu. Diakses pada 21 Mei 2008 Mitchell dan Meier. 1983. Camp Counselling. USA: CBS College Publising. Sukintaka. 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta: Depdikbud Tri IL. 2008. Makalah: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendidikan Luar Kelas. FIK UNY Vincencia S, 2006. Mendidik Generasi Muda dengan Pendidikan Lingkungan: http:/rafflesia.wwf.or.id/library/clips/clips_detil.php?id_clips=20