PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

SKEP /40/ III / 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBllK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 227 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, melakukan penilaian pelanggaran terhadap hasil pemeriksaan.

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI UDARA BAGI JEMAAH HAJI REGULER

Udara Jenderal Besar Soedirman di

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 407 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA NUSAWIRU DI KABUPATEN CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 227 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : XP 93 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

2015, No Peraturan Pemerintah 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Ind

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PROSEDUR PENGADAAN PESAWAT TERBANG DAN HELIKOPTER

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

PERUBAHANATAS PERATURANMENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 63 TAHUN 2011 TENTANGKRITERIA,TUGAS DAN WEWENANGINSPEKTUR PENERBANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 611 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan operasional Bandar

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 181 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 128 TAHUN 2017 TENTANG

Negara Republik Indonesia Nomor 4955); Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); organisasi Kementerian Negara; Eselon I Kementerian Negara ;

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubung

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA OPERASIONAL PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA DALAM PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa dalam Instruksi Menteri Perhubungan Nomor : IM. 1 Tahun 2007, telah menginstruksikan perlu segera melakukan langkahlangkah peningkatan keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi; b. bahwa pengukuran kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga terkait dengan manajemen, sumber daya manusia, operasional, teknis, armada, kinerja keselamatan, sumber daya pendukung lainnya perlu dilakukan penilaian; c. sehubungan huruf a dan huruf b, perlu diatur tentang penilaian kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga dalam pengoperasian pesawat udara dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaga Negara tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146); 4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia; 1

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2005; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.11/2/4-U Tahun 1960 tentang Peraturan peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 40 Tahun 2004; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2005; 9. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor : IM. 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Transportasi; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PENILAIAN KINERJA OPERASIONAL PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA DALAM PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA. Pasal 1 (1) Setiap perusahaan angkutan udara niaga yang mengoperasikan pesawat udara akan dilakukan penilaian kinerja operasional. (2) Penilaian kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : a. tindak lanjut hasil audit (audit follow up); b. pengawasan dan pemeriksaan ramp check (surveillance and ramp check follow up); c. personil manajemen (key personil); d. unit kerja keselamatan (departement safety/caso); e. kecelakaan (accident); f. kejadian serius (serious incident); 2

g. daftar penundaan perbaikan (hold item list / deferred maintenance item) serta kerusakan yang berulang (repetitive trouble); h. penegakan hukum (law enforcement); i. pemenuhan dokumen prosedur Perusahaan (compliance company procedure manual); j. sumber daya manusia/personil; k. kelaikan pesawat udara; l. penghargaan keselamatan dari independen organisasi (safety award from independent and renowned organization); m. pusat fasilitas perawatan (maintenance base); n. cabang tempat perawatan (out stations); o. pemantauan penerbangan (flight following); p. unit kerja pengendali mutu (quality control departement); q. personil perawatan (maintenance engineering); r. pelatihan (training) operasi; s. pelatihan (training) tehnik; t. sistem pencatatan (recording system). Pasal 2 (1) Penilaian kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilakukan dengan formula dan indikator sebagaimana termuat dalam Lampiran Keputusan ini. (2) Hasil penilaian kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga dikelompokan dalam 3 (tiga) kategori, terdiri dari : a. Kategori I, dengan nilai lebih besar dari 161 (seratus enam puluh satu); b. Kategori II, dengan nilai antara 120 s/d 161 (seratus dua puluh sampai dengan seratus enam puluh satu); c. Kategori III, dengan nilai lebih kecil dari 120 (seratus dua puluh); Pasal 3 Perusahaan angkutan udara niaga dengan hasil penilaian Kategori I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, merupakan perusahaan angkutan udara niaga yang telah memenuhi persyaratan peraturan keselamatan penerbangan sipil. 3

Pasal 4 (1) Perusahaan angkutan udara niaga dengan hasil penilaian Kategori II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, merupakan perusahaan yang telah memenuhi persyaratan standar minimal peraturan keselamatan penerbangan sipil namun masih terdapat beberapa persyaratan yang belum dipenuhi akan tetapi tidak mempengaruhi keselamatan penerbangan. (2) Perusahaan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap dapat beroperasi dan harus memenuhi beberapa persyaratan peraturan keselamatan penerbangan sipil yang belum dipenuhi berdasarkan hasil temuan dalam penilaian kinerja operasional. Pasal 5 (1) Perusahaan angkutan udara niaga dengan hasil penilaian Kategori III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, merupakan perusahaan yang telah memenuhi persyaratan standar minimal peraturan keselamatan penerbangan sipil namun masih banyak terdapat persyaratan yang belum dipenuhi yang dapat berpotensi menurunkan tingkat keselamatan penerbangan. (2) Perusahaan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 99 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan keselamatan penerbangan. Pasal 6 Penilaian kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dilakukan oleh direktorat yang bertanggung jawab dibidang pengoperasian pesawat udara setiap 3 (tiga) bulan sekali. Pasal 7 Hasil penilaian kinerja operasional perusahaan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dapat diketahui umum melalui Website Ditjen Hubud : http//www.dephub.go.id 4

Pasal 8 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada Tanggal : 23 MARET 2007 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd BUDHI M. SUYITNO NIP. 120 088 924 SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan RI; 2. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; 4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 5. Para Direktur Dilingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Para Penyelenggara Bandar Udara; 7. Para Perusahaan Angkutan Udara; 8. INACA. SALINAN sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum SETDITJEN HUBUD E. A. SILOOY NIP. 120 108 009 5