BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, maka setiap individu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai pendapatannya yang kemudian dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing individu. Kebutuhan yang dimaksud seperti sandang, pangan, papan, kebutuhan pendidikan, kebutuhan hiburan, dan masih banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna memenuhi segala kebutuhan tersebut, ada berbagai macam cara yang dilakukan, seperti bekerja di suatu lembaga maupun perusahaan atau mendirikan usaha sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. Usaha sendiri atau saat ini dikenal dengan istilah bisnis banyak macamnya seperti perdagangan, jasa dan komunikasi. Dengan menghasilkan suatu barang atau jasa untuk diperjual-belikan, memenuhi dan melayani kebutuhan konsumen, dengan demikian konsumen akan membayar harga dari kebutuhan dan kepuasan yang diberikan oleh produsen atau pelaku bisnis. Sebagai contoh, suatu perusahaan pembuat sabun menjual barang hasil produksinya kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebersihan diri. Kebutuhan kebersihan masyarakat berdampak pada pembelian sabun mandi yang

2 menimbulkan transaksi jual beli di pasar. Harga yang dibayar oleh konsumen adalah jumlah pengeluaran modal produksi barang tersebut ditambah dengan upah kerja, sehingga dapat ditawarkan harga nominal sabun kebersihan tersebut. Dari upah kerja tersebut didapat keuntungan (pendapatan). Kualitas dan harga adalah hal utama yang menimbulkan minat konsumen membeli suatu produk sesuai dengan kebutuhannya. Untuk memperbanyak konsumen dapat dilakukan ekspansi ke pasar wilayah lain, kota, atau negara lain yang didasari pada permintaan pasar. Seiring kemajuan zaman dan teknologi sekarang ini, ekspansi pasar ke negara lain bukanlah hal yang sulit dilakukan. Perusahaan yang memiliki daya saing pasar yang tinggi dapat mendirikan perusahaan bisnis yang sama di suatu negara maupun di berbagai negara di dunia, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan itu sudah melakukan kegiatan bisnis internasional. Semakin banyak produksi suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan maka, keuntungan yang didapat akan semakin besar. Kondisi perekonomian Indonesia dewasa ini sudah menunjukkan kecenderungan yang bersifat global. Hubungan antar negara atau bangsa-bangsa dibidang ekonomi mulai tidak mengenal batas-batas wilayah negara secara geografis. Persaingan global pada masa sekarang ini berperan dengan posisi kuat. Arena persaingan global telah menjadikan lingkungan bisnis telah berubah secara radikal dalam waktu yang relatif singkat serta persaingan antar perusahaan

3 semakin ketat. Persaingan ketat ini tidak hanya terjadi pada perusahaan yang beroperasi pada lingkungan pasar domestik, tetapi terjadi pula pada pasar internasional. Sejak tahun 1970 tingkat ketergantungan diantara berbagai negara menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan politik dunia, semakin pentingnya praktek pasar bebas, berkembangnya investasi keuangan ke berbagai negara, kemajuan teknologi informasi dan pengangkutan juga perkembangan perusahaan multinasional. Untuk mengatasi hal tersebut Indonesia berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dengan melakukan perdagangan internasional. Perdagangan internasional terdiri atas transaksi ekspor-impor barang dan jasa yang akan memberikan keuntungan bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya. Meningkatnya nilai ekspor dapat berakibat pada peningkatan devisa, transfer modal dan kesempatan kerja. Ekspor migas dan non migas merupakan sektor industri utama penghasil pemasukan negara. Indonesia yang kaya akan minyak bumi dan gas mampu memenuhi beberapa persen kebutuhan minyak dan gas di Indonesia maupun dunia. Sedangkan sektor non migas menjadi sektor yang tumbuh berkembang dan menjadi sektor produktif karena perkebunan mengandalkan faktor alam serta dapat dilakukan penanaman berulang-ulang. Pada sektor non migas Indonesia menjadi salah satu negara penghasil produk pertanian dan perkebunan yang diakui di dunia terutama pada sektor perkebunan. Sektor perkebunan merupakan

4 salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Dari beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, kelapa sawit, karet dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Industri CPO merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian (agrobased industry) yang banyak berkembang di negaranegara tropis seperti Indonesia. Perkembangan pesat perkebunan kelapa sawit dimulai pada akhir tahun 1980an, ketika perkebunan besar swasta (PBS) mulai masuk ke sektor perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit dalam jumlah besar. Sebelumnya perkebunan kelapa sawit didominasi oleh perkebunan milik negara (PBN). Sejalan dengan harga CPO yang terus meningkat maka selain perkebunan swasta besar, maka petani kecil mulai menanam kelapa sawit. Semula kebun sawit milik rakyat dibangun dalam skema inti plasma dengan perkebunan besar

5 baik swasta maupun milik negara sebagai inti, namun kemudian perkebunan rakyat (PR) semakin berkembang diluar skema inti plasma. Tabel 1.1 Luas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun Luas areal (ha) PR PBN PBS Total 2005 2.356.895 529.854 2.567.068 5.453.817 2006 2.549.572 687.428 3.357.914 6.594.914 2007 2.752.172 606.248 3.408.416 6.766.836 2008 2.881.898 602.963 3.878.986 7.363.847 2009 3.013.973 608.580 3.885.470 7.508.023 Sumber : Ditjenbun Hasil industri CPO bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek perkembangan industri CPO saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di sector perkebunan dan pertanian. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih rendah dari angka penduduk miskin nasional. Boleh dibilang, industri CPO ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

6 Tabel 1.2 Produksi CPO Indonesia Tahun Produksi CPO (ton) PR PBN PBS Total 2005 4,500,769 1,449,254 5,911,592 11,861,615 2006 5,783,088 2,313,729 9,254,031 17,350,848 2007 6,358,389 2,117,035 9,189,301 17,664,725 2008 6,923,042 1,938,134 8,678,612 17,539,788 2009 7,247,979 1,961,813 9,431,089 18,640,881 Sumber : Ditjenbun Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta sehingga Indonesia menjadi salah satu produsen CPO terbesar di dunia. Tabel 1.3 Ekspor CPO Indonesia Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Ekspor CPO Indonesia (ton) 4,565,625 5,199,288 5,701,288 7,904,178 9,566,744 Ekspor CPO terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, tetapi harga minyak kelapa sawit dunia sangat mempengaruhi penjualan dan profit yang didapat dari hasil ekspor. Konsumsi CPO dalam negeri banyak di dominasi oleh perusahaan-

7 perusahaan swasta penghasil minyak goreng, mentega, pakan ternak, dan lainnya. Kondisi diatas sangat mempengaruhi volume ekspor CPO Indonesia. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, berdampak pada naik dan turunnya harga produk-produk di Indonesia. Jika nilai rupiah melemah, harga di dalam negeri menjadi rendah sedangkan harga produk-produk di luar negeri naik. Sebaliknya jika nilai rupiah menguat, maka harga produk-produk di dalam negeri meningkat dan harga di luar negeri menjadi seimbang atau sedikit diatas harga dalam negeri. Dalam hal ini, pelaku bisnis di Indonesia menganalisa dan mempertimbangkan arah penjualan produk-produknya yang dinilai hemat biaya, hemat waktu, dan aman, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan. Begitupula dengan penjualan CPO Indonesia, yang mempertimbangkan hal-hal diatas untuk menghasilkan profit maksimal, karena CPO menghasilkan minyak goreng yang baik dan jumlah banyak jika kondisi CPO masih dalam keadaan baik yaitu dengan melakukan produksi secepatnya agar kualitas yang didapat maksimal. Atas dasar inilah nilai tukar rupiah dan harga jual CPO dalam maupun luar negeri menjadi pertimbangan pelaku bisnis di Indonesia dalam melakukan penjualan CPO. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang menjadi perhatian penulis adalah Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Harga CPO Luar Negeri, dan Harga CPO Dalam Negeri Terhadap Volume Ekspor CPO Indonesia Pada Periode 2005-2009.

8 B. IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH 1. Identifikasi masalah Identifikasi masalah yang dialami Indonesia dalam melakukan kegiatannya selama periode 2005-2009 adalah sebagai berikut ; a. Fluktuasi (naik-turun) nilai kurs US dollar terhadap Rupiah akan barang yang dijual mempengaruhi kestabilan ekonomi Indonesia selama periode 2005-2009 b. Naik turun nilai kurs US Dollar terhadap Rupiah mempengaruhi pendapatan Indonesia selama 2005-2009 c. Harga CPO dalam negeri mempengaruhi volume ekspor Indonesia d. Harga CPO luar negeri mempengaruhi volume ekspor CPO Indonesia e. Kondisi politik di Indonesia yang tidak pasti mempengaruhi masuknya pesanan dari luar. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah yang telah teridentifikasi, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada analisa Pengaruh nilai tukar kurs Rupiah, harga CPO luar negeri, harga CPO dalam negeri terhadap volume penjualan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

9 C. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas maka didapat perumusan masalah sebagai berikut ; 1. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap volume ekspor CPO? 2. Apakah terdapat pengaruh harga CPO dalam negeri terhadap volume ekspor CPO? 3. Apakah terdapat pengaruh harga CPO luar negeri terhadap volume ekspor CPO? 4. Apakah terdapat pengaruh antara nilai tukar kurs Rupiah, harga CPO dalam negeri, dan harga CPO luar negeri terhadap volume ekspor CPO secara bersama-sama? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap volume penjualan 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh harga CPO dalam negeri terhadap volume penjualan 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh harga CPO luar negeri terhadap volume penjualan.

10 E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan acuan bagi pelaku bisnis dalam menetapkan strategi bisnis yang berorientasi pada bisnis internasional 2. Menambah dan memperluas wawasan penulis dalam berpikir dan sebagai dasar proses ilmu yang telah didapat oleh penulis dari bangku kuliah. 3. Bagi pihak lain, dapat dijadikan sebagai pertimbangan maupun pengetahuan secara umum maupun luas tentang bisnis internasional. 4. Juga sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan pembahasan dan variabelvariabel yang sama namun, dengan cakupan berbeda. F. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan ini secara keseluruhan berisi mengenai sistematika penulisan yang sistematis, yaitu terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini mengatur mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

11 BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari penguraian landasan teori variable-variabel yang diteliti, hubungan antar variabel, hasil penelitian terdahulu dan kerangka pikir penelitian serta hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini tentang tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sample, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.