BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan usaha restoran di Indonesia sejak tahun 2008 hingga. Tabel 1-1 Pertumbuhan Restoran di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri itu sendiri, baik yang waralaba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dari waktu ke waktu bisnis di bidang makanan mempunyai

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Selain bertujuan bisnis atau mencari keuntungan, Restoran dan Kafe juga

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. FISH HOUSE adalah sebuah bisnis kuliner yang menjual

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. baru, berdasarkan temuan riset Global Entrepreneur Indicator 2013, tercatat. nasional sama kuat dengan daya beli dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

PENGEMBANGAN MODEL BISNIS USAHA RESTORAN CHAIN DENGAN KONSEP FAST CASUAL DINING YANG MENYAJIKAN MASAKAN INDONESIAN FUSION

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Restoran dan Kafe di Kota Bandung dari tahun TAHUN PERTUMBUHAN (%) , , ,33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. food terbaik. Richeese Factory adalah QSR (Quick Service Restaurant) di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri jasa restoran di Indonesia saat ini bisa dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis akan menjadi sangat ketat. Hal ini

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat saji yang bermerek asing, seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken. banyak membidik target pasarnya kalangan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

Gambar 1.1 Jumlah dan Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Jumlah Usaha Restoran di Indonesia Menurut Provinsi Jumlah Usaha Restoran Menurut Provinsi 2010.

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. manusia semata. Pangan saat ini menjadi sebuah gaya hidup baru di kalangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin berkembangnya masyarakat modern seringkali dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba dengan waktu. Maka dari itu orang-orang pun menyukai segala

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kategori bisnis, dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, hanya perusahaan yang berorientasi pada konsumen yang berhasil menarik

BAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan pola makan masyarakat kota yang gemar makan di luar, dan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini sangat sulit ditebak. Ini disebabkan oleh terjadinya perubahan di

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada para konsumen, Sehingga perusahaan harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan dalam industri jasa sehingga menuntut perusahaan penyedia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. atau laba. Walaupun laba bukan merupakan satu-satunya aspek yang dinilai dari

BAB I PENDAHULUAN. setiap perubahan sekecil apapun. Tidak terkecuali terhadap perubahan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis dalam kurun waktu satu dasawarsa ini berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang telah meluas ke dalam segmen yang lebih muda. pelanggan. Terlebih lagi dalam menghadapi Coffe Shop lainnya, minimal

BAB 1 PENDAHUALAN. melepas kepenatan rutinitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari penduduk yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan komunikasi yang sebelumnya menuntut peralatan yang begitu. dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I. Dengan adanya kemajuan dan perubahan tersebut secara tidak langsung. menuntut kita untuk dapat mengimbanginya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Suasana Little White Cafe

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini iklim kompetisi dalam dunia perdagangan semakin terasa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis restoran dan kafe hingga saat ini masih diyakini sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. konsep makanan siap saji (fast food) dan restoran atau rumah makan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. itu banyak investor yang merasa perlu untuk berinvestasi di industri tersebut,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, produk dan jasa dari para pelaku e-commerce telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I. Pendahuluan. masyarakat adalah usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini terbukti

BAB I PENDAHULUAN. Berikut ini akan dibahas secara lebih detail mengenai hal-hal di atas.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyaknya ragam bisnis restoran yang mulai bermunculan yang tersebar di Jawa

BAB I PENDAHULUAN. restoran di kota-kota besar di Indonesia untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Industry Overview Dan Market Share Bisnis restoran dan kafe hingga saat ini masih diyakini sebagai salah satu bisnis yang memiliki prospek yang cukup bagus, bahkan mampu bertahan dalam kondisi krisis. Sustainabilitas bisnis restoran dapat dilihat dalam tabel berikut ini yang menunjukkan pertumbuhan usaha restoran di Indonesia sejak tahun 2008 hingga 2011. Tabel 1-1 Pertumbuhan Restoran di Indonesia 2008-2011. Sumber: Euromonitor dan Departemen Agrikultur dan Makanan Kanada, Diolah Berdasarkan jenis layanannya industri restoran dapat dibagi ke dalam beberapa sektor antara lain sektor kafe/bar, kantin, restoran fast food, dan restoran full service. Berdasarkan pendapatan pada tahun 2011, restoran full service mendominasi 1

2 industri restoran dengan market share sebesar 85.22%. Disusul oleh kafe/bar dengan pangsa pasar 10.07% dan restoran siap saji dengan pangsa revenue sebesar 4.16%. Grafik 1.1. Pangsa Pasar Restoran di Indonesia Berdasarkan Revenue 10.07% 4.16% 0.55% Full Service Kafe/bar/pub Fast Food 85.22% Kantin/Pujasera Sumber: Euromonitor dan Departemen Agrikultur dan Makanan Kanada, Diolah Industri restoran yang mengarah pada titik maturity, kenaikan harga bahan baku, serta perilaku dan pola pengeluaran konsumen berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan industri restoran. Kondisi pasar yang termasuk red ocean ini menyebabkan pelaku industri harus jeli dalam menangkap peluang untuk meningkatkan revenue misalmya dengan cara menarget konsumen kelas menengah dan kelas atas yang memiliki daya beli kuat, atau mencari ceruk pasar yang tepat. Tabel berikut ini menyajikan secara rinci statistik perkembangan jumlah penduduk jakarta dan jumlah restoran tahun 2007-2010, sebagai berikut :

3 Tabel 1-2. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Restoran di Jakarta, Tahun 2007-2010. Tahun Penduduk Restoran Jumlah (jiwa) Perubahan (%) Jumlah Perubahan (%) 2007 9.064.591-1.615-2008 9.146.181 0,76 2.235 33,33 2009 9.223.000 1,28 2.704 87,50 2010 9.607.800 1,65 2.916 13,33 Jumlah 15.037.050 9.470 Sumber: BPS Jakarta dan Kementrian Keuangan, Diolah Pertumbuhan industri restoran di Jakarta pun sejalan dengan pertumbuhan industri restoran nasional. Menurut data, restoran di Jakarta akhir-akhir ini terus berkembang rata-rata 35,01% per tahun (BPS Jakarta, 2013). Jika dilihat dari jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2010 yaitu sebanyak 9.607,8 juta jiwa, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 1,02% per tahun (BPS Jakarta, 2010), maka pertumbuhan jumlah restoran lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Kendati demikian rasio keberadaan restoran dibandingkan dengan jumlah penduduk masih sangat besar, yaitu rata-rata sebesar 1 : 350 jiwa. Di sisi lain, jumlah konsumen di industri restorandi Jakarta dalam satu tahun

4 terakhir, cenderung meningkat setiap bulan dengan pertumbuhan rata-rata 12%. Artinya bahwa, pertumbuhan kapasitas jasa restoran belum mampu mengimbangi lonjakan konsumen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa bisnis restoran memiliki kecendrungan peluang pasar yang menguntungkan. Tabel 1-3. Pendapatan Rata-rata Penduduk Jakarta dalam Juta Rupiah 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB Per Kapita 74.16 82.15 89.73 101.01 110.46 Pendapatan per Kapita Kelas Bawah 14.74 15.85 16.38 17.13 17.31 Pendapatan per Kapita Kelas Menengah 26.31 29.27 30.58 35.73 37.49 Pendapatan per Kapita Kelas Atas 33.11 37.03 42.77 48.15 55.66 Sumber: BPS Jakarta, Diolah Data pendapatan dan pengeluaran penduduk Jakarta yang diterbitkan oleh BPS juga menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. PDRB per kapita penduduk Jakarta meningkat sebesar 48.95% dalam kurun waktu lima tahun terakhir (BPS Jakarta, 2013). Pendapatan rata-rata penduduk kelas menengah pada tahun 2012 telah mencapai hampir empat puluh juta rupiah yaitu sebesar 37,49 juta rupiah per tahun. Hal inilah yang dapat dimanfaatkan pengusaha restoran untuk meningkatkan profit margin Sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita penduduk DKI Jakarta tahun 2012

5 sebesar Rp 1.415.312 naik dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar Rp 1.047.996. Kondisi perekonomian tahun 2012 yang berjalan relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2010 berperan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat DKI Jakarta. Semakin kuatnya daya beli penduduk kelas menengah di Jakarta ini juga menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan yaitu dengan membangun model bisnis restoran yang menarget konsumen kelas menengah dan menengah atas. 1.1.2 Tren Konsumen Restoran Beradasarkan data survei Jakarta Dining Index 2013 yang diadakan Qraved, dikatakan bahwa berdasarkan revenue dalam 5 tahun terakhir ini, bisnis restoran kelas menengah dan atas tumbuh lebih dari 250% dari 2008 sampai dengan 2013. Di satu sisi hal ini menunjukkan persaingan yang makin berat dimana banyak pengusaha melirik segmen middle-high end, namun di sisi lain tampak adanya peluang yang cukup untuk dikerjakan dalam segmen ini. Pertumbuhan industri restoran yang tinggi ini sejalan dengan tingginya permintaan pasar. Didukung dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Jakarta, ada indikasi pula terjadinya pergeseran tren perilaku mengkonsumsi makanan di Jakarta yaitu kini semakin banyak masyarakat ibu kota yang memiliki kebiasaan makan di restoran. Kunjungan orang Jakarta ke restoran sepanjang 2013 mencapai 380 juta kali dan menghabiskan total Rp 17 triliun. Survei tersebut juga menyatakan

6 bahwa 18% masyarakat Jakarta lebih memilih untuk bersantap di restoran mewah, 50% memilih rumah makan kelas menengah dan 32% memilih restoran kelas bawah. Grafik 1.2. Tren Konsumen Jakarta 2013 Restoran Pilihan Konsumen Kunjungan Konsumen 32% 18% 50% Restoran Kelas Atas Restoran Menengah 33% 19% 48% Datang Berempat Datang Bertiga Datang Berdua Sumber: Survey Jakarta Dining Index 2013, diolah. Bagi penduduk Jakarta, kegiatan makan di restoran dimanfaatkan juga sebagai sarana bersosialisasi bersama rekan bisnis, teman maupun pasangan, 48% responden yang makan di restoran datang berempat, 33% datang berdua dan 19% datang bertiga. Media sosial juga memegang peran penting dalam industri restoran karena hampir semua pengunjung membagi pengalaman bersantap mereka pada situs media sosial populer seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Path. Kegiatan makan diluar yang kini menjadi bagian dari gaya hidup ini menjadi salah satu alasan bagi masyarakat Jakarta untuk lebih memilih restoran yang memiliki suasana nyaman dengan penampilan fisik restoran yang memiliki keindahan desain.

7 1.1.3 Identifikasi Peluang Bisnis Jika melihat hasil survey Jakarta Dining Index 2013, hidangan paling populer di Jakarta adalah hidangan multinasional. Sangat disayangkan bahwa hidangan lokal tidak dapat menjadi raja di negeri sendiri, padahal dari segi citarasa hidangan lokal Indonesia cukup dapat diterima oleh masyarakat global. Hal ini dikuatkan dengan Polling CNN 2011 yang menempatkan sedikitnya tiga masakan Indonesia sebagai makanan paling lezat di dunia. Makanan tersebut adalah rendang pada peringkat satu, nasi goreng peringkat kedua, dan sate ayam peringkat ke-19. Tetapi hidangan yang lezat saja tidak cukup untuk menarik minat pengunjung. Sebab pengunjung datang ke restoran tidak hanya untuk bersantap, tetapi juga menginginkan kenyamanan. Restoran hendaknya memperhatikan faktor desain, mulai dari tata ruangan, furnitur, interior, sampai dengan keramahan pelayan sejak di pintu masuk. Gambar 1.1. Suasana dan Interior Restoran Indonesia di Jakarta Sayangnya, hal itu belum dilakukan oleh restoran Indonesia. Restoran yang menyajikan hidangan Indonesia umumnya memiliki citarasa makanan luar biasa

8 tetapi tidak seimbang dengan tampilan fisiknya yang umumnya terlalu sederhana atau bergaya kuno. Hal tersebut membuat restoran Indonesia kurang kompetitif dan tidak dapat menjadi restoran pilihan utama bagi penduduk Jakarta. Sebab kini penduduk Jakarta mulai menikmati kegiatan kuliner sebagai dining Experience yaitu tidak hanya makan dan minum namun juga sambil bersosialisasi, menikmati musik, pemandangan dan lainnya. Hal inilah yang dilihat penulis sebagai peluang untuk membangun model bisnis restoran Indonesia di segmen fast casualyang memberikan solusi bagi permasalahan ini. 1.1.4 Ide Bisnis Pertumbuhan industri restoran yang pesat dan tingginya permintaan pasar di Indonesia menunjukkan walaupun memiliki tingkat persaingan yang tinggi namun industri ini masih sangat menarik untuk dijajaki. Didukung dengan perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang semakin sibuk dan semakin mobile sehingga makan diluar dan pesan antar menjadi pilihan yang lebih umum dibandingkan memasak sendiri. Semakin tingginya minat masyarakat Jakarta ini diikuti dengan pergeseran kebutuhan konsumen yang tidak hanya memperhatikan rasa namun juga memperhatikan kualitas bahan baku, suasana restoran dan pelayanan sebagai suatu dining Experience. Hal ini menjadi ide bagi penulis untuk membuat suatu model bisnis restoran Indonesia bernama Local Ideas di segmen fast casual yang menitik

9 beratkan pada kualitas makanan dan penyajian makanan, pelayanan dan desain restoran. Gambar 1.2. Konsep Local Ideas. Dengan konsep dining sebagai bagian dari lifestyle, Local Ideas mengangkat hidangan Indonesia yang sudah akrab di lidah masyarakat Jakarta menjadi suatu pengalaman kuliner yang berbeda. Yaitu dengan menawarkan fasilitas, pelayanan, suasana dan kualitas hidangan yang tidak kalah dengan restoran internasional namun dengan pelayanan yang akrab dan sesuai dengan budaya lokal sehingga setiap kunjungan menjadi momen positif bagi pelanggan. Diharapkan restoran Local Ideas ini akan menjadi pilihan utama untuk makan diluar dan dikenal karena kualitas hidangan, layanan dan suasana yang lebih baik dari pesaing.

10 1.2 Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu ditentukan batasan rencana bisnis ini. Ruang lingkup model bisnis ini adalah: 1. Model bisnis ini dikhususkan untuk konsep restoran di segmen industri fast casual yang menyajikan hidangan lokal Indonesia maupun Indonesian Fusion yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya. 2. Model bisnis ini dibuat dengan rencana ke depan untuk dikembangkan menjadi sebuah restoran chain dengan sistemwaralaba. Namun rencana bisnis ini hanya dibuat hingga tahap konsep prototype restaurant. 3. Model bisnis ini dirancang untuk dijalankan di Indonesia namun tidak menutup kemungkinan untuk dijalankan di luar Indonesia. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Tujuan dari model bisnis ini adalah: 1. Mewujudkan rancangan usaha business model creation bernama Local Ideas yaitu restoran Indonesia dengan konsep fast casual dining yang dapat dikembangkan menjadi restaurant chain yang memiliki sutainable competitive advantage dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tren. 2. Menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin menikmati kegiatan kuliner sebagai dining Experience dimana pengunjung dapat bersantap sambil bersosialisasi dan

11 menikmati atmosfir restoran. Untuk itu Local Ideas menerapkan custom menu dari makanan Indonesia yang disederhanakan sehingga lebih praktis dan berpenampilan menarik, serta suasana dan bentuk fisik restoran yang memperhatikan keindahan desain, serta pelayanan yang terbatas namun berkualitas. 3. Membangun model bisnis restoran yang menjadi pilihan utama konsumen dan dikenal akan kualitas hidangan, pelayanan dan kebersihan. Manfaat dari model bisnis ini adalah: Menunjukan bahwa model bisnis restoran Indonesia dengan kualitas hidangan terbaik dan pelayanan yang intuitif dapat dikembangkan menjadi restaurant chain yang menawarkan sesuatu yang berbeda dan bernilai lebih bagi pelanggan.