PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain)

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pendidik dituntut mampu menguasai berbagai metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENTS (TGT) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restalina Nainggolan, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

Jurnal Penelitian Kualitatif 1

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. mutu peserta didik menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian penting di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini. Salah satu cara

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di masa yang akan datang diperlukan perubahan pola pikir yang akan dijadikan sebagai landasan pelaksanaan program pembelajaran. Pada waktu yang lalu proses pembelajaran sejarah terfokus pada guru, dan kurang berfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dan bukan pada pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih berpihak kepada kepentingan orang yang mengajar. Upaya Agar pembelajaran sejarah terfokus pada siswa, maka perlu adanya penerapan model pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu bentuk perubahan pola pikir dalam kegiatan pembelajaran sejarah di sekolah. Dalam hal ini guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran, melainkan lebih banyak menjadi fasilitator dan mediator dari proses itu. Model pembelajaran kooperatif dirancang dengan memberi kesempatan kepada siswa secara bersama-sama untuk membangun pengetahuannya sendiri. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Pada Pembelajaran Sejarah Pendahuluan Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses pembelajaran bersumber pada teori tabularasa John Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ádalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dari maha guru. Berdasarkan asumsi ini, banyak guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Di samping itu pandangan paradigma lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, pasti akan dapat mengajar tidak perlu tahu mengenai seluk beluk pembelajaran yang benar, akan tetapi hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 1

Sekarang ini masih terdapat guru sejarah yang menganut paradigma lama tersebut sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan sudah terbingkai pada materi yang terdapat di dalam buku dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal serta mengadu siswa satu sama lain. Pada hal dalam pembelajaran sejarah dituntut guru harus mampu menghubungkan fakta masa lampau ke dalam kehidupan masa kini. Untuk dapat menghubungkan fakta di lapangan, guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam mengenai masalah kemanusiaan, kebudayaan sebagai warisan sosial dan perubahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. Guru sejarah perlu melakukan pembenahan diri, seperti melakukan inovasi dalam pembelajaran sejarah, terutama penggunaan strategi dan model pembelajaran untuk meningkatkan penghayatan dan usaha menumbuhkan kesadaran sejarah di kalangan siswa. Widja (1998 : 11) menyatakan buanglah cara-cara mengajar sejarah yang mengutamakan penghafalan fakta sejarah. Penekanan pada keterlibatan siswa yang lebih efektif merupakan gaya baru dalam cara pembelajaran sejarah, oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dibutuhkan strategi guru dan penerapan model pembelajaran kooperatif guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Slavin (1995;5) mendefinisikan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as well as their own. Definisi ini mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Sementara itu Artzt dan Newman (1990 : 448) memberikan definisi belajar kooperatif sebagai berikut : Cooperative learning is an approach that involves a smaal group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish acommon goal. Menurut pengertian definisi ini, belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan bersama. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif dalam pembelajaran sejarah menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep fakta sejarah jika mereka saling INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 2

mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Anggota suatu kelompok dalam belajar kooperatif, biasanya terdiri dari empat sampai enam orang, dimana anggota kelompok yang terbentuk diusahakan heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis serta agama. Kegiatan siswa dalam belajar kooperatif antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman kelompoknya untuk berpartisipasi secara aktif, dan berdiskusi. Agar kegiatan siswa berlangsung dengan baik dan lancar diperlukan keterampilanketerampilan khusus, yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi dan pembagian tugas antara anggota kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pencapaian Hasil Belajar Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, namun pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Haryono (1995 ; 86) berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit terutama dalam mengkaji dan menganalisis peristiwa sejarah secara utuh dengan melakukan rektrukturisasi pengetahuan dan kesadaran yang dimiliki. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah meningkatkan prestasi siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping itu pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan pada siswa yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 3

2. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, agama, budaya tingkat sosial, kemampuan, maupun dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan Keterampilan Sosial Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat. Banyak orang dewasa bekerja dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun beragam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering terjadi suatu pertikaian kecil antar individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan. Prinsip Pembelajaran Kooperatif Menurut Anita, Lie (2002 : 51) bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar siswa aktif, belajar kerja sama, pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif dan pembelajaran yang menyenangkan. Penjelasan dari masing-masing prinsip dasar model pembelajaran kooperatif tersebut sebagai berikut: 1. Belajar Siswa Aktif Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. Dalam kegiatan kelompok sangat jelas aktivitas siswa dengan bekerja sama, melakukan diskusi, mengemukakan ide masing-masing anggota dan mengujinya bersama-sama, siswa menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lainnya. INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 4

2. Belajar Kerjasama Proses pembelajaran dilalui dengan kerja sama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang sedang dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang mendasari keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi dan memecahkan masalah, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerja sama mereka. Diyakini pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerja sama ini akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa. 3. Pembelajaran Partisipatorik Melalui pembelajaran partisipatorik siswa belajar dengan melakukan sesuatu ( learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. Sebagai contoh pada saat kelompok memecahkan masalah dalam kelompok belajar, mereka melakukan pengujian-pengujian, mencoba untuk membuktikan dari teori-teori yang sedang dibahas secara bersama-sama, kemudian mendiskusikan dengan kelompok belajar lainnya. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok mengemukakan hasil dari kerja kelompok dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengkritik pendapat kelompok lainnya. 4. Reaktive Teaching Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Apabila guru mengetahui bahwa siswanya merasa bosan, maka guru harus segera mencari cara untuk mengantisipasinya. 5. Pembelajaran yang Menyenangkan Salah satu ciri pembelajaran yang banyak dianut dalam pembaharuan pembelajaran dewasa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran harus berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan. Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru di luar maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan tutur bahasa yang menyayangi siswa-siswanya. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tidak akan berjalan efektif jika suasana belajar yang ada tidak menyenangkan. INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 5

Unsur Unsur Pembelajaran Kooperatif Pada pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, seperti : adanya kerja sama, anggota kelompok heterogen, keterampilan kolaboratif, dan saling ketergantungan. Johnson & Johnson (Lie, 1993 : 32) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut : 1. Saling ketergantungan positif, kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota kelompok, oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif. 2. Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk menguasai materi pelajaran, karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan. 3. Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok, karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok. 4. Komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting. 5. Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok ditemukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif 1. Kelebihan Arends (1997:118) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak satupun studi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model-model yang ada dalam pembelajaran kooperatif terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan siswa menjadi lebih aktif, bersemangat, dan berani mengungkapkan pendapat. INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 6

Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan termotivasi. Keuntungan yang paling besar dari penerapan pembelajaran kooperatif terlihat ketika siswa menerapkannya dalam menyelesaikan tugastugas yang kompleks. Di samping itu juga dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya. 2. Kekurangan Slavin (1995) menyatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah kontribusi dari siswa berprestasi rendah, menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah kepada kekecewaan. Hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. Selain itu untuk menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Dari segi keterampilan mengajar, guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif dengan baik. Model Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (1995) terdapat tujuh macam model pembelajaran kooperatif, yaitu : 1. Model Students Teams-Achievement Division (STAD) 2. Model Teams Games Tournaments (TGT) 3. Model Team Assisted Individualization (TAI) 4. Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) 5. Model Group Investigation (GI) 6. Model JIGSAW 7. Model CO-OP CO-OP Simpulan Penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran sejarah lebih menekankan pada kerja sama antara siswa dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep fakta sejarah jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa memiliki perilaku yang baik, karena mereka termotivasi untuk belajar dan aktif terlibat dalam berbagai INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 7

aktivitas. Untuk meyakinkan bahwa siswa akan menggunakan waktu secara efektif dan mengarahkan energi mereka ke arah aktivitas-aktivitas yang produktif diperlukan kreativitas guru dalam proses kegiatan pembelajaran. Daftar Pustaka Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning : Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. New York : MacGraw-Hill Companies. Inc. Artzt, A.F. & Newman. 1990. Cooperative Learning. Mathematics Teacher : Learning Publications. Haryono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : PT Pustaka Jaya. I Gede Widja. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Depdikbud. Slavin. R.E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Boston : Allyn and Bacon. INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034 8