Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemotongan Sapi Impor...Disan Narundhana

dokumen-dokumen yang mirip
OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objek (noun) adalah hal

HASIL DAN PEMBAHASAN. 107º Bujur Timur (BT) dan 6,55º Lintang Selatan (LS). Secara administratif

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

KAJIAN KEPUSTAKAAN. hewan bagi konsumsi masyarakat umum dan digunakan sebagai tempat

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN WAJIB ANGGOTA DAN PINJAMAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA ANGGOTA

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA. Luthfi Ansyari*), Mozart B. Darus**), Lily Fauzia**) ABSTRAK

Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

ANALISIS TREND DAN ESTIMASI HARGA BAWANG MERAH DI KABUPATEN BANYUMAS PERIODE JANUARI 2008 DESEMBER 2017

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN JUMLAH PEMBELIAN AYAM PEDAGING DI KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN JERUK MANIS DI PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Oleh : Mawardati *) ABSTRAK

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

STRATEGI PENDEKATAN KETERSEDIAAN DAGING NASIONAL DI INDONESIA. Oleh: Rochadi Tawaf dan Hasni Arief ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

tumbuh lebih cepat daripada jaringan otot dan tulang selama fase penggemukan. Oleh karena itu, peningkatan lemak karkas mempengaruhi komposisi

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Pasar Sambas, Medan)

ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Unit. tercatat di BEI pada tahun

KAJIAN PREFERENSI KONSUMEN BERAS IR 64 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSINYA DI KOTA BENGKULU. Ahmad Rayendra.

PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KEMAMPUAN LAYANAN KARYAWAN PADA HOTEL MADANI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP JUMLAH PRODUK CACAT PADA PERUSAHAAN SURYA JAYA TASIKMALAYA. Agnes Sekarini

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

ABSTRAK. Kata kunci : kualitas pelayanan, harga, kepuasan pelanggan. viii

SKRIPSI PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN RUMAH PADA PERUMAHAN ROYAL SUMATRA MEDAN OLEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMOTONGAN SAPI IMPOR DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) PEMERINTAH KOTA BANDUNG FACTORS THAT AFFECTED SLAUGHTER CATTLE IMPORT IN SLAUGHTER HOUSE BANDUNG CITY GOVERMENT Disan Narundhana*, Rochadi Tawaf**, dan Hasni Arief** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: disan.n.92@gmail.com ABSTRAK Penelitian telah dilaksanakan di Rumah Potong Hewan (RPH) milik Pemerintah Kota Bandung, yakni Ciroyom dan Cirangrang pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan jenis kelamin secara bersama-sama mempengaruhi jumlah pemotongan sapi impor; dan faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah pemotongan sapi impor di RPH Pemerintah Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling, dengan subjek penelitian adalah 20 orang pemotong yang terdiri dari 15 orang pemotong RPH Ciroyom dan 5 orang pemotong RPH Cirangrang. Teknik pengumpulan data, terdiri dari: observasi, wawancara, dan pencatatan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Variabel yang diamati, antara lain: jumlah pemotongan sapi impor, berat badan sapi, harga sapi impor siap potong, harga sapi lokal siap potong, dan dummy jenis kelamin. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda non linier yang sebelumnya model persamaan diuji ketepatan modelnya (Goodness of Fit) melalui uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskeditas, serta pengujian statistik menggunakan uji F dan uji t. Model regresi Ln Y = 17,063 4,187 Ln X 1 + 8,944 Ln X 2 7,752 Ln X 3 + 1,102 Ln X 4. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,564. Secara bersama-sama semua faktor mempengaruhi terhadap jumlah pemotongan sapi impor di RPH yaitu nilai F hitung 16,807 > F tabel 2,77. Faktor yang paling berpengaruh adalah harga sapi impor sebesar 0,434. Kata kunci: Pemotongan, Sapi Impor, RPH. ABSTRACT Research was conducted in slaughter house owned Bandung city goverment in Ciroyom and Cirangrang on June until July 2015. Research aims were knowed the factors cattle body weight, cattle import price, cattle local price, and sex which affected slaugther number cattle import, and knowed factor that affected for slaugther number cattle import in slaugther house bandung city goverment. Research method used was purspossive sampling, with research subject were 20 cutter consists of 15 cutter from Ciroyom slaugther house and 5 cutter from Cirangrang slaugther house. Collecting data technique consist of observation, interview, and recording. Used data were primary data and secondary data. Variable observed was slaugther number cattle import, body weight cattle, price of cattle import ready to cut, and sex dummy.

Data analysis used regression analysis, data test used multikolinearity test, autocorelation test, and heteroskeditas test, with statistical test used F-test and t-test. Model demand function Ln Y = 17,063 4,187 Ln X 1 + 8,944 Ln X 2 7,752 Ln X 3 + 1,102 Ln X 4. Research model used can not multikolinearity in variable, did not happen autocorelation problem, and model of slaugther cattle import number was normality distributed that had not heteroskeditas problem. Determination coefficient number (R 2 ) was 0,564. Jointly all of factors affected cattle import number in slaugther house. That was proved with F-count number more big than F-table, F- count was 16,807 more big than F-table was 2,77. The most affected factor for cattle import slaugther number was cattle import price factor with contribution for 0,434. Key words: Slaugther, Cattle Import, Slaugther house. PENDAHULUAN Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang maksimal, baik bagi produsen, konsumen dan pihak-pihak lain yang berkaitan dalam industri daging. Daging merupakan salah satu protein hewani dan bahan makanan yang bergizi tinggi, sehingga permintaan akan daging sapi terus meningkat, disamping itu daging sapi memiliki tingkat kesukaan konsumen yang tinggi dibandingkan dengan daging dari bermacam-macam hewan lainnya. Kegiatan produksi karkas dan daging sapi tidak terlepas dari peran Rumah Potong Hewan (RPH) sebagai tempat dan penyedia jasa pemotongan ternak. RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan untuk menghasilkan daging bagi konsumsi masyarakat umum. Jumlah pemotongan sapi di RPH juga bisa mengindikasikan jumlah permintaan konsumen akan daging sapi. Kegiatan pemotongan sapi tidak terlepas dari peran jagal sebagai konsumen sapi dan salah satu sub sistem kegiatan agribisnis dalam usaha sapi potong. Usaha pemotongan dan penjualan daging yang dilakukan oleh jagal sapi merupakan subsistem kegiatan agribisnis (Suryadi, 2006). Peran jagal dalam agribisnis usaha pemotongan sapi cukup vital karena sebagai konsumen sapi hidup dan pemasok daging ke pasar-pasar yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir yaitu Rumah Tangga dan HOREKA (Hotel, Restoran, dan Katering). Kegiatan para jagal sapi dimulai dari pembelian sapi hidup, proses pemotongan sampai menjadi potongan komersial daging dan hasil ikutannya yang dipasarkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Secara tradisional jagal harus mempunyai pengalaman dalam menaksir persentase karkas yang akan dihasilkan setelah ternak dipotong. Kriteria penaksiran persentase karkas

pada umumnya berdasarkan umur, bobot badan, bangsa sapi, dan berat karkas setelah sapi dipotong (Siregar, 2003). Jumlah pemotongan sapi di RPH Kota Bandung pada Tahun 2014 sebanyak 26.176 ekor dengan perbandingan 94,8% sapi impor dan 5,2% sapi lokal (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, 2015). Berdasarkan pengamatan pendahuluan, bahwa pemotongan ternak di RPH lebih banyak sapi impor dibandingkan pemotongan sapi lokal, hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah pemotongan sapi di RPH yang dilakukan para jagal dipengaruhi oleh harga sapi, berat badan sapi, dan jenis kelamin. Faktor itulah yang lebih dominan mempengaruhi jagal untuk melakukan pemotongan sapi di RPH. Akhirnya dengan meningkatnya jumlah konsumsi daging sapi di tingkat konsumen, tanpa diimbangi dengan penyediaan yang mencukupi maka harga sapi hidup dan daging akan terus melonjak naik. Faktor tersebut penting untuk dikaji agar dapat menganalisis faktor mana yang paling berpengaruh terhadap jumlah pemotongan sapi impor di RPH Kota Bandung. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemotongan Sapi Impor di Rumah Potong Hewan (RPH) Pemerintah Kota Bandung. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai tanggal 1 Juni 2015 31 Juli 2015. Penelitian dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) milik pemerintah Kota Bandung yaitu RPH Ciroyom dan RPH Cirangrang. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) milik pemerintah Kota Bandung yaitu RPH Ciroyom dan RPH Cirangrang. Objek Penelitian Objek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah hal atau perkara yang menjadi pokok pembicaraan dan dijadikan sasaran untuk diteliti. Sejalan dengan itu, menurut Arikunto (1998) objek penelitian adalah variabel penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian adalah wadah atau tempat dimana variabel penelitian atau titik perhatian itu melekat. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, maka objek penelitian ini yaitu mengkaji besaran kontribusi dari faktor harga sapi impor, harga sapi lokal, berat

badan sapi, dan jenis kelamin terhadap pemotongan sapi impor di RPH milik Pemerintah Kota Bandung. Subjek penelitiannya adalah seluruh jagal di RPH yang berjumlah 20 orang. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling atau judgement sampling. Menurut Sugiyono (2012), pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu. Adapun kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para jagal yang selalu melakukan pemotongan di RPH setiap hari karena ada beberapa jagal melakukan pemotongan dengan waktu yang tidak menentu. Penelitian ini melibatkan subjek yang terbatas, yaitu berjumlah 20 orang pemotong yang terdiri dari 15 orang pemotong RPH Ciroyom dan 5 orang pemotong RPH Cirangrang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan metode purposive sampling ini diharapkan mendapatkan data yang akurat. Teknik Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel jagal yang melakukan pemotongan setiap hari di RPH. Keseluruhan responden berjumlah 20 orang jagal atau konsumen sapi. Operasionalisasi Variabel 1. Pemotongan Sapi Impor (Y) adalah jumlah sapi yang dipotong oleh jagal atau konsumen sapi. Jumlah pemotongan ini bisa mengindikasikan permintaan sapi impor oleh pemotong. Pemotongan sapi yang dihitung dalam satuan ekor selama dua bulan atau 61 hari. 2. Berat badan sapi (X 1 ) yaitu satuan berat tubuh sapi sebelum disembelih yang dihitung berdasarkan satuan berat kilogram per ekor (Kg/ekor) 3. Harga sapi impor siap potong (X 2 ) yaitu harga sapi impor siap potong diperoleh atas dasar harga sapi yang dibeli oleh pemotong sapi yang dihitung dalam satuan (Rp/Kg Berat Hidup). 4. Harga sapi lokal siap potong (X 3 ) yaitu harga sapi lokal siap potong diperoleh atas dasar harga sapi yang dibeli oleh pemotong sapi yang dihitung dalam satuan (Rp/Kg Berat Hidup). 5. Jenis kelamin sapi (X 4 ) adalah kecenderungan konsumen memilih dan memotong sapi betina atau jantan. Perhitungannya dilakukan dengan pengkodean variabel dummy, yaitu:

- Sapi impor berjenis kelamin jantan diberi kode 1 - Sapi impor berjenis kelamin betina diberi kode 0 6. Sapi siap potong adalah sapi impor dan sapi lokal siap potong yang tersedia di RPH dan dibeli oleh para jagal dari bandar untuk dilakukan pemotongan. 7. Jagal adalah konsumen sapi siap potong yang tersedia di RPH dan salah satu mata rantai distribusi daging sapi yang berperan sebagai pemasok utama daging sapi ke pasar. Analisis Data Untuk melihat besaran kontribusi dari tiap-tiap variabel yang mempengaruhi jumlah pemotongan sapi impor digunakan analisis fungsi regresi berganda non linier yang secara matematik dapat dituliskan fungsinya sebagai berikut: Y = X b1 b2 b3 1 X 2 X 3 X b4 4 e ui Fungsi regresi berganda adalah persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Untuk memudahkan pendugaan, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk regresi berganda linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut dan dapat dituliskan sebagai berikut: ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 + u Keterangan: Y = Pemotongan sapi impor (Ekor) a = Intersep (Konstanta) b i = Koefisien untuk setiap variabel X i ( i = 1,2,3,4) X 1 = Berat badan sapi (Kg / ekor) X 2 = Harga sapi impor siap potong (Rp / Kg Berat Hidup) X 3 = Harga sapi lokal siap potong (Rp / Kg Berat Hidup) X 4 = Dummy Jenis kelamin sapi Kode Jantan: 1 Betina: 0 a,b = koefisien yang akan diduga u = Kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural, e=2,718 Standar koefisien beta adalah koefisien parameter regresi dari standardized variables. Standardized variables adalah variabel-variabel yang datanya telah di stadardisasi dengan standar deviasi masing-masing variabel, sehingga dapat membandingkan secara langsung antar variabel independen dalam pengaruhnya terhadap variabel dependen (Gujarati, 2003). Jadi, masing-masing variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besar kecilnya nilai koefisien beta pada tabel hasil proses SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN Estimasi Variabel Jumlah Pemotongan Sapi Impor di RPH Pemerintah Kota Bandung Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda non linier dengan empat variabel bebas. Variabel bebas yang diamati yaitu berat badan sapi (X 1 ), harga sapi impor (X 2 ), harga sapi lokal (X 3 ), dan Dummy jenis kelamin (X 4 ). variabel tersebut akan dilihat berapa besar pengaruhnya terhadap Jumlah Pemotongan (Permintaan) Sapi Impor (Y). Berdasarkan hasil pengolahan yang dilakukan, maka model penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 17,063 X -4,187 1 X 8,944 2 X -7,752 3 X 1,102 4 Model fungsi tersebut apabila dilinierkan menjadi: Ln Y = 17,063 4,187 Ln X 1 + 8,944 Ln X 2 7,752 Ln X 3 + 1,102 Ln X 4 Keterangan: Y X 1 X 2 X 3 X 4 : Jumlah Pemotongan Sapi Impor (ekor) : Berat Badan Sapi (Kg/ekor) : Harga Sapi Impor (Rp/ Kg Berat Hidup) : Harga Sapi Lokal (Rp/ Kg Berat Hidup) : Dummy Jenis Kelamin Kode Jantan : 1 Betina: 0 Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 21.0 maka diperoleh hasil pendugaan fungsi seperti pada Tabel 8. Pada tabel nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,564. Artinya variabel bebas yang digunakan dalam model berpengaruh sebesar 56,4 % terhadap variabel terikat, sedangkan sisanya yaitu 43,6 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Tabel 8. Hasil Pendugaan Fungsi Regresi Variabel Koefisien T hitung R 2 Tolerance VIF Fhit Ttab Regresi Konstanta 17,063 0,626 0,564 - - 16,806 1,672 X 1-4,187-3,418 0,453 2,208 X 2 8,944 3,282 0,479 2,086 X 3-7,752-3,873 0,280 3,566 X 4 1,102 5,522 0,890 1,124 Tabel 8. memperlihatkan bahwa nilai F hitung diperoleh sebesar 16,806, kemudian nilai F hitung dibandingkan dengan F tabel, nilai F tabel yang diperoleh dari tabel F untuk probabilitas 0,05 yaitu 2,77. Hal ini menunjukan bahwa F hitung > F tabel yang berarti H 0 di

tolak sehingga variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya. Variabel berat badan sapi impor, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan jenis kelamin mempengaruhi secara bersama-sama (simultan) terhadap jumlah pemotongan sapi impor di RPH Kota Bandung. Adapun estimasi koefisien variabel yang mempengaruhi jumlah pemotongan sapi impor adalah sebagai berikut: 1. Berat Badan Sapi (X 1 ) Berat badan sapi memiliki koefisien regresi sebesar -4,187 artinya dalam setiap kenaikan X 1 atau berat badan sapi sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan penurunan jumlah pemotongan sebesar 4,187 persen. Berat badan sapi berpengaruh negatif terhadap jumlah pemotongan sapi impor yang dilakukan para jagal di RPH. Semakin berat bobot sapi maka akan semakin mahal juga biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen atau jagal. Rata-rata bobot sapi yang dibeli oleh para pemotong berada dikisaran 400-450 kg per ekor karena jika dikalkulasikan menjadi harga per ekor, nilai tersebut cukup terjangkau bagi para pemotong. 2. Harga Sapi Impor (X 2 ) Harga sapi impor memiliki koefisien regresi sebesar 8,944. Harga sapi impor berpengaruh positif terhadap jumlah pemotongan sapi impor sesuai dengan hipotesis awal. Berdasarkan uji t, harga sapi impor berpengaruh nyata terhadap jumlah pemotongan sapi impor (t hit 8,944 > 1,672). Kegiatan pemotongan sapi di RPH di dominasi oleh sapi impor dibandingkan sapi lokal, dengan perbandingan 98,4% sapi impor dan 5,2% sapi lokal (Disnak Kota Bandung, 2015). Hal itu bisa mengindikasikan bahwa sapi impor merupakan barang pengganti (subtitusi) dari sapi lokal yang harganya semakin mahal. Pemotongan sapi di RPH Kota Bandung lebih banyak sapi impor karena dari sisi harga cukup terjangkau dan konsumen bisa memperoleh keuntungan dari hasil penjualan dagingnya yang relatif banyak. Harga sapi impor yang lebih rendah dibanding sapi lokal mengakibatkan permintaannya meningkat terus setiap waktu. Hal itu sesuai dengan hukum permintaan yang diungkapkan Sukirno (2002) bahwa semakin rendah harga suatu barang maka akan meningkatkan permintaan barang tersebut, sebaliknya semakin tinggi harga barang akan menurunkan permintaan akan barang tersebut. Sehingga apabila terjadi peningkatan harga sapi lokal maka akan berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya permintaan sapi impor di RPH.

3. Harga Sapi Lokal (X3) Harga sapi lokal memiliki koefisien regresi sebesar -7,752 artinya dalam setiap kenaikan X 3 atau harga sapi lokal sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan penurunan jumlah pemotongan sebesar 7,752 persen. Harga sapi lokal berpengaruh negatif terhadap jumlah pemotongan sapi impor di RPH Pemerintah Kota Bandung. Hal itu menunjukan bahwa semakin mahal harga sapi lokal (Rp/Kg Bobot Hidup) maka permintaan jagal terhadap sapi lokal akan semakin menurun karena biaya yang dikeluarkan dalam pembelian sapi lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan para jagal. Berdasarkan fakta di lapangan, jika harga sapi lokal naik maka permintaan akan turun karena ada subtitusi dari sapi lokal, yakni sapi impor yang harganya lebih murah. Akhirnya, jumlah pemotongan sapi yang terjadi di RPH Pemerintah Kota Bandung lebih banyak sapi Impor dibandingkan sapi lokal. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Sukirno (2002), bahwa jika barang pengganti (subtitusi) bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan permintaan. 4. Jenis Kelamin (X4) Jenis kelamin sapi memiliki koefisien regresi sebesar 1,102 hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan X 4 sebesar satu persen, maka jumlah pemotongan sapi akan bertambah sebesar 0,013 persen. Dumi jenis kelamin berpengaruh positif terhadap jumlah pemotongan sapi impor di RPH yang dilakukan para jagal. Hal itu sesuai dengan kenyataan pada saat penelitian di lapangan, yakni pada hari-hari biasa pemotongan sapi impor di RPH lebih banyak sapi berjenis kelamin jantan atau Steer dibandingkan betina (Heifer dan Cows) karena kualitas dari daging sapi jantan lebih bagus dibandingkan sapi betina, seratnya bagus, dan tidak terlalu basah. Namun, pemotongan sapi saat menjelang Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri kondisi pemotongan sapi di RPH tidak seperti biasanya, yakni lebih banyak sapi jenis kelamin betina yang dipotong untuk pasokan ke pasar. Pada saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri permintaan daging sapi oleh kosumen akhir cukup tinggi, maka para pemotong lebih memilih sapi betina karena harganya lebih murah dari sapi jantan hal itu dilakukan untuk menutupi biaya tinggi yang harus dikeluarkan bila membeli steer dan mengalihkan biaya untuk upah para pekerja tambahan saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Sehingga pengaruh jenis kelamin berpengaruh signifikan untuk setiap hari pemotongan selama bulan Juni dan Juli, pemilihan jenis kelamin bisa dikatakan sebagai selera para pemotong sapi yakni pada saat menjelang Ramadhan dan menjelang Idul Fitri agar keuntungan mereka dapat bertambah.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap pemotongan sapi impor di RPH Pemerintah Kota Bandung adalah harga sapi impor. Hal itu dapat dibuktikan dengan nilai terbesar pada Standardized Coefficients Beta dari setiap variabel. Nilai koefisien beta harga sapi impor sebesar 0,434. Nilai Standar koefisien beta dapat memperlihatkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hal itu sesuai dengan pernyataan Gujarati (2003) bahwa standar koefisien beta adalah variabel-variabel yang datanya telah di stadardisasi dengan standar deviasi masing-masing variabel, sehingga dapat membandingkan secara langsung antar variabel independen dalam pengaruhnya terhadap variabel dependen. Jadi, variabel harga sapi impor merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemotongan sapi impor di RPH Pemerintah Kota Bandung SIMPULAN 1) Secara bersama-sama atau simultan bahwa faktor berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan jenis kelamin berpengaruh terhadap jumlah pemotongan sapi Impor di Rumah Potong Hewan (RPH) Pemerintah Kota Bandung. Hal itu dapat dibuktikan dengan nilai F hitung > F tabel, yakni F hitung sebesar 16,806 > F tabel 2,77. 2) Faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah pemotongan sapi impor di Rumah Potong Hewan (RPH) Pemerintah Kota Bandung adalah faktor harga sapi impor dibandingkan dengan faktor lainnya. Berdasarkan Koefisien Beta, maka nilai yang paling besar besar adalah harga sapi impor sebesar 0,434. UCAPAN TERIMA KASIH Terima Kasih kepada Dr. Ir. H. Rochadi Tawaf, M.S., pembimbing utama dan pembimbing anggota Dr. Hasni Arief, S.Pt, M.P., yang tak pernah lelah untuk membimbing, mendukung dan meluangkan waktunya bagi penulis. Ucapan terima kasih kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, khususnya Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Potong Hewan yang sudah memfasilitasi dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian Tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1998. Prosedur Suatu Penelitan: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. 2015. Data Pemotongan Hewan Impor- Lokal-Jantan-Betina. Bandung. Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics Fourth Edition (terjemahan Sumarno zain). Jakarta: Erlangga. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Balai Pustaka. Jakarta. Siregar, S.B. 2003. Penggemukan Sapi. Cetakan ke-8. Jakarta: Penebar Swadaya. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2002. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Press Suryadi, U. 2006. Pengaruh Bobot Potong terhadap Kualitas dan Hasil Karkas Sapi Brahman Cross. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 31 (1): 21 27.