KERAGAMAN BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt) DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DAN KABUPATEN SITARO

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI PALA SIAU (Myristica fragrans Houtt) BERDASARKAN MORFOLOGI BUAH

KAJIAN BUDIDAYA TANAMAN PALA (Myristica fragrans Houtt) DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unsrat Manado, )

ANALISIS USAHATANI PALA DI KAMPUNG TALAWID KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE ABSTRACT

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

KARAKTERISASI SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus contrasinences) DI KABUPATEN PELALAWAN

Karakteristik Morfologi Benih sebagai Parameter untuk Penentuan Pohon Induk Sumber Benih Pala (Myristica fragrans Houtt.)

KAJIAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIJI PALA Study on National Indonesian Standard of Nutmeg

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK PALA DARATAN DAN KEPULAUAN DI SULAWESI UTARA

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

Sumber: Serang Dalam Angka (data diolah)

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 468/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN TOMAT HIBRIDA LENTANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA LUCKY 20 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 462/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA HONEY GLOBE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

MORFOLOGI BENIH, PEMATAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN DURAME (Styrax benzoin Dryander)

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PALA DI KECAMATAN TAPAK TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TESIS. Oleh

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

KARAKTERISTIK MORFOEKOTIPE POHON INDUK PALA SUKABUMI SEBAGAI SUMBER BENIH

KERAGAMAN GENETIK DAN FENOTIPIK BEBERAPA KARAKTER BUAH TANAMAN PALA (Myristica fragrans, Houtt) UNISEXUAL

PENDAMPINGAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN GOWA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 127/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA NEW YELLOW SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

ANALISIS PEMASARAN BIJI JAMBU METE DI KABUPATEN ALOR TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI JENIS TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA SKRIPSI

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 538/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA NEW CENTURY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

Karakterisasi Koleksi Plasma Nutfah Tomat Lokal dan Introduksi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARAKTERISASI TIGA GENOTIPE NENAS cv. QUEEN (Ananas comosus L. Merr) DI KECAMATAN TAMBANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 188/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA NEW LUCKY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PRODUKSI JAGUNG MANADO KUNING PADA JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN BERBEDA

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN ANALISIS EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA DALAM TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 536/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA QUALITY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PEMBERIAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BELIMBING (Averrhoa carambola L)

PENILAIAN DAN PENETAPAN CALON BLOK PENGHASIL TINGGI (BPT) KELAPA DALAM DI KABUPATEN TAMBRAUW PROVINSI PAPUA BARAT

LESTARI BRIEF MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 201/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA SRETY S.107 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

2013, No

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 357/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA GIANT QUALITY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

KAJIAN KERAGAMAN GENETIK PADA POPULASI F2 HASIL PERSILANGAN BLEWAH

Transkripsi:

118 KERAGAMAN BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt) DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DAN KABUPATEN SITARO DIVERSITY OF NUTMEG (Myristica fragrans Houtt) AT THE DISTRICTS OF SANGIHE ISLANDS AND SITARO Robert 1), Semuel Runtunuwu 2), Johannes E.X. Rogi 2), danyefta Pamandungan 2) 1) Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Sangihe 2) Fakultas Pertanian Unsrat Manado. Alamat untuk korespondensi semueldr@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine the nutmeg crop diversity is based on the character of the fruit, seeds, nutmeg mace in Sangihe Island Regency (Island of Sangihe) and District SITARO (Siau Island). The method used is the method of direct observation at the farmer's planting area nutmeg. Location research based on secondary data, namely the districts and villages producer of nutmeg, then determined the three observation points in each study site. Each observation point is determined 10 samples to be observed fruit trees, and every tree observed 20 fruit ready for harvest. Samples of plants is determined by: 1) Age of plants, which is about 15-30 years, and 2) The state of the plant, which is being fruitful and healthy tree. Observations carried out on: 1) The shape of fruit, 2) Color rind 3) Thick flesh, 4) Weight pieces, 5) The length of the fruit, 6) diameter pieces, 7) The color of the fruit flesh, 8) Weight seed fresh, 9) Lengh seed, 10) diameter seed, 11) weight mace fresh, 12) Color mace. The results showed: 1) The shape of fruit and nutmeg seeds in Sangihe Islands Regency is more diverse than in the District Sitaro. 2) The highest weight of fresh nutmeg obtained from the location Talawid weighing 57.95 g fresh weight and r lowest nutmeg obtained from the location Karatung I is weighing 35.91 g fresh weight nutmeg while the highest was obtained from the location that is weighing 9.45 g Talawid and the lowest seed fresh weight was obtained from the location Karatung I are weighing 6.75g. 3) The same colors are red blood mace. Keywords: nutmeg plant, diversity of fruit, Sangihe, SITARO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman tanaman pala berdasarkan karakter buah, biji, fuli pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Pulau Sangihe) dan Kabupaten SITARO (Pulau Siau). Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi secara langsung pada areal pertanaman pala milik petani. Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan data sekunder, yaitu kecamatan dan desa penghasil pala, selanjutnya ditentukan tiga titik pengamatan di setiap lokasi penelitian. Setiap titik pengamatan ditentukan 10 pohon sampel untuk diamati buahnya, dan dari setiap pohon diamati 20 buah yang siap panen. Sampel tanaman ditentukan berdasarkan: 1) Umur tanaman, yaitu sekitar 15-30 tahun, dan 2) Keadaan tanaman, yaitu sedang berbuah dan pohonnya sehat. Pengamatan dilakukan terhadap : 1) Bentuk buah, 2) Warna kulit buah, 3) Tebal daging buah, 4) Berat buah, 5) Panjang buah, 6) Diamater buah, 7) Warna daging buah, 8) Berat biji segar, 9) Panjang biji, 10) Diamater biji, 11) Berat fuli segar, 12) Warna fuli. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Bentuk buah dan biji Pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe lebih beragam dibandingkan dengan di Kabupaten SITARO. 2) Berat segar buah pala tertinggi diperoleh dari lokasi Talawid seberat 57,95 g dan berat segar buah pala terendah diperoleh dari lokasi Karatung I yaitu seberat 35,91 g sedangkan berat segar biji pala tertinggi diperoleh dari lokasi Talawid yaitu seberat 9,45 g dan berat segar biji terendah diperoleh dari lokasi Karatung I yaitu seberat 6,75 g. 3) warna fuli sama yaitu merah darah. Kata kunci : tanaman pala, keragaman buah, Sangihe, SITARO Eugenia Volume 21 No. 3 Oktober 2015

Robert, dkk.: Keragaman Buah Pala... PENDAHULUAN Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO (Siau-Tagulandang-Biaro) merupakan daerah penghasil pala terbesar di Indonesia, yaitu sekitar 70% produksi pala Indonesia. Luas tanaman pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 4.156,90 ha dengan produksi 2.413,40 ton, sedangkan di Kabupaten SITARO luas tanaman pala sebesar 4.471,76 Ha dengan produksi 3.337,25 ton sehingga tanaman ini merupakan tanaman unggulan sub sektor perkebunan di kedua kabupaten tersebut (Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO, 2014). Tanaman pala berperan penting dalam meningkatkan perekonomian di kedua daerah tersebut karena tanaman pala memberi konstribusi yang sangat dominan dalam pertumbuhan ekonomi yaitu salah satu komoditi penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tanaman pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO berasal dari pulau Banda dan jenis yang ditanam adalah Myristica fragrans Houtt. Selanjutnya, pengembangan tanaman ini dilakukan oleh petani dengan mengambil bibit dari kebun sendiri atau kebun petani lainnya. Budidaya tanaman pala di kedua kabupaten tersebut masih dilakukan secara tradisional. Hasil yang diambil dari tanaman pala adalah biji, fuli, dan daging buah. Daging buah pala diolah menjadi bahan makanan dan minuman, seperti: manisan pala, sari buah pala, minuman instan pala, jeli pala, dodol pala, anggur pala, asam cuka (Nurdjannah, 2007). Sedangkan biji dan fuli pala diekspor ke berbagai negara terutama Eropa. Selanjutnya, dalam perdagangan biji pala di Indonesia digunakan suatu standard mutu biji pala Indonesia menurut SNI-0006-1993, yang membagi mutu pala berdasarkan jumlah biji pala per kg, syarat visual biji, keseragaman maksimum, dan kontaminasi jamur maksimum (Nurdjannah, 2007). Berdasarkan SNI Pala Indonesia tersebut, maka keseragaman ukuran dan berat biji pala yang dihasilkan oleh tanaman menjadi hal yang sangat penting diperhatikan oleh petani, karena hal ini akan 119 menjadi faktor penentu penghasilan yang akan diperoleh petani dari budidaya tanaman ini. Makin berat (tentunya berkaitan dengan ukuran besar biji) dan makin seragam biji pala yang dihasilkan akan semakin mahal harganya yaitu pala tipe A Rp. 61.000,-/kg dan pala tipe B Rp. 48.000,-/kg (Dinas Perindakop UMKM Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2014). Keragaman buah dan biji pala di sentra produksi pala di daerah ini, yaitu Kabupaten SITARO (pulau Siau) dan Kabupaten Kepulauan Sangihe (pulau Sangihe Besar) penting untuk diteliti karena menurut Das, dkk. (2012), berdasarkan karakter morfologi dan agronomi menunjukkan aksesi pala dari Tidore dan Patani (diduga sebagai sumber benih pala di daerah ini) mempunyai keragamanyang tinggi dalam bentuk buah, warna buah tua, bentuk biji, bobot buah, dan bobot biji. Disamping itu, informasi keragaman buah pala di daerah ini belum banyak diketahui padahal keragaman buah menentukan kualitas hasil tanaman ini. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keragaman hasil tanaman pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO berdasarkan morfologi buah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman tanaman pala berdasarkan karakter buah, biji, fuli pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO. Manfaat penelitian ini adalah menjadi bahan untuk pengembangan pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi secara langsung pada areal pertanaman pala milik petani. Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan data sekunder, yaitu kecamatan penghasil pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO. Setelah ditentukan kecamatan penghasil pala (satu kecamatan di bagian utara dan satu kecamatan di bagian selatan pulau), dilakukan pengamatan langsung di desa untuk menentukan dua desa yang memiliki tanaman pala berumur sekitar 15-30 tahun, yang buahnya

Eugenia Volume 21 No. 3 Oktober 2015 siap dipanen dan sehat pertumbuhannya di masingmasing kecamatan. Berdasarkan data sekunder kecamatan penghasil pala, ditentukan Kecamatan Kendahe (terletak di bagian Utara) dan Kecamatan Manganitu (terletak di bagian Selatan) untuk Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan Kecamatan Siau Timur (terletak di bagian Utara) dan Kecamatan Siau Barat Selatan (terletak di bagian Selatan) untuk Kabupaten SITARO. Selanjutnya, berdasarkan keadaan tanaman di lapang, dipilih Kendahe II dan Talawid mewakili Kecamatan Kendahe, Karatung I dan Tawoali mewakili Kecamatan Manganitu (Pulau Sangihe), Dame dan Bahu mewakili Kecamatan Siau Timur, dan Batusenggo dan Laghaeng mewakili Kecamatan Siau Barat Selatan (pulau Siau). Akhirnya ditentukan tiga titik/lokasi pengamatan di setiap desa, masing-masing diamati 10 pohon sampel sehingga terdapat sebanyak 30 pohon sampel per desa. Dari setiap pohon diamati sebanyak 20 buah yang sudah siap dipanen. Pengamatan dilakukan terhadap : 1) Bentuk buah, 2) Warna kulit buah, 3) Tebal daging buah, 4) Berat segar buah, 5) Panjang buah, 6) Diamater buah, 7) Warna daging buah, 8) Berat segar biji, 9) Panjang biji, 10) Diamater biji, 11) Berat segar fuli, 12) Warna fuli. Bentuk buah, diamati pada saat panen. Penentuan bentuk buah didasarkan pada perbandingan ukuran panjang dan diameter buah. Warna kulit buah, diamanti setelah di panen. Berat segar buah (g), ditimbang setelah panen. Panjang buah (cm), diukur saat panen. Diameter buah (cm), diukur pada bagian tengah buah menggunakan jangka sorong. Warna daging buah, diamati setelah buah dibelah. Tebal daging buah (cm), diukur pada bagian tengah buah menggunakan jangka sorong. Warna fuli, diamati pada setelah buah dibelah. Berat segar fuli (g), ditimbang pada saat panen. Bentuk biji, diamati setelah buah dibelah. Penentuan bentuk biji didasarkan pada perbandingan ukuran panjang dan diameter biji. Panjang biji (cm) diukur menggunakan jangka sorong. Diameter biji (cm), diukur menggunakan jangka sorong. Berat segar biji (g), ditimbang pada saat panen. 120 Analisis Data. Data kualitatif yaitu: bentuk buah, bentuk biji, warna buah, warna biji dan warna fuli dianalisis secara deskriptif tabelaris. Data kuantitatif yaitu: berat segar buah, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, berat segar biji, panjang biji, diameter biji dan berat segar fuli dihitung berdasarkan rumus keragaman: (x 1 x) + (x 2 x) + (x 3 x) S 2 = --------------------------------------. 1 N (Suzuki, et.al., 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Buah Bentuk, Warna Kulit, dan Warna Daging Buah Pala Bentuk buah pala terdiri dari: 1) Oblat,2) Bulat, 3) Oval, 4) Agak lonjong, dan 5) Lonjong (Marzuki, dkk., 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa bentuk buah pala di Pulau Sangihe Besar beragam dari oblat sampai agak lonjong, sedangkan bentuk buah pala di Pulau Siau hanya bulat dan oval (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 ternyata bentuk buah pala di Kendahe II paling beragam, yaitu dari oblat sampai agak lonjong sedangkan bentuk buah pala di Talawid, Karatung I, Tawoali, Bahu, Dame, Batusenggo dan Laghaenghanya bulat dan oval. Selanjutnya, sesuai dengan data pada Tabel 1 ternyata tidak ada keragaman warna kulit buah dan warna daging buah pala di kedua pulau penghasil pala yang diamati. Warna kulit buah pala yang diamati adalah kuning dan warna daging buah adalah putih. Ternyata tanaman pala yang tumbuh di daerah ini tidak berbeda dengan pala Banda. Berdasarkan deskripsi pala Banda, warna kulit buah putih (sesuai SK Menteri Pertanian Nomor : 4059/Kpts/SR.120/12/2009, tanggal 28 Desember 2009). Keragaman bentuk buah pala tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetis, karena menurut Marzuki, dkk. (2008) bahwa karakter kualitatif tanaman pada umumnya secara genetik stabil terhadap perubahan lingkungan.

Robert, dkk.: Keragaman Buah Pala... 121 Tabel 1. Bentuk, Warna Kulit, dan Warna Daging Buah Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 1. Shape, Skin Color and Flesh Color of Nutmeg Fruit in Sangihe and Siau Island) Lokasi Bentuk Warna Kulit Warna Daging Pulau Sangihe Kendahe II Oblat, Bulat, Oval, Agak Kuning Putih Lonjong Talawid Bulat, Oval Kuning Putih Karatung I Bulat, Oval Kuning Putih Tawoali Bulat, Oval Kuning Putih Pulau Siau Bahu Bulat, Oval Kuning Putih Dame Bulat, Oval Kuning Putih Batusenggo Bulat, Oval Kuning Putih Laghaeng Bulat, Oval Kuning Putih Berat Segar Buah Berat segar buah pala diamati berkisar dari 44,10 g sampai dengan 51,55 g, dengan rata-rata sebesar 48,25 g. Dengan demikian berat buah pala di lokasi Kendahe II, Talawid, dan Bahu beratnya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 50,35 g; 57,92 g; dan 50,91 g. Kemudian keragaman berat buah pala ditemukan berkisar 1,32 % (Talawid) sampai 47,03% (Tawoali), dengan rata-rata 18,12 %. Dengan demikian keragaman berat buah pala di Kendahe II, Tawoali, dan Batusenggo di atas rata-rata (Tabel 2). Berdasarkan rata-rata berat buah pala yang diamati tersebut, ternyata tanaman pala yang tumbuh di daerah ini berbeda dengan pala Banda. Berdasarkan deskripsi pala Banda, berat buah pala Banda sebesar 60 g (sesuai SK Menteri Pertanian Nomor 4059/Kpts/SR.120/12/2009, tanggal 28 Desember 2009), sedangkan pala Sangihe Besar dan pala Siau rata-rata hanya sebesar 48,25 g. Panjang Buah Panjang buah pala diamati berkisar dari 4,46 cm sampai dengan 4,73 cm, dengan rata-rata sebesar 4,60 cm. Dengan demikian panjang buah pala di lokasi Kendahe II, Talawid, Bahu, Dame, dan Batusenggo panjangnya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 4,69 cm, 4,89 cm, 4,69 cm, 4,66 cm, dan 4,65 cm. Kemudian keragaman panjang buah pala ditemukan berkisar 0,04 % (Dame) sampai 10,06 % (Tawoali), dengan rata-rata 2,84 %. Dengan demikian keragaman panjang buah pala di Talawid dan Tawoali di atas rata-rata (Tabel 3). Diameter Buah Diameter buah pala diamati berkisar dari 3,92 cm sampai dengan 4,23 cm, dengan rata-rata sebesar 4,10 cm. Dengan demikian panjang buah pala di lokasi Kendahe II, Talawid, Tawoali, Bahu, dan Batusenggo diameternya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 4,14 cm; 4,29 cm; 4,17 cm; 4,13 cm dan 4,15 cm. Kemudian keragaman diameter buah pala ditemukan berkisar 0,41 % (Laghaeng) sampai 7,09 % (Tawoali), dengan rata-rata 2,93 %. Dengan demikian keragaman diameter buah pala di Talawid, Tawoali, dan Batusenggo di atas rata-rata. Tebal Daging Buah Tebal daging buah pala yang diamati berkisar dari 0,78 cm sampai dengan 0,95 cm, dengan rata-rata sebesar 0,85 cm. Dengan demikian tebal daging buah pala di lokasi Kendahe II, Talawid, dan Laghaeng tebal daging buahnya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 0,94 cm; 0,89 cm, dan 0,89 cm. Kemudian keragaman diameter buah pala ditemukan berkisar 0,20 % (Talawid) sampai 9,56 % (Karatung I), dengan rata-rata 1,51 %. Dengan demikian keragaman diameter buah pala di Karatung I di atas rata-rata, yaitu 9,56 %.

Eugenia Volume 21 No. 3 Oktober 2015 122 Tabel 2. Berat Segar Buah Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 2. Fresh Weight of Nutmeg Fruit in Sangihe and Siau Island) Lokasi Kisaran Rata-rata (g) (g) Keragaman (%) Pulau Sangihe Kendahe II 46.25-54.85 50.35 * 18.61 * Talawid 56.64-58.86 57.92 * 1.32 Karatung I 33.02-39.12 35.91 9.38 Tawoali 40.42-53.83 47.96 47.03 * Pulau Siau Bahu 46.71-53.25 50.91 * 13.29 Dame 43.31-49.79 47.51 13.28 Batusenggo 41.52-52.02 48.12 33.00 * Laghaeng 44.91-50.68 47.30 9.04 Rata-rata 44.10-51.55 48.25 18.12 Tabel 3. Panjang Buah Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 3. Length of Nutmeg Fruit in Sangihe and Siau Island) Kisaran Rata-rata Keragaman (%) Pulau Sangihe Kendahe II 4.52-4.77 4.69 * 2.08 Talawid 4.55-5.00 4.89 * 5.86 * Karatung I 4.13-4.34 4.23 1.10 Tawoali 4.22-4.85 4.56 10.06 * Pulau Siau Bahu 4.65-4.74 4.69 * 0.21 Dame 4.64-4.68 4.66 * 0.04 Batusenggo 4.48-4.73 4.65 * 2.08 Laghaeng 4.40-4.63 4.51 1.32 Rata-rata 4.46-4.73 4.60 2.84 Tabel 4. Diameter Buah Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 4. Diameter of Nutmeg Fruit in Sangihe and Siau Island) Kisaran Rata-rata (Cm ) Keragaman (%) Pulau Sangihe Kendahe II 3.97-4.27 4.14 * 2.41 Talawid 4.06-4.44 4.29 * 4.09 * Karatung I 3.61-3.89 3.75 1.96 Tawoali 3.88-4.40 4.17 * 7.09 * Pulau Siau Bahu 3.99-4.20 4.13 * 1.40 Dame 3.92-4.14 4.06 1.42 Batusenggo 3.90-4.29 4.15 * 4.60 * Laghaeng 4.05-4.17 4.10 0.41 Rata-rata 3.92-4.23 4.10 2.93

Robert, dkk.: Keragaman Buah Pala... 123 Tabel 5. Tebal Daging Buah Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 5. Thick Flesh of Nutmeg in Sangihe and Siau Island) Kisaran Rata-rata Keragaman (%) Pulau Sangihe Kendahe II 0.89-1.01 0.94 * 0.37 Talawid 0.85-0.94 0.89 * 0.20 Karatung I 0.64-1.19 0.83 9.56 * Tawoali 0.74-0.84 0.79 0.25 Pulau Siau Bahu 0.75-0.86 0.80 0.32 Dame 0.74-0.91 0.83 0.74 Batusenggo 0.78-0.88 0.84 0.30 Laghaeng 0.83-0.94 0.89 * 0.30 Rata-rata 0.78-0.95 0.85 1.51 Tabel 6. Bentuk Biji dan Warna Fuli Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 6. Seed Shape and Mace Color of Nutmeg in Sangihe and Siau Island) Bentuk Biji Warna Fuli Pulau Sangihe Kendahe II Oval, Bulat, Agak Lonjong Merah Darah Talawid Oval, Agak Lonjong Merah Darah Karatung I Oblat, Bulat, Oval, Agak Merah Darah Lonjong Tawoali Oval, Agak Lonjong, Merah Darah Lonjong Pulau Siau Bahu Oval, Agak Lonjong Merah Darah Dame Oval, Agak Lonjong Merah Darah Batusenggo Oval, Bulat, Agak Lonjong Merah Darah Laghaeng Oval, Agak Lonjong Merah Darah Keragaman berat buah, panjang buah dan diameter buah diantara lokasi/desa ada kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan, karena menurut Marzuki, dkk. (2008) ada kemungkinan faktor ekotife (tanah dan iklim) mempengaruhi produksi buah pala. Keragaman Biji dan Fuli Bentuk Biji dan Warna Fuli Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau Bentuk biji pala terdiri dari: 1) Oblat, 2) Bulat, 3) Oval, 4) Agak lonjong, dan 5) Lonjong (Marzuki, dkk., 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa bentuk biji pala di Pulau Sangihe Besar beragam dari oblat sampai lonjong, sedangkan bentuk buah pala di Pulau Siau oval sampai agak lonjong. Selanjutnya, walaupun beragam dalam bentuk biji tetapi warna fulinya sama yaitu merah darah. Panjang Biji Panjang biji pala diamati berkisar dari 2,32 cm sampai dengan 2,59 cm, dengan rata-rata sebesar 2,38 cm. Dengan demikian biji pala di lokasi Kendahe II, Bahu, Dame, Batusenggo, dan Laghaeng panjangnya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 2,94 cm; 2,50 cm; 2,56 cm; 2,54 cm, dan 2,50 cm. Kemudian keragaman panjang biji pala ditemukan berkisar 0,04 % (Dame) sampai 33,97 % (Kendahe II), dengan rata-rata 5,56 %. Dengan demikian keragaman panjang biji pala di Kendahe II (33,96% ) dan Karatung I (5.97 %) di atas rata-rata (5,56 %).

Eugenia Volume 21 No. 3 Oktober 2015 Diameter Biji Pala Diameter pala yang diamati berkisar dari 1,86 cm sampai dengan 2,20 cm, dengan rata-rata sebesar 2,02 cm. Dengan demikian diameter biji pala di lokasi Kendahe II, dan Talawid, diameter bijinya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 2,06 cm dan 2,05 cm. Kemudian keragaman diameter buah pala ditemukan berkisar 0,22% (Dame) sampai 33,49 % (Kendahe II), dengan rata-rata 5,75 %. Dengan demikian keragaman diameter biji pala di Kendahe II (33,49 %) dan Karatung I (5,97 %) di atas rata-rata, yaitu 5,75 %. Walaupun ada keragaman diameter biji pala di setiap lokasi pengamatan akan tetapi secara keseluruhan keragaman tersebut tidak nyata berdasarkan analisis varians. 124 Berat Segar Biji Pala Berat segar biji pala diamati berkisar dari 7,65 g sampai dengan 8,73 g, dengan rata-rata sebesar 8,21 g. Dengan demikian biji pala di lokasi Kendahe II, Talawid, Bahu, Dame, dan Batusenggo berat segarnya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 8,56 g; 9,45 g; 8,27 g; 8,82 g, dan 8,38 g. Kemudian keragaman berat segar biji pala ditemukan berkisar 2,40% (Talawid) sampai 87,05 % (Tawoali), dengan rata-rata 39.62 %. Dengan demikian keragaman berat segar biji pala di Kendahe II (57,17 %), Tawoali (87,05 %), dan Batusenggo (73,72 %) di atas rata-rata (5,56 %). Tabel 7. Panjang Biji Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 7. Length of Nutmeg Seed in Sangihe and Siau Island) Kisaran Rata-rata Keragaman (%) Pulau Sangihe Kendahe II 2.55-3.61 2.94 * 33.97 * Talawid 2.63-2.65 2.05 1.48 Karatung I 2.32-2.71 1.99 5.97 * Tawoali 2.36-2.59 1.99 1.20 Pulau Siau Bahu 2.41-2.58 2.50 * 0.73 Dame 1.38-1.41 2.56 * 0.04 Batusenggo 2.44-2.62 2.54 * 0.82 Laghaeng 2.46-2.56 2.50 * 0.28 Rata-rata 2.32-2.59 2.38 5.56 Tabel 8. Diameter Biji Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 8. Diameter of Nutmeg Seed in Sangihe and Siau Island) Kisaran Rata-rata (cm) (cm) Keragaman (%) Pulau Sangihe Kendahe II 1.89-2.93 2.26 * 33.49 * Talawid 1.91-2.13 2.05 * 1.48 Karatung I 1.82-2.27 1.99 5.97 * Tawoali 1.87-2.08 1.99 1.20 Pulau Siau Bahu 1.78-1.97 1.90 1.14 Dame 1.97-2.06 2.02 0.22 Batusenggo 1.93-2.08 2.02 0.60 Laghaeng 1.77-2.04 1.90 1.84 Rata-rata 1.86-2.20 2.02 5.75

Robert, dkk.: Keragaman Buah Pala... Berat Segar Fuli Berat segar fuli pala yang diamati berkisar dari 1,34 g sampai dengan 2,24 g, dengan rata-rata sebesar 1,57 g. Dengan demikian berat segar fuli pala di lokasi Tawoali dan Bahu berat segar fulinya di atas rata-rata, yaitu berturut-turut 2,49 g dan 2,13 g. 125 Kemudian keragaman berat segar fuli pala ditemukan berkisar 0,02 % (Dame) sampai 230,77 % (Bahu), dengan rata-rata 49,85 %. Dengan demikian keragaman berat segar fuli di Tawoali (128,89 %) dan Bahu (230,77 %) di atas rata-rata. Tabel 9. Berat Segar Biji Pala di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Tabel 9. Fresh Weightof Nutmeg Seed in Sangihe and Siau Island) Kisaran Keragaman Rata-rata (g) (g) (%) Pulau Sangihe Kendahe II 7.97-9.41 8.56 * 57.17 * Talawid 9.30-9.61 9.45 * 2.40 Karatung I 6.16-7.22 6.75 29.17 Tawoali 6.97-8.83 7.86 87.05 * Pulau Siau Bahu 7.67-8.89 8.27 * 37.22 Dame 8.72-9.00 8.82 * 2.52 Batusenggo 7.40-9.00 8.38 * 73.72 * Laghaeng 6.97-7.91 7.58 27.69 Rata-rata 7.65-8.73 8.21 39.62 Tabel 10. Berat Segar Fuli di Pulau Sangihe dan Pulau Siau (Table 10. Fresh Weight of Mace in Sangihe and Siau Island) Kisaran Rata-rata (g) Keragaman (%) (g) Pulau Sangihe Kendahe II 1.04-1.26 1.18 * 1.48 Talawid 1.20-2.08 1.54 22.56 Karatung I 0.80-1.47 1.06 12.91 Tawoali 1.42-3.68 2.49 * 128.89 * Pulau Siau Bahu 1.12-3.88 2.13 * 230.77 * Dame 2.54-2.58 1.39 0.02 Batusenggo 1.22-1.49 1.34 1.92 Laghaeng 1.39-1.49 1.44 0.25 Rata-rata 1.34-2.24 1.57 49.85 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Buah pala di Pulau Sangihe lebih beragam dibandingkan bentuk buah pala di Pulau Siau. Bentuk buah pala di Pulau Sangihe terdiri dari oblat, bulat, oval dan agak lonjong, sedangkan bentuk buah pala di Pulau Siau hanya terdiri dari bulat dan oval. Berat segar buah pala tertinggi diperoleh dari lokasi Talawid seberat 57,95 9 dan rata-rata berat segar buah pala terendah diperoleh dari lokasi Karatung I yaitu seberat 35,91 g. Biji pala dipulau Sangihe lebih beragam dibandingkan dengan biji pala di Pulau Siau. Bentuk biji pala di Pulau Sangihe terdiri dari oblat, bulat, oval, agak lonjong dan lonjong, sedangkan bentuk

Eugenia Volume 21 No. 3 Oktober 2015 biji pala di Pulau Siau terdiri dari bulat, oval dan agak lonjong. Berat segar biji pala tertinggi diperoleh dari lokasi Talawid seberat 9,45 g dan rata-rata berat segar biji pala terendah diperoleh dari lokasi Karatung I yaitu seberat 6,75 g. Warna fuli di Pulau Sangihe dan Pulau Siau sama yaitu merah darah. Saran Sesuai dengan hasil penelitian untuk pengembangan tanaman Pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten SITARO disarankan tanaman pala dari Talawid dan Dame dapat diamati lebih lanjut untuk diusulkan dilepas sebagai varietas unggul lokal karena memiliki keunggulan yaitu buah yang besar, berat biji yang besar. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014. Data Luas Tanaman Pala di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan SITARO Tahun 2014. Data Luas Tanaman Pala di Kabupaten SITARO. Dinas Perindagkop-UKM Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014. Data Harga Komoditi Tanaman Perkebunan. 126 Das S. S., Sudarsono, H.M.H. Bintoro dan W. E. K. Yudiwanti. 2012. Keragaman Spesies Pala (Myristica spp.) Maluku Utara Berdasarkan Penanda Morfologi dan Agronomi. Jurnal Littri 18 (1) : 1-9. Marzuki, I., M.R. Uluputty, A.A. Sandra, dan S. Memen. 2008. Karakterisasi Morfoekotipe dan Proksimat Pala Banda (Myristica fragrans Houtt). Bul. Agron. Nurdjannah, 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Litbang Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 53/Permentan/OT.140/9/2012. Spesifikasi Persyaratan Khusus Mutu Biji Pala. SK Menteri Pertanian Nomor: 4059/Kpts/SR.120/12/ 2009, tanggal 28 Desember 2009. Deskripsi Varietas Pala Banda. Suzuki, D. T., A. J. F. Griffiths and R. C. Lewontin. 1980. An Introduction to Genetic Analysis. 2 nd ed. W.H. Freeman and Company. San Fransisco.