Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu Kauderni : Journal : of Fisheries, of Fisheries, Marine Marine and Aquatic and Aquatic Science Science Volume 1, Nomor 1, (2016) ISSN 2541-051 PERFORMA REKRUT KARANG HERMATIFIK PADA METODE FISH HOME DI TELUK PALU Mohamad Akbar 1, Deddy Wahyudi 1 1 Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu Email : latasad.akbar@gmail.com Abstract This study examines the coral reefs hermatifik Recruited naturally in concrete substrates (fish home), physical and chemical parameters of waters. Assessment the performance of the reef include health (survival), the growth of coral, coral functional groups as well as the identification of the types of reef fish recruited to the fish home. The research was conducted in the waters of the Palu bay, Mamboro Village North Palu district and Lero village, Sindue district Donggala, Central Sulawesi Province. The research was conducted July to September 2016. Data collection techniques using the method of the survey with random systematic data collection. Position and depth of fish home homogeneous. Visual observation of the census by direct observation using SCUBA at fish home that has been installed in the Water of Lero and Mamboro village. The research results showed the water conditions in the Lero and Mamboro is still good for the growth of coral recruitment. Composition recruit fish on the fish home consists of three groups of fish targets, indicator fish and other fish (major). The index value of diversity recruitment of fish (H ') in the waters of Lero and Mamboro is in the medium category, the index value fish recruits uniformity (E) is not uniform, and the dominance of index values recruit fish (C) in a stable condition. Keywords : Performance, recruit coral, fish home, Palu Bay 1. PENDAHULUAN Terumbu karang di Sulawesi Tengah sebagian besar memiliki tingkat ancaman yang tinggi. Berdasarkan penelitian Ndobe & More (2009), kondisi terumbu karang di Sulawesi Tengah menunjukkan penutupan karang hidup (HC) dalam kondisi rusak (10-30%), sedangkan perairan Teluk Palu kondisi karangnya 21% dalam kondisi rusak berat dan 51% dalam kondisi rusak. Penyebab kerusakan terumbu karang seperti penambangan karang dan perikanan destruktif, sedimentasi, pencemaran dan kerusakan nyata akibat pelimpahan hama karang seperti Acanthaster plancii. Efek dari rusaknya terumbu karang berdampak pada menurunnya kualitas ekosistem seperti menurunnya sumberdaya ikan dan abrasi pantai. Selain kondisi terumbu karang, terdapat pula gejala-gejala overfishing, antara lain ditunjukkan oeh semakin berkurangnya sebagian besar ikan dan avertebrata indikator bernilai ekonomis. Ikan merupakan organisme yang jumlahnya paling melimpah di daerah terumbu karang. Selain itu, komunitas ini merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam ekosistem terumbu karang (Sumadhiharga et al., 2006). Upaya menanggulangi masalah kerusakan karang di Sulawesi Tengah yang telah dilakukan adalah transplantasi terumbu karang dengan metoda fish home. Tujuan kegiatan tersebut adalah menyediakan substrat buatan bagi terumbu karang dan tempat berlindungnya ikan. Pemasangan fish home di perairan Teluk Palu masih pada tahap penurunan ke dasar perairan dan ditransplantasi dengan cara stek. Lokasi penempatan fish home yaitu di perairan yang terumbu karangnya rusak. Penelitian ini mengkaji terumbu karang hermatifik yang terekrut secara alami pada substrat beton (fish home), parameter fisik dan kimiawi perairan. Kajian performa karang meliputi kesehatan (sintasan), pertumbuhan karang, kelompok fungsional karang serta identifikasi jenis-jenis ikan karang yang terekrut pada fish home. 2. METODE PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan Bulan Juli dan September 2016. Penelitian dilakukan di Perairan Teluk Palu tepatnya Kelurahan
Mamboro Kecamatan Palu Utara Kota Palu dan Desa Lero Kec Sindue Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan data dengan menggunakan metoda penelitian survei dengan pengambilan data secara acak sistematis. Letak dan kedalaman fish home homogen. Pengamatannya secara visual sensus yaitu dengan cara pengamatan langsung dengan menggunakan peralatan SCUBA pada fish home yang sudah terpasang di Perairan Desa Lero dan Kelurahan Mamboro. Jumlah fish home sebanyak 40 buah di Desa Lero dan 40 buah di Kelurahan Mamboro pada kedalaman antara 6-10 meter jarak antara fish home ±3 meter. Pengambilan sampel modul dilakukan secara acak sebanyak 5 buah fish home yang akan diamati pada masingmasing lokasi, dikarenakan berdasarkan survei awal kondisi substrat karang hermatifik yang menempel cenderung homogen. Selanjutnya setiap modul diberi tanda untuk memudahkan pengamatan selanjutnya. Pengambilan data dilakukan secara periodik dengan pengamatan rekrut karang hermatifik pada modul fish home setiap bulan sekali 3 bulan sehingga total pengamatan sebanyak 3 kali pengamatan. Indeks Keanekaragaman dapat dihitung dengan formula Shannon-wiener (Odum, 1993). Keterangan : H = Indeks keanekaragaman Shannon- Wiener Pi = Proporsi jenis ke i dalam komunitas atau n/n Ln = logaritma nature H < 1 = Keanekaragaman rendah 1< H >3 = Keanekaragaman sedang H > 3 = Keanekaragaman tinggi Menghitung indeks keseragaman berdasarkan (Krebs, 1989) : Keterangan : H = Indeks keanekaragaman (1) (2) H maks = Indeks keanekaragaman maksimal (Log2 S) S = Jumlah spesies E < 0,21 = Tidak seragam 0,22-0,40 = Cukup seragam 0,41-0,60 = Seragam 0,61-0,80 = Lebih merata 0,81> = Sangat merata Indeks dominasi berdasarkan (Ludwigh and Reynolds, 1988) : Keterangan : D = Indeks dominansi jenis Pi = Proporsi Jenis ke i dalam komunitas atau n/n nilai D berkisar antara 0-1 D = 0 Maka tidak ada spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil D = 1 Maka ada spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan labil 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Tabel 1. Data Parameter Fisik dan Kimawi di Desa Lero dan Kelurahan Mamboro No Parameter Satuan Lokasi (3) Baku Lero Mamboro Mutu 1 Kecerahan meter 10 6 >5 2 Arus cm/detik 9,2 3,2 Alami 3 Salinitas 33 34 33-34 4 Suhu Air C 29,7 29 28-30 C 5 ph 7,8 7 7-8,5 6 DO mg/l 7 6 >5 7 Fosfat ppm 0,032 0,017 0,015 8 Nitrat ppm 0,03 0,02 0,008 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Lero dan Kelurahan Mamboro didapatkan parameter fisik dan kimiawi air laut yaitu kecerahan di Desa Lero rata-rata 10 meter dan di Kelurahan Mamboro rata-rata 6 meter. Terdapat perbedaan antara kedua lokasi penelitian yaitu tingkat kecerahan di Kelurahan Mamboro lebih rendah akibat sedimentasi.
Kekeruhan perairan di Kelurahan Mamboro dipengaruhi oleh masuknya air yang membawa sedimen lumpur dari aliran Sungai Palu, air sungai yang masuk ke laut sangat keruh disebabkan banyak aktivitas masyarakat yang melakukan penambangan pasir. Kondisi rata-rata arus pada kedua lokasi tertinggi teramati di Desa Lero sedangkan di Kelurahan Mamboro relatif rendah. Hal ini karena Desa Lero berdekatan dengan mulut Teluk Palu yang berhadapan langsung dengan laut Selat Makassar sehingga arus relatif tinggi, sedangkan perairan Kelurahan Mamboro lokasinya terlindung sehingga rata-rata pergerakan arus relatif rendah. Parameter lainnya seperti salinitas, suhu, ph dan Oksigen Terlarut (DO) berdasarkan baku mutu Kementerian Lingkungan Hidup (KLH, 2004) pada kondisi yang normal atau aman untuk kehidupan biota laut tropis khususnya terumbu karang. Kandungan nutrien dari unsur fosfat dan nitrat yang terukur pada kedua lokasi penelitian dalam kategori tinggi, berdasarkan baku nilai yang didapatkan diatas standar. Hal ini diduga tingginya kandungan fosfat dan nitrat, tingginya aktivitas penambangan, limbah industri dan rumah tangga, budidaya ikan yang langsung terbuang ke laut maupun terbawa oleh aliran sungai yang masuk ke dalam perairan Teluk Palu. Tingginya kandungan fosfat dan nitrat juga berpengaruh terhadap kesuburan perairan. Koop et al., dalam Siringoringo (2007) menyatakan tingginya tingkat nutrien memberikan efek yang besar pada organisme (meningkatnya mortalitas, mengurangi tingkat reproduksi karang) akan tetapi tidak menyebabkan ekosistem karang berubah dan didominasi oleh makroalga. b. Pertumbuhan Rekrut Karang Berdasarkan sampel karang yang diukur rata-rata pertumbuhan/penambahan koloni karang yang terekrut secara alami yang menempel di dinding beton fish home pada kedua lokasi pada kisaran normal khusus masing-masing jenis atau tipe karang. Pertumbuhan yang relatif cepat teramati pada famili Acroporidae (genus Acropora), famili Okulinidae (genus Galaxea), Pocillophoridae (genus Pocilophora dan Seriatopora) dan famili Poritidae (genus Porites). Sedangkan pertumbuhan karang yang relatif lambat pada karang famili Agaraisiidae (genus Gardineroseris dan Coeloseris), famili Faviidae secara keseluruhan genus yang di temukan relatif lambat karena dominan pertumbuhnnya adalah masif, famili Dendriphyliidae (genus Balanophylia) dan famili Mussiidae (genus Cynarina). Pertumbuhan rata-rata masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter lingkungan yang terdapat pada kedua lokasi yaitu di Kelurahan Mamboro dan Desa Lero masih cukup baik untuk pertumbuhan karang. Tabel 2. Data analisis rata-rata pertumbuhan (penambahan) karang Rata-Rata Pertumbuhan Karang (mm) No Famili/Genus Lero Mamboro P L T P L T 1 Acroporidae Acropora 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 0,6 Astreopora 0,4 0,4 0,4 0,5 Montipora 0,4 0,4 0,3 0,5 2 Agarisiidae Coeloseris 0,2 0,2 0,2 0,2 Gardineroseris 0,2 0,2 0,2 0,2 Pavona 0,3 0,3 0,3 0,3 Pachyseris 0,2 0,2 0,3 0,3 3 Caryophylliidae Physogyra X X 0,3 0,3 4 Dendriphyliidae Balanophylia 0,1 0,1 X X Turbinaria 0,2 0,2 0,2 0,2 5 Euphyllidae Plerogyra X X X 0,1 0,1 0,2 Euphylia X X 0,1 0,2 6 Faviidae Barabattoia 0,1 0,1 0,1 0,2 Favites 0,3 0,3 0,3 0,3 Favia 0,5 0,5 0,5 0,5 Leptastrea 0,6 0,6 0,6 0,6 Goniastrea 0,3 0,3 0,3 0,3 Montastrea 0,3 0,3 0,3 0,3 Leptoria 0,5 0,4 X X Pectinia 0,6 0,8 X X Platygyra 0,5 0,5 0,5 0,5 Cyphastrea 0,3 0,3 X X 7 Fungiidae Fungia 0,2 0,2 0,2 0,2 Heliofungia X X 0,2 0,2 8 Mussiidae Acanthastrea 0,2 0,2 X X Cynarina 0,1 0,1 X X Lobophylia 0,2 0,2 0,2 0,2 Scolymia 0,6 0,6 0,6 0,6 Symphyllia 0,5 0,5 0,5 0,5
9 Okuliniidae Galaxea 0,9 0,9 0,9 0,9 10 Pocillophoridae Pocillophora 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,6 Seriatopora X X X 0,7 0,7 0,7 Stylophora 0,5 0,5 0,6 X X X 11 Poritidae Stylaraea 0,3 0,3 X X Porites 0,9 0,9 0,9 0,9 12 Siderastreiidae Siderastrea 0,3 0,3 0,3 0,3 Psammocora X X X 0,4 0,2 0,4 Coscinaraea 0,4 0,4 0,3 0,3 13 Trachyphyliidae Trachypilia 0,5 0,6 0,7 0,7 Keterangan : P=Panjang; L=Lebar; T=Tinggi, X=Tidak Ditemukan c. Kesehatan Rekrut Karang Hasil pengamatan pada kedua lokasi penelitian menunjukan komposisi warna karang berdasarkan kategori yang ada di Coral Health Chart, warna yang paling banyak ditemukan adalah warna coklat, kuning kecoklatan, coklat muda dan yang paling sedikit adalah warna orange kecoklatan dan hijau, hijau muda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Perubahan Warna Karang No Genus Rata-Rata Komposisi Perubahan Warna Karang Lero Mamboro 1 Acroporidae Acropora D3 E4 Astreopora D3 D3 Montipora D4 D4 2 Agarisiidae Coeloseris E2 D2 Gardineroseris C2 C2 Pavona E4 E4 Pachyseris E4 E4 3 Caryophylliidae Physogyra X E2 4 Dendriphyliidae Balanophylia D2 X Turbinaria E5 E5 5 Euphyllidae Plerogyra X E2 Euphylia X E2 6 Faviidae Barabattoia E3 E3 Favites E5 E5 Favia E3 E3 Leptastrea E3 E3 Goniastrea E4 E4 Montastrea E5 E5 Leptoria E3 X Pectinia E3 X Platygyra E4 E3 Cyphastrea E2 X 7 Fungiidae Fungia E2 E2 Heliofungia X E2 8 Mussiidae Acanthastrea B5 X Cynarina E2 X Lobophylia B4 B4 Scolymia E2 E2 Symphyllia E3 B5 9 Okuliniidae Galaxea E4 E4 10 Pocillophoridae Pocillophora E4 E4 Seriatopora X D3 Stylophora E4 X 11 Poritidae Stylaraea E4 X Porites E2 E2 12 Siderastreiidae Siderastrea D5 D5 Psammocora X D3 Coscinaraea D3 D3 13 Trachyphyliidae Trachypilia E3 E3 X = tidak teridentifikasi Berdasarkan pengamatan secara berkala selama 3 bulan pada sampel karang yang diamati tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi karang stabil dan didukung kondisi lingkungan relatif cocok untuk pertumbuhan karang, tetapi tidak menutup kemungkinan warna karang akan berubah dalam jangka waktu yang panjang apabila tekanan terhadap karang meningkat baik dari aktivitas di darat maupun secara alami. Apabila karang tidak mengalami perubahan warna yang meningkat ini pertanda bahwa karang tersebut sehat begitu juga sebaliknya apabila perubahan warna mengalami penurunan menjadi putih berarti karang tersebut sakit (ada tekanan). d. Komposisi Kelompok Rekrut Ikan Karang Komposisi ikan karang dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu kelompok ikan target, ikan indikator dan ikan lainnya (mayor). Data ikan yang diperoleh pada setiap periode pengamatan dengan metoda Fish Belt Transect, di Desa Lero adalah ikan
target, ikan indikator dan ikan mayor relatif sama sedangkan di Kelurahan Mamboro relatif sama. Total spesies ikan karang yang teramati setiap periode pengamatan tidak berubah secara fluktuatif. Berdasarkan jumlah spesies yang ditemukan di Kelurahan Mamboro lebih banyak dibandingkan di Desa Lero. Perbedaan jumlah spesies diduga kondisi habitat yang berbeda. di Kelurahan Mamboro memiliki ekosistem lamun sedangkan di Desa Lero tidak ada ekosistem lamun. Data ikan berada pada fish homes dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi kelompok Rekrut Ikan Pada Fish Home Kelompok Ikan karang Lero (ekor) Mamboro (ekor) Ikan target 52 66 Ikan indikator 40 40 Ikan lainnya 47 51 Total Spesies 139 157 Ikan target yang ditemukan adalah famili Serranidae/ikan kerapu (genus Ephinephelus), famili Lutjanidae (genus Lutjanus), famili Achanthuridae (genus Achanturus) dan famili Siganidae (genus Siganus), dengan pola ruaya jenis ikan Ephinephelus (ikan Kerapu) bersifat soliter dan berkelompok. Ikan indikator yang di temukan di kedua lokasi adalah famili Chatodontidae (genus Chaetodon) dan famili Pomacentridae (genus Abudefduf, Acanthocromis, Cheloprion, Chryshiptera, Dascyllus, Dischitodus dan Stegastes). Ikan dari famili Chaetodontidae merupakan jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem. Allen, (2000) menyatakan bahwa banyak ikan karang dari famili Chaetodontidae memakan polip karang sehingga apabila terumbu karang di suatu daerah sehat, maka akan mengundang ikan-ikan ini mendiami daerah tersebut karena ketersediaan makanannya yang cukup. Khusus ikan lainnya (mayor), jenis yang paling banyak ditemukan adalah famili Apogontidae (genus Apogon), famili Labridae (genus Coris, Labroides dan Thalassoma). Ikan lainnya (mayor) pada umumnya bergerombol, banyak ikan lainnya mengindikasikan kondisi karang yang baik dan banyaknya mikro-habitat alga dan makro alga sebagai makanannya. Menurut Allen, (2000) Apogonidae sering terlihat bergerombol di atas karang hidup dan memakan alga dan fitoplankton. Dalam ekosistem terumbu karang, tingkat trofik dari famili ikan ini, khususnya spesies pemakan tumbuhan (herbivora) termasuk Pomacentrus smithi menempati tingkat kedua dalam piramida makanan di ekosistem terumbu karang. Pomacentridae mempunyai jumlah individu yang lebih melimpah dibandingkan trofik level yang di atasnya seperti ikan Famili Serranidae (karnivora). e. Indekskeanekaragaman, Keseragaman Dan Dominasi Rekrut Ikan Pada Fish Home Data analisis keanekaragaman (H ), keseragaman (E) dan Dominasi (C) berdasarkan kelompok ikan yaitu ikan target, ikan indikator dan ikan lainnya (mayor) di Desa Lero dan di Kelurahan Mamboro, disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Indeks Keanekaragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominasi (C) Ikan Karang. Komposisi Ikan Hasil Analisis H' E C Lero Mamboro Lero Mamboro Lero Mamboro Ikan target 1,096 1,098 0,128 0,118 0,335 0,334 Ikan indikator Ikan lainnya 1,09 1,096 0,141 0,141 0,339 0,335 1,093 1,091 0,133 0,129 0,337 0,339 Rata-Rata 1,093 1,095 0,134 0,129 0,337 0,336 Berdasarkan analisis data keanekaragaman (H ) di Desa Lero dan Kelurahan Mamboro tidak jauh berbeda yakni dengan nilai indeks rata-rata 1,093 serta 1,095 untuk semua komposisi ikan. Nilai ini menujukkan bahwa komposisi ikan dikedua lokasi memiliki keaanekaragaman rendah. Nilai indeks keseragaman (E) di Desa Lero dan di Kelurahan Mamboro tidak berbeda jauh. Berdasarkan rata-rata nilai indeks keseragaman diperoleh di Desa Lero serta di Kelurahan Mamboro yakni 0,134 dan 0,129. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi sebaran ikan dikedua lokasi tidak seragam. Menurut Odum (1971), nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0-1.
Semakin kecil nilai E, maka semakin kecil pula keseragaman populasinya artinya penyebaran individu tiap jenis sama. Nilai indeks dominasi (C) pada kedua lokasi menunjukkan bahwa tidak ada spesies ikan tertentu yang dominan. Hal ini selaras dengan pernyataan Ludwigh and Reynolds (1988) bahwa nilai indeks dominansi sama dengan 0, maka tidak ada spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Secara umum kedua lokasi penelitian mempunyai struktur komunitas ikan karang stabil karena tingkat keanekaragaman rendah dan penyebarannya tidak merata bserta tidak ada ikan yang mendominasi. Sehingga keberadaan fish home sangat berperan dalam menyediakan substrat untuk pertumbuhan karang dan tempat perlindungan dari predator. Di Desa Lero sebelum ditempatkan modul fish home jenis ikan yang ditemukan adalah ikan target famili Letrinidae genus Gnatthodentex, ikan sebelah dan ikan pari dimana dasar perairan adalah pasir. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ikan karang dipengaruhi oleh kondisi terumbu karang, dimana pada daerah yang terlindung (leeward) dan daerah terbuka (windward) biasanya terdapat terumbu karang yang mempunyai struktur morfologi yang berbeda. 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Kondisi perairan di Desa Lero dan Kelurahan Mamboro masih baik untuk pertumbuhan rekrutmen karang. b. Pertumbuhan karang pada kedua lokasi relatif stabil. Pertumbuhan yang paling cepat pada genus Acopora, Galaxea, Pocillophora, Seriatopora dan Porites. c. Perubahan warna pada zooxanthella tidak mengalami perubahan dan di dominasi oleh warna coklat muda, coklat kekuning-kuningan dan hujau muda. d. Komposisi rekrut ikan pada pada fish home terdiri atas tiga kelompok yaitu ikan target, ikan indikator dan ikan lainnya (mayor) dengan rata-rata nilai indeks keanekaragaman rekrut ikan (H ) di Desa Lero dan Kelurahan Mamboro memiliki keanekaragaman rendah, ratarata nilai indeks keseragaman rekrut ikan (E) tidak seragam serta rata-rata nilai indeks dominasi rekrut ikan (C) dalam keadaan stabil. 5. REFERENSI Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Peoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Kementerian Negara Kependudukan, Lingkungan Hidup 2004. Kep-51/MNLH/2004. Sekertariat Negara. Jakarta Krebs, C. J. 1989. Ecological methodology. Harper dan Row Pub., New York. Ludwig, J. A and Reynolds, J.F. 1988. Statistical Ecology. A Primer on Methods and Computing Jhon Wiley & Sons, Inc. Toronto.Canada. Ndobe S. dan Moore A. 2009. Monitoring our Reefs for the Future in Central Sulawesi, Indonesia. Prosiding Coral Reef Management Symposium in Coral Triangle Area, 12-13 Oct 2009 in Jakarta. Siringoringo,R.M., 2007. Pemutihan Karang dan Beberapa Penyakit karang, Oceana, Volume XXXII (4): 29-37 Sumadhiharga,O.K, Djamali, A dan Badrudin, M. 2006. Keanekaragaman jenis ikan karang di perairan belitung barat, kepulauan bangka belitung, Jurnal Ilmu Kelautan, Vol (11). Odum, E.P.1971. Dasar-Dasar Ekologi, Terjemahan S. Samingan (edisi ketiga) Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Odum, EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ke-3. Samingan T, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Ecology.