i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar yang memiliki sejumlah keistimewaan yaitu pertumbuhannya cepat, pemeliharaanya relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya, dan dapat dipelihara pada lahan yang sempit dengan padat tebar yang tinggi, serta tahan terhadap lingkungan yang kurang baik (Mulia, 2012). Penyediaan bibit merupakan tahap awal yang menentukan keberhasilan usaha budidaya, oleh sebab itu diharuskan ketersediaan benih yang baik dari segi mutu. Namun demikian, salah satu kendala dalam budidaya ikan lele dumbo adalah ketersediaan benih yang kurang mencukupi kebutuhan pembudidayaan serta penyakit yang muncul pada benih lele dumbo (Suryatinah et al., 2005). Sebagai organisme akuatik, pertumbuhan lele dumbo juga dipengaruhi oleh kualitas air pemeliharaan sebagai habitatnya. Beberapa parameter kualitas air yang mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan, di antaranya pemeliharaan ikan yang kurang baik, kualitas air yang kurang mendukung, dan pemberian pakan yang kurang rasional yang menyebabkan rendahnya keberhasilan budidaya ikan lele (Mulia, 2012). Interaksi yang tidak serasi antara ikan, organisme penyebab penyakit, dan kondisi lingkungan dapat menyebabkan stress pada ikan, sehingga apabila dibiarkan dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit (Suryatinah et al., 2005). 1 i
2 Ikan memiliki dua sistem pertahanan tubuh yaitu sistem pertahanan spesifik dan nonspesifik. Sistem pertahanan nonspesifik pembentukanya tidak memerlukan rangsangan terlebih dahulu. Sistem pertahanan nonspesifik berfungsi untuk melawan segala jenis patogen. Sistem pertahanan spesifik dalam pembentukannya memerlukan rangsangan terlebih dahulu, rangsangan dapat terjadi baik secara alami, buatan, atau dengan vaksinasi (Richards & Robert, 1998 dalam Apriyanti, 2011). Budidaya ikan yang dilaksanakan secara intensif berdampak negatif apabila tidak ditangani dengan baik terhadap usaha budidaya khususnya terhadap kesehatan ikan yang dipelihara. Tingginya padat tebar dan pakan yang digunakan menjadi pendorong bagi timbulnya penyakit akibat menurunnya kualitas air karena timbunan bahan organik dari sisa pakan maupun ekskresi ikan. Sementara itu ikan menjadi stress sehingga rentan terhadap serangan penyakit, khususnya penyakit infeksi seperti yang disebabkan oleh bakteri maupun virus (Afrianto & Liviawaty, 2006). Organisme penyebab penyakit pada ikan dapat berupa golongan parasit ikan, jamur, bakteri, maupun virus (Mulia, 2012). Salah satu penyebab penyakit utama pada lele dumbo adalah bakteri A. hydrophila. Bakteri A. hydrophila adalah bakteri yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS). Bakteri A. hydrophila bersifat patogen oportunistik dan dapat menyerang berbagai jenis ikan air tawar seperti gurami, patin, nila, ikan mas, ikan koi, serta udang galah tidak terkecuali ikan lele, baik lokal maupun lele dumbo (Rahman et al., 2001, Olga & Aisiah, 2007). Pencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan
3 dengan menggunakan obat obatan dan antibiotik. Namun, penggunaan obat obatan dan antibiotik secara berkelanjutan berdampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan konsumen, dan timbulnya mikroorganisme resisten (Mulia, 2003), untuk mengurangi dampak penggunaaan antibiotik tersebut diperlukan pencegahan penyakit dengan cara vaksinasi (Endarti, 2009 dalam Handayani, 2011). Vaksinasi adalah salah satu cara pemberian rangsangan atau antigen secara sengaja agar ikan dapat memproduksi antibodi terhadap suatu bibit penyakit atau patogen (Mulia, 2012). Vaksin umumnya terdiri dari dua tipe yaitu vaksin hidup yang merupakan patogen hidup dan tingkat keganasanya rendah dan vaksin mati yang merupakan patogen yang diinaktifkan (Ellis, 1988 dalam Apriyanti, 2011). Vaksin diperoleh dari organisme patogen yang diubah menjadi non patogen untuk menyerang sistem imun hewan yang terkena penyakit (Anderson, 1974). Vaksinasi merupakan salah satu cara penanggulangan yang efektif dan efisien untuk mengatasi penyakit MAS karena dengan vaksinasi dapat diperoleh kekebalan yang cukup lama (lebih dari 3 bulan) meskipun hanya dengan pemberian satu sampai dua kali vaksin, tetapi tidak ada efek samping seperti halnya dengan penggunaan obat obatan dan antibiotik (Kamiso 1997). Cara vaksinasi dapat dilakukan melalui injeksi, pakan, rendaman, celupan, dan semprotan (Smith, 1982 dalam Mulia, 2012). Vaksinasi tidak menimbulkan dampak negatif baik pada ikan, lingkungan, maupuan konsumen (Supriyadi & Rukyani, 1990; Kamiso, 1997).
4 Penelitian vaksinasi menggunakan vaksin A. hydrophila telah banyak dicoba oleh para peneliti, dan tingkat perlindungan yang ditimbulkan vaksinasi tergantung pada jenis vaksin, kualitas vaksin, kondisi ikan, dan kualitas air (Souter, 1984 dalam Mulia, 2003). Bakteri A. hydrophila memiliki banyak strain atau tipe apabila dibuat vaksin dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan kekebalan atau imunitas (imunogenesitas) yang berbeda beda (Kamiso et al.,1992). Hasil penelitian vaksinasi dengan menggunakan whole cell bakteri A. hydrophila pada ikan karper sintasannya mencapai 42,86% (Nugroho et al.,1990). Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa vaksinasi A. hydrophila pada ikan lele dapat meningkatkan titer antibodi (Nugroho et al., 1990; Mulia, 2003; Olga, 2003). Waktu pembentukan antibodi sangat bervariasi, hasil penelitian Triyanto et al.(1990) menyatakan bahwa diperoleh titer antibodi paling tinggi pada minggu kedua dan ketiga bahkan antibodi tersebut tetap terdeteksi dalam waktu 6 minggu berikutnya. Hasil penelitian Apriyanti (2011) menggunakan beberapa strain whole cell bakteri A. hydrophila pada benih ikan lele dumbo berukuran 10 13 cm menghasilkan titer antibodi yang berbeda beda, data pengukuran titer antibodi pada minggu ke dua setelah vaksinasi booster menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan sebelum booster. Isolat bakteri yang berasal dari daerah yang berbeda umumnya virulensinya atau patogenesitasnya pun berbeda dan sangat berpengaruh terhadap imunogenisitas vaksin yang dihasilkan (Mulia, 2007). Oleh sebab itu, penelitian imunogenesitas dari beberapa strain atau tipe bakteri A.
5 hydrophila yang diberikan pada ikan lele dumbo perlu dilakukan sehingga dapat mengetahui imunogenesitas isolat bakteri A. hydrophila yang terbaik. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimana imunogenesitas bakteri A. hydrophila strain GK 01 dan strain GB 01 terhadap lele dumbo (Clarias gariepinus) 2) imunogenesitas bakteri A. hydrophila antara strain GK 01 dan strain GB 01 yang terbaik terhadap lele dumbo (Clarias gariepinus) 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut : 1) untuk mengkaji imunogenesitas bakteri A. hydrophila strain GK 01 dan strain GB 01 terhadap lele dumbo (Clarias gariepinus) 2) untuk mengkajii imunogenesitas bakteri A. hydrophila yang terbaik terhadap lele dumbo (Clarias gariepinus) 1.4. Manfaat Penelitian 1) penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang imunogenesitas bakteri A. hydrophila dari beberapa strain yang diberikan pada lele dumbo (Clarias gariepinus),
6 2) antigen A. hydrophila dengan imunogenisitas tinggi dapat direkomendasikan untuk dijadikan vaksin A. hydrophila; 3) hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu cara dalam pengendalian penyakit MAS pada ikan air tawar lainya.