TINJAUAN BANTARAN BANJIR ACTUAL TERHADAP PP NO.38 TAHUN 2011 DAN PERATURAN MENTERI PU NO. 63 TAHUN 1993 DI SUNGAI BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

KAJIAN PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

STUDI DEBIT ALIRAN PADA SUNGAI ANTASAN KELURAHANSUNGAI ANDAI BANJARMASIN UTARA

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangkit utama ekosistem flora dan fauna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

BAB I PENDAHULUAN I-1

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I-1

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

PERANCANGAN EKOHIDROLIK UNTUK PENGENDALIAN BANJIR PADA MORFOLOGI SUNGAI SIMETRIS DI SUNGAI BARABAI, KALIMANTAN SELATAN JUWITA SARI

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 63/PRT/1993 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT)

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN KALI BABON KOTA SEMARANG

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

Transkripsi:

TINJAUAN BANTARAN BANJIR ACTUAL TERHADAP PP NO.38 TAHUN 2011 DAN PERATURAN MENTERI PU NO. 63 TAHUN 1993 DI SUNGAI BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Fitriani Hayati (1), Herliyani Farial Agoes (1), Nanang E. Julianoor P. (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Prodi Teknik Bangunan Rawa Poliban (2) Mahasiswa D4 Teknik Sipil Prodi Teknik Bangunan Rawa Poliban Ringkasan Bantaran Banjir adalah lebar titik batas muka air normal sungai dengan titik batas pada saat banjir (banjir yang sering terjadi) dimana pada sungai Barabai di berbagai lokasi kondisi pembangunan tidak memperhatikan wilayah sempadan pada bantaran banjir, sehingga ketika terjadinya banjir bangunan pemukiman tidak luput dari genangan banjir tersebut dan seharusnya dimana wilayah sempadan harus ada agar adanya batas perlindungan sungai dan keamanan jarak untuk wilayah pemukiman penduduk yang tinggal ketika terjadi banjir, serta sebagai wilayah fungsi sungai itu sendiri. Penentuan bantaran banjir yang jelas akan mempermudah Pemerintah dalam penataan bantaran sungai termasuk penataan sungai Barabai saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata kondisi bantaran banjir di desa Alat Ujung, Alat,Manggasang dan Batu Benawa kab. Hulu Sungai Tengah dan mengevaluasi kondisi bantaran banjir eksisting terhadap Peraturan Pemerintah Tentang sungai (Nomor :38 /2011) dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Nomor: 63 / PRT / 1993) dalam lingkup sempadan sungai. Studi ini dilakukan dengan metode observasi lapangan. Objek studi adalah sungai Barabai di desa Alat Ujung,Alat,Manggasang dan Batu benawa kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan pengambilan sampel titik lokasi penelitian dibagi menjadi 3 yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. Observasi lapangan untuk mendapatkan gambaran nyata kondisi pembangunan di sekitar sungai untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian di lapangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor :38 Tahun 2011 (Tentang sungai), dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Nomor: 63 / PRT / 1993) Tinjauan bantaran banjir aktual pada sungai Barabai yang dilakukan pada 4 desa memberikan informasi tentang kondisi bantaran banjir aktual yaitu pada lokasi 1 di desa Alat Ujung,sungai mempunyai lebar 34 meter dihitung dari tepi kiri dan kanan sungai. Sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul, Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 7.5 meter dengan jarak pemukiman dengan tepi sungai dalam kondisi air normal 11 meter, pada lokasi 2 di desa Alat, lebar sungai 27,30 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 6 meter dengan jarak pemukiman penduduk dengan sungai 2 meter dari tepi sungai, pada lokasi 3 di desa Manggasang, lebar sungai 24,00 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 8,5 meter namun jarak pemukiman pada tepi sungai ± 200 dan pada lokasi 4 di desa Batu Benawa, lebar sungai 21,60 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 3,5 meter dan jarak pemukiman penduduk dengan tepi sungai 13,50 meter. Kondisi bantaran banjir sungai Barabai di desa Alat Ujung, Alat dan Batu Benawa tidak memenuhi PP.Tentang sungai no.38 thn.2011 sedangkan pada desa Manggasang memenuhi PP.Tentang sungai no.38 thn.2011. Kata Kunci : Bantaran banjir, sungai Barabai, Kondisi aktual 1. PENDAHULUAN Masyarakat di bantaran sungai Barabai kabupaten Hulu Sungai Tengah memanfaatkan sungai dalam melakukan banyak hal dalam kehidupan sehari- hari, baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan lainnya. Seiring waktu berjalan jumlah masyarakat sekitar sungai semakin meningkat sehingga kegiatan di sekitar dekat 79

pinggir sungai semakin meningkat pula khususnya pada pembangunan tempat tinggal maupun bangunan lainnya, seperti bangunan pemukiman penduduk. Pendirian bangunan tepi sungai tersebut sebenarnya sangat berpengaruh pada kelangsungan sungai tersebut, walaupun kurang dirasakan pada waktu yang singkat, tetapi untuk waktu yang lama, dampak dari kegiatan pendirian bangunan pada bantaran sungai akan mengurangi fungsi bantaran sebagai areal aman dalam pelestarian sungai sebagai lahan basah. Bantaran banjir adalah lebar antara titik batas muka air normal sungai dengan titik batas pada saat banjir (banjir yang paling sering terjadi) dimana pada sungai Barabai diberbagai lokasi kondisi pembangunan tidak memperhatikan wilayah sempadan pada bantaran banjir, sehingga ketika terjadinya banjir bangunan pemukiman tidak luput dari genangan banjir tersebut dan seharusnya dimana wilayah sempadan harus ada agar adanya batas perlindungan sungai dan keamanan jarak untuk wilayah pemukiman penduduk yang tinggal ketika terjadi banjir serta sebagai wilayah fungsi sungai sendiri. Kondisi bantaran sungai Barabai yang tertutup oleh bangunan menjadikan bantaran banjir tidak terlihat jelas. Pemerintah mencoba menanggulangi pembangunan pinggir sungai, demi kelangsungan sungai Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63 / PRT / 1993 Tentang Garis Sempadan Dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas sungai. Dalam hal tersebut maka keluarlah pemikiran untuk melakukan tinjauan pada bantaran banjir sungai Barabai, apakah sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Tentang Sungai no.38 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Nomor: 63 / PRT / 1993). Tujuan studi ini adalah Identifikasi lapangan untuk mendapatkan gambaran nyata kondisi bantaran banjir di sepanjang sungai Desa Alat Ujung, Alat, Manggasang dan Batu Benawa Kab.Hulu Sungai Tengah dan mengevaluasi kondisi bantaran banjir eksisting terhadap Peraturan Pemerintah tentang sungai No.38 tahun 2011 dengan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sungai dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Nomor: 63 / PRT / 1993 dalam lingkup Garis sempadan sungai. Batasan masalah pada studi ini adalah daerah yang ditinjau pada studi ini meliputi daerah bantaran sungai Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah di desa Alat,Alat Ujung, Manggasang,dan Batu Benawa; identifikasi meliputi perubahan bantaran banjir, dimensi sungai, hasil perubahan kondisi bantaran banjir diambil dari wawancara masyarakat setempat; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63/PRT/ 1993; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 38 Thn 2011 2. TINJAUAN PUSTAKA Bantaran Sungai Bantaran sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan air sungai. Fungsi bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir (high water channel) (Yodi Isnaini, 2006). Menurut UU No. 35 1991 tentang sungai, menyebutkan pengertian Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Menurut UU No.38 2011 Tentang Sungai. Garis Sempadan sungai Menurut Peraturan Kementrian Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 Tentang garis sempadan sungai,daerah mamfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai, Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengaman luar. Menurut UU No.38 Thn 2011 Tentang Sungai, Garis Sempadan garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Sedangkan Sempadan sungai adalah wilayah yang harus diberikan kepada sungai. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, sempadan sungai berfungsi sebagai daerah parkir air sehingga air bisa meresap ke tanah. Di samping itu, sempadan sungai merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat mekanisme inflow ke sungai dan outflow ke air tanah. Proses inflow outflow tersebut merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Secara ekologis sempadan sungai merupakan habitat di mana komponen ekologi sungai berkembang (Sobirin, 2003). Dan Menurut Maryono (2005) Penetapan garis sempadan didasarkan proses perubahan fisik morfologi, hidroligi, hidrolik, ekologi dan sosial/keamanan masyarakat. Sempadan sungai selanjutnya dibagi menjadi bantaran banjir (Flood plain), bantaran longsor (Sliding plain), bantaran ekologi penyangga dan bantaran keamanan 80

sempadan sungai yang relatif mudah dipahami dibanding dari berbagai sumber literatur yang lain. Sampai sejauh ini belum dapat ditemukan kajian akademis penetapan Permen PU 63/1993 ini. Peraturan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 1. Kriteria penetapan lebar sempadan sungai menurut Permen PU 63/1993 Gambar 1. Kolerasi kedalaman dan lebar sungai menurut Agus Maryono, 2005 (modifikasi). Bantaran Banjir Bantaran banjir adalah lebar antara titik batas muka air normal sungai dengan titik batas pada saat banjir (banjir yang paling sering terjadi). Lebar bantaran banjir ditentukan dengan memeriksa potongan melintang sungai di lapangan. Lebar bantaran banjir untuk masing-masing penggal sungai dapat berbeda tergantung morfologi melintang dan memenajang sungai tanpa bantaran banjir dan sungai dengan bantaran banjir relatif sangat lebar dibandingkan dengan tinggi tebing sungai Lebar sempadan sungai menurut Peraturan Pemerintah RI 38/2011 Pada Pasal 10 dijelaskan poin (1) Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan terdiri atas : a, sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km2 ( lima ratus kilometer persegi);dan b, sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 Km2 (lima ratus kilometer persegi). (2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai. (3) Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditentukan paling sedikit 50 m ( lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai. Lebar sempadan sungai menurut Permen PU 63/1993 Penentuan lebar sempadan didasarkan pada lokasi di luar kawasan perkotaan, didalam kawasan perkotaan, sungai besar, sungai kecil, kedalaman sungai, sungai bertanggul dan tidak bertanggul, dan sungai yang terpengaruh pasang surut. Pembagian lebar sempadan sungai berdasarkan geometri tampang melintang sungai yang dijabarkan dalam bentuk tabel merupakan pembagian Penentuan Lebar Sempadan sungai menurut Luas Daerah Aliran Sungai Untuk menentukan lebar sempadan sungai, juga diperlukan definisi tentang sungai besar, menegah, dan kecil. Heinrich & Hergt (1999) mengklasifikasikan sungai berdasarkan luas DAS menjadi sungai besar, menengah dan kali/sungai kecil, liat tabel Tabel 2. Klasifikasi sungai besar, menengah dan kecil berdasarkan luas DAS Menurut Permen PU 63/1993, sungai dapat diklarifikasikan menjadi dua yaitu sungai besar dan sungai kecil. Disebut sungai besar jika mempunyai luas DAS lebih dari 500 km² (Luas DAS 500 Km²) dan sungai kecil dengan luas DAS kurang dari 500 Km² (Luas DAS < 500 Km²). Masih banyak peneliti lain yang mengklarifikasikan besar-kecilnya sungai berdasakan lebar sungai, debit dan kecepatan arus. Dalam penelitian ini akan dipakai kombinasi antara kreteria luas DAS dari Heinrich & Hergt (1999) baik untuk sungai kecil, menengah dan besar. Lebar sempadan sungai, dapat ditentukan berdasarkan hitungan banjir rencana dan berdasarkan kajian fisik ekologi, hidrolik dan morpholigi sungai langsung dilapangan. Penentuan lebar sempadan sungai dengan metode banjir rencana pada umumnya mengalami kesulitan implementasi 81

di masyarakat, karena masyarakat kesulitan dalam memahami arti hitungan banjir rencana. Sementara diera otonomi, pihak yang berwenang tidak dapat mengimplementasikan segala sesuatu tanpa persetujuan masyarakat Penentuan tepi sungai sebagai acuan titik acuan garis sempadan Kajian literatur mengenai tepi sungai masih sangat terbatas. Menurut Permen PU 63/1993, tepi sungai ditetapkan pada titik tertinggi tebing sungai yang berbatasan dengan teras sungai. Tepi sungai berada di luar bantaran banjir dan masih berada pada bantaran longsor. Lebar sempadan sungai dihitung dari tepi yang tidak jelas seperti sungai sungai dengan tebing landai, meurut Permen tersebut tepi sungai ditetapkan berdasarkan kondisi erosi yang ada dan hitungan banjir rencana. Tepi sungai menurut Agus Maryono (2005) ditetapkan berdasarkan survei tampang melintang sungai. Tepi sungai dapat ditentukan di lapangan berdasarkan alur morphologi sungai dan berdasarkan analisi tampang geometri sungai dapat ditetapkan pada titik awal bantaran banjir, yaitu garis batas air dengan tebing sungai pada saat muka air normal atau ditetapkan pada titik atas tebing sungai. Dalam menghitung lebar sempadan perlu melihat dimana tepi sungai yang ditetapkan 3. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian berada di Provinsi Kalimantan Selatan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah kota Barabai yang berada di kelurahan kecamatan Hantakan dan kecamatan Batu Benawa tepatnya di desa Alat Ujung, Alat, Manggasang dan Batu Benawa. Identifikasi bantaran banjir sungai Barabai dilakukan dengan observasi langsung di titik pengamatan sungai Barabai dengan lokasi hulu sungai, tengah dan hilir sungai Barabai. Penentuan lapangan dilakukan dengan penetapan hasil wawancara dengan warga yang berada di lokasi. Adapun keluaran dari kegiatan ini adalah berupa laporan identifikasi bantaran banjir aktual yang tergambar di lapangan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Barabai berada di Provinsi Kalimantan Selatan yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai adalah ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, provinsi Kalimantan Selatan. Kota Barabai terletak di tepi sungai Barabai dan berjarak 165 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibukota provinsi (sekitar 4 jam dengan mengendarai mobil). Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki 11 kecamatan dengan total jumlah desa sebanyak 161 dan 8 kelurahan. Kabupaten ini beribukota di kecamatan Barabai. Daerah tangkapan air untuk bagian hulu Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan daerah perbukitan yang kebanyakan sudah gundul, sehingga mudah terjadi erosi. Percepatan erosi terjadi karena ulah manusia itu sendiri dengan penebangan pohon-pohon, pembakaran semak-semak, pembajakan tanah secara tidak teratur,dengan demikian setiap turun hujan dengan intesitas tinggi pada daerah hulu maka gerakan air yang turun menjadi deras dikarenakan tidak adanya hambatan penggangu dan berkurangnya serapan air dikarenakan kegiatan tersebut. Daerah Barabai merupakan salah satu daerah Hulu dengan kontur perbukitan dengan nama bukit Meratus, disamping masalah penebangan hutan yang perlu ditangani, Permasalahan yang lain pada daerah ini adalah masalah penambangan material dan tanggul sungai. Dampak dari kegiatan tersebut menyebabkan erosi/pengikisan tebing tanah pada bagian kiri kanan sungai, sedang akibat yang ditimbulkan dari pengambilan endapan secara liar akan mengakibatkan perusakan bangunan-bangunan persungaian seperti pelindung tebing, jembatan, dan tanggul sungai. Kecamatan Batu Benawa terdiri dari 14 desa, dengan pusat kecamatan berada di desa Pagat. Saat ini Kecamatan Batu Benawa memiliki kepala keluarga berjumlah 5714 kk. Dalam kesehariannya kades dibantu oleh panggerak yang membawahi beberapa RW dan RT. Jumlah RT yang ada di Kec. Batu Benawa berjumlah 87 dan RW berjumlah 42. Desa Pagat memiliki jumlah RT terbanyak yaitu 9 RT dan 3 RW dimana penduduk yang tinggal di desa tersebut yaitu 2.109 sehingga rata-rata penduduk per RT adalah 234 jiwa, data tersebut menunjukan Kepadatan penduduk juga bisa memperlihatkan beban lahan. Lahan tidak hanya dijadikan areal pemukiman, namun juga sebagai areal pertanian, ruang terbuka hijau (RTH) serta fasilitas umum. Terlihat ketimpangan antar desanya (BPS.Kabupaten HST). Titik pengamatan dilakukan pada 4(empat) lokasi yang dapat memberikan gambaran sebagai perwakilan daerah hulu, tengah dan hilir sungai Barabai. Segmen 82

pengamatan dapat di lihat pada table di bawah ini (tabel 3). Tabel 3. Segmen sempadan sungai NO LOKASI SEGMEN SUNGAI FOTO LOKASI 1. Ds.Alat Ujung Hulu Besar 2 Alat Ujung Hulu Besar 3 Menggasang Tengah Besar 4 Batu benawa Hilir Barabai Sumber: Hasil survey lapangan Pengukuran Dimensi Sungai dan Bantaran Banjir Aktual Pengukuran kedalaman aliran dilaksanakan denngan menggunakan alat ukur kedalaman di setiap vertikal yang telah ditentukan jaraknya. Jarak setiap vertikal diusahakan serapat mungkin, supaya debit disetiap sub bagian penampang tidak lebih dari 1/5 bagian dari debit seluruh penampang basah. Hasil pengukuran dimensi sungai 83

edalaman (m) Kedalaman Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-102 diperlukan untuk menentukan lebar bantaran banjir sesuai peraturan berlaku. Bantaran banjir aktual diperoleh berdasarkan informasi penduduk sekitar, selanjutnya dilakukan pengukuran jarak bantaran banjir tersebut dari tepi sungai saat observasi ke batas muka air banjir berdasarkan informasi warga sekitar. 2 0 Penampang pada lokasi 1 0 20 40 Lebar Series1 Gambar 5. Hasil Pengukuran Penampang sungai pada Desa Alat Ujung (2) Lokasi 2 Desa Alat Gambar 2. Pembagian lebar sungai dan pengukuran kedalaman untuk menghitung luas penampang melintang sungai Gambar 6.. Kondisi existing penampang sungai daerah desa Alat Penampang sungai pada lokasi 2 Gambar 3. Kondisi pengukuran bantaran banjir di lapangan 2 0 0 10 20 30 Lebar (m) (1) Lokasi 1 Desa Alat Ujung Gambar 7. Hasil Pengukuran Penampang sungai pada Desa Alat (3) Lokasi 3 Desa Manggasang Gambar 4. Kondisi existing penampang sungai daerah desa Alat Ujung Gambar 8. Kondisi existing penampang sungai daerah desa Manggasang 84

Lebar (m) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-102 2 1 Penampang sungai pada lokasi 3 0 0 10 20 30 Lebar (m) Gambar 9. Hasil Pengukuran Penampang sungai pada Desa Manggasang (4) Lokasi 4 Desa Batu Benawa Gambar 10. Kondisi existing penampang sungai daerah desa Batu Benawa Gambar 11. Hasil Pengukuran Penampang sungai pada Desa Alat Bantaran Banjir Hasil observasi lapangan akan ditinjau terhadap PP.Tentang Sungai No.38 Thn.2011 dan peraturan PU no.63 thn 1993, Analisa meliputi data dimensi sungai,pengukuran bantaran aktual hasil pengamatan masyarakat dan keterangan bantaran banjir yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan peraturan tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Sungai No.38 Thn 20011. Sempadan sungai diatur pada Pasal 8 poin (2) hurub b, sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan,.pasal 10 dijelaskan, Tabel 4. Kriteria penetapan peraturan yang berlaku dengan kondisi riil di lapangan Lokasi Sungai Kesesuaian dengan Keterangan Peraturan 1 Desa Alat Ujung Tidak sesuai Jarak bantaran banjir yang ada berada di wilayah pemukiman penduduk dengan jarak dari tepi sungai dalam kondisi muka air normal 7,5 meter 2 Desa Alat Tidak sesuai Jarak bantaran banjir yang ada berada di wilayah pemukiman penduduk dengan jarak dari tepi sungai dalam kondisi muka air normal 6,5 meter 3 Desa Sesuai Jarak bantaran banjir yang ada Manggasang berada jauh dari wilayah pemukiman penduduk dengan jarak dari tepi sungai dalam kondisi muka air normal 8,5 meter dan jarak dari 4 Desa Batu Benawa Sumber : Hasil pengukurandan pembahasan tepi sungai ke penduduk ±200 meter Tidak sesuai Jarak bantaran banjir yang ada berada di wilayah pemukiman penduduk dengan jarak dari tepi sungai dalam kondisi muka air normal 3,5 meter 85

(1) Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 poin (2) hurub b terdiri atas : a. Sungai besar dengan luas Daerah Aliran Sungai lebih besar dari 500 Km2 ( lima ratus kilometer persegi) dan b. Sungai kecil dengan luas Daerah aliran sungai kurang dari atau sama dengan 500 km2 (lima ratus kilometer persegi). (2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurub a. ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri kanan palung sungai sepanjang alur sungai. Gambaran ideal untuk penampang sempadan sungai, untuk desa Alat Ujung, Alat dan Batu Benawa dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 12. Ilustrasi sempadan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil observasi bantaran banjir aktual pada Sungai Barabai yang dilakukan di empat desa dengan yaitu Desa Alat Ujung, Alat, Manggasang dan Batu Benawa adalalah sbb.: Observasi pada lokasi 1 di desa Alat Ujung,sungai mempunyai lebar 34 meter dihitung dari tepi kiri dan kanan sungai. Sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul, Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 7.5 meter dengan jarak pemukiman dengan tepi sungai dalam kondisi air normal 11 meter. Kondisi bantaran banjir sungai Barabai di desa Alat Ujung tidak memenuhi PP.Tentang sungai no.38 thn.2011. Observasi pada lokasi 2 di desa Alat, lebar sungai 27,30 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 6 meter dengan jarak pemukiman penduduk dengan sungai 2 meter dari tepi sungai. Kondisi bantaran banjir sungai Barabai di desa Alat tidak memenuhi PP.Tentang sungai no.38 thn.2011. Observasi pada lokasi 3 di desa Manggasang, lebar sungai 24,00 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 8,5 meter namun jarak pemukiman pada tepi sungai ± 200, maka sungai di desa Manggasang memenuhi PP.Tentang sungai no.38 thn.2011. Observasi pada lokasi 4 di desa Batu Benawa, lebar sungai 21,60 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 3,5 meter dan jarak pemukiman penduduk dengan tepi sungai 13,50 meter. Kondisi bantaran banjir sungai Barabai di desa Batu Benawa tidak memenuhi PP.Tentang sungai no.38 thn.2011. Saran 1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian kualitatif lapangan guna memperbaiki hasil sebelumnya, 2. Penelitian ini hendaknya lebih dikembangkan lagi dengan memper-timbangkan bantaran hid-roulik, ekologi dan sosial / keamanan masyarakat. 3. Sebaiknya untuk lokasi yang tidak memenuhi syarat Peraturan Pemerintah Tentang Sungai no.38 thn.2011 itu,dilakukan relokasi penduduk setempat ke tempat yang lebih aman. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Agus Maryono.2008.Eko-Hidroulik Pengelolaan Sungai Ramah Lingkungan.Yogyakarta 2. Agus Maryono. 2009.Kajian Lebar Sempadan Sungai.Jurnal Teknik Sipil Vol 9 No 1,Januari 2009. 3. Badan Pusat Statistik.2013.Statca Batu Benawa.Barabai 4. Badan Pusat Statistik.2013.Statca Hantakan.Barabai 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63/PRT/1993, tentang : Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah 86

Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai Dinas Sungai dan Drainase, 13/April/2014 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 Tahun 2011,Tentang sungai.14/april/2014 7. Heinrich & Hergt,1999.DAS besar menengah dan kecil. Jogjakarta 8. Robert.J.Kodoatie.Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota.Yogyakarta 9. Rahayu S,Widodo RH, Van Noordwijk M,Suryadi I.2009,Monitoring air di daerah aliran 10. sungai,bogor,indonesia.word groforesty Center-Southheast Asia Regional Office. 11. Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran Dan Pengolahan Data Aliran Sungai.Bandung 12. Sobirin,2003. Rekaya dan Manajemen Banjir.Jogjakarta 13. Smardon&fellman,1996.Sempadan Sungai Bandung 14. Ven Te Chow.1992.Hidrolika Saluran Terbuka, Erlangga.Jakarta @portek 2014@ 87