BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat, karena melalui pendidikan pengembangan berbagai potensi yang

dokumen-dokumen yang mirip
Membangun Rule Dengan Algoritma Iterative Dichotomiser 3 (Id3) Untuk Penjurusan Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. program studi para siswa (Ruslan,1986:13). Tujuan dari penjurusan (Ruslan, 1986:14), yaitu

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai potensi yang ada dalam diri seseorang. Dalam proses memperoleh

Rambu-rambu Pengisian Mapel untuk SMA KTSP

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya kerangka

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, yang dipilah menjadi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan pada proses rekomendasi penjurusan pada jenjang menengah. Merumuskan Masalah

1. BAB 1 LATAR BELAKANG

PENJURUSAN SISWA. Universitas. Negeri. Padang JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN. alizamar BK UNP Padang

JADWAL PELAJARAN KELAS X-MIPA T.P. 2017/2018

Panduan Singkat Input Nilai Semester dan Ujian Sekolah ( User Sekolah ) 1

Decision Tree Learning Untuk Penentuan Jalur Kelulusan Mahasiswa

PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI SISWA LULUSAN SMA DALAM SELEKSI MASUK PTN UNY DENGAN LOGIKA FUZZY MAMDANI

Decision Tree Learning Untuk Penentuan Jalur Kelulusan Mahasiswa

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 12, No. 1, Februari ISSN

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PENERAPAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA PREDIKSI JURUSAN DI SMA PGRI 1 BANJARBARU

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang sangat berharga dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN. jurusan ditentukan berdasarkan standar kriteria tiap jurusan.

BAB I PENDAHULUAN. ada tiga, yaitu association rules, classification dan clustering.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai cabang ilmunya telah membantu manusia menyelesaikan pekerjaan dengan

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

KATA PENGANTAR. Tim Peneliti. iii

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Alit Suryo Irawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Belangkejeren, yang terletak di

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN PADA SMK N 1 KENDAL BERBASIS DECISION SUPPORT SYSTEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHT (SAW)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Qori Magfiroh, 2013

Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Teknik Informatika. Classification Decision Tree

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui

PENENTUAN NILAI PANGKAT PADA ALGORITMA FUZZY C- MEANS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terhadap kemudahan pengguna dalam menggunakan aplikasi yang akan dibuat.

PEDOMAN PENDATAAN NILAI RAPOR (SMP/MTs, SMA/MA, DAN SMK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

1. Pembukaan 3. PAPARAN BK SMAN 21 JAKARTA. 4. Sambutan kepala sman 21 jakarta 6. Lain-Lain 7. PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. saing dalam percaturan dunia tanpa batas. Di dalam era dunia tanpa batas,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

PENERAPAN DECISION TREE UNTUK PENENTUAN POLA DATA PENERIMAAN MAHASISWA BARU

LAMPIRAN. Fasilitas Akademik Sekolah

KATALOG BUKU SD / MI Buku Digital PesonaEdu

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 6 referensi sebagai berikut : - Algoritma Naïve Bayes Classifier

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. ekstrakurikuler atau kegiatan organisasi siswa. Kegiatan-kegiatan yang diadakan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JURUSAN DI SMA KRISTEN YSKI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelatihan atau yang lebih sering dikenal dengan try out Ujian Nasional adalah

SMA/SMK/MA atau sederajat (termasuk SRI di luar negeri) yang mempunyai NPSN dan telah mengisi PDSS dengan lengkap dan benar.

III. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerapkan teknologi tepat guna, namun dalam mengembangkan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TK36301 PENGANTAR KECERDASAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kasi. Kurikulum dan Penilaian SMP dan SMA BID. SMP dan SMA DISDIK PROV. DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

PERUBAHAN PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2011

Kecerdasan Buatan Materi 6. Iterative Dichotomizer Three (ID3)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang penting dalam menunjang kemajuan bangsa dan masyarakat, karena melalui pendidikan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap orang dapat dimaksimalkan. Pendidikan juga merupakan investasi jangka panjang yang mana untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk beradaptasi dengan lingkungan sehingga pendidikan harus selalu ditingkatkan dan dijaga mutunya. Jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA) memiliki sistem yang berbeda dengan jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) ataupun sekolah dasar (SD). SMA memiliki sistem penjurusan yang dilaksanakan oleh siswa kelas X yang akan naik ke kelas XI, dimana siswa akan ditempatkan di jurusan yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa itu sendiri. Pada umumnya SMA memiliki tiga jurusan yaitu jurusan IPA, IPS, dan bahasa. Penentuan jurusan bagi siswa dilakukan dengan penilaian terhadap kriteria-kriteria tertentu dan pada akhirnya guru yang akan memutuskan. Sering kali guru memutuskan berdasarkan perhitungan yang sederhana seperti hanya berdasarkan kemampuan dominan dari siswa atau hanya mengandalkan minat dari siswa itu

2 sendiri. Kurangnya konsistensi dalam menentukan keputusan oleh guru (masih bersifat subyektif) serta perbedaan keputusan antar guru menjadi kelemahan dari sistem yang sedang berjalan. Hal ini berujung pada keputusan yang bersifat tidak adil. Faktor utamanya adalah karena banyaknya siswa yang akan ditentukan jurusannya sehingga sulit untuk menganalisis jurusan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya. Akibatnya sebagian siswa menjadi korban yaitu mendapatkan jurusan yang tidak sesuai. Dengan demikian dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu para guru untuk memutuskan jurusan yang akan diambil siswa sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat disalurkan dengan baik. Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah salah satu sistem yang dapat dimanfaatkan untuk mendukukung suatu keputusan dari pengambil keputusan (Wibowo, 2011). Sistem pendukung keputusan (SPK) dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan seseorang dalam membuat keputusan yang spesifik dalam memecahkan permasalah yang spesifik pula. SPK dapat memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi untuk pengambilan keputusan. SPK juga dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya yang dibutuhkan untuk membantu memutuskan suatu masalah. Karena luasnya bidang penerapan SPK, SPK juga dapat diaplikasikan sebagai sistem yang membantu guru dalam membuat keputusan yang spesifik untuk menentukan jurusan siswa SMA. Sehingga, guru dapat memperluas kemampuannya untuk menentukan jurusan siswa di SMA dengan waktu, tenaga, dan biaya yang efisien. Dalam membangun sistem pendukung keputusan diperlukan pengimplementasian dari cabang ilmu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yaitu sistem yang mempunyai kemampuan untuk melakukan penalaran secara logis dan juga

3 melakukan aksi secara rasional berdasarkan hasil penalaran tersebut (Suyanto, 2011). Sehingga sistem dapat sejalan dengan apa yang diinginkan pengguna. Penelitian mengenai SPK untuk penjurusan siswa telah banyak dilakukan. Pada penelitian Ariani (Ariani, 2010) SPK penjurusan siswa SMK dibuat dengan algoritma neuro-fuzzy yang memberikan dukungan keputusan berupa presentase kecocokan terhadap nilai, kemampuan, dan minat siswa. Metode yang digunakan sebenarnya masih kurang optimal. Ketika setiap jurusan memiliki presentase yang sama maka akan membingungkan bagi guru yang bersangkutaan untuk menentukan keputusan. Tetapi pada penelitian Utami (2012) SPK dibuat dengan algoritma Iterative Dichotomiser 3 dan mendapatkan hasil keputusan tidak jauh berbeda dengan yang dibuat oleh pembuat keputusan langsung yaitu dengan presentasi sekitar 70% sesuai, tetapi tahap learning hanya dilakukan sekali saat program akan dibuat. Dengan demikian sistem tidak akan menambah kepakaran sehingga tidak dapat menambah tingkat akurasi yang seharusnya bisa ditingkatkan hingga mendekati 100% sesuai berdasarkan data latih. Penggunaan decicion tree learning dalam SPK dapat digunakan untuk mendapatkan hasil yang pasti sehingga dapat mendukung suatu keputusan hingga 100% akurat sesuai dengan data latih (Suyanto, 2011). Teknik learning dapat membuat komputer sanggup untuk belajar dari data-data yang telah diberikan. Teknik learning juga dapat menjadikan data-data baru yang telah diujikan menjadi pengalaman (experience) dan akan membuat sistem semakin pakar sehingga dengan menerapkan teknik learning maka SPK dapat beradaptasi dengan kebutuhan pengguna secara otomatis. Algoritma Iterative Dichotomiser 3 (ID3) adalah algoritma bagian dari decision tree learning dimana ID3 membangkitkan

4 decision tree dari sampel-sampel yang diberikan untuk dipelajari dan dijadikan acuan untuk menentukan keputusan yang lainnya. Dalam penelitian ini akan dibangun sistem pendukung keputusan (SPK) yang mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman yang berasal dari data yang baru diujikan menggunakan algoritma Iterative Dichotomiser 3 (ID3). Pada penelitian ini SPK akan diimplementasikan pada sistem penjurusan SMA yang diharapkan akan membantu guru dalam melakukan penjurusan siswa. ID3 pada decision tree learning menggunakan data-data valid yang digunakan sebelumnya untuk mendapatkan rule dan mencari dukungan keputusan jurusan yang diambil. SPK tersebut akan dibangun berbasiskan web sehingga dapat diakses atau digunakan oleh komputer lain tanpa harrus meng-install aplikasinya. 1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana membuat sistem pendukung keputusan yang bersifat auto learning untuk menentukan jurusan di SMA menggunakan decision tree learning dengan algoritma Iterative Dichotomiser 3 (ID3). 1. 3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik learning yang digunakan adalah decision tree learning dengan algoritma Iterative Dichotomiser 3 (ID3) untuk menentukan jurusan yang akan diambil oleh siswa sekolah. 2. Jurusan yang tersedia adalah jurusan IPA, IPS, dan Bahasa

5 3. Penjurusan dilakukan berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan siswa 4. Input data minat siswa berupa salah satu nama jurusan yang diminati oleh siswa tersebut (IPA/IPS/Bahasa) 5. Input data bakat siswa berupa hasil dari psikotes yang telah dilakukan yang menunjukan bakat siswa di jurusan IPA/IPS/Bahasa 6. Input data kemampuan adalah nilai-nilai rapot yang diperoleh siswa saat menjalani pendidikan kelas X semester dua adalah sebagai berikut: a. Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi (IPA) b. Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi (IPS) c. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa asing (Bahasa) 7. Sistem akan mempelajari sampel data yang diperoleh dari guru SMA N 1 Way Jepara Lampung Timur. 8. Sistem yang akan dibuat adalah berbasis web. 1. 4 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memberikan metode alternatif dalam membangun SPK dengan sistem auto learning dan mengimplementasikan algoritma Iterative Dichotomiser 3 (ID3) untuk menentukan jurusan siswa di SMA. 1. 5 Manfaat Adapun manfaat pengembangan sistem ini adalah: 1. Sekolah dapat menentukan jurusan siswanya dengan mudah dan cepat 2. Sekolah dapat konsisten dan objektif dalam menentukan jurusan terhadap siswanya

6 3. Sekolah dapat menerapkan aturannya sendiri dalam menentukan parameterparameter untuk jurusan siswanya 4. Siswa akan mendapatkan jurusan sesuai minat, bakat, dan kemampuan yang dimilikinya