ABSTRAK HUBUNGAN JENJANG PENDIDIKAN DAN LAMA KERJA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN TENTANG INJEKSI NEUROBION 5000 DI APOTEK WILAYAH BANJARMASIN UTARA Hairun Nisa 1 ;Erna Prihandiwati,S.F.,Apt 2 ;Riza Alfian,M.Sc.,Apt 3 Daftar Obat Keras (Daftar G) yaitu obat-obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya boleh diulang. Obat-obat yang termasuk daftar G antara lain antibiotika, obat-obat sulfa, hormon, antihistaminika untuk pemakaian dalam dan semua obat suntik. Sediaan parenteral merupakan salah satu sediaan yang memerlukan perlakuan khusus dalam penggunaannya. Belakangan ini masyarakat lebih menyukai sediaan bentuk injeksi dibanding dengan sediaan per oral. Fakta yang terjadi saat ini yaitu belum semua Tenaga Teknis Kefarmasian mengetahui mengenai penjualan Injeksi Neurobion 5000 boleh dijual bebas atau tidak. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan jenjang pendidikan dan lama kerja dengan tingkat pengetahuan tenaga teknis kefarmasian tentang penjualan injeksi Neurobion 5000 di apotek wilayah Banjarmasin Utara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua tenaga teknis kefarmasian di wilayah Banjarmasin Utara yang menjual injeksi Neurobion 5000 yang berjumlah 45 sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari responden secara langsung (data primer) dengan kuisioner Hasil penelitian yang dilakukan di seluruh Apotek Wilayah Banjarmasin Utara pada bulan Januari Februari 2015, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tenaga teknis kefarmasian kategori baik sebesar 51,1 % dan kategori kurang baik sebesar 48,9 %, dan tidak terdapat hubungan yang signifikan atau dapat dikatakan hubungan bermakna negatif dalam tingkatan yang lemah antara jenjang pendidikan dan lama kerja dengan tingkat pengetahuan tenaga teknis kefarmasian tentang penjualan injeksi Neurobion 5000 di Apotek Wilayah Banjarmasin Utara. Kata Kunci : Injeksi, Jenjang Pendidikan, Lama Kerja, Tingkat Pengetahuan, 1,2,3, Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin iii
ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN LEVEL EDUCATIONAL ALONG WITH THE TERM OF WORK AND TECHNICAL PHARMACISTS' KNOWLEDGE ABOUT NEUROBION INJECTION 5000 IN PHARMACIES IN NORTH- BANJARMASIN Hairun Nisa 1 ;Erna Prihandiwati,S.F.,Apt 2 ;Riza Alfian,M.Sc.,Apt 3 List of drugs (G list) that can only be bought in pharmacy with doctor's prescription and be re-bought without the new prescription if doctor labels it with "can be repeated". The Drugs that belonging to G list are Antibiotic, Sulfa, hormone, antihistamine for inner use and all injections. Parenteral is one of medicines which needs special cautiousness in use. Current People prefer to use injected medicines than oral medicine. In fact, not all of pharmacists know if the neurobion injection 5000 is allowed to sell freely or no. The purpose of this research is to identify the corelation between education level and pharmacists' neurobion injection 5000 selling knowledge in north-banjarmasin area. This research is done by using analytical descriptive method. The sample that is taken in this research is the whole pharmacists in north-banjarmasin who sell neurobion injection 5000 that amounted to 45 samples. Data collection is done by collecting data from the respondents directly (primary data) with the questionaires. This result that was done in the whole north-banjarmasin's pharmacies from january to february 2015, then it can be concluded that the pharmacists who have well-level knowledge about neurobion selling is 51,1%, and the rests or 48,9% are catagorized as the less-well, and there is no significant correlation or in the other hand the correlation means negative in low level between the educational level along with the term of work and the pharmacists' level knowlegde about neurobion injection 5000 selling in pharmacies in northbanjarmasin area. Keywords: Injection, Educational Level, Term of Work, Level of Knowledge. 1,2,3, Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (DrugOriented) menjadi pelayanan pasien (Patient Oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, pada penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan hasil dengan baik. Farmasis harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (Medication Error) dalam proses pelayanan (Depkes, 2006). Menurut keputusan Menkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh farmasis untuk memberi informasi secara akurat, dan tepat kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Pada pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan untuk menghilangkan gejala dari suatu penyakit, mencegah penyakit, serta dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat. Menurut undang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (Depkes, 2009). Daftar Obat Keras (Daftar G) yaitu obat-obat ini hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya boleh diulang. Obat-obat yang termasuk daftar G ini antara lain antibiotika, obat-obat sulfa, hormon, antihistaminika untuk pemakaian dalam dan semua obat suntik. Peraturan mengenai penyaluran obat-obat keras (daftar G) telah dikeluarkan dan terdapat pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tanggal 28 Januari 1964 No. 809/Ph/64/b, yaitu bahwa pedagang besar obat-obatan hanya diperbolehkan menjual obat-
obat keras kepada apotek, pedagang besar farmasi lainnya dan kepada dokter yang mempunyai surat izin menyimpan obat. Sediaan parenteral merupakan salah satu sediaan yang memerlukan perlakuan khusus dalam penggunaannya. Oleh karena itu pengetahuan dari Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian mengenai sediaan ini sangat diperlukan dalam hal pemberian informasi obat agar sediaan tersebut dapat digunakan dengan tepat dan untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan. Belakangan ini masyarakat lebih menyukai sediaan bentuk injeksi dibanding dengan sediaan per oral. Salah satu fenomena yang terjadi di masyarakat akhir akhir ini yaitu maraknya suntik vitamin. Salah satunya injeksi Neorobion 5000, karena diantara injeksi vitamin neurotropik lainnya vitamin ini lebih banyak dipakai dibanding yang lainnya. Injeksi Neurobion 5000 merupakan injeksi vitamin B yang digunakan untuk mengatasi kelelahan otot. Namun penggunaannya harus dengan resep dokter karena termasuk dalam golongan obat keras. Fakta yang terjadi saat ini yaitu belum semua Tenaga Teknis Kefarmasian mengetahui mengenai penjualan Injeksi Neurobion 5000 boleh dijual bebas atau tidak. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan jenjang pendidikan dan lama kerja dengan tingkat pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian tentang injeksi Neurobion 5000 di Apotek Wilayah Banjarmasin Utara.