BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat suatu masalah dalam pembelajaran sejarah di sekolah saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

Optimalisasi Kemampuan Berpikir Logis Dan Percaya Diri Peserta Didik Kelas XI Melalui Model PBL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dewasa ini memiliki kekurangan yang sering terjadi, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu persoalan penting bagi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. siklus dapat dihentikan meskipun masih ada siklus kedua. Hubungan keempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I terdiri dari 2 kali

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah. Permasalahan ini dapat teridentifikasi, setelah peneliti melakukan observasi di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung. Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah dapat terlihat dari beberapa hal yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa lebih memaknai pelajaran sejarah sebagai sebuah materi yang hanya perlu dihafalkan. Kemampuan menghafal siswa memang terlihat dengan baik dan siswa pun cukup menguasai materi. Siswa bisa dengan lancar menjelaskan materi sejarah saat mereka diberi tugas perkelompok untuk mengkaji suatu materi, hanya saja apa yang mereka jelaskan bukan merupakan pemikirannya yang dirangkai dengan kata-katanya sendiri. Yang siswa jelaskan adalah kalimat-kalimat yang hampir sama persis dengan yang ada pada buku sumber yang mereka gunakan. Ketika guru memberi tantangan kepada siswa untuk menjelaskan materi sejarah hasil kajian dengan kelompoknya, siswa terkesan menolak dan tidak mampu melakukannya. Kedua, saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, banyak siswa yag antusias untuk bertanya. Namun pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang tidak membuat siswa berpikir dengan baik. Jawaban dari pertanyaan yang siswa ajukan sudah ada pada buku sumber yang mereka miliki. Tanpa siswa perlu bertanya kepada guru ataupun siswa lainnya pun, pertanyaan tersebut sebenarnya bisa dijawab oleh mereka sendiri dengan cara membaca buku sumber. Sehingga saat guru membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan yang benar-benar merupakan wujud dari ketidakpahaman siswa terhadap materi dan pertanyaan siswa yang menunjukan bahwa mereka 1

2 berpikir kritis tentang apa yang telah dan sedang terjadi, siswa terlihat kesulitan untuk melakukannya. Ketiga, siswa tidak dapat mencari keterkaitan atau keterhubungan antara peristiwa masa lalu dengan apa yang sedang terjadi di masa sekarang dan siswa pun terlihat kebingungan untuk menghubungkan materi sejarah satu dengan materi sejarah lainnya yang memang memiliki keterhubungan. Hal ini terlihat saat guru seringkali menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang mengajak siswa untuk menghubungkan peristiwa sejarah yang sedang dipelajari dengan apa yang sedang terjadi di masa sekarang di sela-sela kegiatan pembelajaran. Siswa terlihat kebingungan dan tidak bisa menjawab pertanyaan guru tersebut. Pertanyaan guru yang dapat dijawab oleh siswa hanya sebatas pertanyaan yang berisikan materi sejarah yang bersifat faktual. Keempat, siswa tidak dapat menarik sebuah kesimpulan dari setiap materi pelajaran sejarah yang telah dipelajari. Setiap guru mencoba bertanya kepada siswa tentang kesimpulan apa yang dapat diambil pada setiap materinya, siswa tidak dapat menyebutkannya. Siswa hanya bisa mengulang kembali beberapa kalimat yang berisi tentang materi yang baru saja diajarkan, tetapi bukan berupa kesimpulan. Hanya berupa pengulangan saja. Hal-hal tersebut diatas menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah. Pembelajaran sejarah semestinya bukan hanya tentang menghafal materi dan pemahaman materi semata, tetapi siswa perlu untuk memahami betul makna dan nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah. Sehingga dengan mengkritisi peristiwa masa lalu, akan melatih siswa berpikir kritis pula pada apa yang sedang dialami bangsa Indonesia di masa sekarang. Sehingga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Evans (Supriatna, 2007:11) bahwa pendekatan kritis dalam pembelajaran sejarah dapat mendorong terjadinya dialog kritis, baik antara guru dengan siswa maupun di kalangan siswa sendiri mengenai masalah-masalah sosial yang sedang mereka hadapi dan mencari solusi pemecahannya. Dengan melakukan dialog kritis ini, siswa dapat berdiskusi dan bertukar pikiran tentang apa yang siswa tahu dan apa yang siswa tidak tahu tentang makna yang mendalam tentang materi sejarah.

3 Manfaat siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, masih menurut Evans (Supriatna, 2007:11) adalah dapat mendorong refleksi yang mendalam mengenai pertanyaan-pertanyaan kritis pada masyarakat setempat, baik pada masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang. Hal ini akan membantu siswa merenungkan apa yang telah dan sedang terjadi, merenungkan sebab dan akibatnya, dan memikirkan pemecahan masalahnya. Dari pemikiran tersebut maka akan muncullah pertanyaan-pertanyaan sebagai wujud dari kritisnya pemikiran siswa tentang suatu materi sejarah dan fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Jika siswa bisa merefleksikan suatu materi sejarah dan juga peristiwa yang sedang terjadi di masa sekarang, siswa tidak akan lagi megajukan pertanyaan yang teks book. Pertanyaan siswa pun akan lebih terarah pada suatu pemecahan masalah, sebab-akibat dari suatu peristiwa, dan lain sebagainya. Refleksi pun bisa melatih siswa memaknai materi sejarah, sehingga siswa tidak hanya menghafal dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Siswa akan terlatih pula untuk bisa mencari keterhubungan antara materi sejarah satu dengan materi sejarah lainnya maupun materi sejarah dengan sesuatu yang sedang terjadi di masyarakat. Bahkan siswa pun dapat terbiasa dalam menarik kesimpulan dalam setiap materi sejarah yang dipelajarinya. Melihat betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis yang harus dimiliki siswa, maka peneliti berusaha memecahkan masalah tersebut. Dan memilih asesmen kinerja sebagai solusinya. Asesmen kinerja menurut Zainul (2001 : 4) adalah penilaian terhadap proses perolehan, penerapa pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk. Sesuai dengan pengertian tersebut, asesmen kinerja merupakan suatu bentuk penilaian yang mengharuskan siswa memperlihatkan kinerjanya. Bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang biasanya ada pada tes objektif. Menurut Wangsatomtanakhun (Zainul, 2001 : 9) asesmen kinerja diwujudkan berdasarkan empat asumsi pokok, yaitu :

4 1. Asesmen kinerja yang didasarkan pada partisipasi aktif siswa 2. Tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran 3. Asesmen tidak hanya untuk mengetahui posisi siswa pada suatu saat dalam proses pembelajaran, tetapi lebih dari itu, asesmen juga dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri 4. Dengan mengetahui lebih dahulu kriteria yang akan digunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan proses pembelajarannya, siswa akan secara terbuka dan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terlihat jelas keunggulan dari asesmen kinerja dari keempat asumsi di atas. Dengan mengembangkan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah, guru dapat merancang pembelajaran yang membuat seluruh siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Guru sebisa mungkin memberikan task (tugas) kepada siswa yang membuat seluruh siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga task ini menjadi bagian dari proses pembelajaran, bukan hanya melihat hasil akhir dari task yang diselesaikan siswa. Guru bisa melihat bagaimana proses siswa menyelesaikan task tersebut, dan saat proses pengerjaan itulah guru bisa melihat apa kekurangan dan kendala yang terjadi saat kegiatan pembelajaran. Sehingga guru bisa dengan cepat dan tepat memperbaiki segala kekurangan yang terjadi. Selain itu, asesmen kinerja identik dengan rubric sebagai kriteria penilaian. Tidak hanya sebagai kriteria pencapaian aspek penilaian siswa dalam mengerjakan task, rubric pun akan menjadi suatu target pencapaian siswa karena setiap aspek yang menjadi penilaian harus dikomunikasikan dan disepakati terlebih dahulu oleh guru dan siswa. Sehingga siswa akan berupaya dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengembangannya, keempat asumsi pokok asesmen kinerja yang diungkapkan oleh Wangsatomtanakhun akan disesuaikan dengan indikator berpikir kritis yang dikembangkan oleh Glaser (Fisher,2009:7) yang berjumlah 12 point. Namun, peneliti menyesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di kelas, maka peneliti hanya memilih 9 (sembilan) indikator yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Dan indikator yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu :

5 1. Mengenal masalah 2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalahmasalah itu 3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 4. Mengenal asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan 5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas 6. Menganalisis data 7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan 8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah 9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan Tentunya penyesuaian antara task yang diberikan dan rubric yang menjadi kriteria penilaian dengan indikator yang dikembangkan Glaser, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung, yaitu : 1) Pembelajaran sejarah yang didominasi oleh menghafal, tanpa memaknainya, 2) Siswa yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan teks book, tanpa merenungkan dan merefleksikan permasalahan yang ada di dalamnya, 3) Siswa sama sekali tidak mampu mencari keterhubungan antara materi sejarah yang satu dengan materi sejarah yang lain, maupun mengaitkan materi sejarah dengan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, dan 4) siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari setiap materi sejarah yang telah dipelajari. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu, PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas di kelas X 2 SMAN 22 Bandung). B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana menerapkan Asesmen Kinerja sebagai upaya

6 meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung?. Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1) Bagaimana guru merancang pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung dengan menerapkan Asesmen Kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Sejarah?; 2) Bagaimana guru menerapkan pembelajaran sejarah yang menggunakan Asesmen Kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung?; 3) Bagaimana refleksi yang dilakukan oleh guru sejarah untuk mengatasi kendala dalam penerapan Asesmen Kinerja di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung?; C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan Asesmen Kinerja sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung. Adapun tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini lebih diarahkan untuk : 1) Mengkaji dan mendeskripsikan rancangan pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung dengan menerapkan Asesmen Kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ; 2) Mendeskripsikan penerapan Asesmen Kinerja sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung dalam pembelajaran Sejarah;

7 3) Mengkaji dan menganalisis refleksi yang dilakukan oleh guru sejarah untuk mengatasi kendala dalam penerapan Asesmen Kinerja di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa SMA khususnya siswa kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung, guru sejarah, sekolah yang bersangkutan dan bagi peneliti. Manfaat penelitian ini secara khusus yaitu sebagai berikut : 1. Bagi siswa : Dengan diterapkannya Asesmen Kinerja, diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. 2. Bagi guru sejarah : Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran siswa di kelas. Sehingga guru sejarah dapat mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan Asesmen Kinerja sebagai solusi apabila siswa memiliki permasalahan dalam kemampuan berpikir kritis yang rendah. 3. Bagi sekolah : Hasil dari penelitian ini akan menjadi sumbangan yang berarti dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut, baik untuk kelas yang menjadi subjek penelitian maupun kelas-kelas lain yang memiliki permasalahan kemampuan berpikir kritis yang rendah pula. 4. Bagi peneliti : Dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang membuat peneliti langsung terlibat dalam proses pembelajaran, maka peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam pembelajaran sejarah. E. STRUKTUR ORGANISASI

8 Sistematika penulisan skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Sistematika penulisan yang dimaksud adalah: Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar belakang penulisan yang menjadi alasan peneliti sehingga merasa perlu untuk mengkaji dan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Asesmen Kinerja sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam yang ditujukan sebagai latar belakang penulisan skripsi, rumusan dan pembatasan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab II Kajian Pustaka. Di dalam bab ini dijelaskan secara terperinci mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan asesmen kinerja khususnya asesmen kinerja dan kemampuan berpikir kritis. Bab III Metode Penelitian. Di dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. Bab IV Asesmen Kinerja sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa dalam di Kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung. Dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh peneliti tentang peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. Bab V Kesimpulan. Pada bab terakhir ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi mengenai rancangan, penerapan, tanggapan dan hasil dari penerapan asesmen kinerja. Hal-hal yang dituliskan dalam bab kesimpulan ini sekaligus menjawab point-point dari pertanyaan penelitian.

9