BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Kata Kunci : Konstruksi Sumur Gali, Jarak Sumber Pencemar, Kualitas Mikrobiologis Air.

Kualitas Kimia Air Sumur di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulak Rejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Repository.Unimus.ac.id

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

HUBUNGAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR PADA SUMUR GALI DIKELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO TAHUN 2013

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia BudiALIAN SAMPAH DAN ABSTRAK

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Kata Kunci : Kualitas Air, Pamsimas.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

Universitas Negeri Gorontalo 2 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

Rahayu Sri Pujiati *, Dwi Ochta Pebriyanti** ABSTRACT. Keywords: dug well, septic tank, distance, the coliform bacteria

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH FORMULIR INSPEKSI SANITASI : : : : : :

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal,

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

PENGARUH LAMA KONTAK KARBON AKTIF TERHADAP PENURUNAN KADAR KESADAHAN AIR SUMUR DI DESA KISMOYOSO KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

LAPORAN TUGAS AKHIR (EV-003)

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI DESA KARYA BARU KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO. Nelpidin Nusi, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

UJI BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN BATUANG TABA NAN XX KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh :

Unnes Journal of Public Health

RISIKO KONTAMINASI BAKTERIOLOGIS PADA SARANA AIR BERSIH DI DESA BARUH TABING KECAMATAN BANJANG

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulagi Manado

Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih. terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

Yulisetyaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran kualitas fisik air pada Sarana

Medical Laboratory Technology Journal

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

Transkripsi:

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI PERKOTAAN Margaretha Katrin Widagdo *), Eko Hartini **) *) Alumni Fakultas Kesehatan UDINUS 2012 **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No 5-11 Semarang Email : eko_hartini@yahoo.com ABSTRACT Human s needs for water is very complex, such as for drinking, cooking, taking a bath, washing, etc. The water s qualification is arranged in Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/ IX/1990 about the requirements and water quality control. Brumbungan is one of many villages in Central Semarang that has water supply facility in poor condition. The purpose of this research is to know the factors related to physical pollution of dug well water. This research is an Explanatory Research with Cross Sectional Study design with 90 units of digging well as the populations and 47 units as sample. The Sampling technique is Simple Random Sampling. Statistic analysis using x 2 test or Chi Square with 5% significant degree. The research s result shows that the average for each physical quality parameter such as color (22,8 TCU), density (0,042 NTU) and TDS (487 mg/l) are still far bellow the allowed qualification, 50 TCU, 25 NTU and 1.500 mg/l. Digging well with poor condition is 25,5% and average is 40,4%, septic tank with poor condition is 31,9% and sewer with poor condition is 48,9%. The statistic analysis shows that there are relations between digging well s condition and sewer s condition with well water s physical quality which shows by p value for each one are 0,031 and 0,025 and there is no relation between septic tank condition with well water s physical quality with p value 0,696. Keywords : Digging well, Physics quality, Septic tank, Sewer ABSTRAK Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk keperluan minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya. Persyaratan kualitas air diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Kelurahan Brumbungan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Semarang Tengah memiliki kondisi sarana penyediaan air bersih kurang baik atau belum memenuhi persyaratan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan pencemaran air sumur secara fisik. Penelitian ini adalah explanatory research dengan desain cross sectional study. Populasi sebesar 90 unit sumur gali yang dilengkapi pompa dengan sampel sebanyak 47 unit sumur gali yang dilengkapi dengan pompa. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Analisa statistik menggunakan uji X 2 atau Chi Square dengan derajat kemaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dari parameter kualitas fisik yaitu warna (22,8 TCU), kekeruhan (0,042 NTU) dan TDS (487 mg/l) masih jauh dibawah nilai ambang batas 141

JURNAL VISIKES - Vol. 11 / No. 2 / September 2012 yang diperbolehkan yaitu, 50 TCU, 25 NTU dan 1.500 mg/l. Tetapi nilai tertinggi untuk warna yaitu 76 TCU melebihi nilai ambang batas dengan selisih 26 TCU. Kondisi sumur yang buruk 25,5% dan yang sedang 40,4%, kondisi septic tank yang buruk 31,9% dan kondisi SPAL yang buruk 48,9%. Analisa statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara kondisi sumur dan kondisi SPAL dengan kualitas fisik air sumur yang ditunjukkan dengan p value masing-masing 0,031 dan 0,025 dan tidak ada hubungan antara kondisi septic tank dengan kualitas fisik air sumur dengan p value 0,696. Kata Kunci : sumur gali, kualitas fisik, septic tank, saluran pembuangan air limbah PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. 1 Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan tersebut dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran air. Limbah industri dan rumah tangga juga memberikan andil dalam mencemarkan air yang akan dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan yang lain 2. Kondisi penyediaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat di Indonesia masih belum memuaskan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Masih banyak air yang dihasilkan dari sarana penyediaan air bersih tidak memenuhi syarat baku mutu air bersih karena mengalami pencemaran. 3 Tidak semua sarana air bersih memiliki resiko pencemaran yang sama, tetapi tergantung dari ada tidaknya sumber pencemar di dekat sarana air bersih tersebut. Sumber pencemaran dapat berupa jamban/ WC, septic tank, kolam, selokan atau saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan sebagainya. Dengan terkontaminasinya air bersih tersebut, maka akan berpengaruh pada kualitas fisik air tersebut, khususnya warna, bau, kekeruhan dan endapan terlarut (TDS). 3 Sumur merupakan salah satu sarana untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat yang memanfaatkan air tanah hasil resapan/ infiltrasi air hujan sehingga rawan terjadi pencemaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan terhadap kualitas air sumur, baik kualitas fisik, kimia dan bakteriologisnya. Sumur yang terletak di dekat sumber pencemaran seperti pembuangan sampah, pembuangan tinja, industri kecil, saluran pembuangan air limbah, dan lain-lain, kemungkinan besar akan tercemar oleh bahan/zat yang berasal dari sumber pencemar tersebut. 3 Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004, jumlah penduduk yang memanfaatkan air bersih di Kota Semarang yaitu perpipaan/ PDAM sebanyak 636.780 jiwa (48,58%), sumur pompa sebanyak 105.840 jiwa (7,70%), sumur gali sebanyak 385.480 jiwa (28,06%), mata air sebanyak 36.900 jiwa (2,668%), lain-lain sebanyak 169.209 jiwa (12,92%). Sehingga prosentase cakupan pelayanan air bersih menurut penduduk dengan sarana air bersih sebesar 88,15% dan bukan sarana air bersih 11,58%. 4 Pada tahun 2010 jumlah KK yang memiliki persediaan air bersih sebanyak 82.448 KK (71,52%) dari 115.286 dari KK yang diperiksa. Sedangkan dari KK yang diperiksa, yang layak sehat 61.595 KK. 5 142

Selain itu, kondisi sanitasi di Kota Semarang memang belum bisa dikatakan baik karena saat ini kota Semarang menduduki kota terburuk nomor dua dalam hal sanitasi di Jateng. Dari 177 kelurahan di Kota Semarang, 36 persen di antaranya atau sekitar 60 kelurahan bersanitasi buruk. 6 Wilayah RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah dijadikan lokasi penelitian dengan pertimbangan letaknya di tengah kota Semarang dengan keadaan wilayah yang padat dengan pemukiman penduduk dan banyak sumber pencemaran seperti septic tank dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL). Sebagian besar masyarakatnya masih bergantung pada sumur untuk sarana penyediaan air bersih. Seiring bertambahnya waktu dan pertumbuhan ekonomi, wilayah Kelurahan Brumbungan semakin padat dan lahan pekarangan semakin sedikit bahkan hanya beberapa rumah saja yang memiliki pekarangan. Padatnya rumah di Kelurahan Brumbungan menyebabkan sulitnya mendapatkan air bersih yang layak karena rumah penduduk yang berhimpitan dan sempit (lebar rumah kebanyakan hanya 3 meter) sehingga sumur rawan tercemar oleh SPAL dan septic tank. Selain itu masyarakat juga mengeluh bahwa air sumur mereka yang merupakan sumber air bersih untuk kegiatan sehari-hari keruh, banyak endapan dan berbau tidak sedap sehingga mereka tidak lagi menggunakan air sumur untuk minum dan memasak. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, warga membeli air yang dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM )yang dijual oleh pedagang air keliling dan hanya sebagian kecil masyarakat saja yang melakukan pemasangan instalasi PDAM karena warga enggan untuk melakukan pemasangan saluran air PDAM. Warga yang memasang instalasi PDAM mayoritas tetap menggunakan air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, mencuci bahan makanan dan peralatan makan dan menyikat gigi. Jadi air PDAM hanya digunakan oleh warga untuk minum dan memasak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas fisik air sumur di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah. METODE Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) karena hubungan antara variabel kondisi fisik sumur, kondisi septic tank, dan SPAL dengan variabel kualitas fisik air sumur dijelaskan melalui pengujian hipotesis. Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu data atau informasi yang diperoleh berupa hasil observasi/ pengamatan langsung dan hasil pengukuran diperoleh dalam satu waktu. 7 Kondisi fisik sumur, kondisi septic tank, dan SPAL dinilai dengan observasi dan wawancara dengan pemilik rumah. Kualitas fisik air sumur diukur bersadarkan warna, bau, kekeruhan dan TDS, sampel air sumur yang diperiksa memenuhi syarat baku mutu air secara fisik berdasarkan Permenkes nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Populasi penelitian ini adalah sumur gali yang ada di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah yang berjumlah 90 sumur. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu penentuan sampel penelitian secara acak sebanyak 47 sumur. HASIL 1. Kondisi Fisik Sumur Kondisi sumur responden berdasarkan hasil observasi dan wawancara adalah sebagai Tabel 1. Berdasarkan tabel 1. di atas, diketahui bahwa yang menyebabkan tingginya potensi air sumur untuk tercemar adalah 51,1% 143

JURNAL VISIKES - Vol. 11 / No. 2 / September 2012 dinding sumur responden 3 m dari permukaan tanah tidak kedap air, 85,1% kedalaman sumur kurang dari 8 m serta 48,9% diameter sumur kurang dari 0,3 m. 2. Kondisi Septic Tank Kondisi septic tank yang dimiliki responden sebanyak 68,1% memiliki septic tank yang kedap air dan dilengkapi dengan peresapan, tetapi 23,4% septic tank tidak memiliki lubang pemeriksaan atau penghawaan, dan 17% sumur responden terlalu dekat dengan peresapan septic tank. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. 3. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Hasil observasi dan wawancara tentang kondisi saluran pembuangan air limbah dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan deskripsi pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa penyebab tingginya Tabel 1. Kondisi Fisik Sumur di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah Tabel 2. No. 144 Kondisi Septic Tank di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah Kondisi Septic Tank 1 Dilengkapi dengan lubang pemeriksaan/penghawaan Ya Tidak Total f % f % f % 36 76,6 11 23,4 47 100 2 Jarak peresapan 10 m 39 83,0 8 17,0 47 100 3 Kedap air 32 68,1 15 31,9 47 100 4 Dilengkapi dengan peresapan 32 68,1 15 31,9 47 100 Tabel 3. Kondisi SPAL di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah No. Kondisi SPAL Ya Tidak Total f % f % f % 1 Sering dibersihkan 46 97,9 1 2,1 47 100 2 SPAL tertutup kedap air 41 87,2 6 12,8 47 100 3 SPAL terbuka kedap air 14 29,8 33 70,2 47 100 4 Aliran lancar 47 100 0 0 47 100 5 Jarak SPAL terdekat 10 21,3 37 78,7 47 100 dengan sumur 10 m

potensi SPAL untuk mencemari air sumur adalah jaraknya dengan sumur kurang dari 10 m (78,7%) dan SPAL terbuka yang tidak kedap air (70,2%). 4. Kualitas Fisik Air Sumur Kualitas fisik air sumur responden dilihat berdasarkan parameter warna, bau, kekeruhan dan Total Disolved Solute (TDS). Dari tabel 4. diketahui bahwa penyimpangan terjadi pada warna (8,5%) dan bau (53,2%), kekeruhan dan TDS air sumur tidak melebihi nilai NAB yang ditentukan. Tabel 4. Kualitas Fisik Air Sumur di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah No. Variabel Kualitas Fisik Air TMS MS Total Sumur f % f % f % 1 Warna 4 8,5 43 91,5 47 100 2 Bau 25 53,2 22 46,8 47 100 3 Kekeruhan 0 0 47 100 47 100 4 0 0 47 100 47 100 TDS (Total Dissolved Solid) TMS : Tidak Memenuhi Syarat MS : Memenuhi Syarat Tabel 5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sumur Kualitas Fisik Air Sumur Kondisi Sumur TMS MS Total f % f % F % Buruk 8 66,67 4 33,33 12 100 Sedang 14 73,68 5 36,32 19 100 Baik 5 31,25 11 68,75 16 100 p = 0,031 < α = 0,05, Ho ditolak, ada hubungan Tabel 6. Hubungan antara Kondisi Septic Tank Kualitas Fisik Air Sumur Kondisi Septic Total TMS MS Tank f % F % F % Buruk 8 53,33 7 46,67 15 100 Baik 19 59,37 13 40,63 32 100 p = 0,696 > α = 0,05, Ho diterima, tidak ada hubungan Tabel 7. Hubungan antara Kondisi SPAL Kualitas Fisik Air Sumur Kondisi SPAL TMS MS Total f % F % F % Buruk 17 73,91 6 26,09 23 100 Baik 10 41,67 14 58,33 24 100 p = 0,025 < α = 0,05, Ho ditolak, ada hubungan 145

JURNAL VISIKES - Vol. 11 / No. 2 / September 2012 5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sumur Hubungan antara kondisi sumur dengan kualitas fisik air sumur dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan pada tabel 5. terlihat dari 12 responden yang kondisi sumurnya buruk, 8 diantaranya mempunyai kualitas fisik air sumur yang tidak memenuhi syarat, sedangkan dari 19 reponden yang kondisi sumurnya sedang, 14 diantaranya mempunyai kualitas fisik air sumur yang tidak memenuhi syarat, dan dari 16 responden yang kondisi sumurnya baik, hanya 5 yang kualitas fisiknya tidak memenuhi syarat. Tidak semua kondisi fisik sumur yang baik mempunyai kualitas fisik sumur memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena faktor yang mempengaruhi selain kondisi sumur, seperti kondisi SPAL. Setelah diuji secara statistik diperoleh p value 0,031 < 0,05, berarti ada hubungan antara kondisi sumur dengan kualitas fisik air sumur. 6. Hubungan antara Kondisi Septic Tank Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 25 responden yang kondisi septic tank-nya buruk, 8 diantaranya mempunyai kualitas fisik air sumur yang tidak memenuhi syarat, sebaliknya dari 32 responden yang kondisi septic tank-nya sudah baik, hanya 13 yang memiliki kualitas fisik air sumur yang memenuhi syarat. Setelah diuji secara statistik diperoleh p value 0,696 > 0,05, yang berarti tidak ada hubungan antara kondisi septic tank dengan kualitas fisik air sumur. 7. Hubungan antara Kondisi SPAL Hubungan antara kondisi SPAL dengan kualitas fisik air sumur dapat dilihat dari distribusi frekuensi Tabel 7. Sebanyak 23 responden yang memiliki SPAL yang buruk, 17 diantaranya memiliki kualitas fisik air sumur yang tidak memenuhi syarat, sedangkan pada 24 responden yang memiliki SPAL yang baik, hanya 10 yang memiliki kualitas fisik air sumur yang tidak memenuhi syarat. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh p value 0,025 < 0,05, yang berarti ada hubungan antara kondisi SPAL dengan kualitas fisik air sumur. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sumur Warga di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah menggunakan sumur sebagai sarana utama penyediaan air bersih untuk penggunaan sehari-hari kecuali untuk memasak dan minum.berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan laboratorium terhadap air sumur responden menunjukkan bahwa 57,4% tidak memenuhi syarat karena ada penyimpangan pada bau dan atau warna. Bau yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah bau selokan dan warna air sampel keruh kecoklatan. Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuhtumbuhan. Sedangkan bau dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta adanya gas seperti H 2 S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu. 1 8Selain itu penggunaan tandon untuk menampung air sebelum digunakan dapat meningkatkan endapan yang ada di air sampel. Faktor yang berhubungan dengan kualitas fisik air sumur pada penelitian ini yaitu kondisi fisik sumur adalah dinding sumur 3 m dari permukaan tidak kedap air, kedalaman sumur kurang dari 3 m serta diameter sumur kurang dari 0,3 m. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur gali agar memenuhi syarat kesehatan adalah dinding sumur 3 meter bagian atas harus dibuat dari tembok yang kedap air, agar rembesan air permukaan yang 146

tercemar tidak masuk ke dalam sumur. 9 Dari hasil observasi dan wawancara, 51,1% dinding sumur bagian atas tidak kedap air walaupun bahan yang digunakan kedap air yaitu beton cetak yang mengakibatkan zatzat pencemar dapat masuk ke dalam sumur dengan mudah. Hal ini dikarenakan pada sambungan antar beton cetak tidak dibuat kedap air bahkan beberapa sengaja dilubangi agar dapat menyerap air lebih banyak. Syarat berikutnya adalah kedalaman sumur lebih dari 8 m. 9 Kedalaman 5 15 m dari permukaan tanah termasuk dalam air tanah dangkal. Air tanah dangkal belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran masih ada. Pencemaran lingkungan sangat cepat pengaruhnya terutama terhadap air tanah dangkal karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. 10 Dari hasil observasi dan wawancara diketahui 85,1% sumur kedalamannya hanya antara 4 6 meter saja dengan alasan pada kedalaman tersebut airnya sudah cukup banyak. Kondisi sumur seperti dinding sumur, kedalaman sumur, diameter sumur, tertutup atau tidak, dapat menyebabkan tingginya potensi sumur tersebut untuk tercemar. Apabila dalam pembuatan sumur gali tidak benar-benar diperhatikan peletakannya akan memungkinkan terkena pencemaran. Menurut Sutrisno (1996) untuk mengurangi pencemaran air sumur dari sumber pencemar, maka konstruksi sumur harus diperhatikan seperti dinding sedalam 3 m harus kedap air, lantai kedap air dengan radius 1 m. Tanah di sekitar sumur diberi lantai kedap air dengan radius 1 1,5 m agar air permukaan tidak masuk. Sumur ditutup rapat untuk mencegah masuknya zat-zat pencemar. Dasar sumur diberi kerikil agar tidak keruh. 9 Hasil observasi dari 47 sumur, semuanya sudah memiliki lantai rapat air di sekitar sumur dan hanya satu sumur saja yang permukaannya tidak ditutup rapat serta ada 35 sumur yang dasar sumurnya diberi kerikil. Masyarakat yang jarak antara sumur dengan SPAL kurang dari 11 m, diharapkan memperbaiki konstruksi sumurnya seperti menambah dinding sumur yang kedap air sehingga potensi sumur tersebut untuk tercemar lebih kecil. 2. Hubungan antara Septic Tank dengan Kualitas Fisik Air Sumur Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui bahwa 31,9% responden kondisi septic tank yang dimiliki masih buruk, tetapi hanya 17,0% yang kualitas fisik air sumurnya tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 68,1% responden yang kondisi septic tanknya baik hanya 27,7% yang kualitas fisik air sumurnya memenuhi syarat. Upaya untuk mencegah pencemaran air sumur secara bakteriologis adalah septic tank dan peresapannya harus berjarak minimal 11 m. 11 Dari hasil observasi dan wawancara, 31,9% septic tank responden tidak kedap air karena tidak dilengkapi dengan peresapan atau peresapan dan septic tank jadi satu dan 17% peresapan septic tanknya berjarak kurang dari 10 m. Secara teori seharusnya kondisi septic tank, sebagai salah satu sumber pencemar, dapat mempengaruhi kualitas air baik secara fisik maupun biologis, tetapi dari hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kondisi septic tank dengan kualitas fisik air sumur di RW 3 Kelurahan Brumbungan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti porositas tanah dan permeabilitas tanah di wilayah RW 3 Kelurahan Brumbungan atau musim dan curah hujan, karena penelitian dilakukan pada saat musim penghujan. Pencemaran air selain dipengaruhi oleh jarak sumber air dari sumber pencemar, kondisi fisik sumur, konstruksi septic tank dan kondisi SPAL, juga dipengaruhi oleh kondisi geografis, jenis, permeabilitas dan porositas 147

JURNAL VISIKES - Vol. 11 / No. 2 / September 2012 tanah, musim, pergerakan air tanah, serta curah hujan. 12 3. Hubungan antara Kondisi SPAL Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 responden, 48,9% memiliki kondisi SPAL yang buruk dan 36,2% kulitas fisik air sumurnya tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada 51,1% responden yang kondisi SPALnya baik, 21,3% tidak memenuhi syarat kualitas fisik air sumur. Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kondisi SPAL yang buruk dapat meningkatkan potensi tercemarnya air sumur. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berpotensi tinggi menyebabkan pencemaran air sumur yaitu SPAL terbuka tidak kedap air dan jaraknya dari sumur kurang dari 10 m. SPAL yang tidak kedap air dan berjarak kurang dari 11 m mempermudah masuknya zat pencemar ke sumur-sumur di sekitarnya. Syarat SPAL yang sehat antara lain tidak mencemari sumber air bersih; tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk; tidak menimbulkan bau; tidak menimbulkan becekbecek atau pemandangan yang tidak menyenangkan. 13 Dari hasil observasi diketahui bahwa 70,2% SPAL kota di RW 3 Kelurahan Brumbungan tidak kedap air sehingga berpotensi tinggi untuk mencemari sumur di sekitarnya yang 78,7% jaraknya kurang dari 10 m. Padahal semakin dekat jarak sumur gali dengan sumber pencemar makin besar kemungkinan resiko terjadinya pencemaran. Seharusnya pihak Dinas Kesehatan Kota memantau pengadaan sarana sanitasi yang ada di masyarakat untuk mengetahui berapa banyak sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan dan berapa yang tidak memenuhi syarat. Bila ada sarana sanitasi kota seperti SPAL kota yang tidak memenuhi syarat kesehatan, seharusnya Dinas Kesehatan Kota bekerja sama dengan dinas terkait untuk memperbaiki sarana sanitasi tersebut agar memenuhi syarat kesehatan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pencemaran air sumur adalah dinding sumur 3 m dari permukaan tidak kedap air, kedalaman sumur kurang dari 8 m, diameter sumur kurang dari 0,3 m, SPAL kota tidak kedap air serta SPAL terlalu dekat dengan sumur. Hal-hal di atas dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki konstruksi sumur, menjauhkan sumber pencemar dari sumur. Jika kedua hal tersebut sulit untuk dilakukan maka dapat dilakukan perbaikan kualitas air dengan cara penambahan tawas atau melakukan filtrasi sebelum menggunakan air tersebut. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa : 1. Sumber pencemar air sumur di RW 3 Kelurahan Brumbungan adalah dinding sumur 3 m dari permukaan tidak kedap air, kedalaman sumur kurang dari 8 m serta diameter sumur kurang dari 0,3 m, SPAL kota yang tidak kedap air, jarak SPAL yang terlalu dekat dengan sumur, septic tank yang dekat dengan sumur, 2. Kondisi fisik sumur yang buruk sebanyak 25,5% dan kualitas sedang sebanyak 40,4% dari 47 sumur yang diteliti. Kondisi septic tank yang buruk mencapai 31,9%, sedangkan kondisi SPAL yang buruk mencapai 48,9%. 3. Kualitas fisik air sumur pada 47 responden di RW 3 Kelurahan Brumbungan Kecamatan Semarang Tengah diketahui 27 (57,4%) mempunyai kualitas fisik yang tidak memenuhi syarat karena berbau dan warna > 50 TCU (True Color Unit). 4. Faktor yang berhubungan dengan kualitas fisik air sumur adalah kondisi fisik sumur dan kondisi SPAL. 148

SARAN Berdasarkan hasil yang ditemukan maka disarankan bagi masyarakat agar melakukan pengurasan apabila air sumur mengalami pencemaran berat. Memberi tawas pada sumur yang berfungsi untuk menurunkan TDS, TSS dan kekeruhan. Melakukan filtrasi sebelum menggunakan air sumur untuk memperbaiki kualitas air sumur. DAFTAR PUSTAKA 1. Effendi, Hefni, Telaah Kualitas Air, Kanisius, Yogyakarta, 2002 2. Sitepoe, Mangku, Air Untuk Kehidupan, Grasindo, Jakarta, 1997 3. Anonim, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional tahun 2000-2004, Sinar Grafika, 2001 4. Dinkes Kota Semarang, Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004, Dinkes Kota Semarang, 2004. 5. Dinas Kesehatan Kota Semarang, Priosil Kesehatan Tahun 2010, dinkeskotasemarang.files.wordpress.com.../ profil-kesehatan-kota-semara...diakses, Maret 2011. 6. Anonim, Sanitasi di Semarang Terburuk Ke-2, Semarang: Wawasan, 2010. 7. Notoatmodjo, Soekidjo, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 1998. 8. Hanum, Farida, Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum, Sumatera Utara: Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, 2002. 9. Totok Sutrisno dan Eni Suciastuti, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta, 1996 10. Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta 1997. 11. Slamet Ryadi, Pencemaran Air Dasar- Dasar dan Pokok-Pokok Penanggulangannya, Karya Anda, Surabaya, 1984. 12. Mukono, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya, 2000. 13. Anonim, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Departemen Kesehatan, Jakarta 2001 149