BAB I PENDAHULUAN. bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. karena instansi-instansi yang terlibat kurang koordinasi satu sama lain. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dukungan dana. Pemerintah memprioritaskan menggunakan dana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang. dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

EVALUASI TERHADAP POTENSI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Pemda Kabupaten Klaten)

karena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara. sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaaan.

dalam penulisan ini khususnya properti.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual. Masyarakat seperti ini akan tercapai dengan dihapuskannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. instan tanpa memperdulikan adanya norma yang sudah diatur Negara, maka

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. bermukim, tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi masyarakat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1984 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengakibatkan tingkat persaingan disektor industri semakin ketat,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

PELAYANAN PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DITINJAU DARI PENEGAKAN HUKUM DI KANTOR SAMSAT KLATEN. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Di era modernisasi ini banyak terjadi perubahan dalam bidang ilmu sosial, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan dearah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. MPR No.IV/MPR/1973 tentang pemberian otonomi kepada Daerah. Pemberian

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan sebuah Negara sangat ditentukan dari sektor perindustrian, tak terkecuali juga di Indonesia. Pertumbuhan industri di Indonesia dimulai pada tahun 1967, sedangkan industri-industri sebelum periode tersebut merupakan warisan zaman penjajahan. Pembangunan industri di Indonesia ditandai dengan diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Latar belakang pembangunan industri adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yaitu ada upaya memproduksi besar-besaran kebutuhan dasar 1. Kebutuhan dasar masyarakat harus dipenuhi dalam waktu sesingkat-singkatnya. Tujuan pembangunan nasional ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila, serta bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya. Maka landasan pelaksanaan Pembangunan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Di samping itu pelaksanaan pembangunan sekaligus harus menjamin pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai rasa keadilan, dalam rangka mewujudkan keadilan sosial sehingga di satu pihak pembangunan itu tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan produksi, melainkan sekaligus mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan 1 Perdana Ginting, 2009, Perkembangan industri Indonesia menuju Negara industri, Yrama Widya, Bandung, hal 11 1

miskin 2. Dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional diperlukan perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan perindustrian dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri. Pemerintah telah menghasilkan suatu produk hukum yang khusus mengatur hal-hal mengenai sangkut paut dengan industri, yaitu Undang- Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian. Pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri telah diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 Pasal 7, yaitu Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pemgembangan terhadap industri, untuk: 1. Mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna; 2. Mengembangankan persaingan yang lebih baik dan sehat serta mencegah persaingan yang tidak jujur; 3. Mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat; Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa pengaturan kewenangan perindustrian pada hakekatnya untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata. Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut, Pemerintah melakukan beberapa kegiatan yang salah satunya untuk mendorong laju perkembangan perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia. 2 Konsideran UU NO 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian 2

Krisis moneter dengan ditandai kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan jatuh tempo pembayaran utang luar Negeri yang mengakibatkan inflasi. Sehingga rezim orde baru berakhir dengan lengsernya Presiden Soeharto, yang kemudian menjadi awal reformasi. Salah satu hasilnya dari reformasi adalah otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka kewenangan daerah akan sedemikian kuat dan luas sehingga diperlukan suatu peraturan perundang-undangan yang ketat untuk menghindari ketidakteraturan pengaturan kewenangan dalam era otonomi daerah yang telah dirubah dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Perubahan mendasar yang terjadi adalah mengubah pola hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, yang bertujuan mendekatkan pemerintahan dengan rakyatnya. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan atau mendekatkan antara pemberi layanan dan penerima layanan, akan meningkatan kualitas layanan kepada masyarakat 3. Di DIY secara umum perkembangan industri yang terjadi pasca otonomi daerah sangat pesat, dengan ditandai berdirinya beberapa industri baik di bidang jasa maupun barang. Pendirian industri tidak lagi melalui izin Pemerintah Pusat melainkan bisa langsung ke Pemerintah Daerah. Realitas yang terjadi adalah ekspansi modal asing yang langsung masuk ke setiap daerah-daerah di Indonesia.dengan melakukan investasi berupa penanaman modal. Pengaturan kewenangan di dalam UU No 5 Tahun 1984 belum bisa mengatur lebih terperinci mengenai pengaturan kewenanangan industri pasca 3 D. Juliantara., Gregorius Sabdan., Willy R. Tjandra, 2006. Desentralisasi Kerakyatan (Gagasan dan Praktis), Pondok Edukasi, Yogyakarta, hal 9 3

otonomi daerah. Sehingga tidak terjadi pemerataan ekonomi di tiap-tiap daerah di Indonesia. Karena itu penulis mengangkat judul usulan penelitian hukum mengenai PENGATURAN KEWENANGAN BIDANG PERINDUSTRIAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DIY (KOTA YOGYAKARTA & KABUPATEN SLEMAN) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta & Kabupaten Sleman)? 2. Persoalan apa saja yang muncul dalam pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta & Kabupaten Sleman) dan solusinya? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta & Sleman) dan persoalanpersoalan terkait juga solusinya. 4

D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peraturan hukum yang terkait dengan industri. 2. Memberikan masukan bagi Kementrian Perindustrian dalam rangka pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah. 3. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam rangka pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah. 4. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Sleman dalam rangka pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penyusunan laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli penulis. Menurut sepengetahuan penulis, judul dan rumusan masalah mengenai PENGATURAN KEWENANGAN BIDANG PERINDUSTRIAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DIY (KOTA YOGYAKARTA & KABUPATEN SLEMAN) belum ada yang meneliti dan bukan merupakan duplikasi / plagiasi dari penelitian penulis lain. 5

F. Batasan Konsep 1. Kewenangan. Kamus Bahasa Indonesia mengartikan kewenangan sebagai kekuasaan yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Kewenangan di sini berkaitan dengan kewenangan pengaturan di bidang industri. Kewenangan pengaturan dapat dilihat pada Pasal 1 PP No 17 Tahun 1986 Tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan, dan Pengembangan Industri, yaitu; a) Kewenangan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan Industri berada di tangan Presiden yang pelaksanaannya dilaksanakan kepada Menteri Perindustrian. b) Kewenangan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) meliputi perumusan dan penetapan kebijaksanaan di bidang pembangunan industri. c) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Menteri Perindustrian selalu memperhatikan petunjuk dan menyampaikan laporan berkala kepada Presiden. Penulisan ini terbatas pada pengaturan kewenangan perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogya & Sleman). 2. Perindustrian dan Industri. Perindustrian adalah semua yang berkaitan dengan industri. Banyak kegiatan/usaha disebut industri, seperti: industri barang & jasa, pariwisata, pendidikan, dan lain-lain. Industri adalah semua kegiatan 6

ekonomi berupa pengolahan barang menjadi bernilai lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk rancang bangung. Dalam penulisan ini terbatas pada pengaturan kewenangan perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogya & Sleman). 3. Otonomi daerah. Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai hak, kewajiban dan wewenang yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Penulisan ini terbatas pada pengaturan kewenangan perindustrian pasca otonomi daerah Kabupaten Sleman. 7

G. Metode Penelitian. 1. Jenis penelitian : Penelitian lapangan dan bersifat normatif Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan langsung ke lokasi penelitian yaitu PEMDA Kotamadya Yogyakarta dan PEMDA Kabupaten Sleman. 2. Sumber data : a. Data primer; yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara yang diperoleh secara langsung tentang obyek yang diteliti. b. Data sekunder; 1. Bahan hukum primer; a) Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. b) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. c) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. d) Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan, Pengaturan, Pembinaan, Dan Pengembangan Industri. e) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup. 2. Bahan hukum sekunder; 8

a) Data yang diperoleh dari kepustakaan berupa bukubuku yang berkaitan dengan pengaturan kewenangan perindustrian pasca otonomi daerah b) Data yang diperoleh dari internet yang berkaitan dengan pengaturan kewenangan perindustrian pasca otonomi daerah. 3. Metode pengumpulan data : a. Metode interview (wawancara) Yaitu cara pengumpulan data melalui proses memperoleh tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara si penanya dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat interview guide atau panduan wawancara. b. Studi pustaka Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari kepustakaan baik berupa buku-buku, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah yang bersangkutan serta majalah, surat kabar dan artikel media elektronik yang berkaitan dengan masalah-masalah penelitian dengan cara membaca dan mempelajari bahan-bahan tersebut. 4. Lokasi : Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. 5. Responden dan Narasumber : a. Pemerintah Kotamadya Yogyakarta. b. Pemerintah Kabupaten Sleman. 9

c. Kepala Dinas Perijinan Kotamadya Yogyakarta. d. Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Sleman. e. Kepala Dinas Perindustrian Kotamadya Yogyakarta. f. Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Sleman. 6. Metode analisis data : Metode analisis yang digunakan dalam penelitian empiris adalah metode kualitatif, yaitu hal yang dinyatakan responden atau narasumber baik secara tertulis maupun lisan dan juga perilaku nyata yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. 4 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1986, Penerbit Universitas Indonesia(UI- Press), Jakarta, Hal 32. 10