BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

Irigasi dan Bangunan air 1 EVAN MESI/ F

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Algoritma Pemrograman 2C

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

ANALISIS EFEKTIVITAS KAPASITAS SALURAN IRIGASI D.I. KARANGNANGKA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

BAB III METODA ANALISIS

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

BAB III METODE ANALISIS

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI...

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

BAB IV METODOLOGI. Pengumpulan Data: Pengolahan Data. Perencanaan. Gambar 4.1 Metodologi

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, saluran tertutup, hidrostatik, hidraulika. vii Universitas Kristen Maranatha

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN EMBUNG UNTUK KEPERLUAN IRIGASI DI DAERAH BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, permukaan, atmosfir, parameter, variasi, penampang. vii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

EFEKTIFITAS SALURAN INDUK DAN SEKUNDER KANAN D.I KEDUNGLIMUS ARCA

Pengenalan Algoritma

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

ABSTRAK. Kata kunci: profil aliran, proyek, aplikasi, data. Universitas Kristen Maranatha

Studi Optimalisasi Saluran Sekunder Reijam Kabupaten Karawang menggunakan Perangkat Lunak HECRAS

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN LAHAN POTENSIAL DI DAERAH IRIGASI SUBAN, BERDASARKAN POLA TANAM DAN KEBUTUHAN AIR

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang. Peningkatan produktifitas tanaman dapat dilakukan dengan cara

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17,

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

ACARA BIMBINGAN TUGAS

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

BINA SARANA INFORMATIKA

STUDI POLA PEMBERIAN AIR IRIGASI BERDASARKAN FAKTOR JARAK SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH IRIGASI KEDUNGKANDANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, manfaat komputer sudah dirasakan oleh banyak orang. Komputer pada

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan pembuatan program, b. Pengumpulan data. Data akan digunakan dalam perhitungan manual untuk dijadikan sebagai pembanding hasil program. Selain itu data juga akan digunakan sebagai data input pada program, c. Memodelkan penampang saluran ekonomis yang akan digunakan dalam perhitungan program, d. Menterjemahkan pemodelan penampang saluran ekonomis ke dalam bahasa program, e. Validasi hasil perhitungan program dengan perhitungan manual, jika hasil yang dicapai belum memenuhi syarat (selisih < 1x10-04 ) maka dilakukan perbaikan terhadap program. Tetapi apabila hasil yang dicapai sudah sesuai syarat dengan hasil manual, maka program dapat digunakan untuk membantu perhitungan penampang saluran ekonomis, f. Menganalisa pengaruh perubahan kekasaran permukaan saluran terhadap kecepatan rata-rata, luas penampang dan volume galian saluran, g. Pembuatan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 4

43 Pendekatan penelitian yang diatas secara garis besar dapat dilihat pada bagan alir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Mulai Literature Observation Problem identification Data Collection Best Hydraulic Section Modeling Manual Calculation Create Program Yes Program Calculation Program Validation (Δ < 1 x 10-04 ) No Yes Analysis of Influence The Manning Coefficient Changes to Channel Design Conclusion & Recommendation Selesai Gambar 3.1 Bagan Air Penelitian

44 3.. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini terdapat dua data yang akan digunakan yaitu data daerah irigasi dan data saluran. Data-data daerah irigasi akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air. Data-data daerah irigasi yang digunakan adalah luas petak (A petak ), evaporasi (ETo), perkolasi (p), curah hujan (Re), penggantian lapiran air (WLR) dan koefisien tanaman (c). Data-data daerah irigasi yang digunakan adalah data irigasi yang didapatkan dari PERUM JASA TIRTA II. Sedangkan data saluran akan digunakan untuk menghitung penampang saluran ekonomis. Data-data saluran yang digunakan adalah tipe saluran, deskripsi saluran (untuk menentukan nilai n Manning), kemiringan saluran (S), efisiensi saluran (E) dan kemiringan talut (z). 3.3. Memodelkan Penampang Saluran Ekonomis Untuk menyederhanakan perhitungan untuk mencari penampang saluran yang ekonomis maka dibutuhkan suatu perumusan model matematik. Model matematik penampang saluran ekonomis ini akan digunakan dalam perhitungan manual maupun dalam pembuatan dan perhitungan program. Model matematik penampang saluran ekonomis dapat dilihat pada persamaan dibawah ini : ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy ( S) {( ) } 1 Q = 1+ z y zy pers (3.1) n zy ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy 1 V = ( S) pers (3.) n zy ( 1+ z ) y zy A = pers (3.3)

45 ( 4y 1+ z ) zy ( 1+ z ) y zy ( 4y 1+ z ) zy ( 4y 1+ z ) ( y 1 z ) ( 1+ z ) y zy ( 4y 1+ z ) ( y 1+ z ) P = pers (3.4) R = pers (3.5) T = + pers (3.6) D = pers (3.7) 1,5 [( 1+ z ) y zy ] ( 4y 1+ z ) ( y 1+ z ) Z = pers (3.8) dimana : Q = debit saluran (m 3 /det), V = kecepatan rata-rata (m/det), A = luas penampang melintang (m ), P = keliling basah (m), R = jari-jari hidrolik (m), T = lebar puncak (m), D = kedalaman hidrolik (m), Z = faktor penampang, S = kemiringan memanjang saluran, n = koefisien kekasaran Manning, y = tinggi air/tinggi saluran (m) z = kemiringan talut.

46 3.4. Pembuatan Program 3.4.1. Bahasa Pemrograman Bahasa pemrograman, atau sering diistilahkan juga dengan bahasa komputer, adalah teknik komando/instruksi standar untuk memerintah komputer. Bahasa pemrograman ini merupakan suatu set aturan sintaks dan semantik yang dipakai untuk mendefinisikan program komputer. Bahasa ini memungkinkan seorang programmer dapat menentukan secara persis data mana yang akan diolah oleh komputer, bagaimana data ini akan disimpan/diteruskan, dan jenis langkah apa secara persis yang akan diambil dalam berbagai situasi. Untuk pembuatan program ini digunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 005. Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat event driven dan menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program aplikasi berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman Common Object Model (COM). Karena Microsoft Visual Basic berbasis sistem Microsoft Windows, jadi program ini dapat memberikan hasil visual yang interaktif seperti tabel, grafik dan gambar.

47 3.4.. Algoritma Pemrograman Algoritma pemrograman merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap dari awal hingga akhir. Masalah tersebut dapat berupa apa saja, dengan catatan untuk setiap masalah, ada kriteria kondisi awal yang harus dipenuhi sebelum menjalankan algoritma. Algoritma akan dapat selalu berakhir untuk semua kondisi awal yang memenuhi kriteria, dalam hal ini berbeda dengan heuristik. Algoritma sering mempunyai langkah pengulangan (iterasi) atau memerlukan keputusan (logika Boolean dan perbandingan) sampai tugasnya selesai. Dibawah ini adalah diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan program :

48 Mulai Memasukkan Layout Skema Irigasi Memasukkan Data Skema Irigasi Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah Menghitung Kebutuhan Air Bersih perpetak Menghitung Penampang Saluran Selesai Gambar 3. Diagram Alir Langkah Pemrosesan Program Dari diagram alir diatas dapat dilihat bahwa dalam pemrosesan program terbagi atas 5 langkah pemrosesan, yaitu memasukkan layout skema irigasi, memasukkan data skema irigasi, menghitung kebutuhan bersih air sawah, menghitung kebutuhan air total dan menghitung penampang saluran. a. Memasukkan Layout Skema Irigasi Memasukkan layout skema irigasi dimaksudkan untuk membuat atau memodelkan dan menghubungkan objek-objek yang

49 terdapat pada suatu skema jaringan irigasi suatu daerah irigasi yang ditinjau. Data layout irigasi dapat dimasukkan secara manual pada program atau menggunakan program microsoft excel. Format data layout irigasi yang dimasukkan dapat dilihat pada lampiran C. Langkah awal yang dilakukan dalam memasukkan layout skema adalah membuat atau memodelkan objek-objek yang terdapat pada skema seperti bendung, bangunan sadap, bangunan bagi, bangunan sadap bagi, petak tersier, saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Setelah memasukkan layout skema selesai, langkah selanjutnya adalah program akan mengecek apakah semua objek sudah terhubung antara satu dengan yang lainnya. Jika semua objek telah terhubung dengan yang lain, maka memasukkan layout skema irigasi selesai. Tetap apabila terdapat objek yang belum terhubung dengan yang lain, maka program akan kembali ke langkah awal yaitu memasukkan layout skema sampai semua objek terhubung. Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan memasukkan layout skema irigasi, dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini.

50 Mulai Memasukkan Layout Objek Jaringan Irigasi : Bendung, Bangunan Bagi, Bangunan Sadap, Bangunan SadapBagi, Petak Tersier, Saluran Primer, Saluran Sekunder dan Saluran tersier Tidak Menghubungkan Layout Skema Irigasi Ya Selesai Gambar 3.3 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Memasukkan Layout Skema Irigasi b. Memasukkan Data Skema Irigasi Memasukkan data skema irigasi dimaksudkan untuk memasukkan data-data saluran. Data-data ini akan digunakan dalam perhitungan kebutuhan perhitungan saluran. Data saluran irigasi dapat dimasukkan secara manual pada program atau menggunakan program microsoft excel. Format data saluran irigasi yang dimasukkan dapat dilihat pada lampiran C. Data yang dimasukkan untuk saluran terdiri 4 data yaitu deksripsi pengerjaan saluran (pasangan atau tanpa pasangan),

51 kemiringan memanjang saluran, kemiringan talut dan efisiensi saluran. Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan memasukkan data petak saluran, dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini. Mulai Memasukkan Data : Deskripsi Pengerjaan Saluran Kemiringan Saluran Kemiringan Talut Efisiensi Saluran Selesai Gambar 3.4 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Memasukkan Data Petak Saluran c. Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah Menghitung kebutuhan bersih air sawah dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air sawah pada satu daerah irigasi yang akan ditinjau. Menghitung kebutuhan bersih air sawah dibagi dalam 5 langkah yaitu : Memasukkan data-data daerah irigasi yang terdiri dari evaporasi (ETo), perkolasi (p), curah hujan (Re), penggantian lapisan air (WLR) dan koefisien tanaman (c). Mengecek apakah data yang diatas telah dimasukkan dengan benar dan lengkap. Jika data yang dimasukkan benar dan

5 lengkap maka akan melanjutkan ke langkah selanjutnya, tetapi apabila data yang dimasukkan tidak benar dan tidak lengkap maka harus kembali ke langkah sebelumnya yaitu memasukkan data. Menghitung kebutuhan konsumtif (ETc) dari hasil kali antara koefisien tanaman dengan evapotranspirasi. Menghitung kebutuhan bersih air sawah (NFR) dari hasil penjumlahan antara kebutuhan konsumtif (ETc), perkolasi (p) dan penggantian lapisan air (WLR), kemudian hasil penjumlahan tersebut dikurangi dengan curah hujan (Re). Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan menghitung kebutuhan bersih air sawah, dapat dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini.

53 Mulai Memasukkan Data : Evaporasi (ETo), Perkolasi (P), Curah Hujan (Re), Penggantian Lapisan Air (WLR) Koefisien Tanaman (c) Tidak Mengecek Kelengkapan Data Ya Menghitung Penggunaan Konsumtif (ETc) Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah (NFR) Selesai Gambar 3.5 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah d. Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak Menghitung kebutuhan air bersih per petak dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air total per petak pada satu daerah irigasi yang akan ditinjau. Hasil perhitungan kebutuhan air bersih per petak akan digunakan sebagai debit untuk menghitung penampang saluran. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan kebutuhan air bersih per petak, yaitu: Mengambil nilai kebutuhan bersih air (NFR) sawah yang sebelumnya telah dihitung. Mengambil nilai luas area (A petak ) untuk setiap petak tersier yang telah dimasukkan.

54 Menghitung kebutuhan air bersih setiap petak dengan mengalikan kebutuhan bersih air dengan luas area (A petak ). Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan menghitung kebutuhan air bersih petak, dapat dilihat pada gambar 3.6 dibawah ini. Mulai Mengambil Nilai Kebutuhan Bersih Air (NFR) Mengambil Nilai Luas Area Menghitung Kebutuhan Air bersih per Petak Selesai Gambar 3.6 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak e. Menghitung Penampang Saluran Menghitung penampang saluran dimaksudkan untuk menghitung luas penampang ekonomis suatu saluran yang digunakan pada suatu daerah irigasi. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan penampang saluran, yaitu : Mengambil hasil perhitungan kebutuhan air bersih per petak yang akan digunakan sebagai debit petak (Q petak ). Q petak yang digunakan adalah debit maksimum pada petak yang ditinjau. Mengambil data-data saluran yang telah dimasukkan pada langkah sebelumnya untuk menunjang dalam perhitungan. Datadata yang digunakan seperti luas area (A petak ), tipe saluran, nilai

55 kekasaran saluran (n), kemiringan memanjang saluran (S), kemiringan talut (z) dan efisiensi saluran (E). Perhitungan saluran di lakukan berurutan dari saluran tersier, saluran sekunder dan kemudian saluran primer. Perhitungan saluran tersier. Dalam perhitungan saluran tersier debit rencana yang digunakan adalah jumlah kebutuhan air maksimum petak tersier yang diairi oleh saluran tersier tersebut. Perhitungan saluran sekunder. Dalam perhitungan saluran sekunder, debit rencana yang digunakan adalah jumlah debit saluran tersier dan sekunder yang diairi oleh saluran sekunder tersebut. Perhitungan saluran primer. Dalam perhitungan saluran primer debit rencana yang digunakan adalah jumlah debit saluran tersier, sekunder dan primer yang diairi oleh saluran primer tersebut. Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan menghitung saluran, dapat dilihat pada gambar 3.7 dibawah ini.

56 Mulai Mengambil Nilai Kebutuhan Air Bersih per Petak Mengambil Data-Data Saluran Menghitung Penampang Saluran Tersier Menghitung Penampang Saluran Sekunder Menghitung Penampang Saluran Primer Selesai Gambar 3.7 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Menghitung Saluran 3.5. Langkah-Langkah Perhitungan Program Langkah-langkah perhitungan program secara garis besar dapat dibagi atas 5 langkah yaitu : Langkah (1) : Memasukkan Layout Skema Irigasi Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan layout skema irigasi daerah yang ingin ditinjau. Objek-objek irigasi yang digambar dalam skema irigasi ini terdiri dari bangunan bendung, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan sadapbagi, saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan petak tersier.

57 Langkah () : Memasukkan Data Skema Irigasi Langkah kedua yaitu memasukkan data skema irigasi. Memasukkan data skema irigasi terbagi atas tahap yaitu : Tahap (a) : Memasukkan Data Petak Tersier. Data yang dimasukkan berupa luas area petak tersier (A petak ). Tahap (b) : Memasukkan Data Saluran Irigasi. Data yang dimasukkan berupa tipe saluran, diskripsi pengerjaan saluran yang akan berpengaruh kepada kekasaran saluran (n), memasukkan kemiringan saluran (S), kemiringan talut (z) dan efisiensi saluran (E). Langkah (3) : Menghitung Kebutuhan Bersih Air Irigasi Langkah ketiga yaitu menghitung kebutuhan bersih air irigasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam langkah ketiga ini yaitu : Tahap (a) : Memasukkan evaporasi tanaman (ETo) Tahap (b) : Memasukkan perkolasi (p) Tahap (c) : Memasukkan curah hujan efektif (Re) Tahap (d) : Memasukkan penggantian lapisan air (WLR) Tahap (e) : Memasukkan koefisien tanaman (c) Tahap (f): Menghitung penggunaan konsumtif (ETc) ETc = ETo c pers (3.9) Tahap (g) : Menghitung kebutuhan bersih air (NFR) NFR = ETc + P Re+ WLR pers (3.10) Langkah (4) : Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak

58 Langkah keempat yaitu menghitung kebutuhan air total per petak tersier dengan mengalikan nilai NFR yang didapat dari langkah ketiga dengan nilai luas area petak yang dimasukkan dilangkah kedua. Q = NFR pers (3.11) petak A petak Debit petak maksimum akan digunakan sebagai debit petak (Q petak ) yang akan digunakan dalam perhitungan penampang ekonomis saluran. Langkah (5) : Menghitung Penampang Saluran Langkah kelima yaitu menghitung nilai-nilai geometri penampang saluran ekonomis. Adapun tahap-tahap pada langkah kelima ini adalah : Tahap (a) : Menghitung debit rencana saluran (Q rencana ) Debit rencana (Q rencana ) saluran didapat dari hasil pembagian antara debit petak (Q petak ) dengan efisiensi saluran (E). Q petak Q rencana = pers (.14) E Tahap (b) : Menghitung tinggi air/tinggi saluran (y) Persamaan debit saluran yang terdapat pada tabel.7 dapat digunakan dalam menghitung tinggi air (y) pada saluran. ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy 1 Q = S {( 1+ z ) } y zy pers (3.1) n zy Dalam perhitungan nilai y, dilakukan iterasi sampai nilai Q iterasi sama dengan nilai Q rencana yang didapat dari tahap (a). Tahap (c) : Menghitung luas penampang saluran (A)

59 Luas penampang saluran (A) dapat dihitung dengan persamaan (.6) dengan memasukkan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) didapat dari langkah (). A = ( ) 1+ z y zy pers (.6) Tahap (d) : Menghitung keliling basah saluran (P) Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai luas penampang (A) yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (). P = A y y 1 z zy + + pers (.5) Tahap (e) : Menghitung jari-jari hidrolik (R) Jari-jari hidrolik (R) dapat dihitung dengan persamaan (.19) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan keliling basah saluran (P) yang didapat pada tahap (d). R = P A pers (.19)

60 Tahap (f) : Menghitung kecepatan aliran (V) Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai kekasaran Manning (n) yang didapat dari langkah (), nilai jari-jari hidrolik (R) yang didapat dari tahap (e) dan nilai kemiringan memanjang saluran (S) yang didapat dari langkah (). 1 n 1 R 3 V = S pers (.5) Tahap (g) : Menghitung lebar dasar (b) Lebar dasar saluran (b) dapat dihitung dengan persamaan (.17) dengan memasukkan nilai luas penampang yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (). A = ( b + zy ) y pers (.17) = by + zy by = A - zy b = A zy pers (3.1) y Tahap (h) : Menghitung lebar puncak (T) Lebar puncak saluran (T) dapat dihitung dengan persamaan (.0) dengan memasukkan nilai lebar dasar saluran (b) yang didapat dari tahap (g), nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah () dan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b). T = b + zy pers (.0)

61 Tahap (i) : Menghitung kedalaman hidrolik (D) Kedalaman hidrolik saluran (D) dapat dihitung dengan persamaan (.1) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak (T) yang didapat dari tahap (h). D = T A pers (.1) Tahap (j) : Menghitung faktor penampang (Z) Faktor penampang saluran (Z) dapat dihitung dengan persamaan (.) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak saluran (T) yang didapat dari tahap (h). Z = A 1, 5 pers (.) T Tahap (k) : Menghitung tinggi jagaan (w) Tinggi jagaan (w) didapatkan dari tabel.6 dengan menggunakan nilai debit rencana (Q rencana ). Sebelas tahap perhitungan diatas dilakukan secara terus menerus dari saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer. Dalam perhitungan saluran sekunder, nilai debit rencana didapatkan dari total debit rencana saluran tersier dan petak tersier yang dialiri. Sedangkan debit rencana saluran primer didapatkan dari total debit rencana saluran sekunder, saluran tersier dan petak tersier yang dialiri.

6 3.6. Langkah-Langkah Perhitungan Manual Langkah-langkah perhitungan manual secara garis besar dapat dibagi atas 4 langkah yaitu : Langkah (1) : Memasukkan Data Perhitungan Data perhitungan terdiri dari bagian yaitu data daerah irigasi dan data saluran. Data daerah irigasi yang dibutuhkan dalam perhitungan antara lain luas petak (A petak ), evaporasi tanaman (ETo), perkolasi (p), curah hujan (Re), penggantian lapisan air (WLR) dan koefisien tanaman (c). Sedangkan data saluran antara lain tipe saluran, deskripsi saluran (untuk menentukan nilai n Manning), kemiringan saluran (S), efisiensi saluran (E), kemiringan talut (z) dan membuat layout skema irigasi. Dalam pembuatan layout skema irigasi, hubungan saluran dan petak harus dicantumkan. Hubungan antara saluran dan petak digunakan untuk mengetahui saluran tersebut mengairi saluran dan petak yang mana saja. Langkah () : Menghitung Kebutuhan Bersih Air Irigasi Langkah kedua yaitu menghitung kebutuhan bersih air irigasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam langkah kedua ini yaitu : Tahap (a): Menghitung penggunaan konsumtif (ETc) ETc = ETo c pers (3.9) Tahap (c) : Menghitung kebutuhan bersih air (NFR) NFR = ETc + P Re+ WLR pers (3.10)

63 Langkah (3) : Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak Langkah ketiga yaitu menghitung kebutuhan air total per petak tersier dengan mengalikan nilai NFR yang didapat dari langkah kedua dengan nilai luas area petak yang dimasukkan dilangkah pertama. Q = NFR pers (3.11) petak A petak Debit petak maksimum akan digunakan sebagai debit petak (Q petak ) yang akan digunakan dalam perhitungan penampang ekonomis saluran. Langkah (4) : Menghitung Penampang Saluran Langkah keempat yaitu menghitung nilai-nilai geometri penampang saluran ekonomis. Adapun tahap-tahap pada langkah keempat ini adalah : Tahap (a) : Menghitung debit rencana saluran (Q rencana ) Debit rencana (Q rencana ) saluran didapat dari hasil pembagian antara debit petak (Q petak ) dengan efisiensi saluran (E). Q petak Q rencana = pers (.14) E Tahap (b) : Menghitung tinggi air/tinggi saluran (y) Persamaan debit saluran yang terdapat pada tabel.7 dapat digunakan dalam menghitung tinggi air (y) pada saluran. ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy 1 Q = S {( 1+ z ) } y zy pers (3.1) n zy Dalam perhitungan nilai y, dilakukan iterasi sampai nilai Q iterasi sama dengan nilai Q rencana yang didapat dari tahap (a).

64 Tahap (c) : Menghitung luas penampang saluran (A) Luas penampang saluran (A) dapat dihitung dengan persamaan (.6) dengan memasukkan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) didapat dari langkah (1). 1+ z y zy pers (.6) A = ( ) Tahap (d) : Menghitung keliling basah saluran (P) Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai luas penampang (A) yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (1). P = A y y 1 z zy + + pers (.5) Tahap (e) : Menghitung jari-jari hidrolik (R) Jari-jari hidrolik (R) dapat dihitung dengan persamaan (.19) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan keliling basah saluran (P) yang didapat pada tahap (d). R = P A pers (.19) Tahap (f) : Menghitung kecepatan aliran (V) Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai kekasaran Manning (n) yang didapat dari langkah (), nilai jari-jari hidrolik (R) yang didapat dari tahap (e) dan nilai kemiringan memanjang saluran (S) yang didapat dari langkah (1).

65 1 n 1 R 3 V = S pers (.5) Tahap (g) : Menghitung lebar dasar (b) Lebar dasar saluran (b) dapat dihitung dengan persamaan (.17) dengan memasukkan nilai luas penampang yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (1). A = ( b + zy ) y pers (.17) = by + zy by = A - zy b = A zy pers (3.1) y Tahap (h) : Menghitung lebar puncak (T) Lebar puncak saluran (T) dapat dihitung dengan persamaan (.0) dengan memasukkan nilai lebar dasar saluran (b) yang didapat dari tahap (g), nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (1) dan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b). T = b + zy pers (.0) Tahap (i) : Menghitung kedalaman hidrolik (D) Kedalaman hidrolik saluran (D) dapat dihitung dengan persamaan (.1) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak (T) yang didapat dari tahap (h). D = T A pers (.1)

66 Tahap (j) : Menghitung faktor penampang (Z) Faktor penampang saluran (Z) dapat dihitung dengan persamaan (.) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak saluran (T) yang didapat dari tahap (h). Z = A 1, 5 pers (.) T Tahap (k) : Menghitung tinggi jagaan (w) Tinggi jagaan (w) didapatkan dari tabel.6 dengan menggunakan nilai debit rencana (Q rencana ). Sebelas tahap perhitungan diatas dilakukan secara terus menerus dari saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer. Dalam perhitungan saluran sekunder, nilai debit rencana didapatkan dari total debit rencana saluran tersier dan petak tersier yang dialiri. Sedangkan debit rencana saluran primer didapatkan dari total debit rencana saluran sekunder, saluran tersier dan petak tersier yang dialiri. 3.7. Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program memenuhi syarat. Dalam validasi program, hasil perhitungan program dibandingkan dengan perhitungan manual dengan syarat selisih hasil 4 perhitungan sebesar < 1 10. Apabila hasil perhitungan program tidak memenuhi syarat, maka harus diadakan perbaikan terhadap program dan kemudian dilakukan validasi lagi sampai syarat terpenuhi.

67 3.8. Analisa Pengaruh Perubahaan Kekasaran Terhadap Desain Saluran Analisa pengaruh perubahan kekasaran permukaan saluran terhadap kecepatan, luas penampang dan volume galian saluran. Hasil yang didapat dari analisa ini adalah nilai kekasaran yang dapat digunakan sesuai dengan persyaratan pada Standar Perencanaan Irigasi. Adapun langkah-langkah dalam menganalisa perubahan kekasaran terhadap perencanaan penampang saluran yaitu : Memasukkan data saluran yang akan ditinjau, Memasukkan nilai kekasaran yang akan dianalisa terhadap saluran yang akan ditinjau, Menghitung penampang saluran dengan menggunakan nilai-nilai kekasaran yang telah ditentukan, Memeriksa kecepatan saluran untuk masing-masing nilai kekasaran yang didapat dari hasil perhitungan pada langkah sebelumnya. Kecepatan saluran akan diperiksa apakah memenuhi syarat kecepatan maksimum dan minimum yang diijinkan pada Standar Perencanaan Irigasi. Menentukan desain saluran yang memiliki nilai kekasaran yang sesuai dengan syarat pada Standar Perencanaan Irigasi. Diagram alir yang digunakan dalam menganalisa pengaruh perubahan kekasaran permukaan saluran terhadap desain saluran, dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah ini.

68 Mulai Memasukkan Data Saluran Memasukkan Nilai Kekasaran Manning Menghitung Penampang Saluran Tidak Memeriksa Kecepatan Saluran (V < Vmaks & V > Vmin ) Ya Menentukan Desain Saluran Dengan Nilai Kekasaran Yang Optimal Selesai Gambar 3.8 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Analisa Pengaruh Perubahan Kekasaran Saluran Terhadap Desain Saluran