PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPOLISIA TENTANG PROSEDUR PIDANA. pidana. Peraturan...

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KALTIM NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN DALAM PEMBERIAN SP2HP

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793); MEMUTUSK

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERBANKAN (14)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (20)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEJAHATAN ANTAR WILAYAH (12)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGREN POLRES LOMBOK BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

2 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tenta

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

2 Republik Indonesia tentang Pengawasan dan Pemeriksaan Khusus di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)


SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM

PERATURAN DIREKTUR INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 D

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MADIUN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI PERSONEL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Transkripsi:

1 PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas untuk membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dan dalam pelaksanaannya didukung oleh fungsi Indonesia Automatic Fingerprint Indentification System, fungsi Laboratorium Forensik, Fungsi Pusat Informasi Kriminal Nasional, fungsi Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil serta fungsi Pengawasan Penyidikan dalam rangka penegakan hukum; b. bahwa dalam penyelenggaraan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terlebih dahulu dilakukan perencanaan penyelidikan dan penyidikan dalam rangka terlaksananya kegiatan penyelidikan dan penyidikan secara profesional dan akuntabel; c. bahwa dalam upaya pembuatan perencanaan penyelidikan dan penyidikan secara baik dan benar, diperlukan pedoman tentang standar operasional prosedur perencanaan penyidikan tindak pidana; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Standar Operasional Prosedur Perencanaan Penyidikan Tindak pidana di Lingkungan Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Mengingat...

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP); 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Peraturan Pelaksanaan KUHAP; 5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia; 6. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2010 tentang tata cara Pembentukan Peraturan Kepolisian; 7. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA BAB I KETENTUAN UMUM, TUJUAN DAN PRINSIP Bagian Kesatu Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Perencanaan..

3 1. Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. 2. Perencanaan penyelidikan adalah suatu kegiatan membuat tujuan Penyelidikan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana kegiatan untuk mencari dan menemukan tindak pidana atau untuk memastikan bahwa peristiwa yang terjadi adalah peristiwa pidana atau bukan; 3. Perencanaan Penyidikan adalah suatu kegiatan membuat tujuan Penyidikan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana penyidikan untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 4. Laporan Informasi adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan Undang-Undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. 5. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang bahwa akan, sedang, atau telah terjadi peristiwa pidana. 6. Anggaran Penyelidikan adalah rencana keuangan yang digunakan dalam rangka kegiatan penyelidikan meliputi tahapan penyusunan rencana kebutuhan sampai tahap pelaporan pertanggungjawaban keuangan. 7. Anggaran Penyidikan adalah rencana keuangan yang digunakan dalam rangka kegiatan penyidikan meliputi tahapan penyusunan rencana kebutuhan sampai tahap pelaporan pertanggungjawaban keuangan. 8. Rencana kebutuhan anggaran penyelidikan/penyidikan adalah suatu kegiatan penyusunan kebutuhan keuangan/rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk mendukung proses kegiatan penyelidikan/penyidikan tindak pidana. 9. Pertanggungjawaban Keuangan yang selanjutnya disingkat Perwabkeu adalah dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Backup Kegiatan adalah dukungan dari kesatuan atas berupa anggaran dan personel dalam rangka melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dengan kriteria perkara sulit, sangat sulit, menjadi perhatian publik dan atensi pimpinan Polri. 11. dukungan anggaran Kontijensi adalah dukungan anggaran yang digunakan dengan direktif Kapolri dalam rangka melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dengan kriteria perkara sangat sulit, menjadi perhatian publik dan atensi pimpinan Polri. Bagian...

4 Bagian Kedua Tujuan Pasal 2 Tujuan dari peraturan ini: a. agar Penyelidik dan Penyidik dapat menjaga konsistensi kinerja penyidikan dan dapat menyiapkan segala kebutuhan sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan; b. agar penyelidik, penyidik/tim terkait mengetahui tentang tugas, fungsi dan peranan masing-masing; c. memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari penyelidik dan penyidik/tim terkait; d. melindungi organisasi/unit kerja, penyelidik dan penyidik dari penyalahgunaan wewenang, malpraktek atau tindakan kesalahan lainnya, baik kesalahan yang bersifat teknis maupun administratif; e. untuk menghindari kegagalan, kesalahan, keraguan, duplikasi dan efisiensi dalam proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana serta kegiatan rutin dalam lingkungan Badan Reserse Kriminal Polri. Prinsip-prinsip dalam peraturan ini: Bagian Tiga Prinsip Pasal 3 a. akuntabel; mengutamakan akuntabilitas dari pembuat perencanaan penyidikan dan penyelidikan dengan melibatkan semua aspek kepentingan dan dapat dipertanggung jawabkan; b. profesional; meningkatkan kapasitas dan watak moral dari penyidik dan penyelidik sehingga dapat melaksanakan kegiatan penyidikan dan penyelidikan secara benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan teknik serta taktik penyidikan; c. responsif; meningkatkan sensitifitas penyidik dan penyelidik terhadap laporan masyarakat untuk pengungkapan suatu tindak pidana atau bukan; d. transparan; membangun kepercayaan antara para penyelidik, penyidik dan atasan penyidik serta masyarakat untuk mendapatkan akses informasi seluasluasnya dengan jaminan informasi yang akurat; e. efisien...

5 e. efisien dan efektif; dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada secara optimal dan menggunakan anggaran seminimal mungkin; f. kesamaan; mengusahakan kesamaan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penyelidikan dan penyidikan; g. rervisi; memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam rangka penegakan hukum yang profesional dan akuntabel. Fungsi SOP ini, yaitu: BAB II FUNGSI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Fungsi Pasal 4 a. untuk memperlancar tugas Penyelidik dan Penyidik/tim unit kerja; b. sebagai rambu-rambu yang harus dipahami penyidik agar tidak terjadi penyimpangan; c. mengarahkan Penyelidik dan Penyidik untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranannya secara tertib dan prosedural. d. sebagai pedoman dalam pembuatan perencanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana agar pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana serta di lingkungan Reserse Kriminal Polri terlaksana secara profesional dan akuntabel. BAB III SOP PERENCANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA Pasal 5 Standar Operasional Prosedur Perencanaan Penyelidikan tercantum dalam lampiran A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. Pasal 6 Standar Operasional Prosedur Perencanaan Penyidikan tercantum dalam lampiran B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. Pasal 7..

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYIDIKANN TINDAK PIDANA

DAFTAR ISI A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYELIDIKAN. B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYIDIKAN. C. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAJUAN RENCANA ANGGARAN DAN PERWABKU PENYELIDIKAN/PENYIDIKAN. A. STANDAR...

2 A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYELIDIKAN. 1. Tujuan SOP Perencanaan penyelidikan bertujuan sebagai pedoman standar bagi penyelidik dalam melaksanakan prosedur perencanaan penyelidikan secara profesional dan akuntabel agar kegiatan penyelidikan dapat berlangsung dengan baik dan benar sesuai dengan target yang diharapkan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan. 2. Persiapan a. Petugas 1) memiliki kompetensi dan mentalitas yang baik serta tangguh; 2) berpenampilan sesuai dengan situasi, tidak mempunyai ciriciri khusus secara fisik yang mudah dikenali; 3) menguasai perundang-undangan terkait; 4) komunikatif; 5) humanis; 6) memiliki pemahaman tentang perencanaan penyelidikan;dan 7) memahami taktik dan teknis penyelidikan. b. Peralatan 1) komputer/laptop dan perangkatnya; 2) mesin fotokopi; 3) ATK; 4) meja, kursi, lemari; 5) telepon/faksimile; 6) akses internet; dan 7) buku referensi. 3. Prosedur Pelaksanaan a. Mempelajari laporan informasi yang diterima, untuk mencari dan menemukan tindak pidana apa yang terjadi dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) menerbitkan surat perintah penyelidikan dengan melibatkan personel yang memiliki kompetensi; 2) mempersiapkan peralatan/perlengkapan yang akan digunakan; 3) menentukan teknis penyelidikan yang tepat; dan 4) mempersiapkan dukungan anggaran; b. kegiatan...

3 b. kegiatan penyelidikan setelah menerima laporan polisi, untuk memastikan apakah peristiwa yang dilaporkan merupakan tindak pidana atau bukan dilakukan dengan: 1) kegiatan penyelidikan dimaksud diatas merupakan sub kegiatan penyidikan sehingga diterbitkan surat perintah penyidikan dengan melibatkan personel yang memiliki kompetensi; 2) melakukan penelitian dan mempelajari dokumen-dokumen barang bukti yang diberikan oleh pelapor/kuasa hukum; 3) mempersiapkan peralatan/perlengkapan yang akan digunakan; 4) menentukan teknis penyelidikan yang tepat; dan 5) mempersiapkan dukungan anggaran; c. pelaksanaan perencanaan penyelidikan 1) membuat rencana penyelidikan yang mendasari laporan informasi atau laporan polisi serta surat perintah penyelidikan yang terdiri dari: a) bentuk-bentuk kegiatan penyelidikan yang akan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode penyelidikan; b) lokasi tempat kegiatan penyelidikan di ruang tertutup atau terbuka sesuai dengan sasaran penyelidikan; c) personel yang terlibat dalam penyelidikan dengan memperhatikan kompetensi yang dimiliki dan jumlah yang dilibatkan; d) hasil/target yang akan dicapai dalam kegiatan penyelidikan;dan e) waktu pelaksanaan penyelidikan dan masa berakhirnya pelaksanaan penyelidikan; 2) rencana penyelidikan ditandatangani oleh penyidik yang diberi wewenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 3) membuat rencana kebutuhan anggaran penyelidikan dengan rincian meliputi: kebutuhan anggaran administrasi, transportasi, penginapan dan dukungan teknis penyelidikan; 4) rencana kebutuhan anggaran penyelidikan ditandatangani oleh ketua tim penyelidik; dan 5) Ketua...

4 5) KetuaTim penyelidik membuat dan menandatangani laporan hasil penyelidikan (LHP) untuk dilaporkan kepada atasan penyidik. 4. Hal-hal yang harus diperhatikan a. rencana penyelidikan harus sesuai dengan bobot/klasifikasi perkara yang ditangani; b. petugas yang ditunjuk dalam surat perintah penyelidikan harus sebagai pelaksana bukan penyelidik lain; c. anggaran penyelidikan digunakan sesuai dengan rencana kebutuhan anggaran penyelidikan; dan d. apabila kegiatan penyelidikan tindak pidana tersebut masih berlanjut sedangkan dukungan anggarannya sudah habis, maka dapat diajukan kembali, sesuai dengan prosedur pengajuan anggaran dengan dilampirkan Laporan Kemajuan. B. STANDAR..

B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN PENYIDIKAN. 1. Tujuan 5 SOP Perencanaan penyidikan bertujuan sebagai pedoman standar bagi penyidik dan penyidik pembantu dalam melaksanakan prosedur perencanaan penyidikan secara profesional dan akuntabel agar kegiatan penyidikan dapat berlangsung dengan baik dan benar sesuai dengan target yang diharapkan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan. 2. Persiapan a. Petugas 1) memiliki kompetensi dan mentalitas yang baik serta tangguh; 2) berpenampilan sesuai dengan situasi, tidak mempunyai ciriciri khusus secara fisik yang mudah dikenali; 3) menguasai perundang-undangan terkait; 4) komunikatif; 5) humanis; 6) memiliki pemahaman tentang perencanaan penyidikan;dan 7) memahami taktik dan teknis penyidikan; dan 8) memiliki kemampuan mengoptimalkan komputer. b. Peralatan 1) komputer/laptop dan perangkatnya; 2) mesin fotokopi; 3) ATK; 4) meja, kursi, lemari; 5) telepon/faksimile; 6) akses internet; dan 7) buku referensi. 3. Prosedur Pelaksanaan a. Persiapan perencanaan penyidikan 1) mempelajari laporan polisi yang diterima penyidik serta menerbitkan surat perintah penyidikan; 2) mempersiapkan...

6 2) mempersiapkan personel penyidik yang memiliki kompetensi; 3) mempersiapkan dan mengecek peralatan yang akan digunakan; 4) menentukan klasifikasi perkara (mudah, sedang, sulit, sangat sulit); 5) mencari taktik dan teknis serta strategi penyidikan yang tepat untuk kegiatan penyidikan; 6) mempelajari lokasi, tempat dan ruangan yang akan dilakukan penyidikan;dan 7) mempersiapkan dukungan anggaran yang akan digunakan dalam kegiatan penyidikan; 8) sebelum melaksanakan kegiatan penyidikan, penyidik wajib menyiapkan administrasi penyidikan pada tahap awal meliputi: a) pembuatan tata naskah meliputi; (1) Laporan Polisi; (2) LHP bila telah dilakukan penyelidikan; (3) Surat Perintah Penyidikan; (4) SPDP; (5) Rencana Penyidikan; (6) Gambar Skema Pokok Perkara; dan (7) Matriks untuk Daftar Kronologis Penindakan; b) rencana penyidikan meliputi: (1) rencana kegiatan; (2) rencana kebutuhan; (3) target pencapaian kegiatan; (4) skala prioritas penindakan; dan (5) target penyelesaian perkara. b. Pelaksanaan rencana penyidikan 1) membuat rencana penyidikan yang mendasari laporan polisi serta surat perintah penyidikan yang terdiri dari; a) bentuk...

7 a) bentuk-bentuk kegiatan penyidikan yang akan dilakukan dengan menggunakan beberapa teknis penyidikan; b) lokasi tempat kegiatan penyidikan di ruang tertutup atau terbuka sesuai dengan sasaran penyidikan; c) personel yang terlibat dalam penyidikan agar memperhatikan kompetensi yang dimiliki dan jumlah yang dilibatkan; d) hasil/target yang akan dicapai dalam kegiatan penyidikan;dan e) waktu pelaksanaan penyidikan dan masa berakhirnya pelaksanaan penyidikan; 2) rencana penyidikan ditandatangani oleh penyidik yang diberi wewenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 3) ketua tim penyidik membuat dan menandatangani laporan kemajuan penyidikan untuk dilaporkan kepada atasan penyidik; 4) membuat rencana kebutuhan anggaran penyidikan dengan rincian meliputi: kebutuhan anggaran administrasi, transportasi, penginapan dan dukungan teknis penyidikan; dan 5) rencana kebutuhan anggaran penyidikan ditandatangani oleh ketua tim penyidik. 4. Hal-hal yang harus diperhatikan a. rencana penyidikan harus sesuai dengan bobot/klasifikasi perkara yang ditangani, berikut dengan menentukan waktu penyidikan; b. petugas yang ditunjuk dalam surat perintah penyidikan harus sebagai pelaksana bukan penyidik lain; c. anggaran penyidikan digunakan sesuai dengan rencana kebutuhan anggaran penyidikan; d. apabila kegiatan penyidikan tindak pidana tersebut masih berlanjut sedangkan dukungan anggarannya sudah habis, maka dapat diajukan kembali, sesuai dengan prosedur pengajuan anggaran dengan dilampirkan Laporan Kemajuan dan rencana kebutuhan anggaran selanjutnya; dan e. penyidik harus melakukan gelar perkara awal, pertengahan, dan akhir proses Penyidikan. C. STANDAR..

8 C. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAJUAN RENCANA ANGGARAN DAN PERWABKU PENYELIDIKAN/PENYIDIKAN 1. Tujuan. SOP Pengajuan Rencana Anggaran dan Perwabku Penyelidikan/Penyidikan bertujuan sebagai pedoman standar bagi penyelidik, penyidik dan penyidik pembantu dalam melaksanakan prosedur Pengajuan Rencana Anggaran dan Perwabku Penyelidikan/Penyidikan secara profesional dan akuntabel agar kegiatan penyelidikan dan penyidikan dapat berlangsung dengan baik dan benar sesuai dengan target yang diharapkan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan. 2. Persiapan. a. Petugas 1) memiliki kompetensi dan intergritas yang baik serta tangguh; 2) tertib, disiplin dan bertanggung jawab; 3) komunikatif; 4) menguasai perundang-undangan tentang keuangan negara; 5) memahami mekanisme Pengajuan Rencana Anggaran dan Perwabku Penyelidikan/Penyidikan; dan 6) memiliki kemampuan mengoptimalkan komputer. b. Peralatan 1) komputer/laptop dan perangkatnya; 2) mesin fotokopi; 3) mesin hitung/kalkulator; 4) ATK; 5) meja, kursi, lemari; 6) telepon/faksimile; 7) akses internet; dan 8) buku referensi (Standar Biaya Umum, Standard Biaya khusus, Standar Biaya Masukan, Norma Indeks) dan Belangko Keuangan. 3. Prosedur Pelaksanaan. a. Dukungan Anggaran berdasarkan Dasar Laporan Informasi Penyidik mengajukan anggaran Penyelidikan dengan melampirkan: 1) Laporan Informasi; 2) Surat...

9 2) Surat Perintah Penyelidikan; 3) Rencana Penyelidikan; 4) Rincian Anggaran Biaya(RAB); dan 5) Price list/daftar harga resmi apabila indeks yang diajukan tidak terdapat pada SBM/SBK/Norma indeks yang sudah ada. b. Dukungan Anggaran berdasarkan Dasar Laporan Polisi Penyidik mengajukan anggaran penyidikan dengan melampirkan: 1) Laporan Polisi; 2) Surat Perintah Penyidikan; 3) Rencana Penyidikan; 4) Rincian Anggaran Biaya(RAB); dan 5) Price list/daftar harga resmi apabila indeks yang diajukan tidak terdapat pada SBM/SBK/Norma indeks yang sudah ada. c. Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan yang berlanjut penyidik mengajukan anggaran kegiatan penyelidikan dan penyidikan lanjutan dengan melampirkan: 1) Laporan hasil penyelidikan/laporan hasil kegiatan/laporan pelaksanaan tugas/laporan hasil; 2) Rencana penyelidikan dan Penyidikan; 3) Rencana Kebutuhan Anggaran; dan 4) Price list/daftar harga resmi apabila indeks yang diajukan tidak terdapat pada SBM/SBK/Norma indeks yang sudah ada. d. Dalam membuat Rencana Kebutuhan Anggaran, Penyidik berpedoman pada: 1) Standar Biaya Masukan; 2) Standar Biaya Khusus; 3) Standar Biaya Resmi yang dikeluarkan oleh Pemda setempat; 4) Price List. e. Pejabat fungsi Perencanaan berkewajiban melakukan Verifikasi terhadap usulan pengajuan dukungan anggaran tersebut. f. Dukungan anggaran diberikan kepada Penyelidik dan Penyidik pada saat mereka akan melaksanakan tugas, dan tidak dibenarkan memberikan dukungan anggaran setelah selesai melaksanakan tugas atau setelah LHP/P.21. g. Proses Pengajuan Anggaran Kontinjensi: 1) Kasatker/Kasubsatker mengajukan Term of Refference (TOR) situasi/kegiatan Kontinjensi kepada Kabareskrim Polri; 2) apabila...

10 2) apabila Kabareskrim Polri menyetujui, diajukan Surat Perintah untuk ditandatangani Kabareskrim Polri; 3) mengajukan RAB untuk melaksanakan Sprin tersebut; 4) apabila Kabareskrim Polri menyetujui pengajuan RAB tersebut maka Bagrenrorenmin akan membuat permohonan Direktif Kapolri untuk penggunaan anggaran Kontinjensi; 5) apabila Kapolri menyetujui permohonan tersebut maka anggaran akan diproses oleh Bagrenrorenmin dan Urkeu;dan 6) setelah melaksanakan kegiatan diwajibkan menyerahkan laporan hasil pelaksanaan tugas dan perwabku. h. Proses Pengajuan Back Up Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana: Bagi Satker di lingkungan Bareskrim Polri (Dittipidum, Dittipideksus, Dittipidkor, Dittipidnarkoba, Pusinafis, Puslabfor dan Pusiknas) dan Satuan Kewilayahan dapat mengajukan backup kegiatan sebagai berikut: 1) Persyaratan a) dana yang teralokasi pada DIPA Satker pemohon sesuai dengan jenis kegiatan tersebut di atas telah habis dan atau diperkirakan tidak akan mencukupi sampai dengan akhir tahun anggaran, berdasarkan analisa penyerapan yang telah dilakukan; b) kegiatan yang dimintakan merupakan kegiatan/situasi yang menjadi atensi publik/pimpinan yang dilengkapi dengan Term of Refference (TOR) dan RAB serta persyaratan pendukung lainnya; dan c) sebelum mengajukan permintaan back up agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Karorenmin Bareskrim Polri, untuk mengetahui anggaran yang diminta masih tersedia atau tidak. 2) Pelaksanaan a) pemohon mengajukan permohonan back up kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan kepada Kabareskrim Polri yang dilengkapi dengan Term of Refference (TOR) dan RAB serta persyaratan pendukung lainnya (Sprin dari Kasatker pemohon); dan b) apabila...

11 b) apabila Kabareskrim Polri (selaku KPA) menyetujui permohonan tersebut, maka Subsatker yang dikedepankan menyiapkan Sprin Kabareskrim Polri yang didalamnya melibatkan unsur personil gabungan (personil Bareskrim dan personil pemohon) karena DIPA yang digunakan adalah DIPA Bareskrim Polri sehingga didalam penyerapannya harus melibatkan personil Bareskrim Polri. i. Proses Pengajuan Back Up Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana tingkat Polda: Bagi Satker Kewilayahan di tingkat Polres dapat mengajukan back up kegiatan sebagai berikut: 1) Persyaratan a) dana yang teralokasi pada DIPA Satker pemohon sesuai dengan jenis kegiatan tersebut di atas telah habis dan atau diperkirakan tidak akan mencukupi sampai dengan akhir tahun anggaran, berdasarkan analisa penyerapan yang telah dilakukan; b) kegiatan yang dimintakan merupakan kegiatan atau situasi yang menjadi atensi publik/pimpinan yang dilengkapi dengan Term of Refference (TOR) dan RAB serta persyaratan pendukung lainnya;dan c) sebelum mengajukan permintaan back up agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Dirreskrim dan Karorena Polda, untuk mengetahui anggaran yang diminta masih tersedia atau tidak; 2) Pelaksanaan a) pemohon mengajukan permohonan back up kegiatan Lidik Sidik kepada Kapolda yang dilengkapi dengan Term of Refference (TOR) dan RAB serta persyaratan pendukung lainnya ( Sprin dari Kasatker pemohon); dan b) apabila Kapolda (selaku KPA) menyetujui permohonan tersebut, maka Ditreskrim menyiapkan Sprin Kapolda yang didalamnya melibatkan unsur personel gabungan (personel Ditreskrim Polda dan personel pemohon) karena DIPA yang digunakan adalah DIPA Polda sehingga didalam penyerapannya harus melibatkan personel Ditreskrim Polda. j. Proses...

12 j. Proses Pengajuan Back up Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana tingkat Polres: Bagi Satker Kewilayahan di tingkat Polsek dapat mengajukan backup kegiatan sebagai berikut: 1) Persyaratan a) dana yang teralokasi pada DIPA Satker pemohon sesuai dengan jenis kegiatan tersebut di atas telah habis dan atau diperkirakan tidak akan mencukupi sampai dengan akhir tahun anggaran, berdasarkan analisa penyerapan yang telah dilakukan; b) kegiatan yang dimintakan merupakan kegiatan/situasi yang menjadi atensi publik/pimpinan yang dilengkapi dengan Term of Refference (TOR) dan RAB serta persyaratan pendukung lainnya; dan c) sebelum mengajukan permintaan backup agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Kabagren Polres, untuk mengetahui anggaran yang diminta masih tersedia atau tidak. 2) Pelaksanaan a) pemohon mengajukan permohonan back up kegiatan Lidik Sidik kepada Kapolres yang dilengkapi dengan Term of Refference (TOR) dan RAB serta persyaratan pendukung lainnya (Sprin dari Kasatker pemohon); dan b) apabila Kapolres (selaku KPA) menyetujui permohonan tersebut, maka Satreskrim menyiapkan Sprin Kapolres yang didalamnya melibatkan personel gabungan (personel Satreskrim Polres dan personel pemohon) karena DIPA yang digunakan adalah DIPA Polres sehingga didalam penyerapannya harus melibatkan personel Satreskrim Polres. k. Pertanggungjawaban keuangan: 1) Penyelidik dan Penyidik yang ditugaskan berkewajiban membuat pertanggungjawaban keuangan, dengan melampirkan; a) rincian biaya perjalanan sesuai dengan format yang telah ditentukan; b) surat...