BAB I PENDAHULUAN. telah diatur dalam UU. No. 22 tahun 2001 pasal 40 butir 5 berbunyi Badan Usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. seperti polusi udara, limbah pabrik dan eksploitasi hasil alam yang berlebihan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan khususnya di Indonesia telah terjadi kerusakan

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial atau social responsibility semakin meningkat. Timbul selaras dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan akan memberikan dampak sosial dan lingkungan disekitar

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran. Namun, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menilai

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena kian maraknya pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. baku yang digunakan oleh pabrik-pabrik berasal dari alam. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk menjalankan usahanya dengan penuh bertanggung jawab. Pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang atau jasa kepada pelanggan. Ditinjau dari aspek ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas

BAB I PENDAHULUAN. (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. social disclosure, corporate social responsibility, social accounting (Mathews,

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor keuangannya saja, namun juga dari faktor non-keuangan yang sangat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (CSR) telah menjadi konsep yang kerap terdengar. Konsep yang digagas Howard

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan CSR di Indonesia secara implementatif, masih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. istilah corporate social responsibility (CSR) sedang marak dibicarakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan keuntungan bagi masyarakat, dimana menurut

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang terus berkembang berpengaruh kepada

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan. berkumpulnya semua faktor produksi yang memiliki tujuan untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kewajiban melakukan tanggung jawab sosial bagi Perusahaan Pertambangan telah diatur dalam UU. No. 22 tahun 2001 pasal 40 butir 5 berbunyi Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yakni kegiatan usaha hulu ke hilir ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat. dan UU. No. 4 tahun 2009 pasal 108 ayat 1 berbunyi Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Bowen dalam Sholihin (2012 : 216) Corporate Social Responsibility dapat didefinisikan ke dalam dua premis dasar. Premis pertama, perusahaan dapat berdiri dalam suatu lingkup masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu, perilaku perusahaan dan cara perusahaan dalam menjalankan bisnisnya harus sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Seperti halnya pemerintah, perusahaan memiliki kontrak sosial yang berisi sejumlah hak dan kewajiban. Kontrak sosial ini bisa saja berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Apapun perubahan yang terjadi dalam kontrak sosial akan tetap menjadi dasar bagi legitimasi bisnis. Kontrak sosial ini pula yang menjadi sarana perusahaan untuk meyesuaikan tujuan tujuan perusahaan dengan tujuantujuan masyarakat yang pelaksanaannya dimanifestasikan dalam bentuk Corporate Social Responsibility Perusahaan. 1

2 Premis kedua, yang menjadi dasar dari Corporate Social Responsibility adalah pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam suatu masyarakat. Dalam membuat keputusan, pimpinan puncak perusahaan senantiasa memertimbangkan nilai atau mencerminkan nilai nilai yang dimiliki manajemen puncak. Agar terjadi keselarasan antar nilai - nilai yang dimiliki perusahaan dengan nilai nilai yang dimiliki masyarakat, maka manajer perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai nilai masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah ide yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berada pada single bottom line. Kini tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu selain memerhatikan masalah ekonomi sosial, juga memerhatikan masalah sosial dan lingkungan. Triple bottom line reporting merupakan laporan yang memberikan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sebuah entitas. Apabila prinsip triple bottom line reporting dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan terwujud akuntabilitas perusahaan tidak hanya untuk pelaksanaan kegiatan ekonomi mereka, tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan. Dengan demikian, prinsip triple bottom line reporting dapat mengakomodasi kepentingan stakeholder secara luas, tidak hanya kepentingan shareholder dan bondholder saja (Deegan, 2004 dalam Kristi, 2013). Sejak tanggal 23 September 2007, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR disclosure) mulai diwajibkan melalui Undang-Undang

3 Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 khususnya untuk perusahaanperusahaan yang hidup sebagian besar dari pemanfaatan sumber daya alam. Dalam Pasal 74 telah diatur tentang kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang dianggarkan sesuai dengan kepatutan dan kewajaran. CSR menekankan tanggung jawab perusahaan bukan hanya sekedar kegiatan ekonomi, namun sebagai kewajiban asasi perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan (Rahmawati, 2010). PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 12 juga mengatur tentang pengungkapan laporan CSR oleh perusahaan pengelola lingkungan hidup dimana pelaporannya dilakukan secara terpisah dengan SAK. Akuntansi yang memegang peranan penting sebagai alat pertanggung jawaban dan alat pengendali terhadap aktivitas setiap unit usaha dituding sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada stockholders (mainstream accounting atau conventional accounting). Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kelestarian alam untuk kelangsungan hidup manusia dan penekanan pada kesejahteraan sosial, telah mengubah konsep akuntansi untuk lebih memerhatikan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan (Andreas dan Lawyer, 2011 dalam Maulana dan Yuyetta, 2014 ). Perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar akan lebih bertahan daripada perusahaan denga ukuran yang lebih kecil. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besarnya sumber daya yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan tersebut akan

4 lebih sering berhubungan dengan stakeholder sehingga diperlukan tingkat pengungkapan atas aktivitas entitas yang lebih besar termasuk pengungkapan dalam tanggung jawab sosial (Kamil, 2012). Dewan komisaris merupakan wakil dari shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas yang mempunyai wewenang untuk memberi petunjuk dan arahan serta mengawasi pengelola perusahaan salah satunya adalah dengan memberi petunjuk atau arahan kepada manajemen untuk mengungkapkan CSR. Proporsi dewan komisaris bisa menentukan pengaruhnya terhadap pengungkapan CSR, dimana semakin besar ukuran dewan komisaris akan memudahkan dalam mengendalikan CEO untuk mengungkapkan informasi sosial perusahaan (Fahrizqi, 2010). Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan asset atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asset atau modal yang dimiliki secara efisien untuk menghasilkan laba yang diinginkan selama periode tertentu. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah akan lebih berfokus terhadap perbaikan kinerja ekonomi mereka dan memberikan perhatian yang rendah terhadap lingkungan (Elijido-Ten, 2004 dalam Arthana, 2013). Berbagai permasalahan yang terjadi akibat dampak dari kegiatan industri pertambangan di Indonesia salah satunya yaitu diungkapkan dalam Samarinda (ANTARA News) - Walhi (Wanaha Lingkungan Hidup Indonesia) Kaltim bahwa persoalan deforestrasi semakin parah justru bukan dari sektor kehutanan, namun

5 terdapat 166 perusahaan pertambangan batu bara yang kini melakukan pinjam pakai kawasan hutan sehingga mengancam kelestariannya. Berdasarkan data Walhi itu menunjukan daerah terbanyak yang mengajukan izin pinjam pakai hutan adalah di Kalsel sebanyak 72 perusahaan batu bara, Kaltim mencapai 65 perusahaan, Kalteng 20 perusahaan, dan Kalbar 8 perusahaan. Sejak tahun 2001, di Kaltim tingkat deforestrasi (pengurangan luas hutan) mencapai 350 ribu hektare setiap tahun sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat di Kaltim yang masih bergantung hidupnya dari hasil hutan. Eksploitasi kawasan hutan di Kaltim akan berdampak sangat signifikan terhadap keberlanjutan dan kelestarian hutan di Kaltim sehingga secara langsung berpengaruh terhadap bencana ekologis yang terjadi di Kaltim. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Alasan penelitian menggunakan Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 karena Perusahaan Pertambangan memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan perusahaan dilihat dari kegiatan utamanya yang sebagian besar memanfaatkan sumber daya alam. Perusahaan Pertambangan berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam yang berhubungan erat dengan limbah dan pencemaran lingkungan, sehingga memiliki tingkat risiko industri dan lingkungan yang tinggi. Lingkungan bekas tambang tidak bisa dikembalikan seperti 100% lingkungan awal sebelum kegiatan pertambangan. Maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan perlu disusun laporan CSR agar dapat dipublikasikan ke masyarakat. Hal ini di dukung dengan UU. No. 40 Tahun 2007

6 dalam pasal 74 ayat (1) mengatur tentang kewajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial bagi Perseroan. Pengungkapan CSR dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas. Penelitian mengenai faktor-faktor tersebut telah banyak dilakukan sebelumnya, namun terdapat perbedaan pada riset-riset terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Priantinah (2012) menunjukkan hasil Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengungkapan CSR sedangkan penelitian oleh Pradnyani dan Sisdyani (2015) menunjukkan hasil Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh Pradnyani dan Sisdyani (2015) menunjukkan hasil Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Pengungkapan CSR sedangkan penelitian yang dilakukan Oktariani dan Mimba (2014) menunjukkan hasil bahwa Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menunjukkan hasil Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Pengungkapan CSR sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Cristiawan (2014) menunjukkan hasil Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu, terdapat penelitian yang menyatakan adanya pengaruh antara ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility, tetapi terdapat pula penelitian yang menyatakan tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan, ukuran

7 dewan komisaris, dan profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility. Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk menguji kembali Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR. 2. Rumusan Masalah 1) Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR? 2) Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR? 3) Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR? 3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR 2. Untuk menguji pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR 3. Untuk menguji pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR 4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat peneliti untuk mempelajari dan menambah wawasan, terutama berbagai hal yang bekaitan

8 dengan praktik Pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pengambilan kebijakan agar dapat menarik calon investor dan kreditor melalui Pengungkapan Corporate Social Responsibility. b. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan awal untuk membuat keputusan dalam menanamkan modalnya.