Sumber : Penulis (2014)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BALANCED SCORECARD ROBERT S. KAPLAN DAVID P NORTON

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam perusahaan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

STRATEGI ORGANISASI IKA RUHANA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Farah Esa B

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MVC dengan BALANCED SCORECARD (BSC)

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut M. Mahsun (2007:161) pengukuran kinerja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

PENGUKURAN KINERJA PADA KOPERASI SEMOGA JAYA UNIT SIMPAN PINJAM DI TENGGARONG

BAB I PENDAHULUAN. demikian yang dikatakan oleh Wiliam Thompson (Lord Kelvin), Dari

Taryana Suryana. M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. akuntansi indonesia. Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

The Balanced Scorecard. Amalia

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

PERTEMUAN 5 PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin melesat cepat sekarang ini, ikut UKDW

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI. Manajemen strategis (strategic management) merupakan arus keputusan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Pengukuran Kinerja. terhadap kinerja (Fitriyani et al., 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada PT. BHANDA GHARA REKSA KANTOR PUSAT JAKARTA)

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

USULAN PERANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA PADA PT. MI (Studi Kasus Pada Departemen Produksi)

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Desain Landasan Teori Untuk mengukur kinerja dengan Balanced Scorecard, maka dibutuhkan alur untuk melihat tahapan-tahapan guna melihat proses untuk sampai mendapatkan hasil kinerja PT Buana Finance, Tbk. Pada Gambar 2.1 menunjukkan desain dari landasan teori Balanced Scorecard yang dibuat. Gambar 2.1 Desain Landasan Teori Sumber : Penulis (2014) 2.1.2 Manajemen Manajemen merupakan proses koordinasi kegiatan dan aktivitas kerja sehingga dapat diselesaikan secara efisien serta efektif dengan dan melalui orang lain. Selain harus efisien dan efektif, koordinasi pekerjaan orang lain merupakan hal yang membedakan posisi manajerial dan non-manajerial.terdapat dua perhatian utama dalam manajemen. Pertama, terkait dengan apa yang disebut dengan efisien dan yang kedua terkait dengan apa yang disebut dengan efektif. Efisien didefinisikan sebagai doing things right, yakni mengerjakan sesuatu dengan cara yang benar. Definisi ini mengarahkan manajemen akan pentingnya hubungan output (luaran) dan input (masukan). Sedangkan efektif didefinisikan sebagai doing the things right, yakni mengerjakan sesuatu yang benar, sesuai sasaran. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua aspek penting yang mempunyai kekhasan pendekatan tersendiri. Efisiensi menunjukkan peranan manajemen sebagai 9

10 means (alat) yang berarti menekan kerugian atau kehilangan serendah mungkin dari sumber daya yang digunakan. Maka, dapat disimpulkan bahwa efisiensi bersandar pada cara atau teknik dalam menekan penggunaan sumber daya dengan menekan biaya yang paling kecil untuk menghasilkan produk yang maksimal. Efektivitas memberikan perhatian khusus pada pencapaian hasil setinggi-tingginya sesuai dengan sasaran yang dituju. Jadi, efisiensi merupakan cara menekan kerugian, edangkan efektivitas merupakan arahan mencapai hasil. Efisiensi dan efektifitas dalam manajemen dituangkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Efisiensi dan Efektifitas dalam Manajemen Sumber : Joko M. Munandar (2014) Dalam manajemen terdapat 4 fungsi utama, yaitu : planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pengarahan), dan controlling (pengawasan). Planning adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan perusahaan. Organizing adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur perusahaan yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan perusahaan yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Actuating adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitasnya yang tinggi. Pengertian dari controlling adalah

11 proses untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan agar berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. 2.1.3 Manajemen Strategi Manajemen strategi memiliki arti penting dalam perkembangan sebuah perusahaan. Manajemen strategi adalah suatu pendekatan holistik (tingkat korporasi, bisnis, dan operasional) dalam pengambilan keputusan manajerial yang dapat membantu pengidentifikasian isu pokok dan masalah kompleks, pemberian alternatif tindakan yang mungkin diambil, penyusunan rekomendasi aksi ke depan (misalkan koordinasi, pengembangan, fleksibilitas, dan respons) dalam menjawab keputusan strategi (apa, siapa, bagaimana, dan mengapa). Manajemen strategi telah dikembangkan sebagai suatu kajian intelijen yang diadaptasikan secara unik. Menurut David (dalam Nilasari, 2014 : 3) pengertian manajemen strategi adalah seni dan ilmu untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Manajemen strategi merupakan sebuah proses yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu. Secara umum tahapan manajemen strategi terdiri dari 3 tahapan yaitu proses formulasi atau perumusan strategi, proses pelaksanaan strategi, dan proses evaluasi strategi. Dalam proses perumusan strategi terdapat tahapan, yaitu: 1. Pengembangan misi bisnis 2. Mengidentifikasi peluang dan juga ancaman lingkungan eksternal perusahaan 3. Mengidentifikasi kekuatan dan juga kelemahan lingkungan internal perusahaan 4. Menetapkan tujuan jangka panjang 5. Menentukan alternatif strategi 6. Pemilihan strategi untuk dilaksanakan Setelah dirumuskan, sebuah strategi akan dilaksanakan. Tahapan pelaksanaan strategi dalam sebuah perusahaan bisnis dapat dirinci sebagai berikut : 1. Mengembangkan strategi dengan dukungan budaya perusahaan 2. Membuat struktur perusahaan yang efektif 3. Mengarahkan bidang pemasaran

12 4. Mempersiapkan anggaran 5. Mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi 6. Menghubungkan sumber daya manusia dengan kinerja perusahaan Setelah strategi tersebut dilaksanakan maka dilakukan evaluasi strategi. Evaluasi strategi merupakan tahap yang paling akhir dalam sebuah manajemen strategi. Secara rinci evaluasi strategi terdiri dari tahapan sebagai berikut : 1. Meninjau kembali faktor internal dan eksternal perusahaan pada saat sekarang 2. Mengukur kinerja 3. Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan 4. Strategi analisis dan perencanaan 5. Strategi formulasi dan pengambilan keputusan 6. Strategi pemilihan 7. Strategi implementasi Manajemen strategi dapat bermanfaat baik bagi sebuah perusahaan baik secara keuntungan finansial maupun manfaat di luar keuntungan finansial. Keuntungan dari manajemen strategi adalah menjadikan perusahaan lebih sistematis dalam menghadapi dinamika yang terjadi baik di luar dan di dalam perusahaan. 2.1.4 Visi dan Misi 2.1.4.1 Visi Visi dan misi merupakan salah satu hal yang penting bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki visi dan misi seperti memiliki arah yang jelas ke mana perusahaan atau organisasi tersebut akan berjalan. Visi dalam perusahaan dapat diartikan sebagai jawaban untuk pertanyaan What do we want become? atau Ingin menjadi apa kita?. Beberapa manfaat atau keuntungan perusahaan yang memiliki visi yaitu guna memetakan dan mengendalikan arah serta tujuan organisasi, meningkatkan motivasi dan kreativitas strategis perusahaan, memberikan dasar dari perencanaan strategi, mengintegrasikan serta mengkoordinasi fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, pemulihan saat terjadinya krisis, dan guna melakukan perubahan. Menurut Kaplan, Norton dan Barrows (dalam Nilasari, 2014 : 30) visi terdiri dari pernyataan yang mendefinisikan tujuan jangka menengah atau jangka panjang dari sebuah organisasi. Visi juga harus berorientasi pada pasar dan juga lingkungan

13 eksternal, selain itu visi harus dapat mengekspresikan aspirasi sebuah organisasi atau perusahaan agar dapat diterima oleh dunia. Pada pencarian visi terdapat proses yang dituangkan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Proses Pencarian Visi Sumber : Musa Hubeis dan Mukhamad Najib (2014) Pernyataan misi biasanya selalu berdampingan dengan pernyataan visi. Jika visi merupakan jawaban dari pertanyaaan Ingin menjadi apa kita? maka misi merupakan jawaban dari pertanyaan Apa bisnis kita?. Misi dapat mendefinisikan tentang bisnis yang dikerjakan oleh sebuah perusahaan. 2.1.4.2 Misi Pernyataan misi selalu berdampingan dengan pernyataan visi. Pernyataan misi merupakan hasil tanggung jawab dari sebuah strategi. Misi dapat mendefinisikan tentang bisnis yang dikerjakan oleh sebuah Perusahaan. Drucker (dalam Nilasari, 2014 : 40) menyatakan pendapatnya mengenai misi bahwa misi perusahaan adalah dasar dari prioritas, strategi, perencanaan, kerja dan penugasan. Misi merupakan titik awal untuk mendesain pekerjaan manajerial dan juga struktur manajerial. Ada juga yang berpendapat bahwa misi merupakan pelaksanaan dari sebuah visi. Misi tentu berhubungan dengan visi karena misi adalah rangkaian pekerjaan untuk mencapai visi yang diterapkan. Dalam hal ini, terdapat rumus kaitan visi dengan misi yang dituangkan pada Gambar 2.4. Visi = Misi + Strategi + Culture Gambar 2.4 Rumus Kaitan Visi dengan Misi Sumber : Senja Nilasari (2014)

14 2.1.5 Kinerja dan Pengukurannya Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Sum (2012 : 191) sebagian besar perusahaan yang mengagumkan dapat menghasilkan kinerja yang baik terhadap pasar meskipun banyak resiko-resiko yang harus dihadapi. Basrowi (2010 : 56) menyatakan kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan seseorang dalam bidang pekerjaanya menurut kriteria tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Helfert dalam Rivai dan Sagala (2009 : 604) kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Menurut Suwaro M.S. (2014 : 3) pengertian dari manajemen kinerja adalah suatu proses yang berkesinambungan dari pengidentifikasian, pengukuran, dan pengembangan kinerja perorangan, kelompok, dan organisasi, serta pelurusan kinerja sesuai dengan tujuan strategi organisasi. Merujuk definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen kinerja, terdapat dua komponen yaitu proses yang berkesinambungan dan pelurusan kinerja sesuai dengan tujuan strategi organisasi. Pengukuran kinerja memberikan suatu alat untuk menetapkan angka sebutan untuk pembanding sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengkur kecepatan dari sebuah kendaraan. Definisi pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi dan akuisisi yang dilakukan. Kinerja seringkali membutuhkan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Manfaat-manfaat dari melakukan pengukuran kinerja adalah : 1. Untuk mengevaluasi seberapa baik suatu organisasi berkinerja 2. Untuk mengendalikan organisasi 3. Untuk menganggarkan biaya dalam meningkatkan kinerja 4. Untuk memotivasi para karyawan

15 5. Untuk mengembangkan organisasi Pengukuran kinerja merupakan bentuk dalam penilaian kinerja. Menurut Robbins dan Coulter (dalam Munandar; et al, 2014 : 179) pengukuran kinerja adalah proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan karyawan berdasarkan standar kinerja, memberikan apresiasi keberhasilan pencapaian kinerja dan menyediakan dokumentasi untuk mendukung keputusan-keputusan lainya. Menurut Mangkuprawira (dalam Munandar, et al, 2014 : 179) manfaatmanfaat melakukannya penilaian kinerja, yaitu : 1. Perbaikan kinerja 2. Penyesuaian kompensasi 3. Keputusan penempatan 4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan 5. Perencanaan dan pengembangan karir 6. Umpan balik pada SDM 2.1.6 Balanced Scorecard Balanced Scorecard pertama kali diciptakan dan dipopulerkan pada tahun 1990 oleh Robert S. Kaplan, seorang guru besar (professor) dari Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor akuntan publik KPMG (Amerika Serikat), kedua orang tersebut berkolaborasi sebagai seorang dosen perguruan tinggi dan seorang praktisi ilmu keuangan. Kaplan dan Norton yakin bahwa untuk mendapatkan nilai maksimum dari investasi pada aset intangible yang harus diintegrasikan ke dalam sistem pengukuran. Kontribusi besar kedua milik Kaplan dan Norton diterjemahkan langsung dari strategi organisasi. Definisi Balanced Scorecard (BSC) menurut Kaplan dan Norton (dalam Novirani, et al, 2013 : 268), adalah metode yang menerjemahkan visi, misi, dan strategi ke dalam seperangkat ukuran menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan manajemen strategis. Menurut Hosein; et al (2013 : 70) menjelaskan bahwa struktur dari Balanced Scorecard dihasilkan menggunakan kedua indikator strategis keuangan dan nonkeuangan yang dikumpulkan langsung dari perusahaan. Menurut Malina; et al (2013 : 902) menyatakan bahwa Balanced Scorecard telah diadopsi secara luas di

16 seluruh dunia. Balanced Scorecard dapat memandu pengembangan strategi, implementasi, dan komunikasi. Saat ini Balanced Scorecard terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Balanced Scorecard sudah berkembang dan mengalami evolusi dari hanya sekedar cara untuk melakukan evaluasi kinerja. Kemudian disempurnakan menjadi metode yang dapat dipakai dalam sistem manajemen dalam membangun proses pembelajaran organisasi. Selanjutnya terus dikembangkan sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk merumuskan strategi dan melakukan perubahan. Terakhir, Balanced Scorecard semakin populer karena telah diintegrasikan dengan berbagai metode strategi bisnis yang terbukti dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh serta memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategi. Etimologi dari kata perspektif (perspectus bahasa Latin) adalah untuk melihat melalui" atau "melihat dengan jelas", yang merupakan tujuan dari Balanced Scorecard. Setiap strategi, agar dapat efektif, harus berisi deskripsi dari aspirasi keuangan, market served, proses untuk ditaklukkan, dan orang-orang yang akan terus dan terampil sehingga dapat membawa organisasi pada tujuannya. Balanced Scorecard terdiri dari 4 prespektif, yaitu perspektif financial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard memberi kerangka kerja untuk penerjemahan strategi ke dalam kerangka operasional. Merujuk pada Gambar 2.5 adalah hubungan sebab akibat dalam empat perspektif balanced scorecard.

17 Gambar 2.5 Hubungan Sebab-Akibat dalam Empat Perspektif Balanced Scorecard Sumber : Vincent Gaspersz (2005) Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen atau sistem manajemen strategis, yang diturunkan dari visi dan strategi dan merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis. Merujuk pada Gambar 2.6 merupakan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard. Gambar 2.6 Sistem Manajemen Strategis Balanced Scorecard Sumber : Vincent Gaspersz (2005) 2.1.6.1 Perspektif Financial Pembentukan Balanced Scorecard dapat mendorong unit bisnis untuk mengaitkan tujuan finansial nya dengan strategi korporasi. Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif dalam Scorecard. Perspektif finansial pada Balanced Scorecard mengacu pada Scorecard yang dibuat harus menjelaskan strategi perusahaan dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang, dan kemudian mengaitkannya dengan berbagai urutan tindakan yang harus diambil berkenaan dengan proses finansial, tujuan ekonomis jangka panjang yang diinginkan perusahaan. Balanced Scorecard dapat membuat tujuan finansial menjadi eksplisit, dan dapat disesuaikan untuk setiap unit bisnis dalam berbagai tahap

18 pertumbuhan dan siklus hidup yang berbeda. Tahap-tahap agar dapat mencapai tujuan finansial adalah : 1. Bertumbuh (growth) 2. Bertahan (sustain) 3. Memuai (harvest) Perusahaan yang sedang berada di dalam tahap bertumbuh adalah perusahaan yang diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru, membangun dan memperluas fasilitas produksi, membangun kemampuan operasional dengan menanamkan investasi dalam sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang dapat mendukung terciptanya hubungan global, dan memelihara serta mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Perusahaan dalam tahap bertahan akan menetapkan tujuan finansial yang terkait dengan profitabilitas di mana para manajer diminta agar dapat memaksimalkan pendapatan yang dihasilkan dari investasi modal. Dalam tahap menuai, Perusahaan menekankan pada arus kas seperti tingkat pengembalian investasi, nilai tambah ekonomis, dan pendapatan operasi. Pada tahap ini, para manajer diharapkan dapat memaksimalkan pengembalian kas kepada perusahaan dari seluruh investasi yang telah ditanamkan pada periode-periode lalu. 2.1.6.2 Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan, perusahaan yang menerapkan Balanced Scorecard melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan finansial perusahaan. Measures (ukuran) yang dapat digunakan perusahaan untuk mengembangkan perspektif pelanggan adalah waktu, mutu, dan harga. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan agar dapat menyelaraskan berbagai ukuran seperti kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan profitabilitas dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Perspektif pelanggan juga memungkinkan perusahaan dapat melakukan identifikasi dan pengukuran, secara eksplisit, proporsi nilai yang akan perusahaan berikan kepada pelanggan dan pasar segmen. Proporsi nilai merupakan faktor pendorong atau lead indicator. Untuk melakukan analisa pelanggan, diperlukannya identifikasi pelanggan berdasarkan beberapa pertimbangan atau karakteristik sebagai berikut : 1) Pertimbangan geografi

19 Lokasi pelanggan Lokasi fasilitas produksi atau pelayanan Prefrensi regional Populasi Sumber-sumber daya alam (bahan baku, dan semacamnya) Aktivitas umum pembeli Bisnis atau industri Pemerintah atau institusi pribadi Posisi atau tanggung jawab pembeli Pemilik bisnis Manajer bisnis Pejabat pemerintah Karyawan atau pekerja Individual atau pribadi 2) Karakteristik pribadi pembeli Umur Karakteristik fisik Gender Tingkat pendapatan Tingkat pendidikan Hobi Afiliasi politik Keanggotaan organisasi, dan lain-lain 2.1.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal Pada perspektif proses bisnis internal, para manajer melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting yang harus dikuasai perusahaan dengan baik agar mampu untuk mencapai tujuan segmen pelanggan sasaran dan pemegang saham. Sistem pengukuran kinerja perusahaan memfokuskan pada peningkatan proses operasi saat ini. Pada metode Balanced Scorecard, pada perspektif ini para manajer menentukan rantai nilai internal lengkap yang diawali dengan proses

20 inovasi, mengenali kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang serta mengembangkan pemecahan kebutuhan tersebut, dilanjutkan dengan proses operasi, menyampaikan produk dan jasa saat ini kepada pelanggan, dan diakhiri dengan layanan sesudah penjualan yang dapat memberi nilai tambah kepada produk dan jasa yang diterima pelanggan. 2.1.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada Balanced Scorecard mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan dari perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainya dapat tercapai. Tujuan lainya dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong untuk dapat menghasilkan kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif scorecard yang pertama. Dalam membangun Balanced Scorecard di berbagai perusahaan jasa dan manufaktur terdapat tiga kategori utama dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan : 1. Kapabilitas pekerja 2. Kapabilitas sistem informasi 3. Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan. 2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya suatu penelitian. Kerangka pemikiran yang sesuai dengan perancangan yang dilakukan seperti pada Gambar 2.7.

21 Pengukuran dengan Metode Balanced Scorecard Rasio Profitabilitas Rasio Likuiditas Rasio Leverage Nilai Kepuasan Pelanggan Proses Pelayanan Proses Pembiayaan yang Sesuai Kompetensi Karyawan Daya Dukung Teknologi Rasio Aktivitas dengan Target Waktu Kepuasan Kerja Karyawan Kineja PT Buana Finance, Tbk. dengan Menggunakan Balanced Scorecard Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis (2014) Dalam menilai kinerja PT Buana Finance, Tbk. dengan menggunakan Balanced Scorecard, diperlukan adanya pemahaman terhadap visi dan misi perusahaan yang selanjutnya dituangkan dalam menentukan sasaran strategis perusahaan yang sesuai dengan 4 perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif

22 pembelajaran dan pertumbuhan. Selanjutnya didapatkan penggunaan metode Balanced Scorecard yang di mana akan dilakukan perhitungan terhadap rasio profitabilitas; likuditas; leverage; aktivitas, nilai kepuasan pelanggan, proses pelayanan; proses pembiayaan yang sesuai dengan target dan waktu, kompetensi karyawan; daya dukung teknologi; dan yang terakhir adalah kepuasan kerja karyawan. Agregasi dari penilaian faktor-faktor di atas akan didapatkan penilaian akhir kinerja perusahaan.