BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri atas buku cetakan, baik dalam

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari percakapan.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA KOREA STUDI KASUS PRAMUWISATA DENGAN WISATAWAN KOREA DI DAERAH PARIWISATA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi merupakan wujud kebudayaan dalam sistem sosial yang mendasari tindakan berpola manusia (Sibarani, 2004:60). Selanjutnya, Nababan (1993:49) menyatakan bahwa kebudayaan adalah sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat yang terpelihara. Dari pengertian tersebut, diketahui bahwa kebudayaan tidak hanya menjadi bagian dari sistem komunikasi saja, tetapi juga berkaitan dengan norma dan aturan yang ada di masyarakat tersebut, kebiasaan perilaku manusia, hasil dari proses belajar atau pendidikan, dan sebagai sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh kerja sama. Dalam kaitannya dengan berbahasa, keempat hal tersebut merupakan definisi dari kesantunan berbahasa. Bahasa berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia dalam suatu masyarakat yang berarti di dalam tindak laku berbahasa manusia menggunakan bahasa disertai dengan norma-norma yang berlaku di dalam budaya itu. Sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya dikenal dengan nama etika berbahasa atau tata cara berbahasa (Inggris : linguistic etiquette (Geertz,1976 ; Chaer & Agustina, 2010:172). 1

2 Salah satu hal yang berkaitan dengan etika berbahasa atau tata cara berbahasa adalah mengatur bagaimana kualitas suara dan sikap fisik di dalam berbicara. Kualitas suara terkait dengan unsur suprasegmental dan sikap fisik berkaitan dengan kinesik. Etika berbahasa dan kesantunan berbahasa memiliki hubungan yang saling melengkapi, yaitu etika berbahasa lebih berkenaan dengan perilaku atau tingkah laku di dalam bertutur dan kesantunan berbahasa berkenaan dengan substansi bahasanya (Chaer, 2010:6). Dalam proses komunikasi terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur. Sebuah percakapan dapat disebut sebagai peristiwa tutur apabila memenuhi faktor-faktor penting yang memengaruhi penggunaan bahasa. Hymes (1964:26) mengembangkan suatu kerangka etnografi komunikasi yang membahas berbagai macam faktor terkait dengan suatu tuturan dalam situasi berbahasa (percakapan). Faktor-faktor tersebut disingkat menjadi SPEAKING. S (setting and scene) mengacu pada tempat dan waktu terjadinya percakapan. P (partisipants) mengacu pada pembicara dan pendengar dan dalam percakapan dapat berganti peran. E (ends) mengacu pada hasil yang diperoleh dari suatu komunikasi. A (act sequence) membahas mengenai bentuk dan isi dari apa yang dibicarakan. K (key) mengacu pada perilaku penyampaian pesan. I (instrumentalities) adalah pilihan bagaimana pesan itu disampaiakan. N (norms) mengacu pada perilaku khusus yang menyertai komunikasi. G (genre) mengacu pada jenis-jenis ujaran. Faktor faktor yang diuraikan di atas terangkum dengan nama konteks situasi penggunaan suatu bahasa. Suatu bahasa memiliki kaidah atau pola tertentu karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen dengan latar belakang sosial dan

3 kebiasaan yang berbeda, maka akan menimbulkan variasi bahasa atau tutur (Chaer & Agustina, 2010:14). Bertitik tolak dari uraian di atas khusus penggunaannya, bahasa Korea (selanjutnya di singkat bk) memiliki kedudukan yang penting dalam kegiatan pariwisata di Bali. Penggunaan bk sebagai sarana komunikasi dapat ditemukan dalam aktivitas pariwisata, antara pramuwisata (selanjutnya disingkat P) dengan wisatawan Korea (selanjutnya disingkat WK). Pramuwisata (P) berbahasa Korea sebagai pelaku pariwisata yang memiliki kompetensi berbahasa Korea yang bertugas memberikan informasi, petunjuk, dan pelayanan wisata kepada wisatawan Korea (WK). Kegiatan seorang P dikenal dengan nama kegiatan pelayanan wisata (selanjutnya disingkat KPW). Kegiatan pelayanan wisata oleh P dimulai dari WK tiba di Bali (di bandara), mengantar check in hotel, KPW menuju ke objek-objek wisata di Bali, hingga mengantar WK tersebut check out hotel menuju ke bandara. Penguasaan bk oleh seorang P belumlah cukup karena KPW juga memerlukan pengetahuan khusus, strategi, dan teknik dalam melayani WK. Pelayanan P dalam memberikan informasi dan cara pelayanan wisata kepada WK akan berdampak pada kepuasan dan kenyamanan WK melakukan kegiatan berlibur di Bali. Berbicara merupakan salah satu keahlian utama bagi seorang P. Terkait dengan keahlian berbicara, penguasaan bk oleh P merupakan modal utama dalam berkomunikasi dengan WK dalam KPW. Saat berkomunikasi dengan WK, seorang P terkadang bertutur kurang memperhatikan kesantunan dan etika berbahasa Korea pada saat KPW. Hal ini terjadi karena dilatarbelakangi oleh

4 perbedaan budaya yang dimiliki oleh P dengan budaya WK. Dengan demikian, dalam menyampaikan informasi dalam bentuk tuturan kepada WK dipengaruhi oleh budaya P sendiri. Masalah yang sering dihadapi oleh P dalam KPW adalah pemilihan penggunaan bk, terutama yang menyangkut tata cara berbahasa Korea sehingga menimbulkan ketidaksantunan dalam bertutur. Tuturan yang kurang santun dapat menimbulkan ancaman terhadap muka penutur, yaitu P itu sendiri. Itulah sebabnya seorang P perlu mengetahui dan memahami norma-norma budaya WK selain menguasai bk. Dengan memperhatikan tata cara berbahasa, konteks situasi, dan norma-norma budaya WK akan menghasilkan kesantunan berbahasa. Brown dan Levinson (1978) menyatakan bahwa ketidaksantunan dalam bertutur akan menimbulkan ancaman terhadap muka sehingga penutur perlu menerapkan strategi untuk mengurangi keterancaman muka tersebut. Untuk mengurangi keterancaman terhadap muka tersebut, Brown dan Levinson (1978) mengemukakan strategi penyelamatan muka. Penggunaan strategi penyelamatan muka oleh seorang P sangat diperlukan dalam menjaga kelangsungan proses komunikasi yang santun dan mengurangi ketidaksantunan bertutur dengan WK. Sebagai contoh tuturan yang kurang santun P dengan WK dalam bentuk dialog pada konteks situasi tutur P menjelaskan aktivitas arung jeram di Puri Rafting, Kabupaten Badung.

5 P : Sinlangim, ittaga han byaenŭn, sarami ne myong isseyo to han byaenŭn kemrutagi gaide han myongŭn towahagessemnida. Najunge tojak jangesŏ tojak handaeme, jom kemryutagi gaide jom sugopi he juseyo! Irindang O dalla! Tuan, nanti satu perahu karet, terdiri atas empat orang dan satu perahu terdapat satu guide arung jeram yang akan membantu. Setelah sampai di lokasi finish, tolong guide rafting yang memandu Anda mohon diberikan sedikit uang jasa pelayanan! Satu orang peserta lima dolar saja! WKp : Sugopi boham anniyo. Uang jasa pelayanan itu tidak termasuk P : Ye, sugopinŭn bul bohamiyeyo. Ya, uang jasa pelayanan tidak termasuk. WKp : Ne Ya Dari data dialog di atas diketahui bahwa P telah melakukan ujaran yang kurang santun kepada WK. Hal ini ditunjukkan pada ujaran jom kemryutagi gaide jom sugopi he juseyo! Irindang O dalla! Tolong guide rafting yang memandu Anda mohon diberikan uang jasa pelayanan! Satu orang peserta lima dolar saja! Pada dialog di atas, P telah menerapkan strategi untuk mengurangi ancaman muka penutur. Adapun strategi yang diterapkan P adalah strategi kesantunan negatif dengan menggunakan ujaran tidak langsung. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan frase sugopi uang jasa pelayanan. Frase ini dianggap lebih santun dibandingkan dengan menggunakan kata don (uang) atau kata tip. Frase sugopi digunakan sebagai strategi kesantunan untuk mengurangi keterancaman muka negatif P. Berdasarkan prinsip kerja sama Grice (1975), P telah melakukan pelanggaran terhadap maksim kuantitas dalam bentuk kalimat deklaratif satu orang peserta lima dolar saja!. Ujaran ini semestinya tidak perlu

6 karena dengan frase sugopi uang jasa pelayanan WK telah memahami untuk memberikan uang jasa kepada guide arung jeram. Namun, informasi mengenai jumlah pemberian uang pelayanan jasa merupakan hak pribadi WK. Dialog di atas juga menunjukkan pelanggaran prinsip kesantunan Leech (1983), yaitu pelanggaran maksim kebijaksanaan. Dengan adanya ujaran Satu orang peserta lima dolar saja! P telah memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan meminimalkan kerugian diri sendiri. Penanda kesantunan P ditunjukkan dengan tuturan hormat tidak resmi yang ditandai dengan penanda imbuhan sufiks -yo pada kata kerja berimbuhan juseyo mohon diberikan. Pada dialog di atas, tampak bahwa P menggunakan variasi tutur bentuk jargon, yaitu pada kosakata gaide pemandu dan frase sugopi uang jasa pelayanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Strategi kesantunan berbahasa Korea yang bagaimanakah yang diterapkan P dengan WK dalam KPW? 2) Bentuk-bentuk satuan verbal apakah yang digunakan oleh P dengan WK untuk mewujudkan kesantunan berbahasa Korea? 3) Apa sajakah fungsi dan makna kesantunan berbahasa Korea P dengan WK? 4) Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa Korea antara P dan WK?

7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan kajian sosiopragmatik, yaitu dengan mengaplikasikan teori sosiolinguistik dan teori pragmatik dalam menganalisis kesantunan berbahasa dari kasus interaksi P dengan WK dalam KPW di daerah pariwisata di Bali. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menemukan, mendeskripsikan, dan menganalisis kesantunan berbahasa P dengan WK yang meliputi hal-hal berikut. 1) Strategi kesantunan berbahasa Korea yang diterapkan oleh P dengan WK dalam KPW terutama berkaitan dengan strategi penyelamatan muka P dalam berinteraksi komunikasi dengan WK dalam KPW. 2) Bentuk-bentuk satuan verbal kesantunan berbahasa yang digunakan P yang meliputi kata, frase, klausa, dan kalimat. 3) Fungsi dan makna kesantunan berbahasa P dengan WK dalam KPW yang terdiri atas fungsi asertif, direktif, ekspresif, deklaratif, dan komisif dalam kegiatan bertutur P dengan WK. Dari segi makna kesantunan terdiri atas makna lokusional, ilokusional, dan perlokusional.

8 4) Faktor-faktor yang memengaruhi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa P dengan WK dalam KPW, yaitu unsur suprasegmental dan kinesik. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik, secara teoretis maupun praktis. Kedua manfaat itu dapat diuraikan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini memberikan peluang untuk mengaplikasikan teori sosiolinguistik dan teori pragmatik sebagai tuntunan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian kesantunan berbahasa interaksi P dengan WK. Aplikasi teori sosiolinguistik dalam penelitian ini menggunakan teori variasi tutur (bahasa) dan etika berbahasa yang bermanfaat untuk penentuan bentuk satuan verbal dari penggunaan ragam bk yang digunakan P dan penentuan faktor-faktor kesantunan dan ketidaksantunan P dalam bertutur dengan WK. Teori pragmatik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teori pengancaman muka oleh Brown dan Levinson (1978), teori tindak tutur oleh Austin dan Searle, teori kerja sama Grice (1975), dan teori prinsip kesantunan oleh Leech (1983). Aplikasi teori pengancaman muka bermanfaat dalam penentuan strategi kesantunan berbahasa oleh P. Teori tindak tutur digunakan untuk menentukan fungsi dan makna kesantuan berbahasa P. Teori kerja sama Grice (1975) bermanfaat untuk

9 menjelaskan penerapan dan pelanggaran maksim-maksim kerja sama dalam komunikasi yang dilakukan P dengan WK. Teori prinsip kesantunan Leech (1983) bermanfaat untuk mengetahui penerapan dan pelanggaran maksim-maksim kesantunan P saat berdialog dengan WK. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui ujaran yang bagaimana yang dikatakan santun dan tidak serta strategi apa yang dapat dilakukan untuk menghindari ketidaksantunan dalam berkomunikasi dengan WK. Penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan bahwa berkomunikasi dengan menggunakan bk hendaknya mengikuti kaidah atau tata cara berbahasa serta memperhatikan konteks situasi terjadinya percakapan tersebut. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan bagi P yang ada di Bali agar dapat memberikan pelayanan yang baik dari segi tata cara berbahasa yang santun kepada WK.