BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler)

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BOILER / KETEL UAP. 1. Pengertian Ketel Uap

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKAR TERHADAP KALOR YANG DIHASILKAN DI RUANG BAKAR BOILER. Abstrak

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER DI PTPN IV PKS BAH JAMBI DENGAN KAPASITAS 45 TON UAP/JAM LAPORAN TUGAS AKHIR

1. Bagian Utama Boiler

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

BAB II LANDASAN TEORI

BOILER MINI TEKANAN RENDAH BERBAHAN BAKAR SAMPAH PERKEBUNAN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Efisiensi PLTU batubara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

MAKALAH UTILITAS FIRE TUBE BOILER. Disusun oleh : Irfan Arfian Maulana ( ) Sintani Nursabila ( )

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI PENDUKUNG

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB II LANDASAN TEORI

KETEL UAP (STEAM BOILER)

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

BAB III LANDASAN TEORI

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Gambar 2.1 Bagian-bagian Boiler

ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR COAL DENGAN KAPASITAS 110 TON/JAM PADA PLTU PANGKALAN SUSU

KETEL UAP (STEAM BOILER)

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 10 TON/JAM TEKANAN KERJA 10 KG/CM 2 TEMPERATUR 173,75 C BAHAN BAKAR BATUBARA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR).

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE BOILER KAPASITAS 10 TON

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

PERANCANGAN KETEL UAP LANCASHIRE DENGAN KAPASITAS 10 TON PER JAM SKRIPSI

BAB IV BAHASAN UTAMA

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Boiler Boiler/ketel uap merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam berupa energi kerja. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air panas atau steam pada tekanan dan suhu tertentu mempunyai nilai energi yang kemudian digunakan untuk mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor ke suatu proses. Jika air didihkan sampai menjadi steam, maka volumenya akan meningkat sekitar 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga sistem boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik. Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan, temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan tekanan-temperatur rendah (low pressure/lp), dan tekanan-temperatur tinggi (high pressure/hp), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers). Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan 5

energi listrik, kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan ke dalam proses industri. Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan dari sistem air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. 2.2 Klasifikasi Boiler Boiler/ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada ujung pangkalnya dan dalam perkembangannya dilengkapi dengan pipa api maupun pipa air. Banyak orang mengklasifikasikan ketel uap tergantung kepada sudut pandang masing-masing. Dalam laporan ini ketel uap diklasifikasikan dalam kelas yaitu: 1. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka ketel diklasifikasikan sebagai: a. Ketel pipa api (fire tube boiler) Pada ketel pipa api, fluida yang mengalir dalam pipa adalah gas nyala (hasil pembakaran), yang membawa energi panas (thermal energy), yang segera mentransfernya ke air ketel melalui bidang pemanas (heating 6

surface). Tujuan pipa-pipa api ini adalah untuk memudahkan distribusi panas (kalor) kepada air ketel. Api/gas asap mengalir dalam pipa sedangkan air/uap diluar pipa Drum berfungsi untuk tempat air dan uap, disamping itu drum juga sebagai tempat bidang pemanas. Bidang pemanas terletak di dalam drum, sehingga luas bidang pemanas yang dapat dibuat terbatas. Gambar 2.1 diagram sederhana fire tube boiler b. Ketel pipa air (water tube boiler) Pada ketel pipa air, fluida yang mengalir dalam pipa adalah air, energi panas ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur) ke air ketel. 7

Gambar 2.2 water tube boiler Cara kerja: Proses pengapian terjadi diluar pipa. Panas yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya dikondisikan terlebih dahulu melalui ecomonizer. Steam yang dihasilkan kemudian dikumpulkan terlebih dahulu didalam sebuah steam drum sampai sesuai. Setelah melalui tahap secondary superheater dan primary superheater, baru steam dilepaskan ke pipa utama distribusi. Karakteristik: - Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi. - Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air. Sehingga air harus dikondisikan terhadap mineral dan kandungan lain yang larut dalam air. - Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang sangat tinggi seperti pada pembangkit tenaga. 8

- Menggunakan bahan bakar minyak, dan gas untuk water tube boiler yang dirakit dari pabrik. - Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler yang tidak dirakit di pabrik. 2. Berdasarkan pemakaiannya, ketel dapat diklasifikasikan sebagai: a. Ketel stasioner (stationary boiler) atau ketel tetap. b. Ketel mobil (mobile boiler), ketel pindah atau portabel boiler. Yang termasuk stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan diatas pondasi yang tetap, seperti boiler untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan lain-lain yang sepertinya. Gambar 2.3 ketel stasioner (stationary boiler) Yang termasuk ketel mobil, adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-pindah (mobile), seperti boiler lokomotif, loko mobil dan ketel panjang serta lain yang sepertinya termasuk ketel kapal (marine boiler). 9

Gambar 2.4 Ketel mobil (mobile boiler) 3. Berdasarkan letak dapur (furnace positition), ketel uap diklasifikasikan sebagai: a. Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler), dalam hal ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian dalam ketel. Kebanyakan ketel pipa api memakai sistem ini. Gambar 2.5 Ketel pembakaran di dalam b. Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler), dalam hal ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian luar ketel, kebanyakan ketel pipa air memakai sistem ini. 10

Gambar 2.6 ketel pembakaran di luar 4. Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube), ketel ini diklasifikasikan sebagai: a. Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler). b. Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler). Pada single tube steam boiler, hanya terdapat satu lorong saja, apakah itu lorong api atau saluran air saja. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan simple vertikal boiler adalah single water tube steam boiler. Gambar 2.7 single tube steam boiler Multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler misalnya ketel B dan W dan lain-lain. 11

Gambar 2.8 Multi fire tube boiler 5. Tergantung kepada poros tutup drum (shell), ketel diklasifikasikan sebagai: a. Ketel tegak (vertical steam boiler), seperti ketel cochran, ketel clarkson dan lain-lain sepertinya. Gambar 2.9 Ketel tegak (vertical steam boiler) b. Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish, lancashire, scotch dan lain-lain. 12

Gambar 2.10 Ketel mendatar (horizontal steam boiler) 6. Menurut bentuk dan letak pipa, ketel uap diklasifikasikan sebagai: a. Ketel dengan pipa lurus, bengkok, dan berlekak-lekuk (straight, bent and sinous tubuker heating surface). Gambar 2.11 Ketel dengan pipa lurus, bengkok, dan berlekak-lekuk (straight, bent and sinous tubuker heating surface). b. Ketel dengan pipa miring-datar dan miring-tegak (horizontal, inclined or vertical tubuler heating surface). 13

Gambar 2.12 Ketel dengan pipa miring-datar dan miring-tegak (horizontal, inclined or vertical tubuler heating surface). 7. Menurut sistem peredaran air ketel (water circulation), ketel uap diklasifikasikan sebagai: a. Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler). b. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler). 8. Tergantung kepada sumber panasnya (heat source) untuk pembuatan uap, ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai: a. Ketel uap dengan bahan bakar alami. b. Ketel uap dengan bahan bakar buatan. c. Ketel uap dengan dapur listrik. d. Ketel uap dengan energi nuklir. 2.3 Bagian-Bagian Boiler Pada garis besarnya water tube boiler terdiri dari: a) Ruang Bakar (Furnace) Terdiri dari 2 ruangan, yaitu: 14

1. Ruang pertama, berfungsi sebagai ruang pembakaran, dimana panas yang dihasilkan diterima langsung oleh pipa-pipa air yang berada di dalam ruang dapur tersebut, yang terdiri dari pipa-pipa air dari drum ke header samping kanan kiri. 2. Ruang kedua, merupakan ruang gas panas yang diterima dari hasil pembakaran dalam ruang pertama. Dalam ruang ini sebagian besar panas dari gas diterima oleh pipa-pipa air drum atas ke drum bawah. b) Forced Draft Fan (Fd Fan) Dalam ruang pembakaran pertama, udara pembakaran ditiupkan oleh blower penghebus udara (forced draft fan) melalui kisi-kisi bagian bawah dapur (fire grates/under roaster). c) Drum Atas (Steam Drum) Gambar 2.13 Fd Fan Drum atas berfungsi sebagai tempat pembentukan uap. 15

Gambar 2.14 Steam Drum d) Pipa Uap Pemanas Lanjut (Superheater Pipe) Uap hasil penguapan di dalam drum atas untuk sebagian turbin belum dapat dipergunakan, untuk itu harus dilakukan pemanasan uap lebih lanjut melalui pipa superheater sehingga uap benar-benar kering dengan suhu 260-280 0 C. Superheater pipe ini dipasang di dalam ruang bakar kedua. e) Drum Bawah (Mud Drum) Drum bawah berfungsi sebagai tempat pemanasan air yang didalamnya dipasang plat-plat pengumpul endapan untuk memudahkan pembuangan keluar (blow down). 16

Gambar 2.15 Mud Drum f) Pipa-Pipa Air (Header) Pipa-pipa air ini berfungsi sebagai tempat pemanasan air yang dibuat sebanyak mungkin, sehingga penyerapan panas lebih merata dengan efisiensi tinggi. Pipa-pipa air ini terbagi dalam : 1. pipa air yang menghubungkan drum atas dengan header muka/belakang 2. pipa air yang menghubungkan drum dengan header samping kanan/samping kiri 3. pipa air yang menghubungkan drum atas dengan drum bawah 4. pipa air yang menghubungkan drum bawah dengan header belakang g) Pembuangan Abu (Ash Hopper) Abu yang terbawa gas panas dari ruang pembakaran pertama, terbuang/jatuh didalam pembuangan abu yang berbentuk kerucut. 17

Gambar 2.16 Pembuangan Abu (Ash Hopper) h) Pembuangan Gas Bekas Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh blower isap (induced draft fan) melalui saringan abu (dust collector) kemudian dibuang ke udara bebas melalui corong asap (chimney). Pengaturan tekanan didalam dapur dilakukan pada corong keluar blower (exhaust) dengan klep yang diatur secara otomatis oleh alat hydrolis (furnace draft controller). Gambar 2.17 Chimney i) Pressure Furnace Draft Controller Pressure Furnace Draft Controller berfungsi untuk pengatur tekanan permukaan. 18

j) Induced Draft Fan Gambar 2.18 Pressure Furnace Draft Controller Induced Draft Fan berfungsi sebagai penghisap abu dari gas bekas. Gambar 2.19 Induced Draft Fan k) Dust Collector Dust Collector berfungsi sebagai penyaring abu gas bekas. 19

Gambar 2.20 Dust Collector l) Alat-Alat Pengaman 1. Katup Pengaman (Safety Valve) Alat ini bekerja apabila tekanan kerja melebihi dari tekanan yang telah ditentukan sesuai dengan penyetelan klep pada alat ini. 2. Gelas Penduga Gambar 2.21 Savety Valve 20

Gelas penduga adalah alat untuk melihat tinggi air didalam drum atas guna memudahkan pengontrolan air dalam ketel selama operasi. Gambar 2.22 Gelas Penduga 3. Keran Blow down Keran blow down (blow down valve) berfungsi untuk membuang endapan yang tidak terlarut (total dissolved solid) pada mud drum sehingga nilai tds air boiler yang diharapkan dapat terjaga. Pola perlakuan blow down lebih baik dengan frekuensi yang tinggi dari pada dilakukan dengan periode yang lama untuk sekali blow down. 21

Gambar 2.23 Keran Blow down 4. Manometer Manometer adalah alat pengukur tekanan uap didalam boiler yang dipasang satu buah untuk penunjuk tekanan uap basah (saturated) dan satu buah untuk tekanan uap kering (superheated). Gambar 2.24 Manometer 22

5. Keran Uap Induk Keran uap induk (main steam valve) berfungsi sebagai alat untuk membuka dan menutup aliran uap boiler yang terpasang pada pipa uap induk. Gambar 2.25 Keran Uap Induk 6. Kontrol Air Umpan Berfungsi sebagai pengontrol bukaan valve air umpan boiler ke dalam steam drum yang dapat dilakukan secara otomatis melalui water level controller. (a) (b) Gambar 2.26 (a) Automatic Feed Regulator (b) Water Level Controller 23

7. Soot Blower Berfungsi sebagi alat penghebus debu yang ada pada bagian luar pipa-pipa air boiler. Gambar 2.27 Soot Blower 8. Panel Utama (Main Panel) Panel Utama (Main Panel) berfungsi sebagai pengontrol atau alat pengaman semua alat-alat pada boiler. Gambar 2.28 Panel Utama (Main Panel) 24

m) Pipa Waterwall Pada ruang bakar ketel uap komponen yang paling penting adalah pipa waterwall, dimana panas yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar diserap waterwall, sehingga air yang terdapat pada pipa waterwall mengalami penaikan temperatur sampai berubah menjadi uap. Tube Wall adalah merupakan pipa yang dirangkai membentuk dinding dan dipasang secara vertikal pada 4 (empat) sisi, sehingga membentuk ruangan persegi empat yang disebut ruang bakar. Fungsi tube wall adalah alat pemanas air dengan bidang yang luas sehingga mempercepat proses penguapan. Gambar 2.29 Wall Tube Boiler n) Superheater Superheater adalah piranti penting pada unit pembangkit uap. Tujuannya adalah untuk meningkatkan temperatur uap jenuh tanpa menaikkan tekanannya. Biasanya piranti ini merupakan bagian integral dari ketel, dan ditempatkan dijalur gas asap panas dari 25

dapur. Pada dari gas asap ini digunakan untuk memberikan panas lanjut pada uap. Gambar 2.30 Superheater. 2.4 Pengoperasian Boiler Pada umumnya setiap mesin yang diproduksi oleh pabrik selalu dilengkapi dengan handbook/ buku petunjuk cara pemasangan, perawatan, dan pengoperasiannya. Begitu juga dengan ketel uap yang ada di PT. PP London Sumatera sektor Dolok Palm Oil Mill terdapat buku petunjuk tentang spesifikasi pengoperasian, perawatan, pemasangan, dan lain-lain. Secara garis besar penulis akan menjelaskan pengoperasian boiler berdasarkan petunjuk yang ada dari buku petunjuk dan penjelasan dari operator, diantaranya: Ketentuan Umum Sebelum mengoperasikan boiler ada beberapa hal yang harus diperhatikan demi kelancaran dan keselamatan kerja, diantara: - Tekanan ketel uap maksimum yang diijinkan 26

- Tekanan uap yang diperlukan - Kapasitas produksi uap maksimum - Pemeriksaan visual pada bagian luar dan dalam - Tangki air umpan (feed water tank) dalam keadaan penuh - Pompa air umpan (feed water pump) dalam kondisi baik - Seluruh peralatan pengaman boiler dalam kondisi baik - Tinggi permukaan air boiler di dalam drum sesuai dengan batas yang ditentukan - Dapur dalam keadaan bersih - Bahan bakar cukup tersedia Urutan menghidupkan boiler 1. Buka keran buangan udara (vent drain) pada drum superheater (bila menggunakan superheater 2. Drain air pada gelas penduga 3. Hidupkan pompa air umpan dan buka keran buangan air pada drum (blow down) 4. Kemudian keran tersebut ditutup dan ketinggian air diatur sampai batas yang ditentukan 5. Hidupkan fuel modulating dan fuel feeder fan 6. Hidupkan pendulum 7. Hidupkan conveyor bahan bakar 8. Isi bahan bakar dan hidupkan api 9. Setelah api cukup besar hidupkan induced draft fan dengan posisi damper tertutup dan setelah putaran idf normal buka damper dan atur ampere idf sekitar 125 amp 27

10. Hidupkan secondary fan 11. Hidupkan forced draft fan dan dijaga agar tekanan udara dalam ruang bakar (10 30 mm hg) 12. Tutup valve buang udara pada drum superheater 13. Pada tekanan 15 bar kerangan induk steam dapat dibuka secara perlahan-lahan 14. Naikkan tekanan boiler sampai tekanan kerja (20 bar) 15. Lakukan blowdown secara kontinyu (sesuai dengan kondisi tds) 16. Pertahankan tekanan steam normal dengan pengaturan bahan bakar melalui pressure f d controller 17. Lakukan soot blower setiap 3 jam sekali 18. Lakukan penarikan kerak setiap 4 jam sekali Urutan menghentikan boiler : 1. Turunkan tekanan dengan menutup sliding door bahan bakar 2. Matikan fd fan 3. Matikan secondary fan 4. Buka pintu ruang bakar dan tarik abu keluar 5. Pastikan turbin uap telah berhenti kemudian tutup kerangan induk steam 6. Matikan id fan 7. Turunkan tekanan dengan melakukan sirkulasi air 28

8. Tutup keran uap pada deaerator dan feed tank 9. Matikan deaerator pump dan feed water pump Dalam hal boiler kekurangan air akibat kerusakan pompa air : 1. Hentikan induced draft fan, forced draft fan dan secondary fan 2. Tutup keran induk 3. Tarik api 4. Tutup semua pintu setelah selesai tarik api agar udara dingin tidak masuk ke dalam dapur 5. Periksa penyebab kerusakan pompa. 2.5 Bahan Bakar Boiler Agar kualitas uap yang dihasilkan dari ketel uap sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan maka dibutuhkan sejumlah panas untuk menguapkan air tersebut, dimana panas tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar ketel. Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna di dalam ketel maka diperlukan beberapa syarat, yaitu: 1. Perbandingan pemakaian bahan bakar harus sesuai (cangkang dan fiber) 2. Udara yang dipakai harus mencukupi 3. Waktu yang diperlukan untuk proses pembakaran harus cukup. 4. Panas yang cukup untuk memulai pembakaran 5. Kerapatan yang cukup untuk merambatkan nyala api 6. Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah cangkang dan fiber. Adapun alasan mengapa digunakan cangkang dan fiber sebagai bahan bakar adalah : 1. Bahan bakar cangkang dan fiber cukup tersedia dan mudah diperoleh dipabrik. 2. Cangkang dan fiber merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit apabila tidak digunakan. 29

3. Nilai kalor bahan bakar memenuhi persyaratan untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. 4. Sisa pembakaran bahan bakar dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa sawit. 5. Harga lebih ekonomis. Cangkang adalah sejenis bahan bakar padat yang berwarna hitam berbentuk seperti batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa sawit yang diselubungi oleh serabut. Pada bahan bakar cangkang ini terdapat berbagai unsur kimia antara lain : Carbon (C), Hidrogen (H 2 ), Nitrogen (N 2 ), Oksigen (O 2 ) dan Abu. Dimana unsur kimia yang terkandung pada cangkang mempunyai persentase (%) yang berbeda jumlahnya, bahan bakar cangkang ini setelah mengalami proses pembakaran akan berubah menjadi arang, kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada dapur akan terbang sebagai ukuran partikel kecil yang dinamakan partikel pijar. Apabila pemakaian cangkang ini terlalu banyak dari fiber akan menghambat proses pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api kurang sempurna, dan jika cangkang digunakan sedikit, panas yang dihasilkan akan rendah, karena cangkang apabila dibakar akan mengeluarkan panas yang besar. Fiber adalah bahan bakar padat yang bebentuk seperti rambut, apabila telah mengalami proses pengolahan berwarna coklat muda, serabut ini terdapat dibagian kedua dari buah kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit, didalam serabut dan daging buah sawitlah minyak CPO terkandung. Panas yang dihasilkan fiber jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh cangkang, oleh karena itu perbandingan lebih besar fiber dari pada cangkang. Disamping fiber lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian fiber yang berlebihan akan berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat proses perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan dalam ruang dapur dan menutupi pipa water wall, disamping mempersulit pembuangan dari pintu ekspansion door (pintu keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang berlebihan. 30

Gambar 2.31 Fiber kelapa sawit Gambar 2.32 Cangkang sawit Komposisi Bahan Bakar Cangkang dan Fiber Pada Palm Oil Mill ini menggunakan ketel uap pipa air BOILERMECH berbahan bakar cangkang dan fiber. Penulis akan mencari nilai kalor dari cangkang dan fiber tersebut. Adapun data yang diperoleh dari Palm Oil Mill mengenai kandungan unsur-unsur yang terdapat pada cangkang dan fiber pada 31

perbandingan 1 : 3 dan komposisi 1 kg bahan bakar cangkang dan fiber adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar Nama Unsur Cangkang Fiber Karbon (C) 61,34 % 40,00 % Hidrogen (H 2 ) 3,25 % 4,25 % Oksigen (O 2 ) 31,16 % 30,29 % Nitrogen (N 2 ) 2,45 % 22,29 % Abu 1,80 % 3,17 % Sumber : Palm Oil Mill Maka komposisi 1 kg bahan bakar adalah sebagai berikut : C = 1 3 ( x 61,34 %) + ( x 40,00%) 4 4 = 45,335 % = 0,45335 kg H 2 = 1 3 ( x 3,25 %) + ( x 4 4 4,25%) = 4 % = 0,04 kg O 2 = 1 3 ( x 31,16 %) + ( x 4 4 30,29 %) = 30,5075 % = 0,305075 kg N 2 = 1 3 ( x 2,45 %) + ( x 4 4 22,29 %) = 17,330 % = 0,17330 kg Abu = 1 3 ( x 1,80 %) + ( x 4 4 3,17 %) = 2,8275 % = 0,028275 kg = 100 % = 1,00 kg 32

2.6 Siklus Rankine Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama siklus pada saat evaporasi dan kondensasi, oleh karena itu fluida kerja untuk siklus Rankine harus merupakan uap. Siklus Rankine ideal tidak melibatkan beberapa masalah irreversibilitas internal. Irreversibilitas internal dihasilkan dari gesekan fluida, throttling, dan pencampuran, yang paling penting adalah irreversibilitas dalam turbin dan pompa dan kerugian-kerugian tekanan dalam penukar-penukar panas, pipa-pipa, bengkokan-bengkokan, dan katup-katup. Temperatur air sedikit meningkat selama proses kompresi isentropik karena ada penurunan kecil dari volume jenis air, air masuk boiler sebagai cairan kompresi pada kondisi 2 dan meninggalkan boiler sebagai uap kering pada kondisi 3. Boiler pada dasarnya penukar kalor yang besar dimana sumber panas dari pembakaran gas, reaktor nuklir atau sumber yang lain ditransfer secara esensial ke air pada tekanan konstan. Uap superheater pada kondisi ke 3 masuk ke turbin yang mana uap diexpansikan secara isentropik dan menghasilkan kerja oleh putaran poros yang dihubungkan pada generator lisrik. Temperatur dan tekanan uap jatuh selama proses ini mencapai titik 4, dimana uap masuk ke kondensor dan pada kondisi ini uap biasanya merupakan campuran cairan-uap jenuh dengan kualitas tinggi. Uap dikondensasikan pada tekanan konstan di dalam kondensor yang merupakan alat penukar kalor mengeluarkan panas ke medium pendingin. 33

Gambar 2.33 Diagram alir siklus Rankine sederhana Gambar 2.34 Diagram T-s siklus Rankine sederhana 34

berikut : Salah satu modifikasi dari siklus Rankine dapat dilihat pada gambar Gambar 2.35 Diagram alir siklus Rankine dengan satu tingkat ekstraksi Uap panas lanjut dari ketel memasuki turbin, setelah melalui beberapa tingkatan sudu turbin, sebagian uap diekstraksikan ke deaerator, sedangkan sisanya masuk ke kondensor dan dikondensasikan didalam kondensor. Selanjutnya air dari kondensor dipompakan ke deaerator juga. Di dalam deaerator, uap yang berasal dari turbin yang berupa uap basah bercampur dengan air yang berasal dari kondensor. Kemudian dari deaerator dipompakan kembali ke ketel, dari ketel ini air yang sudah menjadi uap kering dialirkan kembali lewat turbin. Tujuan uap diekstraksikan ke deaerator adalah untuk membuang gas-gas yang tidak terkondensasi sehingga pemanasan pada ketel dapat berlangsung efektif, mencegah korosi pada ketel, dan meningkatkan efisiensi siklus. Untuk mempermudah penganalisaan siklus termodinamika ini, prosesproses tersebut di atas disederhanakan dalam bentuk diagram berikut : 35

Gambar 2.36 Diagram T-s siklus Rankine dengan satu tingkat ekstraksi Siklus Rankine terbuka pada boiler yang ada di Palm Oil Mill: Gambar 2.37 Diagram alir siklus Rankine terbuka 36

Gambar 2.38 Diagram T-s siklus Rankine terbuka 2.7 Proses Pembentukan Uap Sebagai fliuda kerja di ketel uap, umumnya digunakan air (H 2 O) karena bersifat ekonomis, mudah di peroleh, tersedia dalam jumlah yang banyak, serta mempuyai kandungan entalpi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan fluida kerja yang lain. Penguapan adalah proses terjadinya perubahan fasa dari cairan menjadi uap. Apabila panas diberikan pada air, maka suhu air akan naik. Naiknya suhu air akan meningkatkan kecepatan gerak molekul air. Jika panas terus bertambah secara perlahan-lahan, maka kecepatan gerak air akan semakin meningkat pula, hingga sampai pada suatu titik dimana molekul-molekul air akan mampu melepaskan diri dari lingkungannya (100 o ) pada tekanan 1[kg/cm 2 ], maka air secara berangsur-angsur akan berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang disebut sebagai penguapan. 37

Proses perubahan fasa air menjadi uap dapat digambarkan pada diagram T- S seperti gambar dibawah: Gambar 2.39 Diagram T-S Keterangan: 1-2 : Pipa-pipa evaporator pipa penguat 2-3 : Pipa-pipa superheater 1-3 : Ketel uap 2.8 Metode Pengkajian Efisiensi Boiler Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada skripsi ini adalah metode langsung. Secara umum skripsi ini akan membahas analisa nilai kalor bahan bakar dan perhitungan efisiensi boiler. Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler atau ketel uap yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan atau diserap oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar. 38

Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler : 1) Metode Langsung Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler. Metodologi Dikenal juga sebagai metode input-output karena kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus: Efisiensi Boiler (η) = Efisiensi Boiler (η) = Keterangan: W s = kapasitas produksi uap ( kg uap/jam ) W f = konsumsi bahan bakar ( kg/jam ) h 3 = entalpi uap ( kj/kg ) h 1 = entalpi air umpan/pengisi ketel ( kj/kg ) LHV = nilai kalor pembakaran rendah (kj/kg) Keuntungan metode langsung - Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler - Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan - Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan - Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark Kerugian metode langsung - Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi sistem yang lebih rendah 39

- Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat efisiensi 2) Metode Tidak Langsung Efisiensi merupakan perbedaan antar kehilangan dan energi masuk. Metodologi Standar acuan untuk Uji Boiler di tempat dengan menggunakan metode tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units. Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai berikut: Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii) Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan oleh: i. Gas cerobong yang kering ii. Penguapan air yang terbentuk karena H 2 dalam bahan bakar iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak langsung adalah: 40

- Analisis ultimate bahan bakar (H 2, O 2, S, C, kadar air, kadar abu) - Persentase oksigen atau CO 2 dalam gas buang - Suhu gas buang dalam o C (T f ) - Suhu awal dalam o C (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering - LHV bahan bakar dalam kkal/kg - Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat) - LHV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat) Keuntungan metode tidak langsung Dapat diketahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran, yang dapat memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk meningkatkan efisiensi boiler. Kerugian metode tidak langsung - Perlu waktu lama - Memerlukan fasilitas laboratorium untuk analisis. Untuk penyusunan skripsi ini penulis menganalisa dengan metode langsung, dimana penulis mengambil data secara langsung dilapangan meliputi : - Steam pressure superheater (bar) - Temperatur feed tank ( o C) - Temperatur daerator ( o C) - Temperatur out let steam ( o C) - Steam flow (ton uap/jam) 41

2.9 Neraca Panas Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi yang dikandung dalam aliran masing-masing. Gambar 2.40 Diagram neraca energi boiler Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam. Gambar 2.41 Kehilangan pada Boiler yang Berbahan Bakar Batubara 42

Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat dihindarkan. Tujuan dari Produksi Bersih dan/atau pengkajian energi harus mengurangi kehilangan yang dapat dihindari, dengan meningkatkan efisiensi energi. Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi: Kehilangan gas cerobong: - Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan). - Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan (pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler). Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu (mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik), Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat), Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat) Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik). 2.10 Nilai kalor (Heating Value) Nilai kalor merupakan energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut. Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen (O2) akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas beberapa unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N). Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini 43

sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan volume bahan bakar. Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di dalam bahan bakar. Dikenal dua jenis pembakaran (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawatpesawat Konversi Energi 1 (Ketel Uap) 1988:160), yaitu: 1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High Heating Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari proses pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran. Dirumuskan dengan: HHV = 33950 C + 144200 (H 2 O 2 /8) + 9400 S kj/kg 2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low Heating Value (LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap air dari hasil pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses pembakaran. Dirumuskan dengan: LHV = HHV 2411 (9H 2 ) kj/kg 2.11 Kebutuhan Udara Pembakaran Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna yang meliputi : a. Kebutuhan udara teoritis (Ut) : Ut = 11,5 C + 34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgbb 44

b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us) : Us = Ut (1+α) kg/kgbb 2.12 Gas Asap Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari sejumlah energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran disebut gas asap. a. Berat gas asap teoritis (Gt) Gt = Ut + (1-A) kg/kgbb Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash) Gas asap yang terjadi terdiri dari: - Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan akar dengan O 2 dari udara seperti CO 2, H 2 O, SO 2 - Unsur N 2 dari udara yang tidak ikut bereaksi - Sisa kelebihan udara Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui: 1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO 2 1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO 2 1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H 2 O Maka untuk menghitung berat gas asap pembakran perlu dihitung dulu masing-masing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:196): Berat CO 2 = 3,66 C kg/kg Berat SO 2 = 2 S kg/kg Berat H 2 O = 9 H2 kg/kg 45

Berat N 2 = 77% Us kg/kg Berat O 2 = 23% 20% Ut Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap: Berat gas asap (Gs) = W CO 2 + W SO 2 + W H 2 O + W N 2 + W O 2 Atau b. Berat gas asap sebenarnya (Gs) Gs = Us + (1-A) kg/kgbb Untuk menetukan komposisi dari gas asap didapatkan: Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100% 2.13 Volume Gas Asap Jumlah oksigen adalah 21% jumlah udara pembakaran. Jadi: V(o 2 ) = 21% (V a ) act ; belum termaksud oksigen yang dikandung dalam bahan bakar. Oksigen yang terdapat dalam bahan bakar tergantung persentasenya. Dengan demikian maka volume gas asap basah adalah : Vg = Dimana : Vg C S H 2 1,24 (9 H 2 ) m 3 /kgbb = Volume gas asap (m 3 /kgbb) = Nilai carbon bahan bakar = Nilai Sulfur bahan bakar = Nilai Hidrogen bahan bakar 46

2.14 Perhitungan Efisiensi Boiler Daya guna (efisiensi) boiler adalah perbandingan antara konsumsi panas dengan suplai panas (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:223). Keterangan: W s = kapasitas produksi uap ( kg uap/jam ) W f = konsumsi bahan bakar ( kg/jam ) h 3 = entalpi uap ( kj/kg ) h 1 = entalpi air umpan/pengisi ketel ( kj/kg ) LHV = nilai kalor pembakaran rendah (kj/kg) 47