HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

dokumen-dokumen yang mirip
Kelembaban Udara. Klimatologi. Meteorology for better life

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke-8 (TEKANAN UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

Campuran udara uap air

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

ALAT UKUR KELEMBABABAN UDARA

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unsur Cuaca = unsur iklim. Keadaan fisik atmosfir bumi yang dapat diukur.

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

BAB II LANDASAN TEORI

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

SUHU, TEKANAN, & KELEMBABAN UDARA

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER

BAB II LANDASAN TEORI

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Brennan (1978), pengeringan atau dehidrasi didefinisikan sebagai pengurangan kandungan air oleh panas buatan dengan kondisi temperatur, RH, da

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

BAB III LEMBAR UDARA ( = HUMIDITY)

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

AWAN DAN KELEMBABAN BAB. Siklus Air di Atmosfir. Penguapan, Kondensasi, dan Titik Jenuh

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ENGE DA D L A IAN IA RH S ELAM A A A PENY

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

BAB III METODE PENELITIAN

KLASIFIKASI IKLIM. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Suhu dan Kalor

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

PENGATURAN LAJU KAVITASI ULTRASONIK BERBASIS PID UNTUK MENGATUR KELEMBABAN RUANGAN. Monika Putri Dewi

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.2

Proses Pengeringan. Rosdaneli Hasibuan. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 4. Bagaimana cara menampilkan hasil suhu dan kelembaban yang terbaca dengan menggunakan LCD dan komputer?

Salah satu jenis pengering udara adalah regenerative desiccant air dryer. Gambar 2.2 merupakan salah satu contoh dari alat pengering udara jenis

PENGARUH TEMPERATUR UDARA, ALIRAN UDARA DAN TEBAL TUMPUKAN GULA AREN TERHADAP LAJU PENGERINGAN GULA AREN

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

BAB III ANALISA PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9

BAB 2 DATA METEOROLOGI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Transkripsi:

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT. js1 1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yg dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volume. 1

Slide 2 js1 jadfan sidqi, 3/29/2016

1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dgn keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. 1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dgn masalah yg dibahas. 2

1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Sebagai contoh, laju penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh defisit tekanan uap air daripada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan uap aktualnya relatif rendah. 2. Pernyataan Kelembaban A. Kerapatan uap air adalah massa uap air per satuan volume udara yg mengandung uap air tsb, yg dapat dituliskan sbb: ρ v = m v /V Dengan : ρ v = kerapatan uap air (kg m 3 ) m v = massa uap air (kg) pada volume udara sebesar V V= volume udara (m 3 ) 3

a. Kerapatan uap air Kerapatan ini merupakan pernyataan kelembaban mutlak yg besarnya ditentukan oleh massa uap air (m v ) yg dikandung udara tersebut. Pada daerah lembab dan panas spt Indonesia dapat diduga bahwa ρ v akan lebih tinggi daripada daerah temperate yg relatif kering terutama pada musim dingin (winter). Pada musim dingin kapasitas udara untuk menampung uap air menjadi kecil. b. Tekanan uap air Pernyataan tekanan uap air (e a ) lebih umum digunakan daripada kerapatannya (ρ v ). Berdasarkan Hukum Gas Ideal, tekanan uap air tsb dapat dinyatakan sbb : e a = n.r.t/v Dengan : n = jumlah mol R = tetapan gas umum (8,3143 JK 1 mol 1 ) T = suhu mutlak (K) V = volume udara (m 3 ) 4

c. Kelembaban spesifik dan nisbah campuran Kelembaban spesifik (spesific humidity, q) adalah perbandingan antara massa uap air (m v ) dgn massa udara lembab, yaitu massa udara kering (m d ) bersama sama uap air tsb (m v ). q = m/(m d + m v ) Tetapi bila massa uap air tsb hanya dibandingkan dgn massa udara kering, maka disebut nisbah campuran (mixing ratio) dilambangkan dgn r r = m v /m d d. Kelembaban nisbi (relative humidity, RH) Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dgn tekanan uap aktual (e a ), maka kapasitas udara untuk menampung uap air tsb merupakan tekanan uap jenuh (e s ). Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat dituliskan dalam (%) sbb : RH = 100 e a /e s 5

d. Kelembaban nisbi (relative humidity, RH) Bila RH = 100% maka tekanan uap aktual akan sama dengan tekanan uap jenuh. Tekanan uap jenuh (atau kapasitas udara untuk menampung uap air) tergantung oleh suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kapasitas untuk menampung uap air atau e s meningkat. Oleh sebab itu pada ea yg tetap, RH akan lebih kecil bila suhu udara meningkat dan sebaliknya RH makin tinggi bila suhu udara lebih rendah. d. Kelembaban nisbi (relative humidity, RH) Tekanan uap jenuh seperti e s dapat dihitung dari fungsi suhu udara berdasarkan persamaan empiris sbb: e s = 6,1078 e {17,239 T/(T+237,3)} Dengan : e s = tekanan uap jenuh (mb) T = suhu udara ( C) 6

e. Defisit tekanan uap air Selisih antara tekanan uap air jenuh dgn tekanan uap aktualnya menyatakan defisit tekanan uap air (vpd). Defisit ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilainya udara semakin kering dan dapat dihitung sbb: vpd = e s e a f. Suhu titik embun (dew point) Pada tekanan uap air (e a ) tetap maka pendinginan udara (suhu udara turun) akan meningkatkan RH sampai 100% pada saat e a = e s. Suhu pada waktu tercapai e a = e s disebut dgn suhu titik embun (T d ) dan bila suhu turun terus maka uap air akan berubah menjadi air (kondensasi). Di alam pengembunan terjadi pada pagi hari sekitar saat terjadinya suhu minimum. 7

f. Suhu titik embun (dew point) Proses kondensasi ini juga terjadi di awan dgn suhu titik embun terjadi pada aras kondensasi yg merupakan dasar awan. Di atas dasar awan suhunya makin rendah sehingga uap air akan berubah menjadi butir butir air (kondensasi) ygmembentuk awan tersebut. 3. Sebaran Kelembaban Udara a. Sebaran kelembaban nisbi menurut waktu Karena kapasitas udara untuk menampung uap air (sering dinyatakan dgn e s ) semakin tinggi dgn naiknya suhu udara, maka pada tekanan uap aktual (e a ) yg relatif tetap antara siang dan malam hari mengakibatkan RH akan lebih rendah pada siang hari tetapi lebih tinggi pada malam hari. 8

a. Sebaran kelembaban nisbi menurut waktu RH lebih tinggi pada malam hari dan mencapai maksimum pada pagi hari sebelum matahari terbit menyebabkan proses pengembunan bila udara bersentuhan dgn bidang/permukaan yg suhunya lebih rendah dari suhu titik embun. Embun terbentuk pada tempat tempat yg terbuka atau tidak ternaungi seperti bagian terluar dari tajuk pohon dan di rumput yg tidak terlindungi oleh tanaman atau benda benda lainnya. a. Sebaran kelembaban nisbi menurut waktu Tempat tempat tersebut mempunyai suhu terendah pada malam hari karena paling banyak kehilangan energi melalui pancaran radiasi gelombang panjang. Di daerah tropika basah seperti Indonesia, kelembaban rata rata harian atau bulanan relatif tetap sepanjang tahun, umumnya RH lebih dari 60%. 9

a. Sebaran kelembaban nisbi menurut waktu Perubahan kelembaban rata rata ini tidak terlalu jelas karena variasi suhu harian yg juga sangat kecil. Sedangkan untuk daerah lintang tinggi, variasi kelembaban nisbi relatif lebih besar karena variasi suhu hariannya yg juga besar. b. Sebaran kelembaban nisbi menurut tempat Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yg menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air di tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. 10

b. Sebaran kelembaban nisbi menurut tempat Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah daerah di Kalimantan, maka penguapan akan besar yg berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yg tinggi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yg tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara utk menampung uap air relatif kecil. b. Sebaran kelembaban nisbi menurut tempat Secara makro, kelembaban nisbi (RH) umumnyatinggi pada pusatpusat tekanan rendah berkaitan dgn naiknya massa udara lembab sebagai salah satu syarat pembentukan awan dan hujan. Karena banyak hujan maka banyak air yg dapat diuapkan sehingga daerah tersebut menjadi relatif lembab. 11

b. Sebaran kelembaban nisbi menurut tempat Kelembaban nisbi tertinggi terjadi di daerah ITCZ karena penguapannya yg tinggi akibat penerimaan energi radiasi surya yg besar sepanjang tahun. Sebaliknya pada pusat pusat tekanan tinggi (antisiklon), disamping jarang hujan, kelembaban nisbi yg rendah disebabkan massa udara yg turun membawa udara kering karena uap air sudah terkondensasi menjadi awan di tempat lain. 4. Prinsip Pengukuran Kelembaban Udara Beberapa prinsip yg umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan, (2) massa pada benda benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut higrometer sedangkan yg menggunakan metode termodinamika disebut dgn psikrometer. 12

a. Metode pertambahan panjang Pada metode pertambahan panjang, peningkatan kelembaban (nisbi) berkorelasi dengan pertambahan panjang benda higroskopis (rambut). Sehingga higrometer dapat dibuat berdasarkan kalibrasi hubungan antara kelembaban nisbi dgn pertambahan panjang benda higroskopis tsb. b. Metode pertambahan massa Metode pertambahan berat benda higroskopis (misalnya silica gel) mengukur kelembaban mutlak, yaitu mengukur massa uap air yg diserap oleh benda higroskopis dari suatu volume udara yg dialirkan melalui benda higroskopis tersebut. Massa uap air dihitung dari pertambahan massa benda higroskopis tsb secara gravimetrik (selisih antara massa akhir dgn massa awal), sedangkan volume udara dihitung dari perkalian antara waktu dgn laju aliran udara yg dialirkan. 13

c. Metode termodinamika Pada metode ini alat ukur yg digunakan adalah dua buah termometer yaitu termometer bola kering (T BK ) dan termometer bola basah (T BB ). Termometer T BK digunakan untuk mengukur suhu udara, sedangkan T BB sebenarnya adalah T BK yg dibungkus kain basah, dengan dibungkus kain basah, seolah olah kita berada dalam suatu ruangan lembab dgn kelembaban sebesar 100%. c. Metode termodinamika Pertambahan kelembaban dari keadaan di luar (sebenarnya) menjadi 100% disebabkan oleh pertambahan uap air yg berasal dari kain basah tsb. Penguapan kain basah ini memerlukan energi yg berasal dari ruangan yg kita bayangkan tsb (proses adiabatik) sehingga suhu yg terukur dgn T BB akan lebih kecil dari T BK. 14