IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

BAB 3 METODA PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

Lampiran 1. Bagan Alur Pikir Penelitian

KAJIAN TENTANG KESEHATAN PT BANK CIMB NIAGA, TBK DENGAN METODE CAMELS (Berdasarkan Laporan Keuangan ) Oleh MUFTI SANI H

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. itu harus tetap dijaga dari hal-hal yang bersifat negatif. Artinya kalau masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. demikian, rasio tersebut relatif lebih rendah di banding negara kawasan Asia lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

ANALISIS CAMELS UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PADA PT BANK NEGARA INDONESIA Tbk. Oleh : Vaina Hanin Salman, A. Mubarok dan Diah Yudhawati.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

Transkripsi:

25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Bank Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Bank Danamon dialihkan di bawah pengawasan Bandan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN, melakukan rekapitalisasi sebesar 32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah. Sebagai bagian dari program restrukturisasi, di tahun yang sama PT Bank PDFCI, sebuah BTO yang lain, dilebur menjadi bagian dari Bank Danamon. Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank Internasional, dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke dalam Bank Danamon. Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon menerima program rekapitalisasinya yang ke dua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. Sebagai survivingentity, Bank Danamon bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Selanjutnya, Bank Danamon terus melakukan upaya restrukturisasi yang mencakup aspek manajemen, karyawan, organisasi, sistem, dan identitas perusahaan. Upaya tersebut berhasil meletakkan landasan dan insfrastruktur yang baru guna mendukung pertumbuhan berdasarkan prinsip transparansi, tanggung jawab, integritas dan profesionalisme. Di tahun 2003, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium Fullerton Financial Holdings, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Temasek Holdings dan Deutsche Bank AG yang merupakan pemegang saham pengendali. Setelah melakukan evaluasi menyeluruh di bawah manajemen yang baru, visi baru diluncurkan dan strategi baru dikembangkan dengan model bisnis spesifik untuk masing-masing segmen pasar. Sejalan dengan arahnya yang baru, pada tahun

26 2004 Bank Danamon meluncurkan inisiatif Danamon Simpan Pinjamnya, yang merupakan bisnis perbankan mikro, serta melakukan diversifikasi ke bidang kredit konsumer melalui akuisisi Adira Finance, salah satu perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia. Inisiatif tersebut diikuti dengan perluasan jaringan Danamon Simpan Pinjam di tahun 2005 serta akusisi bisnis American Express di Indonesia di tahun 2006 yang menempatkan Bank Danamon sebagai salah satu penerbit kartu terbesar di Indonesia. Kini, Danamon merupakan salah satu institusi finansial yang terbesar di Indonesia. Didukung oleh lebih dari 50 tahun pengalaman, Danamon terus berupaya menjadi bank yang bisa mewujudkan setiap keinginan nasabah sesuai dengan brand promise-nya. Danamon merupakan bank ke enam terbesar di Indonesia dalam hal jumlah aset dengan jaringan cabang ke dua terbesar, yaitu lebih dari 1.400 kantor cabang. Fokus dari Bank Danamon adalah melayani nasabah. Layanan dan produk yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen, dengan mempertimbangkan nilai yang dapat diberikan pada nasabah maupun manejemen resiko yang unik. Dengan ini Bank Danamon dapat mendukung kebutuhan nasabah dengan potensi resiko yang sudah dipertimbangkan. 4.2. Analisis CAMELS Penelitian ini berfokus pada penilaian kesehatan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk menggunakan pendekatan metode CAMELS. Penilaian dilakukan terhadap faktor Capital yang ditunjukkan oleh rasio CAR, faktor Assets yang direpresentasikan oleh rasio NPA, faktor Earnings yang dilihat dari 4 rasio yaitu ROA, ROE, dan BOPO, dan NIM serta faktor Liquidity (Likuiditas) dari nilai rasio LDR. Faktor Management (Manajemen) dan faktor Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas pada Resiko Pasar) tidak digunakan karena penelitian ini hanya berfokus pada analisis berdasarkan laporan keuangan. 4.3. Faktor Capital (Permodalan) Penilaian pada faktor Capital atau permodalan merupakan penilaian terhadap rasio Capital Adequancy Ratio (CAR).

27 4.3.1 Capital Adequancy Ratio Capital Adequancy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal. Rasio CAR mengukur seberapa jauh mana seluruh aktivitas bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. CAR 25.00% 20.00% 15.00% 20.39% 19.27% 13.37% 17.55% 16.04% 10.00% 5.00% 0.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keterangan : batas minimum Gambar 2. Grafik Hasil CAR Periode 2006-2010 Gambar 2 menunjukkan perkembangan rasio CAR PT Bank Danamon Indonesia, Tbk selama periode 2006-2010. Pada tahun 2006, nilai rasio CAR PT Bank Danamon Indonesia, Tbk sebesar 20,39 persen, tahun 2007 19,27 persen, tahun 2008 13,37 persen, tahun 2009 17,55 persen, dan tahun 2010 16,04 persen. Grafik menunjukkan rasio CAR berfluktuasi setiap tahunnya. Fluktuasi CAR didominasi oleh penurunan selama 4 tahun dan hanya mengalami kenaikan satu tahun. Meskipun demikian, rasio CAR PT Bank Danamon Indonesia, Tbk periode 2006-2010 mendapatkan predikat sangat sehat karena masih berada di atas standar minimum yaitu 8 persen sesuai dengan Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP.

28 Pada tahun 2006, modal bank adalah sebesar 10,98 triliun rupiah dengan nilai ATMR sebesar 53,82 triliun rupiah. Nilai rasio CAR pada tahun 2006 adalah sebesar 20,39 persen yang didapatkan dari perbandingan nilai modal bank di tahun ini dengan nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 11. Tahun 2007 nilai rasio CAR menurun dari 20,39 persen di tahun 2006 menjadi 19,27 persen di tahun 2007. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 11. Penurunan nilai rasio CAR yang tidak begitu drastis ini disebabkan oleh kenaikan modal bank sebesar 12,01 persen dari tahun 2006 lebih kecil dari pada kenaikan nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko yang sebesar 18,57 persen. Hal ini menyebabkan penurunan nilai rasio CAR yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 1,12 persen. Rasio Capital Adequancy Ratio (CAR) PT Bank Danamon Indonesia, Tbk kembali mengalami penurunan. Namun penurunan nilai rasio CAR kali ini drastis hingga mencapai angka 13,37 persen di tahun 2008. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 11. Penurunan nilai rasio CAR yang drastis di tahun ini dipicu oleh krisis global yang membuat penurunan modal bank sebesar 2,804 triliun rupiah dari tahun 2007. Hal ini disebabkan karena pada September 2008 nilai ruiah melemah hingga 29,6 persen terhadap dollar yang membuat anjloknya nilai saham. Kondisi ini diperparah dengan kenaikan ATMR yang cukup besar yaitu sebesar 7,162 triliun rupiah. Penurunan modal bank dan kenaikan ATMR merupakan faktor yang menyebabkan anjloknya nilai rasio CAR di tahun 2008 sebagai imbas dari adanya krisis global di tahun tersebut. Tahun 2009 merupakan tahun dimana kondisi perekonomian mengalami pemulihan setelah adanya krisis global di tahun 2008. Hal ini membawa angin segar bagi perkembangan nilai rasio CAR PT Bank Danamon Indonesia, Tbk yang kembali mengalami kenaikan hingga mencapai angka 17,55 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 11. Kenaikan ini sebagai hasil dari kenaikan modal bank yang cukup besar yaitu sebesar 1,66 triliun rupiah namun tidak diikuti oleh

29 kenaikan ATMR yang sebaliknya turun hingga mencapai 7,424 triliun rupiah. Kenaikan nilai rasio CAR di tahun 2009 sayangnya tidak diteruskan dengan baik di tahun 2010. Di tahun ini, nilai rasio CAR kembali mengalami sedikit penurunan menjadi 16,04 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 11. Penurunan kembali ini disebabkan oleh kenaikan jumlah ATMR. Kenaikan nilai ATMR ini salah satunya dipicu oleh kenaikan besarnya penyaluran kredit sebesar 14,9 triliun di tahun 2010 dari tahun sebelumnya. Semakin besar jumlah kredit yang disalurkan membuat aktiva yang terkena resiko semakin besar pula. Kenaikan ATMR tidak diimbangi oleh kenaikan modal bank sehingga nilai rasio CAR menjadi meningkat. 4.3.2 Trend dan Proyeksi CAR Proyeksi nilai rasio CAR PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dapat dilihat pada Gambar 3. Proyeksi nilai rasio CAR untuk lima tahun kedepan berdasarkan analisis trend diproyeksikan akan mengalami kenaikan setiap tahunnya pada periode tahun 2011-2015. Proyeksi nilai rasio CAR yang akan mengalami kenaikan dalam lima tahun kedepan dapat dijadikan dorongan bagi bank untuk dapat menjaga kinerjanya dengan baik agar proyeksi ini dapat menjadi kenyataan di tahun-tahun selanjutnya.

30 Trend Analysis Plot for CAR Quadratic Trend Model Yt = 0.25106-0.05033*t + 0.00665*t**2 0.45 0.40 Variable Actual Fits Forecasts CAR 0.35 0.30 0.25 Accuracy Measures MAPE 8.74502 MAD 0.01398 MSD 0.00027 0.20 0.15 0.10 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 Gambar 3. Grafik Trend CAR Periode 2006-2010 4.4 Faktor Asset Quality (Kualitas Aset) 4.4.1 Non Performing Asset (NPA) Penilaian faktor kualitas asset digunakan rasio NPA untuk mengukurnya. Rasio NPA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP yang tersedia semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Tabel 4 menunjukkan nilai rasio NPA pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk selama periode 2006-2010. Nilai rasio NPA berfluktuasi yaitu sebesar 0,66 persen di tahun 2006, 0,44 persen di tahun 2007, 0,88 di tahun 2008, 1,79 persen di tahun 2009, dan 2,37 persen di tahun 2010. Walaupun mengalami fluktuasi setiap tahunnya namun nilai rasio NPA pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk masih berada dibawah batas yang ditetapkan pada lampiran 2b Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 5 persen dan mendapat peringkat sehat.

31 Tabel 4. Perkembangan NPA periode 2006-2010 Tahun NPA 2006 0,66% 2007 0,44% 2008 0,88% 2009 1,79% 2010 2,37% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (diolah) Pada tahun 2006 nilai rasio NPA pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk adalah sebesar 0,66 persen. Hasil ini didapatkan dari pembagian nilai aktiva produktif yang bermasalah di tahun 2006 sebesar 0,478 triliun rupiah dengan nilai total aktiva produktif yaitu sebesar 72,53 triliun rupiah. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 12. Tahun 2007 merupakan tahun terbaik bagi PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dalam pencapaian nilai rasio NPA yang baik pada periode 2006-2010. Pada tahun ini, nilai rasio NPA turun sebesar 0,22 persen dari tahun 2006. Penurunan jumlah aktiva produktif yang bermasalah sebesar 27,09 persen dan ditambah oleh kenaikan total aktiva produktif sebesar 8,01 persen membuat nilai rasio NPA di tahun ini mengalami penurunan. Penurunan nilai rasio NPA ini baik karena artinya bank dapat memperbesar jumlah aktiva produktifnya dan menurunkan nilai aktiva produktif yang bermasalah. Hal ini mencerminkan kualitas asset bank yang baik di tahun 2007. Krisis global yang melanda dunia dan berimbas pula pada perekonomian Indonesia di tahun 2008 juga ikut mengguncang nilai rasio NPA PT Bank Danamon Indonesia, Tbk yang melonjak naik hingga mencapai 0,88 persen dimana pada tahun 2007 hanya 0,44 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 12. Krisis global membuat banyak pihak yang diberi kredit atau pinjaman tidak mampu mengembalikan pinjamannya ke bank dan membuat nilai aktiva produktif bank yang bermasalah meningkat 132 persen dari tahun sebelumnya.

32 Kenaikan ini tidak diimbangi dengan baik oleh kenaikan total aktiva produktif yang hanya naik sebesar 17, 71 persen di tahun 2008. Kenaikan aktiva produktif yang bermasalah terus terjadi di tahun 2009 yang meningkat sampai 85,7 persen dan 63,1 persen di tahun 2010. Kenaikan nilai aktiva produktif bank yang bermasalah ini berimbas pada terus menaiknya nilai rasio NPA PT Bank Danamon Indonesia, Tbk sebesar 1,79 persen di tahun 2009 dan 2,37 persen di tahun 2010. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 12. 4.4.2 Trend dan Proyeksi NPA Hasil analisis trend terhadap nilai rasio NPA menunjukka bawa kecenderungan perkembangan nilai rasio NPA yang cenderung meningkat. Gambar 4 menunjukkan trend model Quadratic pada nilai rasio NPA. 12 10 Trend Analysis Plot for NPA Quadratic Trend Model Yt = 0.834920-0.412576*t + 0.148141*t**2 Variable Actual Fits Forecasts NPA 8 6 Accuracy Measures MAPE 14.4871 MAD 0.1273 MSD 0.0200 4 2 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 Gambar 4. Grafik Trend NPA Periode 2006-2010 Gambar memperlihatkan proyeksi nilai rasio NPA PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dalam 5 tahun kedepan. Proyeksi menggambarkan kecenderungan nilai rasio NPA yang meningkat pada periode 2011-2015. Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, pihak bank dapat mempersiapkan diri menghadapi kondisi di depan, memperbaiki kulitas aktiva produktif yang dimilikinya sehingga dapat mencegah terjadinya

33 kenaikan nilai rasio NPA yang memperlihatkan semakin buruknya kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh bank. 4.5. Faktor Earnings (Rentabilitas) Penilaian faktor Earnings (Rentabilitas) PT Bank Danamon Indonesia, Tbk melihat pada empat rasio, yaitu : 1. Return on Assets (ROA) 2. Return on Equity (ROE) 3. Net Interest Margin (NIM) 4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 4.5.1 Return on Assets (ROA) Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Gambar 5 menunjukkan nilai rasio ROA pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk pada periode 2006-2010. Nilai rasio ROA setiap tahunnya berfluktuasi. Tahun 2006 nilai rasio ROA sebesar 2,8 persen, 3,86 persen di tahun 2007, 2,72 persen di tahun 2008, 2,3 persen di tahun 2009, 3,69 persen di tahun 2010. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai rasio ROA pada setiap tahunnya mendapatkan predikat sehat karena nilainya melebihi batas yang ditetapkan pada lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 1,25 persen.

34 ROA 4.50% 4.00% 3.50% 3.86% 3.69% 3.00% 2.80% 2.72% 2.50% 2.30% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keterangan : batas minimum Gambar 5. Grafik Hasil ROA Periode 2006-2010 Pada tahun 2006 nilai rasio ROA PT Bank Danamon Indonesia, Tbk memperlihatkan hasil 2,8 persen. Hasil ini didapatkan dari perbandingan nilai laba sebelum pajak bank sebesar 2,1 triliun rupiah dengan nilai rata-rata total asset yaitu sebesar 74,94 triliun rupiah. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 13. Nilai rasio ROA PT Bank Danamon Indonesia, Tbk di tahun 2007 meningkat hingga mencapai 3,86 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 13. Peningkatan nilai rasio ROA di tahun ini dipicu oleh kenaikan laba sebelum pajak sebesar 57,54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan laba yang diperoleh sebelum pajak tidak sebanding dengan peningkatan rata-rata total asset yang hanya meningkat sebesar 14,42 persen saja. Pada tahun 2008, nilai rasio ROA mengalami penurunan yang cukup signifikan. Nilai rasio ROA tahun 2008 adalah sebesar 2,72 persen yang merupakan nilai rasio ROA PT Bank Danamon Indonesia, Tbk kedua terkecil sepanjang periode 2006-2010. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 13. Penurunan nilai rasio ROA pada tahun ini sekali lagi disebabkan oleh krisis global yang memacu terjadinya inflasi dan membuat Bank Indonesia meningkatkan BI rate dari 8,00 persen

35 menjadi 9,25 persen. Hal ini meningkatkan biaya dana bagi bank. Namun demikian, nilai rasio ROA masih berada di atas batas yang ditetapkan yaitu 1,25 persen. Penurunan laba yang diperoleh bank sebelum pajak juga terjadi di tahun 2009. Pada tahun ini, laba sebelum pajak turun 0,3 triliun rupiah sementara rata-rata total asset meningkat sebesar 4,6 triliun rupiah. Penurunan laba sebelum pajak dan peningkatan rata-rata total asset menjadi penyebab turunnya nilai rasio ROA di tahun 2009 menjadi 2,3 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 13. Kenaikan nilai rasio ROA terjadi di tahun 2010. Pada tahun ini, laba yang diperoleh oleh PT Bank Danamon, Tbk sebelum pajak meningkat sebesar 1,63 triliun rupiah yang membuat nilai rasio ROA naik menjadi 3, 69 persen di tahun 2010. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 13. Kenaikan laba sebelum pajak disebabkan salah satunya oleh kenaikan pendapatan operasional lainnya di tahun 2010 sebesar 2, 68 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. 4.5.2 Trend dan Proyeksi ROA Hasil analisis trend terhadap nilai rasio ROA menunjukkan kecenderungan peningkatan pada lima tahun kedepan. Gambar 6 menunjukkan trend model Quadratic pada nilai rasio ROA. Kecenderungan peningkatan nilai rasio ROA yang diramalkan pada lima tahun kedepan, dapat dijadikan masukan bagi pihak bank agar dapat mempertahankan kinerja baiknya saat ini agar mampu membuat nilai rasio ROA yang selalu meningkat setiap tahunnya.

36 Trend Analysis Plot for ROA Quadratic Trend Model Yt = 0.03716-0.0058*t + 0.001*t**2 0.08 0.07 Variable Actual Fits Forecasts ROA 0.06 0.05 Accuracy Measures MAPE 16.9423 MAD 0.0051 MSD 0.0000 0.04 0.03 0.02 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 Gambar 6. Grafik Trenf ROA Periode 2006-2010 4.5.3 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ROE banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Dengan demikian, rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank. Gambar 7 memperlihatkan perkembangan nilai rasio ROE pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk selama periode 2006-2010. Nilai rasio ROE setiap tahunnya berfluktuasi yaitu dari 17,79 persen di tahun 2006, 25,03 persen di tahun 2007, 18,01 persen di tahun 2008, 12,98 persen di tahun 2009, dan 19,49 di tahun 2010. Walaupun berfluktuasi setiap tahunnya, nilai rasio ROE PT Bank Danamon Indonesia, Tbk masih lebih besar dari batas yang ditetapkan pada lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 12,5 persen.

37 30.00% 25.00% ROE 25.03% 20.00% 15.00% 10.00% 17.79% 18.01% 12.98% 19.49% 5.00% 0.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keterangan : batas minimum Gambar 7. Grafik Hasil ROE Periode 2006-2010 Pada tahun 2006 nilai rasio ROE yang diperoleh adalah sebesar 17,79 persen. Nilai ini didapatkan dari perbandingan nilai laba setelah pajak bank sebesar 1,45 triliun rupiah dengan rata-rata modal inti sebesar 8,15 triliun rupiah. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 14. Tahun 2007 nilai rasio ROE PT Bank Danamon Indonesia, Tbk meningkat. Pada tahun ini, nilai rasio ROE adalah sebesar 25,03 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 14. Peningkatan nilai rasio ROE ini disebabkan karena adanaya penambahan volume kredit di tahun ini sebesar 10,11 triliun rupiah yang membuat kenaikan pada laba setelah pajak bank sebesar 56,45 persen. Sementara itu ratarata modal inti pada tahun ini naik sebesar 0,9 triliun rupiah dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai rasio ROE di tahun 2007, tidak diteruskan dengan baik di tahun 2008. Krisis di tahun ini mengakibatkan terjadinya inflasi yang berdampak pada peningkatan biaya beban operasional maupun beban operasional lainnya bank. Beban operasional dan operasional lainnya meningkat masing-masing sebesar 1,22 triliun dan 2,26 triliun rupiah. Peningkatan ini membuat laba

38 setelah pajak menurun hingga 20,6 persen sementara rata-rata modal inti bank meningkat sebesar 10,28 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan laba setelah pajak lebih besar dari peningkatan rata-rata modal inti membuat nilai rasio ROE menurun di tahun 2008 menjadi 18,01 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 14. Pada tahun 2009, jumlah kredit yang disalurkan oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk menurun sampai 7,9 persen dari tahun 2008. Sementara kredit yang disalurkan menurun, jumlah aktiva produktif yang bermasalah meningkat sebesar 85,69 persen. Penurunan jumlah kredit serta kenaikan nilai aktiva produktif yang bermasalah menjadi 2 faktor yang menyebabkan laba setelah pajak perusahaan menurun hingga 0,18 triliun rupiah. Penurunan ini membuat nilai rasio ROE kembali turun menjadi 12,98 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 14. Nilai rasio ROE PT Bank Danamon Indonesia, Tbk di tahun 2010 adalah sebesar 19,49 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 14. Nilai ini merupakan suatu peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rasio ROE pada tahun 2009. Kenaikan ini dipacu oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 4,72 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan pendapatan bunga bersih membuat laba setelah pajak meningkat sebesar 1,37 triliun rupiah di tahun ini. Rata-rata modal inti bank juga meningkat sebesar 23,19 persen dari tahun 2009. 4.5.4 Trend dan Proyeksi ROE Hasil analisis trend terhadap nilai rasio ROE menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun pada 5 tahun kedepan yaitu periode 2011-2015. Gambar 8 menunjukkan trend model Exponensial Growth pada nilai rasio ROE.

39 Trend Analysis Plot for ROE Growth Curve Model Yt = 0.210528 * (0.953595**t) 0.26 0.24 Variable Actual Fits Forecasts ROE 0.22 0.20 0.18 Accuracy Measures MAPE 17.3258 MAD 0.0315 MSD 0.0014 0.16 0.14 0.12 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 Gambar 8. Grafik Trend ROE Periode 2006-2010 Kecenderungan nilai rasio ROE yang menurun pada lima tahun kedepan dapat dijadikan acuan bagi bank untuk meningkatkan kinerja keuangannya lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang. Bank tidak seharusnya membiarkan rasio ROE menurun karena akan mempengaruhi harga saham dari bank yang bersangkutan. 4.5.5 Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Tabel 5. Perkembangan NIM Periode 2006-2010 Tahun NIM 2006 8,5% 2007 9,45%

40 Lanjutan Tabel 5. Tahun NIM 2008 9,79% 2009 10,74% 2010 10,58% Sumber : Laporan Keuangan PT Bank Danamon, Tbk (diolah) Tabel 5 menunjukkan perkembangan nilai rasio NIM PT Bank Danamon Indonesia, Tbk yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat pada periode 2006-2010. Tahun 2006 nilai rasio NIM adalah sebesar 8,5 persen, tahun 2007 9,45 persen, tahun 2008 9,79 persen, tahun 2009 10,74 persen, dan tahun 2008 10,58 persen. Meskipun berfluktuasi, nilai ini masih berada diatas batas ketentuan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 2 persen sehingga mendapat peringkat sehat. Pada tahun 2006, PT Bank Danamon Indonesia, Tbk memiliki nilai rasio NIM sebesar 8,5 persen yang didapatkan dari perbandingan nilai pendapatan bunga bersih sebesar 5,64 triliun rupiah dengan nilai rata-rata aktiva produktif bank yaitu sebesar 66,02 triliun rupiah. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 15. Tahun 2007 pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 26,4 persen dan rata-rata total aktiva produktif juga meningkat sebesar 14,26 persen. Peningkatan nilai pendapatan bunga bersih lebih tinggi dari pada peningkatan rata-rata aktiva produktif di tahun ini. Hal ini menyebabkan nilai rasio NIM PT Bank Danamon Indonesia, Tbk meningkat menjadi 9,45 persen di tahun 2007. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 15. Beban bunga di tahun 2008 mengalami peningkatan diiringi dengan pendapatan bunga. Namun, peningkatan beban bunga tidak lebih besar dari peningkatan pendapatan bunga sehingga pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 1,22 triliun rupiah. Peningkatan nilai pendapatan bunga bersih ini mebuat nilai rasio NIM kembali meningkat menjadi 9,79 persen di tahun 2008. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 15.

41 Pada tahun 2009 pendapatan bunga bersih meningkat 13,25 persen dari tahun sebelumnya dan rata-rata total aktiva produktif meningkat pula sebesar 3,35 persen. Peningkatan nilai pendapatan bunga bersih dan ratarata total aktiva ini membuat nilai rasio NIM kembali meningkat sampai pada nilai 10,74 persen di tahun 2009. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 15. Nilai rasio NIM PT Bank Danamon Indonesia, Tbk mengalami penurunan di tahun 2010. Pada tahun 2010 nilai rasio NIM menjadi 10,58 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 15. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 0,45 triliun rupiah dan peningkatan nilai rata-rata total aktiva produktif sebesar 5,5 triliun rupiah. 4.5.6 Trend dan Proyeksi NIM Hasil analisis trend terhadap nilai rasio NIM menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun pada 5 tahun kedepan. Gambar 9 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio NIM 0.110 0.105 Trend Analysis Plot for NIM Quadratic Trend Model Yt = 0.07468 + 0.0118014*t - 0.00107857*t**2 Variable Actual Fits Forecasts NIM 0.100 0.095 Accuracy Measures MAPE 1.33466 MAD 0.00136 MSD 0.00000 0.090 0.085 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 Gambar 9. Grafik Trend NIM Periode 2006-2010 Kecenderungan menurun dari nilai rasio NIM dapat diantisipasi oleh pihak bank dengan menambah jumlah penyaluran kredit yang

42 akan meningkatkan nilai pendapatan bunga bersih sehingga penurunan nilai rasio NIM dapat dihindari. 4.5.7 Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO mencerminkan efisiensi dari bank yang bersangkutan. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Gambar 10 memperlihatkan nilai dari rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk selama periode 2006-2010. Nilai rasio BOPO berfluktuasi dimulai dari tahun 2006 yang memiliki nilai rasio BOPO sebesar 80,57 persen, tahun 2007 sebesar 75,83 persen, 84,70 persen di tahun 2008, 85,51 persen di tahun 2009, dan 75,33 persen di tahun 2010. Flutuasi nilai rasio BOPO yang terjadi masih mendapatkan predikat sehat karena nilainya berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 94 persen. BOPO 100.00% 90.00% 84.70% 85.51% 80.00% 80.57% 75.83% 75.33% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keterangan : batas maksimum Gambar 10. Grafik Hasil BOPO Periode 2006-2010 Pada tahun 2006 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk memiliki nilai rasio BOPO sebesar 80,57 persen yang didapatkan dari hasil pembagian

43 jumlah biaya operasional bank di tahun ini sebesar 10,57 triliun rupiah dengan jumlah pendapatan operasionalnya yaitu sebesar 13,12 triliun rupiah. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 16. Penurunan nilai rasio BOPO terjadi di tahun 2007. Pada tahun ini nilai rasio BOPO sebesar 75,83 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 16. Penurunan ini mencerminkan bahwa bank dapat melakukan efisiensi biaya dengan baik untuk kegiatan operasionalnya. Hal itu terlihat karena meskipun jumlah biaya operasional di tahun 2007 meningkat sebesar 6,9 persen, namun peningkatannya tidak sebesar dengan peningkatan jumlah pendapatan operasional yang meningkat sebesar 13,67 persen. Peningkatan jumlah pendapatan operasional yang diterima bank disebabkan salah satunya oleh peningakatan jumlah penyaluran kredit di tahun 2007 yang meningkat hingga 10,11 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, jumlah beban operasional dari PT Bank Danamon Indonesia, Tbk mengalami peningkatan sebesar 30,84 persen dibandingkan dengan tahun 2007. Peningkatan jumlah beban operasional ini sebagai akibat dari peningkatan jumlah penyisihan kerugian atas asset sebesar 0,83 triliun rupiah. Sementara itu, jumlah pendapatan operasional yang diterima hanya meningkat sebesar 17,13 persen yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah beban operasional. Hal ini membuat nilai Rasio BOPO meningkat hingga mencapai 84,70 persen di tahun 2008. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 16. Nilai rasio BOPO PT Bank Danamon Indonesia, Tbk kembali meningkat pada tahun 2009. Pada tahun ini nilai rasio mencapai angka 85,51 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 16. Peningkatan nilai rasio BOPO yang kembali terjadi di tahun 2009 dipacu oleh beban operasional yang ditanggung bank kembali meningkat sampai 1,63 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di samping itu, pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionl bank juga mengalami peningkatan sebesar 1,74 triliun rupiah. Peningkatan jumlah pendapatan operasional ini tidak cukup menutupi peningkatan jumlah

44 beban operasionalnya sehingga nilai rasio BOPO di tahun 2009 meningkat. Pada tahun 2010, beban bunga yang ditanggung oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk menurun sampai 27,51 persen. Penurunan jumlah beban bunga ini menyebabkan jumlah beban operasional ikut menurun. Pada tahun ini jumlah beban operasional mengalami penurunan sebesar 2,28 triliun dibandingkan dengan tahun 2009 kemarin. Sementara itu pendapatan yang diterima dari kegiatan operasional juga mengalami penurunan sebesar 0,43 triliun rupiah. Penurunan jumlah beban operasional yang lebih besar daripada penurunan jumlah pendapatan operasional ini membuat nilai rasio BOPO menurun sampai dengan 75,33 persen di tahun 2010. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 16. 4.5.8 Trend dan Proyeksi BOPO Hasil dari analisis trend terhadap nilai rasio BOPO PT Bank Danamon Indonesia, Tbk periode 2006-2010 menunjukkan kecenderungan menurun pada periode waktu 5 tahun yang akan datang. Gambar 11 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio BOPO. Kecunderungan menurun yang diprediksi pada nilai rasio BOPO lima tahun yang akan datang merupakan hal yang baik bagi bank karena artinya dalam lima tahun kedepan kegiatan operasional bank akan menghabiskan biaya operasional yang lebih efisien jika bank dapat terus memperbaiki kesalahannya dan mempertahankan kinerja yang sudah baik ini di masa yang akan datang.

45 BOPO 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 Trend Analysis Plot for BOPO Quadratic Trend Model Yt = 0.71158 + 0.0803714*t - 0.0135286*t**2 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 4.11880 MAD 0.03273 MSD 0.00131 0.3 0.2 0.1 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 Gambar 11. Grafik Trend BOPO Periode 2006-2010 4.6. Faktor Liquidity 4.6.1 Loan to Deposit Ratio (LDR) Penilaian faktor likuiditas (Liquidity) didasarkan pada perhitungan rasio LDR atau Loan to Deposit Rasio. LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Tabel 6 merupakan tabel yang menunjukkan perkembangan nilai rasio LDR PT Bank Danamon Indonesia, Tbk selama periode 2006-2010. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai rasio LDR berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai rasio LDR yang diperoleh yaitu sebesar 73,34 persen pada tahun 2006, 86,25 persen pada tahun 2007, 85,73 persen pada tahun 2008, 86,84 persen pada tahun 2009, dan

46 91,99 persen pada tahun 2010. Berdasarkan nilai rasio LDR yang diperoleh, pada tahun 2006 mendapatkan peringkat sehat karena nilainya berada diantara 50 persen 75 persen. Pada periode 2007-2010 mendapatkan peringkat cukup sehat karena nilainya berada diantara 85 persen 100 persen, sesuai dengan Lampiran 2e Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP. Tabel 6. Perkembangan LDR Periode 2006-2010 Tahun LDR 2006 73,34% 2007 86,25% 2008 85,73% 2009 86,84% 2010 91,99% Sumber : Laporan Keuangan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (diolah) Nilai rasio LDR yang diperoleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk pada tahun 2006 adalah sebesar 73,34 persen. Persentase tersebut didapatkan dari perbandingan jumlah kredit yang diberikan pada tahun ini yaitu sebesar 39,75 triliun rupiah dengan jumlah dana pihak ketiga yang diterima yaitu senilai 54,19 triliun rupiah. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 22. Pada tahun 2007 jumlah kredit yang disalurkan oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk meningkat sebesar 10,11 triliun rupiah dimana pada tahun 2006 jumlah kredit yang diberikan senilai 39,75 triliun rupiah sementara pada tahun 2007 jumlahnya menjadi 49,86 triliun rupiah. Dana pihak ketiga yang diterima dari giro, simpanan, dan deposito berjangka dari nasabah juga meningkat sebesar 3,6 triliun rupiah. Peningkatan jumlah dana pihak ketiga yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah kredit memicu nilai rasio LDR pada tahun ini meningkat hingga 86,25 persen. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 17. Jumlah giro yang disetorkan nasabah pada tahun 2008 meningkat sebesar 0,7 triliun rupiah. Kenaikan ini juga dialami oleh jumlah simpanan yang meningkat 1,5 triliun rupiah dibandingan dengan tahun sebelumnya.

47 Deposito berjangka jumlahnya juga meningkat sebesar 14 triliun rupiah. Secara keseluruhan jumlah dana pihak ketiga bank mengalami peningkatan sebesar 27,96 persen dari tahun 2007. Sementara itu, jumlah kredit yang diberikan hanya meningkat 27,18 persen. Hal ini membuat nilai rasio LDR menurun dan memiliki nilai rasio sebesar 85,73 persen di tahun ini. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 17. Pada tahun 2009, penyaluran kredit yang dilakukan oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk melemah hingga turun 7,9 persen dari tahun 2008 lalu. Penurunan kredit juga juga disusul dengan penurunan jumlah dana pihak ketiga yang turun lebih besar sebesar 9,1 persen. Hal ini menyebabkan nilai rasio LDR di tahun 2009 meningkat dengan tidak terlau signifikan yaitu senilai 86,84 persen. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 17. Peningkatan nilai rasio LDR secara siginifikan terjadi pada tahun 2010. Nilai rasio LDR mencapai angka 91,99 persen. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 17. Peningkatan yang signifikan ini dipengaruhi oleh kenaikan jumlah kredit yang diberikan lebih besar daripada kenaikan dana pihak ketiga yang diterima. Jumlah kredit yang disalurkan meningkat hingga 14,9 triliun rupiah dari tahun 2009 sementara dana pihak ketiga hanya meningkat sebesar 12,4 triliun rupiah. Peningkatan kredit yang besar ini membuat kemampuan likuiditas bank berkurang sehingga nilai rasio LDR meningkat secara signifikan. 4.6.2 Trend dan Proyeksi LDR Hasil analisis trend terhadap rasio LDR menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun pada periode 2011-2015. Gambar 12 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio LDR.

48 0.95 0.90 Trend Analysis Plot for LDR Quadratic Trend Model Yt = 0.66532 + 0.09728*t - 0.0099*t**2 Variable Actual Fits Forecasts LDR 0.85 0.80 Accuracy Measures MAPE 2.73857 MAD 0.02316 MSD 0.00066 0.75 0.70 0.65 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Year 2012 2013 2014 2015 4.7 Penilaian Akhir Gambar 12. Grafik Trend LDR Periode 2006-2010 Nilai rasio LDR pada lima tahun kedepan yakni pada periode 2011-2015 diprediksi akan mengalami penurunan. hal ini baik bagi bank karena dengan menurunnya nilai rasio LDR maka likuiditas bank akan meningkat. Hasil penilaian tingkat kesehatan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan memperhitungkan rasio-rasio yang terdapat pada faktor-faktor CAMELS dapat dilihat pada tabel rekapitulasi sebagai berikut: Tabel 7. Rekapitulasi faktor-faktor CAMELS pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk periode 2006-2010 Faktor Komponen Standar Sehat 2006 2007 2008 2009 2010 (%) (%) (%) (%) (%) (%) Capital CAR >8 20,39 19,27 13,37 17,55 16,04 Asset NPA <5 0,66 0,44 0,88 1,79 2,37 ROA >1,25 2,81 3,86 2,72 2,3 3,69 Earnings ROE >12,5 17,8 25,03 18,01 12,99 19,49 NIM >2 8,55 9,46 9,8 10,74 10,58

49 Lanjutan Tabel 7. Faktor Komponen Standar Sehat 2006 2007 2008 2009 2010 (%) (%) (%) (%) (%) (%) BOPO <94 80,57 75,83 84,7 85,51 75,33 Liquidity LDR 75<Rasio<85 73,34 86,25 85,73 86,84 91,99 Sumber : Laporan Keuangan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (diolah) Tahap akhir dalam penilaian kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS adalah dengan menentukan tingkat kesehatan bank berdasarkan masing-masing faktor yang terdapat dalam CAMELS. Dari perhitungan yang telah dilakukan pada faktor-faktor CAMELS diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil pemeringkatan komposit selama periode 2006-2010 terhadap faktor permodalan, faktor kualitas asset, faktor rentabilitas, dan faktor likuiditas maka dapat disimpulkan bahwa PT Bank Danamon Indonesia, Tbk mendapatkan peringkat komposit 2 atau 1 yang berarti bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. Meskipun mendapatkan peringkat komposit 1 atau 2 (Sehat), PT Bank Danamon Indonesia, Tbk memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi dengan tindakan rutin yang dilakukan oleh bank. Tabel 8. Peringkat Komposit faktor-faktor CAMELS pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk periode 2006-2010 Peringkat Komposit Faktor-faktor CAMELS Tahun Faktor Permodalan Faktor Kualitas Asset Faktor Rentabilitas Faktor Likuiditas 2006 1 (Sehat) 1 (Sehat) 2 (Sehat) 1 (Sehat) 2007 1 (Sehat) 1 (Sehat) 2 (Sehat) 3 (Cukup Sehat) 2008 1 (Sehat) 1 (Sehat) 2 (Sehat) 3 (Cukup Sehat) 2009 1 (Sehat) 2 (Sehat) 2 (Sehat) 3 (Cukup Sehat) 2010 1 (Sehat) 2 (Sehat) 2 (Sehat) 3 (Cukup Sehat) Sumber : Laporan Keuangan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (diolah) 4.8 Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa PT Bank Danamon Indonesia, Tbk memiliki proyeksi nilai Rasio NPA yang cenderung meningkat dalam lima tahun kedepan, serta proyeksi nilai Rasio ROE dan NIM yang cenderung menurun. Ketiga hal tersebut akan membawa dampak

50 buruk bagi kesehatan bank dalam lima tahun kedepan apabila pihak bank tidak segera melakukan tindakan pencegahan agar hal itu tidak benar-benar terjadi. Selain itu kelemahan lain adalah nilai rasio LDR yang dalam periode 2007-2010 mendapatkan predikat cukup sehat. Nilai rasio LDR yang masih kurang baik ini dapat diperbaiki oleh bank di tahun- tahun mendatang. Beberapa implikasi dalam empat bidang fungsional manajemen berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Manajemen Sumberdaya Manusia Pihak PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dapat melakukan perekrutan karyawan yang berpotensi dan memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan aktivitas perbankan. Peningkatan nilai rasio NPA, serta penurunan nilai rasio ROE dan NIM sebagai hasil proyeksi dalam lima tahun kedepan dapat diantisipasi dengan meningkatkan jumlah kredit yang diberikan dan menjaga kualitas kredit yang diberikan. Selain itu, agar nilai rasio LDR menjadi lebih kecil, jumlah dana pihak ketiga pun harus ditingkatkan melebihi peningkatan jumlah kredit. Peningkatan kredit dan dana pihak ketiga ini hanya dapat terjadi apabila bank memiliki sumberdaya manusia yang dapat menjaring banyak nasabah untuk menyimpan dananya pada bank dan mencari pihak-pihak yang dapat dipercaya untuk diberikan kredit. Pemasaran Pemasaran yang baik dan tepat saran dapat dilakukan bank agar masyarakat lebih banyak mengetahui produk-produk simpanan dan jenisjenis kredit yang ditawarkan oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk sehingga hal tersebut dapat merangsang adanya peningkatan dari keduanya. Selain itu pihak bank juga dapat melakukan kegiatan-kegiatan positif untuk masyarakat seperti memberikan beasiswa dan kegiatan positif lainnya sehingga mendapatkan pandangan yang baik di mata masyarakat serta mendapatkan kepercayaan yang lebih dari masyarakat. Produksi Operasi Dalam bidang produksi dan operasi, bank harus mampu melakukan kegiatan operasinya seefisien mungkin. Efisiensi kegiatan operasi ini akan

51 menekan biaya operasi yang ditanggung oleh bank seminimal mungkin. Biaya operasional yang kecil akan membuat perolehan laba bank menjadi meningkat sehingga hal tersebut akan meningkatkan nilai rasio ROE dan NIM PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Keuangan Dalam bidang keuangan, bank harus mampu membuat penganggaran yang meningkatkan nilai total asetnya sehingga nilai rasio NPA tidak akan meningkat. Selain itu, bank harus melakukan pengawasan dan lebih berhati-hati dalam prosedur pemberian kreditnya sehingga jumlah kredit yang bermasalah dapat ditekan seminimal mungkin. Kredit yang diberikan jumlahnya harus tetap berada pada kisaran 50 persen 85 persen dari jumlah dana pihak ketiga agar sesuai dengan ketentuan sehat menurut ketentuan Bank Indonesia.