PENGARUH PENAMBAHAN ASAM DOKOSAHEKSAENOAT (DHA) TERHADAP KETAHANAN SUSU PASTEURISASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

PENGARUH LAMA PENUNDAAN DAN SUHU INKUBASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA YOGHURT DARI SUSU SAPI KADALUWARSA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1) Bahan utama adalah daging kelinci sebanyak 1 kilogram yang diperoleh

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

MATERI DAN METODE PENELITIAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III MATERI DAN METODE. yang berbeda konsentrasi terhadap total koloni bakteri dan ph susu segar kambing

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

METODE Lokasi dan Waktu Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM DOKOSAHEKSAENOAT (DHA) TERHADAP KETAHANAN SUSU PASTEURISASI Nisa Erina Sakinah*, Gebi Dwiyanti, Siti Darsati Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI E-mail : nisha_alchemy@yahoo.com* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam dokosaheksaenoat (DHA) terhadap ketahanan susu pasteurisasi. DHA yang digunakan berupa Diphorm HiDHA 50 yang ditambahkan ke dalam susu pasteurisasi dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 0, ; 1% ; 1, dan sebagai pembanding/kontrol digunakan susu pasteurisasi yang tidak ditambahkan DHA. Sampel disimpan di dalam refrigerator (6-8 0 C) dan setiap hari selama 3 hari penyimpanan diuji ketahanannya dengan uji ph dan untuk mengetahui jumlah bakteri totalnya dilakukan uji alkohol dan uji Total Plate Count (TPC) sedangkan analisa data menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Berdasarkan pengujian ketahanan susu, penambahan DHA ke dalam susu pasteurisasi tidak berpengaruh langsung terhadap penurunan ph tetapi berpengaruh terhadap jumlah bakteri total setiap sampel. Semakin besar konsentrasi DHA yang ditambahkan, jumlah bakteri totalnya semakin banyak sehingga penambahan DHA menurunkan ketahanan susu pasteurisasi. Kata Kunci : Susu Pasteurisasi, Asam Dokosaheksaenoat (DHA), Ketahanan Susu Pasteurisasi. PENDAHULUAN Selain upaya pengawetan susu, saat ini sedang marak susu yang ditambahkan berbagai nutrisi tambahan, salah satunya adalah penambahan asam dokosaheksaenoat (DHA). DHA banyak difortifikasikan ke dalam susu formula bayi dan makanan anak-anak yang bertujuan sebagai suplementasi DHA. The International Society for the Study of Fatty Acid and other Lipids (ISSFAL) 1) merekomendasikan untuk mengkonsumsi minimal 500 mg DHA+EPA setiap harinya untuk mencegah penyakit cardiovascular pada orang dewasa, minimal 300 mg DHA untuk wanita hamil dan ibu menyusui sedangkan untuk anak-anak minimal mengkonsumsi 350 mg DHA/hari. DHA berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bagi balita, sedangkan bagi orang dewasa DHA berperan dalam pemeliharaan fungsi otak. Penelitian lainnya menyatakan bahwa konsumsi DHA dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit seperti penyakit alzeimer (Tully, Roche et al., 2003) 2), jantung koroner (Kompas, 2008 3)., von Schacky, C., 2003 4) ), diabetes melitus (Suresh, Y. and Das. 2003) 5), dan kanker (Terry, Rohan, et al., 2003) 6). Sebuah perusahaan yang memproduksi DHA menerbitkan Buletin Aplication berjudul Diphorm HiDHA TherMAX 50-Omega-3 DHA Fortified Refrigated Milk (HTST/ESL Pasteurised) ditulis oleh Mossel, B (2008) 1) menyatakan bahwa susu pasteurisasi yang difortifikasi omega-3 dengan konsentrasi DHA 1 % dan ditambah antioksidan (vitamin E) akan tahan lebih dari 9 hari apabila disimpan pada suhu 4 0 C dan proses pasteurisasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum ditambahkan DHA kemudian setelah ditambahkan DHA. Ditinjau dari struktur kimianya (Gambar 1), DHA merupakan asam lemak tak jenuh yang memiliki 6 ikatan rangkap, oleh karena itu DHA tidak stabil terhadap oksigen dan panas, selain itu DHA merupakan nutrisi yang baik bagi mikroba sebagai sumber nitrogen karbon, dan hidrogen. Oleh sebab itu, mikroorganisme dalam susu yang ditambahkan DHA akan cenderung lebih cepat berkembangbiak sehingga susu akan cepat rusak dan ketahanan susu akan berkurang. Kerusakan susu tersebut dapat juga diketahui dari perubahan ph susu yang ideal (6,5-6,7), semakin banyak aktivitas bakteri yang merubah laktosa menjadi asam laktat maka ph susu akan semakin turun (asam) sehingga susu menjadi basi. Dari teori tersebut perlu dikaji lebih lanjut bagaimana pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu pasteurisasi yang 170

Nisa Erina Sakinah. Geby Dwiyanti, Siti Darsati J.Si.Tek.Kim. penambahan DHA-nya dilakukan sesudah proses pasteurisasi. Uji alkohol dilakukan dengan cara menambahkan 2 ml alkohol 70% ke dalam 2 ml susu. Diamati perubahan yang terjadi, adanya gumpalan atau tidak menunjukan uji alkohol positif atau negatif. Gambar 1. Struktur Docosahexaenoic acid METODE PENELITIAN Rancangan Percobaan Untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu pasteurisasi, maka diperlukan analisis statistik. Dalam penelitian ini digunakan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). RAK merupakan suatu rancangan percobaan yang tidak hanya tergantung pada satu peubah yaitu perlakuan tetapi juga peubah lain yaitu kelompok. Dalam metode ini satuan percobaan tidak perlu homogen, satuan-satuan percobaan tersebut dapat dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok tertentu sehingga satuan percobaan dalam kelompok tersebut menjadi relatif homogen. Banyaknya perlakuan yang dicobakan sebanyak 4 x 4 = 16 perlakuan yang dibagi menjadi 4 kelompok (hari ke-0, 1, 2,dan 3), dan percobaan diulang sebanyak 3 kali. Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : peralatan gelas dan plastik, alat pasteurisasi HTST, neraca analitik, ph meter, autoclave, oven, inkubator, mixer, pembakar spirtus, petridish, tabung reaksi, dan termometer 100 0 C. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi segar, serbuk DHA (Diphorm HiDHA 50), alkohol 70 %, bacto agar, tablet ringer dan aquades. Cara Kerja Pengujian Bahan Baku dan Penyiapan Susu pasteurisasi Uji organoleptik Uji organoleptik meliputi bau, rasa dan warna. Uji mengandalkan panca indera seorang tester khusus dengan mencium bau susu, mencicipi susu, dan melihat warna susu. Uji alkohol Uji ph Pengujian ph dilakukan dengan menggukan ph meter. Cara penggunaan alat tersebut yaitu dengan mencelupkan alat sensornya (elektroda) ke dalam susu, maka akan diketahui nilai phnya pada alat pembaca ph. Uji Lactoscan Dari alat lactoscan dapat ditentukan kadar fat, protein, Solid Non Fat (SNF), suhu, dan BJ. Susu segar di masukan ke dalam botol ± 10 ml lalu diuji lactoscan dalam 1 menit akan didapatkan hasil pengujiannya. Setelah didapatkan susu segar yang berkualitas baik yaitu yang memenuhi standar susu segar SNI, kemudian susu segar dipasteurisasi dengan teknik pasteurisasi High Temperature Short Time (HTST) menggunakan serangkaian alat pasteurisasi yang terdiri dari mixing tank, balance tank, storage tank, Plat Heat Exchanger (PHE) Regeneratif, Plat Cooler (PC), PHE Pasteurisasi, holding tube, dan homogenizer. Pateurisasi dilakukan pada suhu 80-85 0 C selama 15 detik. Penambahan DHA ke dalam Susu Pasteurisasi, Pengemasan dan Penyimpanan Tahap penambahan DHA dilakukan setelah susu dipasteurisasi. DHA yang ditambahkan divariasikan konsentrasinya yaitu 0,5 %, 1 %, dan 1,5 %, masing-masing dibuat triplo. Susu dikemas menggunakan botol kaca gelap 60 ml, setelah dikemas susu disimpan pada refrigerator (6-8 0 C) dan dilakukan pengujian ketahanan susu setiap harinya selama 3 hari penyimpanan. Pengujian Ketahahan Susu Pasteurisasi Dalam tahap pengujian ketahanan susu ada beberapa pengujian yang dilakukan yaitu uji jumlah bakteri total yaitu dengan uji alkohol (uji jumlah bakteri total secara kasar) dan untuk pengujian kuantitatifnya menggunakan metode Total Plate Count (TPC) dan uji ph. 171

Uji Jumlah Bakteri Total Uji Alkohol Uji alkohol dilakukan dengan cara menambahkan 2 ml alkohol 70% ke dalam 2 ml susu. Diamati perubahan yang terjadi, adanya gumpalan atau tidak menunjukan uji alkohol positif atau negatif. Uji TPC Pengujian selanjutnya adalah pengujian mikrobiologi menggunakan TPC (Total Plate Count). Sebelum pengujian tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan ringer dan agar yang akan digunakan disterilisasi dengan autoklaf selama 2 jam pada suhu 120 0 C, sedangkan petridish dan pipet volume disterilisasi kering menggunakan oven. Setelah semua alat dan bahan selesai disterilisasi, kemudian tabung reaksi yang telah diisi 9 ml larutan ringer diletakan secara berderet. Sebanyak 1 ml sampel susu dituangkan ke dalam tabung reaksi tersebut kemudian dikocok sampai homogen. Pengenceran dilakukan beberapa kali sesuai kebutuhan (3-6 kali). Dari hasil pengenceran, sampel dipipet sebanyak 1 ml dan dituangkan ke bagian tengah petridish, kemudian ditutup. Setelah semua petridish diisi sampel, agar dituangkan kira-kira 10-15 ml ke dalam semua petridish lalu diratakan dengan menggoyangkan petridish secara beraturan. Sampel yang sudah diisi agar kemudian didiamkan selama 5 menit (sampai agar membeku) dan didisimpan di dalam inkubator (31-32 0 C) selama 72 jam. Selanjutnya koloni bakteri yang terdapat dalam petridish dihitung. Uji ph Untuk uji ph dilakukan dengan alat pengukur ph yaitu ph meter. Cara penggunaan alat tersebut yaitu dengan mencelupkan alat sensornya (elektroda) ke dalam susu, maka akan diketahui nilai phnya pada alat pembaca ph. HASIL DAN PEMBAHASAN Susu yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu pasteurisasi. Susu pasteurisasi ditambah DHA (Diphorm HiDHA 50) secara manual dengan variasi konsentrasi 0 % (A); 0, (B); 1 % (C) dan 1, (D). Konsentrasi tersebut digunakan berdasarkan hasil referensi penelitian sebelumnya (Mossel, B., 2008) 1), yang hanya menggunakan satu konsentrasi yaitu 1 %, sehingga pada penelitian ini digunakan 3 variasi konsentrasi yaitu 0,5 % ; 1 % ;1,5 % dan 0 % sebagai pembanding untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu pasteurisasi. Serbuk DHA yang digunakan larut baik di dalam susu, karena susu mengandung lemak yang dapat melarutkan DHA. DHA sangat reaktif mudah teroksidasi oleh udara, panas dan cahaya karena DHA memiliki 6 ikatan rangkap. Bahan DHA yang digunakan sudah mengandung vitamin C yang berfungsi untuk mencegah DHA teroksidasi. Selain itu, untuk mencegah oksidasi DHA juga, maka sampel dengan konsentrasi DHA yang berbeda-beda dikemas dengan botol kaca gelap (60 ml). Penyimpanan sampel dilakukan di dalam refrigerator, hal ini dilakukan karena didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang pada umumnya menyimpan susu pada refrigerator yang bersuhu 6-8 0 C. Suhu penyimpanan tersebut akan mempengaruhi ketahanan susu, karena pada suhu tersebut bakteri masih bisa berkembangbiak dengan baik, beda halnya bila disimpan pada suhu 4 0 C, bakteri di dalam susu akan inaktif dan ketahanan susu akan lebih lama. Waktu penyimpanan sampel adalah 3 hari, yaitu disesuaikan dengan layak tidaknya sampel untuk dapat diuji, karena apabila susu telah rusak, susu tidak homogen lagi sehingga akan sulit dilakukan pengujian. Susu segar yang digunakan sebagai bahan baku pasteurisasi sebelumnya diuji kualitasnya dengan uji alkohol, uji ph, dan uji lactoscan. Pengujian Kualitas Bahan Baku Data hasil pengujian kualitas susu segar sebelum dipasteurisasi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data Pengujian Kualitas Susu Segar Pengujian Uji organoleptik : - Bau - Warna - Rasa Uji alkohol ph Uji Lactoscan : Suhu Berat jenis Fat Solid Non Fat (SNF) Protein Hasil uji Normal (khas) Normal (khas) Normal (khas) Negatif (-) 6,69 12 0 C 1,0255 g/l 3,13 % 8,09 % 2,92 % Pada uji organoleptik, baik bau, warna maupun rasa semuanya normal. Susu memiliki 172

Nisa Erina Sakinah. Geby Dwiyanti, Siti Darsati J.Si.Tek.Kim. bau yang khas, menurut Hadiwiyoto (1994) 7) bau susu akan lebih nyata apabila dibiarkan beberapa jam terutama pada suhu kamar. Warna susu adalah putih kebiruan sampai kuning keemasan, warna susu ini disebakan oleh globula-globula lemak (putih), protein (putih), karoten (kuning), riboflavin (kuning) dan juga pakan yang diberikan. Sedangkan rasa susu yaitu agak manis dan agak asin yang disebabkan oleh kandungan laktosa serta garam mineralnya. Susu segar yang digunakan telah memenuhi syarat uji organoleptik berdasarkan syarat standar susu segar SNI. Uji alkohol merupakan salah satu pengujian yang sering dilakukan untuk mengukur kualitas susu. Susu yang mengandung lebih dari 0,21% asam atau mengandung kalsium dan magnesium dalam jumlah tinggi, akan terkoagulasi dengan penambahan alkohol (Rachnawan, O., 2001) 8). Hal tersebut menjadi dasar uji alkohol untuk menentukan kualitas susu. Koagulasi susu oleh alkohol juga disebabkan oleh faktor lain, misalnya adanya penyakit pada ambing, kolostrum dan ranin yang dihasilkan oleh mikroba (Rachnawan, O., 2001) 8). Kestabilan sifat koloidal protein-protein susu tergantung pada selubung air yang menyelimutinya, khususnya pada kasein. Susu yang mulai asam akan terganggu kestabilan interaksi antara air dengan kasein sehingga apabila susu dicampur dengan alkohol yang mempunyai sifat agensia dehidrasi (menarik air) maka protein tersebut akan terkoagulasikan sehingga akan tampak pecahan/butiran/gumpalan pada susu tersebut. Semakin tinggi derajat keasaman susu yang diperiksa semakin kurang jumlah alkohol dengan kepekatan tertentu yang diperlukan untuk memecahkan susu dengan jumlah yang sama. Uji alkohol dinyatakan negatif (-) yaitu tidak ada gumpalan pada susu setelah dicampurkan alkohol, artinya susu masih dalam keadaan baik (keasaman < 0,21 % serta tidak mengandung kalsium dan magnesium dalam jumlah tinggi/berlebihan) dan memenuhi syarat standar susu segar untuk uji alkohol. Pengujian lainnya yaitu uji ph, suhu dan uji lactoscan, dari pengujian tersebut didapatkan hasilnya berupa nilai ph, suhu, BJ, fat, SNF, dan protein yang datanya dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari data ph susu berada pada rentang ph susu yang normal (6,5-7), adapun berat jenis susu yang lebih kecil dari ketentuan SNI (1,0280 g/l pada 27,5 0 C) ini disebabkan karena BJ diukur pada suhu 12 0 C, apabila dikonversi pada suhu 27,5 0 C, BJ susu tersebut adalah 1,0286 g/l. Keseluruhan pengujian kualitas susu segar menunjukan hasil bahwa bahan baku memenuhi standar susu segar yang baik. Pengujian Ketahanan Susu Pasteurisasi Pada penelitian ini pengujian ketahanan susu pasteurisasi meliputi pengujian untuk mengetahui jumlah bakteri total dengan cara uji alkohol yaitu untuk pengujian bakteri secara kasar dan uji Total Plate Count (TPC) untuk pengujian kuantitatif dan uji ph. Uji Jumlah Bakteri Total Uji Alkohol Seperti halnya susu segar, pada sampel pun dilakukan uji alkohol yang prinsip pengujiannya sama dengan pengujian alkohol pada susu segar yaitu penggumpalan yang disebabkan keasaman susu. Kestabilan interaksi air dan protein terganggu apabila susu mulai/sudah asam, ketika susu dicampurkan dengan alkohol, air akan ditarik oleh alkohol karena alkohol bersifat menarik air dan protein akan menggumpal. Data hasil uji alkohol dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data Uji Alkohol Hari ke- Uji Akohol A B C 0 - - - 1 - - - 2 + + + 3 ++ ++ ++ D - - + ++ Keterangan : A = Sampel tanpa penambahan DHA (0%) B = Sampel dengan penambahan DHA 0,5 % C = Sampel dengan penambahan DHA 1 % D = Sampel dengan penambahan DHA 1,5 % ( - ) = Negatif, tidak ada gumpalan (+) = Positif 1, terdapat sedikit gumpalan (++) = Positif 2, terdapat banyak gumpalan Berdasarkan tabel 2, semua sampel mulai positif (+) terhadap uji alkohol pada hari ke-2 penyimpanan dan pada hari ke-3, gumpalan pada sampel sudah banyak (++). Hal tersebut menunjukan bahwa susu sudah mengalami penurunan kualitas, keasaman susu sudah lebih dari 0,21 %. Keasaman susu sebagian besar disebabkan oleh asam laktat, yaitu hasil 173

fermentasi laktosa oleh bakteri (Gambar 2). Dari uji alkohol hanya dapat diketahui sampel mana yang memiliki jumlah bakteri sedikit dan banyak, tetapi tidak bersifat kuantitatif (angka). Uji alkohol hanya dapat dijadikan sebagai uji kasar terhadap jumlah bakteri total dan untuk mengetahui jumlah bakteri secara kuantitatif maka dilakukan pengujian TPC. Gambar 2. Reaksi Pembentukan Asam Laktat 4 Asam Laktat ditambahkan, jumlah bakteri total paling sedikit adalah pada sampel A, karena sampel A tidak ditambahkan DHA sehingga tidak ada nutrisi tambahan untuk bakteri. Pada hari ke-1, jumlah bakteri setiap sampel bertambah bila dibandingkan dengan jumlah bakteri total pada hari ke-0, hal tersebut menunjukan bahwa bakteri sudah berkembangbiak tetapi masih dalam fase lambat sehingga jumlahnya tidak signifikan, bakteri masih beradaptasi dengan kondisi susu yang telah ditambahkan DHA. Pada hari ke-2 sampai hari ke-3, jumlah bakteri total bertambah signifikan bila dibandingkan dengan jumlah bakteri total pada hari sebelumnya, diperkirakan pertumbuhan bakteri berada pada fase pertumbuhan eksponensial. Fase eksponensial merupakan suatu fase pertumbuhan bakteri yang cepat sehingga dapat mencapai jumlah bakteri yang maksimum. Jumlah bakteri meningkat untuk setiap sampel seiring dengan waktu penyimpanan dan bertambahnya konsentrasi DHA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini pertambahan jumlah bakteri total pada setiap sampel. Uji Total Plate Count (TPC) Hasil uji TPC yang menunjukan jumlah bakteri total pada sampel dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Rata-Rata Jumlah Bakteri Total Hari ke- A B C D 0 10333 14833 15500 29167 1 195500 330000 458667 564333 2 2730000 3586667 3943333 5663333 3 3633333 6083333 8860000 9966667 Dari data TPC pada tabel 3, menunjukan bahwa penambahan DHA dengan konsentrasi yang lebih besar cenderung berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri dari hari ke-0 sampai hari ke-3 penyimpanan. DHA merupakan suatu asam lemak tak jenuh (C 22 H 32 O 2 ) yang terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), yang dapat menjadi sumber nutrisi tambahan bagi pertumbuhan mikroba di dalam susu. Pada hari ke-0, jumlah bakteri total meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi DHA yang Gambar 3. Grafik Jumlah Bakteri Menggunakan Metode TPC Data hasil uji TPC kemudian dianalisa dengan menggunakan RAK dan didapatkan hasil perhitungan pada tabel 4. 174

Nisa Erina Sakinah. Geby Dwiyanti, Siti Darsati J.Si.Tek.Kim. Tabel 4. Hasil Analisa Ragam Data TPC Sumber Ftabel DB JK KT Fhitung Keragaman Kelompok 3 51,10 17,03 - Perlakuan 3 0,67 0,22 7,33* 3,86 Galat 1 9 0,25 0,03 1 tn 2,21 Galat 2 32 0,84 0,03 - Total 47 *) nyata pada taraf, tn ) tidak nyata pada taraf Berdasarkan tabel 4 karena F hitung (7,33) > F tabel() (3,86) maka H 0 yang menyatakan bahwa penambahan DHA tidak berpengaruh terhadap jumlah bakteri total ditolak, artinya penambahan DHA mempengaruhi pertumbuhan bakteri total pada susu pasteurisasi, minimal ada satu perlakuan penambahan DHA yang mempengaruhi jumlah bakteri total. Uji ph Uji ph bertujuan untuk mengetahui perubahan ph yang terjadi selama penyimpanan dengan penambahan DHA yang bervariasi. Data perubahan ph pada sampel dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Data Rata-rata Uji ph Hari ke- A B C D 0 6,70 6,72 6,71 6,71 1 6,70 6,70 6,71 6,70 2 6,20 6,16 6,07 6,04 3 5,79 5,00 4,86 4,57 Berdasarkan data hasil uji ph pada tabel 5, pada hari ke-0 penambahan DHA tidak berpengaruh terhadap perubahan ph, karena DHA merupakan asam lemah dan konsentrasi DHA yang ditambahkannya sedikit, kalaupun berpengaruh kemungkinan sangat kecil terhadap perubahan nilai phnya dan tidak terukur oleh ph meter. Pada hari ke-1, ph sampel belum mengalami penurunan, ph sampel mengalami penurunan yang signifikan mulai dari hari ke-2 penyimpanan dan pada hari ke-3 penyimpanan untuk semua sampel. Hal tersebut menunjukan bahwa sudah banyak aktivitas bakteri yang mengubah laktosa menjadi asam laktat (gambar 2). Asam laktat tersebut menyebabkan sampel menjadi asam sehingga phnya semakin rendah dan susu pun akan pecah artinya emulsi antara air dan komponen lainnya memisah karena emulgator alami di dalam susu yaitu kasein terdenaturasi. Penurunan ph terjadi pada setiap sampel yang ditambah DHA maupun yang tidak ditambah DHA terlihat nyata pada penyimpanan hari ke-2 dan ke-3. Sampel A (tanpa DHA) mengalami penurunan ph paling kecil bila dibandingkan dengan sampel lain yang ditambahkan DHA (B,C,dan D). Penambahan DHA berpengaruh tehadap perubahan ph, sampel yang ditambahkan DHA memiliki jumlah bakteri yang lebih banyak dibandingkan sampel yang tidak ditambahkan DHA, sehingga aktivitas bakteri di dalam sampel yang ditambahkan DHA lebih banyak yang mengakibatkan nilai ph setiap sampel semakin menurun seiring konsentrai DHA yang ditambahkan (ph A > ph B > ph C > ph D). Apabila digambarkan dengan sebuah grafik (gambar 4) terlihat jelas semakin hari, ph semakin menurun seiring dengan penambahan konsentrasi DHA. ph 6 4 2 0 1 2 3 4 Waktu Penyimpanan (hari) A (0%) B (0,) C (1%) D (1,) Gambar 4. Grafik Perubahan ph Pada hari ke-3, sampel sudah sangat asam (ph 4-5) dan sampel tidak homogen lagi. Air dengan komponen lainnya sudah memisah, sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah merupakan air dan lapisan atasnya adalah lemak dan protein yang terdenaturasi, sehingga sampel sudah tidak layak uji pada hari ke-3. Penurunan ph ini didukung oleh data TPC, jumlah total bakteri semakin hari semakin meningkat, yang menunjukan banyaknya aktivitas bakteri dalam mengubah laktosa menjadi asam laktat (gambar 2). Analisa data untuk menguji pengaruh penambahan DHA terhadap perubahan ph dapat dilihat pada tabel 6 yang merupakan tabel analisa ragam. 175

Tabel 6. Analisa Ragam Data ph Sumber Ftabel DB JK KT Fhitung Keragaman Kelompok 3 21,08 7,03 - Perlakuan 3 0,44 0,22 1,05 tn 3,86 Galat 1 9 1,92 0,21 21* 2,21 Galat 2 32 0,36 0,01 - Total 47 *) nyata pada taraf, tn ) tidak nyata pada taraf Berdasarkan tabel 6, karena F hitung (1,05) < F tabel() (3,86) maka H 0 diterima, artinya penambahan DHA tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ph. Minimal ada satu perlakuan penambahan DHA yang tidak mempengaruhi ph, yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-1 penyimpanan, sehingga dengan menggunakan analisa statistik nilai perubahan ph dianggap tidak signifikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu pasteurisasi, dapat diambil kesimpulan, bahwa semakin besar konsentrasi DHA yang ditambahkan ke dalam susu pasteurisasi mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah bakteri total susu pasteurisasi dan tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan ph-nya. Penambahan DHA dapat menurunkan ketahanan susu pasteurisasi. SARAN \ Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu pasteurisasi sehingga perlu pengujian lainnya yaitu pengujian terhadap ketahanan DHA di dalam susu pasteurisasi dan juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara jumlah bakteri total dengan nilai ph. DAFTAR PUSTAKA Mossel, B. (2008). Diphorm HiDHA TherMAX 50 - Omega-3 DHA Fortified Refrigated Milk (HTST/ESL Pasteurised). Application Buletin Nu- Mega. (version 1), hal 1-9. Tully, Roche, et al. (2003). Low serum cholesteryl ester-docosahexaenoic acid levels in Alzheimer's disease: a casecontrol study. Br J Nutr 89(4): 483-489. AC. (2008). Minyak Ikan Stabilkan Jantung. Kompas (24 April 2008). von Schacky, C. (2003). The role of omega-3 fatty acids in cardiovascular disease. Curr Atheroscler Rep 5(2): 139-145. Suresh, Y. and Das (2003). Long-chain polyunsaturated fatty acids and chemically induced diabetes mellitus. Effect of omega-3 fatty acids. Nutrition 19(3): 213-228. Terry, Rohan, et al. (2003). Intakes of fish and marine fatty acids and the risks of cancers of the breast and prostate and of other hormone-related cancers: a review of the epidemiologic evidence. Am J Clin Nutr 77(3): 532-543. Hadiwiyoto, S. (1994). Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Yogyakarta : Liberty. Rachmawan, O. (2001). Penanganan Susu Segar. Jakarta : Depdiknas.. 176