BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Customer Request/Complaint. Send jobs by SMS Technical Spv. Confirmasi Solve by SMS. Monitoring worktime

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI

Muhammad Rajab Fachrizal Program Studi Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia

Plainning & Organization

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia Agustus 2009

Implementing COBIT in Higher Education. at South Louisiana Community College (SLCC) in Lafayette, Louisiana, USA.

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT LI

Analisa Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan RI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1.2 Rumusan Masalah

Prastuti S, Tri Pudji W, Denny Syamsu R STMIK Widya Pratama Pekalongan ABSTRAK

LAMPIRAN A Kuesioner I : Management Awareness

1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara objektif yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tata kelola TI yang efektif dapat membantu perusahaan dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT 4.1 UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AUDIT DENGAN FRAMEWORK COBIT 4.0 WASHIN ID MANAJEMEN SUMBER DAYA IT

ABSTRAK. Kata Kunci : COBIT 4.1, DS, delivery and support. iii Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS TATA KELOLA TI BERDASARKAN DOMAIN DELIVERY AND SUPPORT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan perangkat keras begitu pesat, seiring

PEMBANGUNAN IT GOVERNANCE DI SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAHAN) YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian ini mempunyai direktorat-direktorat yang dapat menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Instrumen TI seperti COBIT (Control Objective for Information and Related Technology) banyak memberikan panduan bagaimana mengukur

ABSTRAK. Kata kunci: IT Governance, COBIT 4.1,PT.PLN.DJBB BAGIAN ASTI,APLIKASI iii. Universitas Kristen Maranatha

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

CobiT COBIT. CobiT The IT Governance Framework. CobiT diantara Standard Lain. document from IT Processes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. SRIKANDI DIAMOND MOTORS

MENINGKATKAN FUNGSIONALITAS DAN INTEGRASI BISNIS PROSES PERUSAHAAN X DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT

AUDIT UNTUK MENILAI PROSES TATA KELOLA SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISBN: K. Emi Trimiati* ), Jutono G. ** ) * Ekonomi, ** Ilmu Komputer, Universitas AKI

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

Usulan Model Tata Kelola Teknologi Informasi Pada Domain Plan And Organise Dengan Menggunakan Framework COBIT 4.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

COBIT 5: ENABLING PROCESSES

IT GOVERNANCE DENGAN FRAMWORK COBIT DI BIRO PUSAT STATISTIK JAWA BARAT DENGAN METODE KUANTITATIF DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

USULAN MODEL TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN FRAMEWORK COBIT PADA INFRASTRUKTUR DAN KEAMANAN JARINGAN DI UNIVERSITAS X

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI (INFORMATION TECHNOLOGY GOVERNANCE) DI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BERBASIS FRAMEWORK COBIT 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGUKURAN TATA KELOLA TEKNOLOGI DAN SISTEM INFORMASI DENGAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.0 STUDI KASUS PT. SEMESTA TEKNOLOGI PRATAMA

PENGUKURAN TINGKAT MODEL KEMATANGAN PROSES COBIT MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS WEB (Studi Kasus di STMIK AMIKOM Yogyakarta)

Bab III Proses Penyusunan Metodologi pelaksanaan Tata Kelola TI

EVALUASI PENERAPAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN COBIT FRAMEWORK 4.1 (STUDI KASUS : UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

BAB 3 1. METODOLOGI PENELITIAN

Audit Sistem Otomasi Perpustakaan Digilib STMIK Bumigora Mataram. Apriani STMIK Bumigora Mataram

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam proses penelitian ini ditujukan untuk menilai posisi perusahaan saat ini dan

REKOMENDASI TATA KELOLA SISTEM AKADEMIK DI UNIVERSITAS X DENGAN FRAMEWORK COBIT

MANAGING CONTROL OBJECT FOR IT (COBIT) SEBAGAI STANDAR FRAMEWORK PADA PROSES PENGELOLAAN IT-GOVERNANCE DAN AUDIT SISTEM INFORMASI

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN COBIT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 1/12 (2016), DOI:

Bab 2. Landasan Teori

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Teknologi Informasi pada sebuah organisasi

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

AUDIT TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN COBIT 4.1 DAN IS RISK ASSESSMENT (STUDI KASUS BAGIAN PUSAT PENGOLAHAN DATA PTS XYZ)

Analisis Pengawasan dan Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi PT. Angkasa Pura I Semarang dengan Framework COBIT 4.1 ABSTRAK

Bab II Tinjauan Pustaka

PERENCANAAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI BERDASARKAN FRAMEWORK COBIT (STUDI KASUS PADA DIREKTORAT METROLOGI)

BAB Menentukan Ruang Lingkup. produksi dengan menggunakan COBIT. dan IT internal perspective. 2. Menentukan Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan Informasi Teknologi (IT) menjadi semakin dibutuhkan

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT (STUDI KASUS : PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA CABANG MAKASSAR) Oleh

MODEL TATA KELOLA PENGELOLAAN JARINGAN DI PT.X MENGGUNAKAN COBIT NETWORK MANAGEMENT GOVERNANCE MODEL ON COMPANY X USING COBIT

Sesi 4: IT Governance Design & Planning

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

APPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN

LAMPIRAN. P01 Define a strategic IT Plan (Menemukan Perencanaan strategis IT) 1 Apakah perusahaan mempunyai manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

Nama : Hery Budiawan TTL :Sukoharjo,14 Januari 1978 Pendidikan : Teknik Sipil ITB 1996 Istri : Ponirah Anak : M.Danish Dhiaurrahman (3,5 th) Aisyah

AUDIT SISTEM INFORMASI GRUP ASESMEN EKONOMI DAN KEUANGAN BANK INDONESIA WILAYAH IV DITINJAU DARI IT GOAL 7 MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERIZINAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN Menurut Mendel (2003) menyatakan bahwa Tujuan Public Service Broadcasting biasanya tercermin dalam pendanaan, kepemilikan dan pemrograman lembaga penyiaran pelayanan publik yang pada akhirnya, kebutuhan untuk melayani masyarakat. Inilah yang menjadi dasar dari Kemkominfo ini untuk mengembangkan lebih lagi pelayanan publik mereka dalam hal perizinan penyiaran. Karena Kemkominfo sendiri memberikan pelayanan kepada khalayak umum khususnya dalam Direktorat Penyiaran ini adalah Direktorat yang bersinggungan dengan pihak luar (pemohon izin/client). Pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Penyiaran bersifat pelayanan internal dimana dalam melakukan pelayanan tersebut membutuhkan ketepatan, akurasi, rasa profesionalitas, dan keamanan data yang amat sangat dipercaya. Untuk itulah SIMP3 dibuat. SIMP3 melakukan semua proses yang berjalan dimana berpulang lagi kepada penilaian akan pelayanan yang disebut SLA (Service Level Agreement). Bahkan menurut Therier (2007) yang berbicara soal legalisasi dan regulasi, membuat sebuah peraturan seperti pada Tabel 2 (p.4) : 10

11 Tabel 2. Amandemen Pertama untuke menggariskan Zona Jurisprudential di Amerika Broadcasting Model Cable Model Internet, Cinema, DVD & Print Model Indecency Regulations Political Airtime/ Access Rules Educational TV Mandates Payola Restrictions Extensive Ownership Limitations Must-Carry Regulations PEG Access Mandates Some Educational TV Rules Some Ownership Limitations Completely free, outside of libel law and some ownership limitations for newspapers (Source : Theries,A. 2007. "WHY REGULATE BROADCASTING? TOWARD A CONSISTENT FIRST AMENDMENT STANDARD FOR THE INFORMATION AGE". Commlaw Conspectus. Amerika. Hal 4) Dengan adanya regulasi diatas maka itu merupakan sebuah aturan untuk mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran yang dilakukan oleh Kemkominfo. Bahkan didalam Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia No.18 / Per / M. Kominfo / 03 / 2009 Tentang Tata Cara Dan Proses Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Oleh Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Bab1 pasal 1 Ayat 6 yang berbunyi Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara penyiaran baik Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Komunitas, maupun Lembaga Penyiaran

12 Berlangganan, yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hal lainnya diatur dalam Peraturan menteri Kemkominfo No.18. Secara umum regulasi terdapat didalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia no.28 tahun 2008 juga menjelaskan tata laksana proses perizinan penyelenggaraan penyiaran. Yang didalamnya lebih spesifik menggambarkan tata laksana penyelenggaraan perizinan penyiaran untuk Televisi dan Radio. Berikut regulasi-regulasi lengkap yang mengatur tentang penyiaran televisi dan radio swasta di Indonesia : Regulasi Tentang Televisi Lembaga Penyiaran Swasta Lembaga Penyiaran Televisi Digital Peraturan Menteri Kominfo No. 43 / Per / M.Kominfo/10/2009 Peraturan Menteri Kominfo No :30 / PER / M.KOMINFO / 8 / 2009 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Melalui Sistem Stasiun Jaringan Oleh Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi Penyelenggaraan Layanan Televisi Protokol Internet (internet Protocol Television / Iptv) Di Indonesia Regulasi Tentang Radio Radio Amatir dan Radio Komunitas Peraturan Dirjen SDPPI NOMOR : 210/DIRJEN/2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Amatir Radio Dan Ujian Amatir Radio

13 PERATURAN MENKOMINFO NOMOR: Tentang Penyelenggaraan Amatir Radio 33 / PER / M.KOMINFO / 08 / 2009 Masih banyak undang-undang tentang penyelenggaraan Komunikasi di Indonesia. Sebagai contoh : Lembaga Penyiaran Publik tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.11 tahun 2009 juga untuk Lembaga Penyiaran Komunitas dalam Peraturan Pemeritah No.51 tahun 2009. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa proses perizinan ada disetiap sis mulai dari televisi nasional sampai kepada televise berbayar diatur dalam sebauh epraturan menteri begitu juga untuk perizinan radio baik dari amatir sampai kepada radio swasta yang besar. Semua undang-undang dan peraturan yang dibuat dalam sebuah negara biasanya untuk menciptakan iklim tertib dalam menciptakan sebuah Sistem Informasi. Bahkan Sistem Informasi seperti ini di beberapa negara mendapat nilai yang positif bahkan mereka menciptakan sebuah new value yang baik. Sebagai contohnya, salah satunya di Tanzania. Berdasarkan dari visi dan misi yang mereka punya adalah menuju sebuah Goal. Seperti yang telah direncanakan oleh Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) Republik Indonesia dalam tulisan yang dibuat oleh Supriatna,A, (2010) dimana Perencanaan Penerapan Teknologi Informasi (Information Technology/IT) pada tataran tingkat Pemerintahan Pusat perlu penataan yang akurat. Saat ini kehadiran teknologi informasi

14 perlu dipertimbangkan untuk menjadi bagian strategis dalam lingkup Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dukungan teknologi ini penting demi keberlangsungan pengelolaan yang maksimal dari seluruh sumber energi dan mineral yang dibebankan pada kementerian ESDM. Hal ini pula yang ingin ditanamkan pada Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dalam Sistem Informasi Penyiaran yaitu membuat penataan kerja dan sistem yang baik serta berlangsung transparan kepada publik. Untuk melakukan hal ini tidaklah mudah untuk itu Direktorat Penyiaran memerlukan tools audit bagi mereka contohnya COBIT. Didalam tulisan Supriatna, A, (2010) mengemukakan, COBIT merupakan good practices lintas suatu domain dan framework, dimana terjadi proses dan menyajikan aktivitas yang bisa dikelola dan merupakan struktur yang logis. Bahkan dengan menggunakan COBIT, menurut ISACA dalam jurnal mereka BUSINESS CONTINUITY PLAN (BCP) REVIEW FROM IT PERSPECTIVE (2005), dikatakan dengan menggunakan COBIT dapat menetapkan 3 hal : Standarisasi, Pedoman, dan Prosedur. Jadi dengan menerapkan COBIT 4.1 bisa saling mengecek setiap aktiftas dalam domain dari setiap aktifitas yang berbeda-beda. Dalam thesis ini disajikan aktifitas dari domain Delivery and Support serta Monitor and Evaluate. SIMP3 dibangun karena kebutuhan mendesak dari Direktorat Penyiaran dimana mereka merumuskan bentuk aplikasi ini sebagai komunikasi 2 arah antara pemohon/user dengan pihak Direktorat Penyiaran. Hasil perumusan ini dijadikan sebagai bentuk strategic plan

15 yang baru dan ingin menghasilkan value added bagi pemohon/user. SIMP3 berlatar belakang dari pemohon yang mengajukan izin-izin dan banyak proses yang terbengkalai di tengah proses perizinan. 2.1.1 Cobit 4.1 Menurut paper COBIT versi 4.1 (2007), merupakan sebuah best practices yang disusun sama dengan framework ISO 27002 yang dikeluarkan oleh ISACA. Seperti yang telah dijelaskan dibagian 2.1 Dalam penulisan studi kasus ini akan berfokus untuk melihat 2 fase dari COBIT sebagai Framework peningkatan kinerja untuk Sistem Informasi Manajemen Penyiaran dari Kemkominfo RI, yaitu fase Delivery & Support dan Monitor & Evaluate bagian ini diperlukan karena melihat sistem ini sudah dibangun dan berjalan secara baik. COBIT 4.1 digunakan untuk mengaudit sistem ini menjadi sebuah sistem yang layak untuk dipakai dan dapat menilai kinerja mereka, karena sistem ini ke depannya menjadi sebuah sistem yang harus zero downtime karena menjadi sebuah integrated system. Sistem Informasi Penyiaran di Kemkominfo ini menjadi sebuah landasan awal bagi Direktorat Penyiaran untuk menjadikan Sistem Informasi Penyiaran mempunyai nilai balik bagi negara dan bangsa. Dengan menjalankan SOP yang telah ditetapkan bersama dengan kaidahkaidah COBIT yang telah baik secara Internasional. COBIT 4.1 sendiri mempunyai 4 bagian besar yaitu :

16 Plan and Organize (PO) Sebagai bagian bentuk awal untuk menyesuaikan solusi yang cocok. Acquire and Implement (AI) Sebagai bagian dari solusi dan caracara melewatkan level maturitinya. Delivery and Support (DS) Hasil Keluaran yang dapat dilihat dan bisa diukur. Monitoring and Evaluate (ME) Bagian yang memastikan semua proses berjalan dengan baik. Gambar 2.1 Framework dari COBIT 4.1 Bagian point Delivery & Support (DS) dan Monitor & Evaluate (ME). merupakan bagian dari framework COBIT 4.1 yang dapat melihat perbaikan kinerja dari Sistem Informasi Penyiaran ini. Hasil yang nanti akan didapatkan haruslah sebuah maturity model. Maturity Model itu sendiri menurut COBIT Focus (2010) p.3 adalah Proses menilai tingkat kematangan saat proses dengan mengidentifikasi kesenjangan dan menyiapkan peta jalan untuk perbaikan.

17 2.1.2.1 Plan & Organize Plan & Organize meruapakan langkah awal didalam COBIT dimana bertujuan untuk melihat rencana dan bagaimana mengatur keseluruhan nantinya. Bagian ini merupakan sebuah rencana strategis untuk melihat peluang dan keterbatasan yang akan terjadi, juga menilai kinerja saat ini, dan mengidentifikasi sumber daya manusianya. Menurut ISACA (2007) bagian Plan and Organize ini sendiri dipecah lagi menjadi 10 bagian (p.27): PO1 Define a Strategic IT Plan PO2 Define the Information Architecture PO3 Determine Technological Direction PO4 Define the IT Processes, Organisation and Relationships PO5 Manage the IT Investment PO6 Communicate Management Aims and Direction PO7 Manage IT Human Resources PO8 Manage Quality PO9 Assess and Manage IT Risks PO10 Manage Projects 2.1.2.2 Acquire & Implement Acquire & Implement merupakan langkah kedua didalam COBIT dimana bertujuan untuk kebutuhan (langkah-

18 langkah yang akan dilakukan) juga haruslah diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut ISACA Bagian Acquire & Implement mempunyai 7 bagian (p.73) : AI1 Identify Automated Solutions AI2 Acquire and Maintain Application Software AI3 Acquire and Maintain Technology Infrastructure AI4 Enable Operation and Use AI5 Procure IT Resources AI6 Manage Changes AI7 Install and Accredit Solutions and Changes 2.1.2.3 Delivery & Support Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa bagian Delivery & Support bertujuan untuk melihat bahwa sistem ini dapat dilihat nilai efektifitasnya sebagai bagian dari perbaikan kinerja dari Direktorat Penyiaran Kementrian Komunikasi & Informatika. Menurut ISACA (2007) bagian Delivery dan Support ini sendiri dipecah lagi menjadi 13 bagian (p.100) : DS1 Define and Manage Service Levels DS2 Manage Third-party Services DS3 Manage Performance and Capacity DS4 Ensure Continuous Service DS5 Ensure Systems Security

19 DS6 Identify and Allocate Costs DS7 Educate and Train Users DS8 Manage Service Desk and Incidents DS9 Manage the Configuration DS10 Manage Problems DS11 Manage Data DS12 Manage the Physical Environment DS13 Manage Operations 2.1.2.4 Monitoring & Evaluate Untuk bagian Monitoring & Evaluate bertujuan untuk bagian yang memastikan semua proses berjalan dengan baik dengan proses monitoring sebagai proses perbaikan kinerja dari Direktorat Penyiaran Kementrian Komunikasi & Informatika. Menurut ISACA (2007) bagian Delivery dan Support ini sendiri dipecah lagi menjadi 13 bagian (p.153) : ME1 Monitor and Evaluate IT Performance ME2 Monitor and Evaluate Internal Control ME3 Ensure Compliance With External Requirements ME4 Provide IT Governance 2.2 PERBAIKAN KINERJA DENGAN KONSEP BCP Perbaikan Kinerja untuk Sistem informasi Manajemen ini menggunakan prinsip-prinsip dari Business Continuity Plan (BCP) dimana ada beberapa bagian

20 yang harus dijalankan oleh Kemkominfo untuk lebih meningkatkan performa kerja dari system dan kinerja mereka. Menurut Wilder, D (2008, p.6) mengatakan setiap bentuk bisnis pasti akan bergerak cepat dalam pertumbuhan ekonomi, ini juga sejalan dengan besar atau kecilnya Instansi Pemerintahan dimana mereka pasti akan melindungi bisnisnya dari berbagai kemungkinan bencana. Untuk itu dapat dilihat bahwa hal ini menjadi sangat penting sejalan dengan adanya Sistem informasi Manajemen Penyelenggaraan Perizinan Penyiaran ini. Memang ada beberapa pendekatan yang cocok untuk melihat hal ini seperti pendekatan dengan ITIL atau ISO 27000, tetapi dalam hal ini untuk lebih melihat lebih dalam lagi digunakan COBIT sebagai bagian dari Perbaikan Kinerja dari studi kasus ini. Hal perbaikan kinerja Sistem Informasi Penyiaran ini juga dipakai ditulis oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Menurut Hartanto, I. D., & Tjahyanto, A. (2008) faktor-faktor yang diukur dalam penilaian kematangan tingkat maturity dengan menggunakan 6 (enam) atribut : Awareness and Communication (AC), Policies, Standards and Procedures (PSP), Tools and Automation (TA), Skill and Expertise (SE), Responsibilities and Accountabilities (RA), Goal Setting and Measurement (GSM). Dari 6 (enam) point diatas jika mau dipelajari lebih dalam lagi, kita dapat melihat penjabaran yang lebih khusus lagi adalah dengan mempelajari metode penilaian dan performa dari sebuah sistem yang diteliti oleh sebuah lembaga

21 USAID Center for Development Information and Evaluation (1996) terbagi menjadi 7 (tujuh) kriteria penilaian: DIRECT : dilakukan dengan melakukan pengukuran sedekat mungkin tetapi tidak di justifikasi menjadi terlalu tinggi / terlalu rendah. OBJECTIVE : objek tujuan tidak memiliki ambiguitas tentang apa yang sedang diukur. ADEQUATE : sampling dari sebuah kelompok, indikator kinerja dan indikator pendampingnya harus mengukur secara memadai mengakibatkan pertanyaan. QUANTITATIVE : Harus melakukan pendekatan secara kuantitatif DISAGGREGATED : Harus dipisahkan berdasarkan variabel-variabel yang cocok sebagai pelaporan. PRACTICAL : Data dapat diperoleh dengan cara yang tepat waktu dan dengan biaya yang wajar. RELIABLE : Pertanyaan dari sebuah reliabilitas adalah apakah data yang di dapatkan cukup berkualitas untuk mengambil keputusan Kita juga akan melihat faktor - faktor efisiensi dari sistem yang mempengaruhi kinerja menurut Kaner (2003), Faktor - faktor dalam menghitung efektif dari sebuah sistem adalah : Penghitungan Multidimensional sebuah sistem Penghitungan Based on multiple samples Penghitungan kinerja secara individual

22 Sebenarnya ada beberapa faktor lain seperti : Pendekatan secara kualitatif Mencari dari beberapa sumber luar Mengharapkan feedback yang baik untuk penghitungan secara kasar Menurut Coskun dan Bayyurt.p86. (2008) dari pengukuran efektifitas tersebut dapat dijabarkan hasil akhir yang akan didapat sebagai berikut : Gambar 2.2 Hal-Hal Umum yang dicapai dari penghitungan keefektifan penggunaan sistem (source : Ali Coşkun, N. B. (2008). European Journal of Economics, Finance And Administrative Sciences. Measurement Frequency of Performance Indicators and Satisfaction on Corporate Performance: A Survey on Manufacturing Companies, 86..) Sebagai skema dari peningkatan kinerja, sebuah jurnal dari INECE (2008, p.10) memberikan gambaran skema yang hampir sama dengan European Journal Diatas yaitu sebuah framework 3 tahap untuk model untuk Identifikasi, Pengembangan dan indikator yang digunakan sebagai berikut :

23 Gambar 2.3 Skema 3 (tiga) model untuk peningkatan kinerja (source : Enforcement, I. N. (2008, April). PERFORMANCE MEASUREMENT GUIDANCE FOR COMPLIANCE AND ENFORCEMENT PRACTITIONERS. hal. 10.) Hal yang didapat dari studi kasus ini adalah sebuah perbaikan kinerja pada sisi yang dapat menguntungkan dari sisi kebutuhan Direktorat Penyiaran itu sendiri serta mendapatkan nilai tambahan lainnya seperti: Menekan biaya operasional. Menghemat waktu operasional. Mengetahui tingkat kepuasan dari Relasi dengan customer. Dapat melihat dengan jelas kapabilitas dari karyawan-karyawan. Menurut Retna (2010, p. 3) yang merujuk lagi kepada Kim et al (1998) Kesuksesan suatu sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana sistem informasi memberikan kontribusinya kepada organisasi dalam

24 pencapaian tujuannya dengan membuat sebuah framework hubungan perbaikan kinerja yang merujuk kepada Myers et al. (1997) dengan gambar sebagai berikut : Gambar 2.4 Model Ukuran-Ukuran Penilaian Kesuksesan Sistem Informasi 2.3 UJI VALIDITAS Uji Validitas adalah sebuah metode pencarian nilai keaslian dari sebuah rangkaian data yang dianalisa. Lebih jauh menurut Professional Testing Inc. (2006) mengatakan, The validity of a test is critical because, without sufficient validity, test scores have no meaning. The evidence you collect and document about the validity of your test is also your best legal defense should the exam program ever be challenged in a court of law. Jadi Nilai Validitas atau keabsahan itu sendiri sangat penting untuk menunjang kelancaran dalam analisa data untuk menjadi bukti yang kuat. Dalam uji validitas itu sendiri hasil dapat dilihat dengan menggunakan sebuah rentang jarak yang sudah ditentukan secara standarisasi tergantung dari derajat kebebasan (df) yang dipergunakan tergantung dari ada di level berapa derajat kebebasan yang dipergunakan. Derajat kebebasan itu sendiri bisa dicari

25 dengan menggunakan software dari SPSS, dalam hal ini dipergunakan perangkat lunak SPSS v18.0 dengan sample sebanyak 40 orang (keseluruhan populasi) 2.4 UJI REABILITAS Menurut Professional testing, Inc., (2006) hal yang diutarakan tentang uji reliabilitas adalah Test reliability is the aspect of test quality concerned with whether or not a test produces consistent results. Jadi dalam uji reliabilitas hal yang ingin dilihat adalah kualitas dari test itu sendiri bukan dari alur prosedurnya itu sendiri. Dalam uji reliabilitas yang paling umum adalah menggunakan metode alpha cronbach, dimana reliabilitas itu sendiri bisa dikatakan valid ketika diatas nilai dari alpha cronbach diatas dari 0,80. Hasil semua analisa dari reabilitas dicari dengan menggunakan perangkat lunak statistik yaitu SPSS v18.0 dengan sample sebanyak 40 orang (keseluruhan populasi).