BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

dokumen-dokumen yang mirip
SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 01 Mar :10:03

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi mengalami goncangan yang luar biasa di 10

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laba Bersih Pertamina Tahun 2014 hingga 2015

transformasi untuk pertumbuhan masa depan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB 1 Pendahuluan. merupakan pilar perekonomian baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia.

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta usaha non inti (non core business). Kegiatan usaha inti migas meliputi usaha hulu dan usaha hilir. Kegiatan usaha hulu (upstream business) adalah kegiatan yang bertumpu pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi; sedangkan, kegiatan usaha hilir (downstream business) adalah kegiatan yang bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan/atau niaga. Salah satu komoditas unggulan Indonesia di sektor energi adalah gas bumi. Potensi gas bumi dalam negeri dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Cadangan Gas Bumi Indonesia Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (2013) 1

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan terbukti gas bumi Indonesia sebesar 103,35 TSCF dan cadangan potensial gas bumi Indonesia sebesar 47,35 TSCF sehingga terdapat total cadangan gas bumi sebesar 150,70 TSCF. Cadangan tersebut akan lebih besar jika memperhitungkan sumber gas bumi non konvensional seperti coal bed methane ( CBM ), shale gas maupun bio gas. Cadangan gas bumi dari CBM berdasarkan data BP Migas diperkirakan mencapai 453,3 TCF sehingga prospek industri gas bumi di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar. Di Indonesia, sektor migas ini semakin strategis karena kontribusinya dalam mendukung perekonomian dan pembangunan nasional sangatlah besar. Industri migas hingga saat ini masih menjadi salah satu tulang punggung penerimaan negara yang sangat signifikan. Tiap tahun, industri ini menyumbang sekitar Rp 400 triliun sebagai penerimaan negara atau sekitar Rp 1 triliun per hari. Gas bumi saat ini telah menjadi salah satu andalan pendapatan negara dari sektor migas. Dulu, ketika Indonesia pertama kali mengembangkan gas bumi, harga ekspornya hanya sekitar US$ 3 per MMBTU namun saat ini harga gas di pasar dunia telah mencapai sekitar US$ 12 hingga US$ 18 per MMBTU. Keberadaan gas bumi sebagai energi pengganti minyak bumi semakin penting dan memiliki posisi strategis dalam menekan emisi karbondioksida (CO 2 ) atau menghadapi perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming). Tujuan kebijakan alokasi gas yang lebih besar sesungguhnya dimaksudkan untuk mengurangi impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri serta mengurangi 2

ketergantungan pada BBM menyusul semakin menurunnya tingkat produksi minyak secara alamiah. Sumber daya minyak yang semakin menipis, mendorong diversifikasi energi serta mendukung penggunaan energi yang lebih bersih seperti gas bumi. Diversifikasi BBM ke bahan bakar gas juga bertujuan meminimalkan penyalahgunaan BBM subsidi dan efisiensi anggaran pemerintah serta mengurangi beban biaya bahan bakar pemilik kendaraan. Pada intinya, konversi BBM ke bahan bakar gas dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dapat dipastikan bahwa permintaan energi gas bumi di Indonesia pada masa mendatang akan tumbuh dengan pesat. Berdasarkan hal tersebut, maka infrastruktur jaringan pipa gas bumi akan dibangun secara besar-besaran. Selain itu, sehubungan dengan prospek pasokan Liquid Natural Gas ( LNG ) yang besar dari pasar internasional, maka dibangun pula beberapa terminal terapung atau biasa disebut Floating Storage and Regasification Units ( FSRU ) serta pembangunan instalasi pencairan dan pemurnian LNG untuk keperluan dalam negeri. Selain untuk mengatasi terbatasnya jaringan pipa distribusi gas di daerah-daerah yang memiliki aktivitas transportasi tinggi, pembangunan infrastruktur ini juga bertujuan agar gas bumi dapat menjangkau daerah-daerah yang membutuhkannya sehingga dapat menciptakan ketahanan pasokan gas untuk mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin terakselerasi dengan pengembangan dan perbaikan infrastruktur jaringan pipa gas bumi. 3

Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, gas bumi telah menjadi andalan pendapatan negara dari subsektor migas. Mulai tahun 2013, pendapatan dari gas bumi masuk dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ). Sebelumnya, hanya minyak bumi saja yang masuk dalam perhitungan APGN. Selain tetap mengekspor gas untuk memperoleh pendapatan negara, sebagian produksi gas bumi dialokasikan untuk domestik. Dalam rangka memenuhi konsumsi gas dalam negeri, pemerintah terus mengembangkan gas bumi baik secara konvensional maupun non konvensional seperti CBM dan shale gas. Proyeksi atas kegiatan produksi, konsumsi dan ekspor gas bumi di Indonesia, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Ekspor Gas Indonesia Sumber: Biro Riset Lembaga Manajemen FEUI (2013) Berdasarkan proyeksi dalam kajian energi Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT ) tahun 2011, produksi gas Indonesia akan mengalami penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan faktor-faktor yang tidak 4

berhubungan secara langsung dengan kegiatan produksi diduga lebih banyak memberikan hambatan pertumbuhan produksi gas alam Indonesia, namun kegiatan konsumsi gas dalam negeri diprediksikan akan meningkat sehingga volume ekspor akan menurun. Peningkatan jumlah kebutuhan gas bumi berkorelasi positif dengan semakin luasnya konsumsi gas bumi, baik untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan rumah tangga. Perkiraan total permintaan kebutuhan energi final yang memperlihatkan adanya prediksi peningkatan kebutuhan gas bumi pada periode 2009 2030, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. Gambar 1.3 Proyeksi Total Permintaan Energi Final Berdasarkan Jenis Energi Sumber: Biro Riset Lembaga Manajemen FEUI (2013) Dalam rangka memenuhi kebutuhan gas bumi dalam negeri yang terus meningkat, pemerintah telah menetapkan kebijakan pengalokasian gas bumi ke 5

depan, antara lain pemanfaatan gas bumi diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri dengan tetap mempertimbangkan keekonomian pengembangan lapangan. Kebijakan lainnya adalah alokasi pemanfaatan cadangan gas bumi yang baru ditemukan, diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan setempat. Apabila terdapat kelebihan, pemerintah memiliki kewenangan untuk menetapkan pemanfaatan gas bumi untuk ekspor, akan tetapi mensyaratkan komitmen investor untuk berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur atau pengembangan migas domestik. Dengan adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemanfaatan gas bumi, maka tingkat persaingan pada kegiatan usaha hilir migas khususnya niaga dan pengangkutan gas bumi menjadi semakin kompetitif. Perusahaan yang telah memiliki izin usaha niaga dan/atau pengangkutan gas bumi, dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perusahaan Dengan Izin Usaha Niaga dan/atau Pengangkutan Gas Bumi NO NAMA PERUSAHAAN 1 PT Energasindo Heksa Karya 2 PT Bayu Buana Gemilang 3 PT Sadikun Niagamas Raya 4 PT Odira Energy Persada 5 PT Krakatau Daya Listrik 6 PT Pelangi Cakrawala Losarang 7 PT Pertagas Niaga 8 PT Pertiwi Nusantara Resources 9 PT Mitra Energi Buana 10 PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk 11 PT Banten Inti Gasindo 12 PT Transportasi Gas Indonesia 13 PT Pertamina Gas 14 PT Majuko Utama Indonesia 15 PT Surya Cipta Internusa Sumber: Direktorat Gas Bumi BPH Migas (2012) 6

Salah satu hal yang paling penting bagi setiap perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis adalah perumusan dan pengimplementasian strategi bisnis. Dalam merumuskan strategi bisnis, perusahaan perlu mempertimbangkan lingkungan eksternal dan internal untuk menciptakan keunggulan bersaing. Hal tersebut pula yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ( PGN ) sejak awal berdiri hingga saat ini, yaitu terus menerapkan strategi yang efektif dalam persaingan pada kegiatan usaha hilir migas. Sebagai perusahaan yang membangun infrastruktur sekaligus menyediakan energi, kinerja PGN sejak berdiri pada tanggal 13 Mei 1965 hingga saat ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini menegaskan kekuatan, kemampuan dan keahlian PGN di sepanjang rantai nilai gas bumi. Secara umum, kinerja keuangan dan kinerja operasional PGN selama tahun 2011 hingga 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Ikhtisar Keuangan, Operasional dan Saham IKHTISAR TAHUN 2011 2012 Pendapatan Neto USD 2.230,40 juta USD 2.576,49 juta Laba Operasi USD 898,16 juta USD 1.018,48 juta EBITDA USD 1.078,30 juta USD 1.188,71 juta Laba Bruto USD 1.341,93 juta USD 1.472,39 juta Total Laba yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk USD 681,36 juta USD 890,86 juta Laba Per Saham Dasar USD 0,03 USD 0,04 Volume Penyaluran Gas Bumi 1.640,76 MMScfd 1.684,13 MMScfd Jumlah Pelanggan 89.053 90.364 Panjang Jaringan Pipa 5.883 Km 5.912 Km Sumber: Laporan Tahunan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 2012 7

Pencapaian kinerja PGN selama tahun 2011 hingga 2012 menunjukkan adanya peningkatan jumlah pelanggan, volume gas bumi yang disalurkan dan infrastruktur jaringan pipa yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan laba di tahun 2011 sampai dengan 2012. Namun ke depannya, PGN menghadapi tantangan yang cukup berat untuk dapat merealisasikan kembali pencapaian kinerja yang terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Saat ini, PGN menghadapi beberapa permasalahan strategik. Permasalahanpermasalahan tersebut diantaranya berasal dari faktor eksternal, yaitu: (1) PGN dihadapkan pada persaingan yang cukup kompetitif dengan para kompetitornya yang memiliki kemampuan setara maupun lebih kuat serta menawarkan harga gas yang kompetitif untuk memperebutkan pangsa pasar; (2) volume penyaluran gas dari pemasok yang tidak stabil; (3) adanya perubahan regulasi pemerintah; dan ditambah dengan (4) dimulainya pengembangan atas energi alternatif lainnya sebagai produk substitusi gas bumi. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan strategik tersebut, PGN saat ini menerapkan strategi transformasi melalui Accelerated Transformation Program dengan melakukan perbaikan secara berkelanjutan guna beradaptasi terhadap perubahan, seperti menyusun program transformasi yang selaras dengan visi, misi dan tujuan perusahaan, memulai pengelolaan implementasi program transformasi, membangun kemampuan organisasi untuk merespon terhadap perubahan internal dan eksternal secara efektif, memperkuat daya inovasi/kreativitas sumber daya manusia, serta mengembangkan entrepreneurship perusahaan 8

(cost/profit consciousness) dikarenakan peluang bisnis masih cukup bagus namun tantangan yang dihadapi perusahaan cukup signifikan. Menyadari akan peluang dan tantangan bisnis yang ada, maka PGN membutuhkan suatu strategi kompetitif yang tepat untuk terus bertahan dalam kondisi persaingan pasar yang sangat kompetitif guna keberlanjutan bisnisnya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian mengenai strategi kompetitif yang dilakukan PGN dengan judul, ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (Persero) Tbk DALAM KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS DI INDONESIA. B. Rumusan Masalah Penurunan produksi minyak mentah, kenaikan harga bahan bakar minyak ( BBM ), dan terus meningkatnya subsidi BBM telah mendorong pemerintah untuk melakukan beberapa langkah strategik dalam pemanfaatan gas bumi yang meliputi: 1. Mekanisme harga dan pemisahan kegiatan usaha gas bumi melalui pipa Guna mendukung eksplorasi pencarian cadangan gas baru, maka Pemerintah melakukan tinjauan terhadap nilai keekonomian dengan melakukan penyesuaian harga gas dari produsen gas. Sedangkan terhadap sektor niaga gas (pengguna gas di hilir, terutama industri), dilakukan secara business to business, sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.19 tahun 2009. Selanjutnya diatur pula pemisahan 9

kegiatan pengangkutan dan niaga gas bumi, sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur dan menciptakan iklim investasi yang sehat. 2. Alokasi gas bumi Untuk memenuhi kebutuhan gas bumi di dalam negeri, sejak tahun 2010 Pemerintah mewajibkan setiap kontraktor Kontrak Kerja Sama ( KKS ) di sektor hulu menyediakan minimal 25% dari produksi atau kontrak baru dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi domestik. Selain itu, untuk mengatur pemenuhan terhadap permintaan gas di dalam negeri, Pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No. 3 tahun 2010, menetapkan prioritas alokasi gas dalam negeri untuk peningkatan produksi migas, industri pupuk, sektor kelistrikan dan industri lainnya. 3. Regulasi terkait otonomi daerah Melalui Peraturan Pemerintah No.35/2004 KKS diwajibkan menawarkan 10% penyertaan kepada BUMD. Ketentuan ini merupakan peluang bisnis bagi BUMD untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang energi gas bumi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui permasalahan dalam penelitian ini adalah persaingan bisnis dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia yang semakin kompetitif dan lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor eksternal di luar perusahaan sehingga PGN harus menyikapi dan menjawab tantangan bisnis dengan melakukan evaluasi terhadap strategi bersaingnya agar dapat terus bertahan dan bersaing dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia sehingga tujuan PGN 10

untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia dalam bidang pemanfaatan energi gas bumi dapat terwujud sesuai dengan visi perusahaan. C. Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal makro serta lingkungan industri dan persaingan dalam kegiatan usaha hilir migas? Apa yang menjadi faktor-faktor sukses kunci (key success factors) dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia? 2. Bagaimana kondisi internal dan apa yang menjadi keunggulan-keunggulan kompetitif (competitive advantages) PGN terutama keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustained competitive advantages)? 3. Apa strategi kompetitif alternatif untuk PGN agar tetap dapat mempertahankan dan sekaligus meningkatkan posisi bersaing pada kegiatan usaha hilir migas di Indonesia? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis kondisi lingkungan eksternal makro serta lingkungan industri dan persaingan dalam kegiatan usaha hilir migas serta mengidentifikasi faktor-faktor sukses kunci (key success factors) dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia. 11

2. Menganalisis kondisi internal dan mengidentifikasi berbagai keunggulan kompetitif (competitive advantages) yang dimiliki PGN, terutama keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustained competitive advantages). 3. Memformulasikan strategi kompetitif alternatif yang tepat bagi PGN dalam bersaing pada kegiatan usaha hilir migas di Indonesia. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen PGN dalam perumusan dan penerapan strategi kompetitif untuk dapat mengembangkan bisnisnya pada sektor kegiatan usaha hilir migas di Indonesia. 2. Bagi akademisi, dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan memberi gambaran mengenai perumusan dan perencanaan strategi kompetitif yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal pada sektor kegiatan usaha hilir migas di Indonesia. F. Batasan Penelitian Mengingat bahwa PGN merupakan perusahaan yang bergerak dalam kegiatan usaha hilir migas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kegiatan usaha hilir migas khususnya kegiatan usaha niaga dan pengangkutan gas bumi. Peneliti juga 12

membatasi penelitian ini pada analisis strategi kompetitif yang dilakukan PGN, khususnya strategi kompetitif untuk segmen pasar selain pelanggan rumah tangga guna mempertahankan keunggulan kompetitif sekaligus meningkatkan posisi bersaing dalam kegiatan usaha hilir migas Indonesia pada masa mendatang. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada tesis ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi penjelasan beberapa teori dan kajian literatur serta hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, terdiri dari desain penelitian, objek penelitian, pengumpulan data, metode analisis data serta pemaparan profil perusahaan yang menjadi objek penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 13

Berisi penjelasan terkait analisis data yang telah didapatkan dengan metode analisis yang telah dijelaskan serta pembahasan hasil penelitian secara mendalam. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Berisi simpulan hasil penelitian, keterbatasan hasil penelitian beserta implikasi hasil penelitian yang dilakukan termasuk rekomendasi untuk manajemen perusahaan pada objek penelitian. 14