ANALISIS TATANIAGA KEPITING HASIL PRODUKSI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

ANALISIS TATANIAGA KEPITING DI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KAKAO ( Studi Kasus : Desa Lau Sireme, Desa Lau Bagot, Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi )

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) ABSTRAK

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Kasus: Desa Silo baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM

IV. METODE PENELITIAN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN TEMBAKAU RAKYAT: Kasus Subak Cengcengan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Oleh Drs. Ketut Mudita, SP. M.Agb.

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

MARGIN PEMASARAN BUNGA POTONG KRISAN (Chrysanthemum morifolium) DI KELURAHAN KAKASKASEN DUA KECAMATAN TOMOHON UTARA

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN PATIN SEGAR DESA KOTO MESJID KE DAERAH TUJUAN PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish)

ANALISIS TATANIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BERAS ORGANIK DI KABUPATEN SRAGEN Ragil Saputro, Heru Irianto dan Setyowati

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

Produksi Per musim tanam (kg)

ANALISIS RANTAI NILAI PEMASARAN IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

SKRIPSI OLEH: LIZA MEUTHIA DE SHAH SEP AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

EFISIENSI PEMASARAN SUSU PASTEURISASI DI CV. CITA NASIONAL KABUPATEN SEMARANG. P. S.A. Sihombing, T. Ekowati, W. Sumekar

KOMPARASI EFISIENSI PEMASARAN SAYUR-SAYURAN DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH (Comparison of Vegetables Marketing Efficiency in Highland and

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO (Study kasus di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

Transkripsi:

ANALISIS TATANIAGA KEPITING HASIL PRODUKSI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT (Studi Kasus: Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat) Maya Anggraini S*), Diana Chalil**), Rahmanta Ginting **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl.Jamin Ginting, Gang Keluarga No. 8 Padang Bulan, Medan Hp. 085373932285, E-mail: mayaanggraini11@gmail.com **) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Seiring dengan meningkatnya produksi kepiting, pada setiap tahun mengalami fluktuasi. Tetapi rentan lima tahun terakhir mengalami penurunan harga. Hal ini disebabkan saluran tataniaga yang kurang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga, price spread dan share margin, serta efisiensi terhadap setiap saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading. Penarikan sampel dilakukan dengan metode penelusuran yang terdiri dari 15 sampel produsen, 5 sampel agen, 4 sampel pedagang pengecer desa, 5 sampel pedagang pengecer Medan. Data yang digunakan adalah data primer data skunder. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Shepherd, Metode Acharya dan Aggarwal, Composite Index Method, Marketing Efficiency Index Method dan Metode Soekartawi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: terdapat empat saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu I) Produsen Agen Pedagang Pengecer Desa Konsumen, II) Produsen Agen Pedagang Pengecer Medan Konsumen, III) Produsen Pedagang Pengecer Konsumen, IV) Produsen Konsumen. Saluran IV mempunyai marjin tataniaga terendah dan merupakan saluran tataniaga yang paling efisien. Kata kunci: Kepiting, Tataniaga, Efisiensi, Share Margin, Price Spread ABSTRACT As the crab production increases, its selling price fluctuates each year. However, its selling price has decreased within the past five years. This is due to the less efficient commerce channels. This study is aimed at analysing the commerce channel, the function of commerce channel, the price spread and share margin, and the efficiency of each commerce channel of crab in Pantai Gading village. Trace sampling method used in this study, and 15 producers, 5 distributors, 4 1

retailers in Pantai Gading village, 5 retailers in Medan were taken as the samples. The data used in this study were both primary and secondary data. The data analysed using Shepherd Method, Acharya and Aggarwal Method, Composite Index Method, Marketing Efficiency Index Method and Soekartawi Method. The results of this study showed that there were four channels of crab commerce in Pantai Gading Village that included (i) Producers - Distributors - Retailers in Pantai Gading Village - Consumers; (ii) Producers - Distributors - Retailers in Medan - Consumers; (iii) Producers - Retailers - Consumers; and (iv) Producers - Consumers. The fourth channel was in the lowest commerce channel margin and was the most efficient commerce channel. Keywords: Commerce channel, efficiency, price spread, share margin PENDAHULUAN Latar Belakang Kepiting Bakau (Scylla Sp.) atau dikenal dengan Kepiting Soka merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan-hutan bakau (Mangrove). Dengan sumber daya hutan bakau yang luas, maka Indonesia dikenal sebagai pengekspor kepiting yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lainnya (Irmawati, 2005). Untuk semester I tahun 2013, dari Indonesia ekspor kepiting dan produk olahannya mencapai 19.786 ton. Volume ekspor ini meningkat 25,76% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yaitu 15.733 ton. Adapun nilai ekspor kepiting tercatat pada tahun 2012 lalu US$ 183,7 juta pada semester I atau setara dengan Rp 2,09 triliun, menjadi US$ 198,0 juta (Rp 2,25 triliun) naik 7,82% pada semester I tahun 2013. Amerika Serikat menjadi pasar ekspor kepiting terbesar dengan volume ekspor 5.711 ton senilai US$ 104,7 juta atau Rp 1.193 triliun. Tabel 1. Produksi dan Harga Pembeli Kepiting di Kabupaten Langkat Tahun Produksi (Ton) Harga Pembeli (Rp/Kg) 2013 356,4 25.000 2012 356,4 30.000 2011 392.0 40.000 2010 356,4 25.000 2009 320,1 20.000 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2014 2

Kabupaten Langkat adalah salah satu daerah sentra produksi Kepiting Bakau. Jumlah tambak yang ada di Kabupaten Langkat meliputi 8 kecamatan yaitu Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang dan Pangkalan Susu, dengan luas sekitar 2.010 Ha (2014) yang berpotensi sebagai pengembangan tambak udang dan kepiting. Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi kepiting di Kabupaten Langkat relatif stabil, namun harga berfluktuatif dan cenderung menurun. Selah satu kemungkinan penyebabnya adalah saluran tataniaga yang ada kurang efisien. Latar belakang tersebut, penelitian bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga kepiting yang terjadi di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, untuk menganalisis fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pada setiap saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, untuk menganalisis marjin tataniaga, price spread, share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga kepiting Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA Tataniaga adalah suatu sistem yang meliputi cara, model strategi penyampaian barang dan jasa dari sektor produsen ke konsumen. Rangkaian proses penyampaian ini banyak variasinya yang mempengaruhi keadaan sosial budaya dalam perekonomian masyarakat (Srigandono, 1998). Biaya tataniaga terbentuk atau terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga dari barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu, biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek pada harga beli konsumen. Disamping itu biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang atau tidak efisien (Gultom, 1996). 3

Efisiensi tataniaga untuk komoditas pertanian dalam suatu sistem tataniaga dianggap efisien apabila: Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga (Mubyarto, 1995). Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Agnes Artha Sari Togatorop (2011) yang berjudul Analisis Tataniaga Ikan Asin di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan.Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan purposive sampling yaitu di daerah penelitian. Metode penentuan sampel untuk sampel produsen adalah metode simple random sampling dengan sampel 36 orang. Sedangkan pedagang perantara dengan metode incidental dengan sampel 11 orang. Berdasarkan penelitian Ni Putu Ayuning Wulan Pradnyani Mahayana (2012) yang berjudul Tataniaga Rumput Laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Metode analisis data dilakukan dengan metode deskriptif. Penarikan responden dilakukan dengan purpossive sampling. Responden lembaga tataniaga sebanyak 35 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga di daerah penelitian. Tataniaga rumput laut ini termasuk efisien karena pelaksanaan peningkatan kualitas kadar air pada rumput laut mampu mememnuhi permintaan eksportir. METODE PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan secara purposive di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat karena daerah ini merupakan salah satu daerah sentra produksi tambak kepiting terbesar di Sumatera Utara, dengan jumlah produksi budidaya kepiting sebanyak 870,6 ton (Dinas Perikanan Budidaya Sumatera Utara, 2014). Metode Penentuan Sampel 4

Metode penentuan sampel penelitian dengan Metode Accidental. Dengan menggunakan tekhnik nonprobability sampling sebanyak 15 sampel produsen kepiting. Metode penarikan sampel dengan menggunakan metode penelusuran (tracer study), maka diperoleh agen pengumpul sebanyak 5 sampel, pedagang pengecer desa sebanyak 4 sampel, pedagang pengecer Medan sebanyak 5 sampel. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden di daerah penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, Dinas Perikanan dan Budidaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Tataniaga Kepiting Desa Pantai Gading Dari hasil survei diperoleh informasi sebagai berikut. Produsen III I,II Agen Pedagang Pengecer Desa I II Pedagang Pengecer Medan I, III II Konsumen IV Gambar 1. Skema Saluran Tataniaga Kepiting Saluran I dalam tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu para produsen menjual kepiting dengan mendatangi langsung rumah agen kepiting. Produksi produsen mulai dari 20 kg sampai 200 kg setiap panen. Untuk pedagang pengecer 5

desa membeli kepiting langsung dari agen untuk menjual kembali kepada konsumen. Saluran II dalam tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu produsen menjual kepiting kepada agen. Volume produksi produsen mulai dari 30 kg sampai 150 kg. Agen lalu mengangkut kepiting dan menjualnya kepada pedagang pengecer Medan. Pedagang pengecer Medan lalu menjual kembali kepada konsumen. Saluran III, yaitu produsen menjual kepiting kepada pedagang pengecer desa. Kemudian pedagang pengecer dapat menjual langsung kepiting tersebut kepada konsumen. Para pedagang pengecer biasanya berjualan di pasar Stabat dan sebagian konsumen datang kerumah pedagang pengecer tersebut. Saluran IV, produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen. Konsumen dapat mendatangi langsung rumah produsen kepiting atau dapat diantarkan ke rumah konsumen. Konsumen yang membeli langsung dari produsen biasanya mendapatkan harga lebih murah dibandingkan jika membeli dari pedagang pengecer. Untuk rata rata konsumen membeli kepiting dari produsen adalah sebesar 10 kg - 20 kg. Fungsi-fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga Kepiting Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang bertujuan untuk memperlancar penyampaian kepiting dari produsen sampai ke konsumen akhir. Tabel 2. Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Lembaga Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading No Fungsi Tataniaga Produsen Agen Pedagang Pengecer Desa Pedagang Pengecer Medan 1 Pembelian X 2 Penjualan 3 Pengangkutan 4 Penyimpanan 5 Pengolahan X X x 6 Standarisasi 7 Pembiayaan 8 Penanggungan X Resiko 9 Informasi Pasar Produsen melakukan hampir seluruh fungsi tataniaga kecuali fungsi pembelian. Untuk menghasilkan kepiting, produsen melakukan fungsi standarisasi ukuran. Kepiting yang akan dijual sebelumnya akan dilakukan pemilihan ukuran. Ukuran 6

yang lebih kecil dari 150 ons diolah menjadi kepiting soka. Ukuran yang lebih dari 150-250 ons inilah yang akan dijual kepasar dan diekspor. Kepiting yang diproduksi produsen kemudian dikemas, disimpan dan dijual ke agen. Pengemasan berupa plastik atau jaring. Produsen juga mengeluarkan biaya transportasi. Fungsi penanggungan resiko juga dialami produsen mulai dari pembibitan, pengelolaan kolam sampai proses panen dan menjualnya ke agen. Agen dan pedagang pengecer tidak melakukan penanggungan resiko karena para pedagang perantara langsung menjual ke konsumen akhir. Tidak hanya produsen yang perlu mengetahui informasi pasar mengenai harga. Agen melakukan semua fungsi tataniaga kecuali fungsi penanggungan resiko dan pengolahan. Produsen menjual kepitingnya kepada agen dan langsung mengirim kepiting kepada pengecer Medan dan pengecer Stabat. Agen membeli kepiting dari produsen setiap hari dalam seminggu. Agen juga melakukan penyimpanan dirumahnya karena biasanya agen membeli kepiting tersebut dalam jumlah yang tidak sedikit. Lalu menjual kepiting kepada pedagang pengecer Pantai Gading dan pengecer di Medan. Untuk pengemasan agen cukup menggunakan wadah kotak yang terbuat dari keranjang biru untuk mengangkut kepiting dari Desa Pantai Gading ke pengecer Medan. Perihal pedagang pengecer yang disalurkan agen ada dua, yaitu pedagang pengecer desa dan pedagang pengecer Medan. Pedagang pengecer desa dan di Medan tidak melakukan fungsi yang sama dengan agen. Pedagang pengecer desa mengecerkan langsung kepiting di pasar Stabat, dan pedagang pengecer Medan mengecerkan kepiting di pasar Sei Kambing, Pasar Simpang Limun, Pasar Sukaramai, Pasar Pulo Brayan dan Pasar Pagi. Pedagang pengecer menyediakan jasa antar jika konsumen membeli dalam jumlah banyak. Rata-rata volume pembelian kepiting pedagang pengecer desa yaitu 33,75 kg setiap minggunya. Sedangkan rata-rata volume pembelian kepiting pedagang pengecer Medan yaitu 51 kg setiap minggunya. Marjin Tataniaga, Price Spread, Share Margin Tabel 3. Price spread dan share margin Lembaga Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Pada Saluran I 7

No Uraian Price Spread (Rp/Kg) Share Margin (%) 1 Produsen a. Harga Jual b. Biaya - Produksi (Bibit, Pakan) - Pengemasan (Jaring) c. Marjin Keuntungan d. Nisbah Marjin Keuntungan 38.867 23.181 13,03 130,4 23.324,4 15.542,5 108,3 67,01 40,2 2 Agen a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya - Penyimpanan (Wadah atom) - Pengemasan (Kotak Sterofoam) d. Marjin Keuntungan e. Nisbah Marjin Keuntungan 3 Pedagang Pengecer Desa a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya - Penyimpanan (Kotak Sterofoam) - Pengemasan (Plastik) e. Marjin Keuntungan f. Nisbah Marjin Keuntungan 38.867 44.000 609 713 1.246 2.568 2.565 0,99 44.000 58.000 459,2 148,14 1.333 1.940,34 12.059,66 6,21 4,42 3,34 39,9 0,022 0,22 26,7 1,05 1,22 2,14 4,42 0,79 0,25 2,29 20,79 4 Konsumen Harga beli 58.000 100 Pada saluran I, Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp0,99/kg artinya keuntungan yang dimiliki agen 0,99 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya tataniaganya. Pada saluran ini share produsen sebesar 67,01% itu artinya 67,01% dari harga yang dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin tataniaga pada saluran ini Rp19.133/kg. Tabel 4. Price spread dan share margin Lembaga Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Pada Saluran II 8

No Uraian Price Spread (Rp/Kg) Share Margin (%) 1 Produsen a. Harga Jual b. Biaya - Produksi (Bibit, Pakan) - Pengemasan (Jaring) c. Marjin Keuntungan d. Nisbah Marjin Keuntungan 38.867 23.181 13,03 130,4 23.324,4 15.542,5 108,3 67,01 40,2 2 Agen a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya - Penyimpanan (Wadah kotak atom) - Pengemasan (Kotak Sterofoam) d. Marjin Keuntungan e. Nisbah Marjin Keuntungan 3 Pedagang Pengecer Medan a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya - Penyimpanan (Wadah kotak atom) - Pengemasan (Kotak Sterofoam) d. Marjin Keuntungan e. Nisbah Marjin Keuntungan 4 Konsumen Harga beli 3.8867 45.000 609 713 1.246 2.568 3.565 1,39 45.000 58.000 1.030 1.205 2.107,8 4.342,8 8.657,2 1,99 4,42 7,48 39,9 0,022 0,22 26,7 1,05 1,22 2,14 6,14 1,77 2 3,63 14,9 58.000 100 Pada saluran II, rata-rata harga yang diterima produsen adalah Rp38.867/kg, sedangkan untuk 1 kg kepiting konsumen akhir membayar Rp58.000. Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp108,4/kg artinya keuntungan yang dimiliki produsen 108,4 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya tataniaganya. Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp1,38/kg artinya keuntungan yang dimiliki agen 1,38 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya tataniaganya. Tabel 5. Price spread dan share margin Lembaga Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Pada Saluran III No Uraian Price Spread Share Margin (%) 9

1 Produsen a. Harga Jual b. Biaya - Produksi (Bibit, Pakan) - Pengemasan (Jaring) c. Marjin Keuntungan d. Nisbah Marjin Keuntungan 2 Pedagang Pengecer Desa a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya - Penyimpanan (Kotak Sterofoam) - Pengemasan (Plastik) d. Marjin Keuntungan (Rp/Kg) 38.867 23.181 13,03 130,4 23.324,4 15.542,6 108,4 38.867 56.000 459,2 148,1 1.333 1.940,7 15.192,3 7,82 69,4 41,6 3,46 41,3 0,023 0,23 27,75 0,82 0,26 2,4 27,12 e. Nisbah Marjin Keuntungan 3 Konsumen Harga beli 56.000 100 Pada saluran III, untuk 1 kg kepiting rata-rata harga dikonsumen Rp56.000. Nisbah marjin keuntungan sebesar Rp108,4/kg artinya keuntungan yang dimiliki produsen 108,4 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya tataniaganya. Tabel 6. Price spread dan share margin Lembaga Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Pada Saluran IV No Uraian Price Spread Share Margin (%) (Rp/Kg) 1 Produsen a. Harga Jual b. Biaya - Produksi (Bibit, Pakan) - Pengemasan (Jaring) c. Marjin Keuntungan 52.000 23.181 13,03 130,4 25.414,7 28.675 100 44,5 0,025 0,25 44,8 55,14 d. Nisbah Marjin Keuntungan 199,92 2 Konsumen Harga Beli 52.000 100 Pada saluran IV, produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen sehingga marjin tataniaga sebesar Rp0/kg atau share produsen sebesar 100% artinya bahwa seluruh harga yang dibayar oleh konsumen akhir diterima oleh produsen. Nisbah marjin keuntungan produsen yaitu Rp199,92/kg berarti keuntungan yang diperoleh produsen 199,92 kali lipat lebih besar dibandingkan biaya tataniaganya. 10

Tingkat Efisiensi Tataniaga Kepiting Desa Pantai Gading Efisiensi tataniaga perlu diketahui untuk mengidentifikasi apakah saluran tataniaga suatu produk sudah tergolong efisien atau tidak. Untuk menghitung efisiensi saluran tataniaga kepiting menggunakan empat metode. Empat metode tersebut bertujuan agar dapat mengidentifikasi efisiensi tataniaga secara menyeluruh jika dilihat dari setiap metode komponen berbeda. Metode Shepherd Tabel 7. Efisensi Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading dengan Metode Shepherd Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Harga Konsumen 58.000 58.000 56.000 52.000 Biaya Tataniaga 4.652 7.054 2.084,03 143,43 Efisiensi 11,4 7,2 25,8 361,5 Nilai efisiensi pada metode ini menunjukkan bahwa nilai tertinggi diperoleh pada saluran IV yaitu 361,5 dan paling tertinggi dibandingkan saluran lain. ini berarti bahwa saluran IV merupakan saluran yang paling efektif. Metode Acharya dan Aggarwal Tabel 8. Efisiensi Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading dengan Metode Acharya dan Aggarwal Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Harga Produsen 38867 38867 38867 52000 Biaya Tataniaga 4.652 7.054 2.084,03 143,43 Marjin Keuntungan 30.167 27.764 30.734 28.675 Efisiensi 1,11625 1,11629 1,18 1,8 Dalam metode ini dapat diketahui bahwa nilai efisiensi terendah terdapat pada saluran I dan II sebesar 1,1 merupakan saluran yang paling efisien dibanding saluran yang lain. Composite Index Method Tabel 9. Indikator dalam Composite Index Method Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Share Produsen 67,01 67,01 69,4 100 Biaya Tataniaga 4.652 7.054 2.084,03 143,43 Marjin Keuntungan 30.167 27.764 30.734 28.675 11

Tabel 10. Efisiensi Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading dengan Composite Index Method Saluran Indikator Composite Final I1 I2 I3 Index Rj/Nj Ranking Saluran I 3 3 2 3,6 3 Saluran II 4 4 4 5,3 4 Saluran III 2 2 1 1,6 2 Saluran IV 1 1 3 1,6 1 Berdasarkan Composite Index Method dapat dilihat bahwa nilai index yang terendah sampai tertinggi berturut-turut yaitu saluran IV dan saluran III sebesar 1,6. Berarti bahwa saluran IV dan saluran III merupakan saluran yang paling efisien. Marketing Efficiency Index Method Tabel 11. Efisiensi Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading dengan Marketing Efficiency Index Method Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Marjin Keuntungan 30.167 27.764 30.734 28.675 Biaya Tataniaga 4.652 7.054 2.084,03 143,43 Efisiensi 7,48 4,93 15,7 200 Metode ini menunjukkan bahwa saluran IV merupakan saluran dengan nilai efisiensi tertinggi sebesar 200 kemudian disusul saluran III. Pada metode ini efisiensi dilihat dari nilai paling tinggi. Metode Soekartawi Tabel 12. Efisiensi Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading dengan Metode Soekartawi Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Biaya Tataniaga 4.652 7.054 2.084,03 143,43 Harga Konsumen 58.000 58.000 56.000 52.000 Efisiensi 8,03% 12,1% 3,7% 0,28% Pada metode ini semakin kecil nilai efisiensi maka semakin tinggi tingkat efisiensi saluran tataniaga. Nilai efisiensi yang terkecil diperoleh saluran IV sebesar 0,28% Tabel 13. Efisiensi Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Saluran Metode Perhitungan Efisiensi Tataniaga Metode Shepherd Acharya dan Aggarwal Composite Index Method Marketing Efficiency Index Method Metode Soekartawi Saluran I 3 3 3 3 3 Saluran II 4 4 4 4 4 12

Saluran III 2 2 2 2 2 Saluran IV 1 1 1 1 1 Semua metode perhitungan efisiensi menyatakan bahwa saluran II berada pada urutan keempat dan merupakan saluran dengan tingkat efisiensi terendah. Kemudian semua metode perhitungan efisiensi yang digunakan menyatakan bahwa saluran IV merupakan saluran yang paling efisien atau pada urutan 1. Saluran III dengan tingkat efisiensi terendah dan volume pembelian rata-rata untuk pedagang pengecer adalah 33,75 kg sedangkan pada saluran II volume pembelian untuk agen adalah 51 kg. Sehingga pada saluran IV dikatakan paling efisien untuk skala kecil atau perorangan, sedangkan untuk penjualan skala besar dengan pembelian melebihi 50 kg diatas dibutuhkan adanya pedagang perantara agar usaha budidaya kepiting tersebut tetap berjalan. Kesimpulan PENUTUP Pada tataniaga penyaluran kepiting di Desa Pantai Gading memiliki empat saluran yaitu: Saluran I Produsen Agen Pedagang Pengecer Desa Konsumen, saluran II Produsen Agen Pedagang Pengecer Medan Konsumen, saluran II Produsen Pedagang Pengecer Desa Konsumen, sedangkan saluran III produsen dan langssung kepada konsumen. Masing masing lembaga tataniaga pada setiap saluran melakukan fungsi tataniaga yang berbeda-beda. Produsen melakukan fungsi penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, pembiayaan, standarisasi, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Agen melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pembiayaan, standarisasi dan informasi pasar. Pedagang pengecer desa dan pedagang pengecer Medan melakukan fungsi yang sama. Diantara lain fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pembiayaan, standarisasi, penanggungan resiko dan informasi pasar. saluran IV adalah saluran terpendek sehingga biaya tataniaga yang dikeluarkan merupakan yang terendah. Marketing marjin pada saluran ini Rp 0/kg karena produsen menjual kepiting langsung kepada konsumen. 13

Saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat sudah tergolong efisien dengan rata-rata share produsen di atas 70%. Saran Kepada Produsen, agar terus menjaga kualitas produk agar dapat mempertahankan harga kepiting. Kepada Petani khususnya kepada pedagang dan agen, agar melakukan pengangkutan ke Medan menggunakan mobil agar menghemat waktu dan meningkatkan kapasitas pengiriman kepiting. Kepada pemerintah agar dapat menyeimbangkan harga kepiting agar produsen kepiting tidak mengalami kerugian. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. Langkat dalam Angka 2014. BPS, Langkat.. Sumatera Utara dalam Angka 2013. BPS, Medan. Dinas Perikanan dan Kelautan. Luas Area Usaha Tambak di Kabupaten Langkat 2013. Sumut Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. USU Press. Medan Irmawati, 2005. Keanekaragaman Jenis Kepiting Bakau Scylla Sp Di Kawasan Mangrove Sungai Keera Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, lembaga Penelitian UNHAS, http://www.unhas.ac.id Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran Jilid I. Erlangga. Jakarta. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Nurdin, M. dan Armanda, R. 2010. Cara Cepat Panen Kepiting Soka dan Kepiting Telur (Niaga). Penebar Swadaya. Depok. Rosmaniar. 2008. Kepadatan dan Distribusi Kepiting Bakau (Scylla serrata) Serta Hubungannya Dengan Faktor Fisik Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang [Tesis]. Soekartawi. 2002. Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. 14