PENERAPAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI INDONESIA. Oleh Judyanto Sirait (Fisika, PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB II LANDASAN TEORI

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

PEACE International School. -Sekolah Bertaraf Internasional- BAB I PENDAHULUAN

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Menurut Rahmayanti, (2009:1) ada tiga alasan yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. Era teknologi ditandai dengan adanya persaingan yang sangat kuat dalam

SBI = (SNP + X) Pengembangan PTD

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

PENGELOLAAN PENERIMAAN SISWA BARU BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 Studi Situs SMK 1 Blora Tahun 2010 TESIS

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

SEKOLAH DASAR NEGERI BERTARAF INTERNASIONAL DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

I. PENDAHULUAN. dimiliki. E. Mulyasa (2007:3), menyebutkan bahwa Human Development. Index (HDI) melaporkan bahwa pada tahun 1998 Indonesia menduduki

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL DI SEMARANG Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG)

1. Latar Belakang Kemunculannya

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

TK DAN SD BERTARAF INTERNASIONAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENYIAPKAN CALON GURU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

JURNAL SKRIPSI. Oleh Nuryadin Bambang Sutjiroso

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

STUDI PENGEMBANGAN KRETERIA SEKOLAH STANDAR, MANDIRI, DAN BERTARAF INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda dunia membawa berbagai konsekuensi logis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengabdian Pada Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang Pendidikan. Bidang Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menghendaki agar peserta didik dapat berkembang sesuai

Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita

Basic Technology Education (BTE)

BAB I PENDAHULUAN. Agar tujuan tersebut tercapai dibutuhkan proses yang relatif panjang, dimanapun

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN BAB I

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

KEBIJAKAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) ANTARA IDEALIS DAN DILEMATIS

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

DIRI YANG MENYATU DENGAN LINGKUNGAN: LOKAL NASIONAL GLOBAL

I. PENDAHULUAN. dunia pendidikan sangat dirasakan kebermanfaatannya. Sejalan dengan

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi sumber daya menusia. Salah

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


BAB II KAJIAN TEORI. pengertian belajar menurut teori metakognisi bahwa siswa yang belajar akan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

PENGELOLAAN SEKOLAH BERDASARKAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cepu) TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

YA ITULAH KECAKAPAN UNTUK MEMECAHKAN MASALAH DG ARIF & KREATIF ANAK BELAJAR UNTUK KEHIDUPAN, BUKAN UNTUK SEKOLAH (EDUCATION FOR LIFE)

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA

Transkripsi:

42 PENERAPAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh Judyanto Sirait (Fisika, PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adala sebuah jenjang sekolah nasional di Indonesia yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan standar mutu SBI didirikan pemerintah berdasarkan UU Sisdiknas yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Pembelajaran SBI menggunakan bahasa Inggris pada mata pelajaran sains, namun pada pelaksanaannya masih ada kendala dalam penggunaan bahasa, baik guru maupun siswanya. SBI seharusnya tidak hanya menekankan pada bahasanya, tetapi isi mata pelajaran setara dengan di luar negeri sehingga lulusannya bisa diterima di luar negeri. Satu hal yang perlu diperhatikan SBI adalah pembelajaran tidak meninggalkan budaya lokal sebagai eksistensi bangsa Indonesia. Kata Kunci: Sekolah Bertaraf Internasional Pendahuluan Sejak memasuki abad ke-21, pengaruh globalisasi dalam kehidupan bernegara semakin kuat dan terbuka. Adanya pasar bebas dan kemajuan tekonologi dalam era globalisasi menuntut suatu bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki keterampilan tinggi dan mampu bersaing secara Berdasarkan laporan dari United Nation for Development Program (UNDP) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) yang mencakup 175 negara, disebutkan bahwa IPM Indonesia merosot dari angka 0,684 menjadi 0,682. Hal ini menyebabkan peringkat Indonesia turun dari posisi 110 negara menjadi 112 dari 175 negara yang disurvei. Posisi ini masuk kategori sedang. Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, posisi Indonesia berada di bawah Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Peringkat Indonesia hanya lebih baik dari Myanmar, Kamboja, dan Laos (Maidan, 2004). Pendidikan merupakan penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Untuk itu, perlu suatu sistem pendidikan nasional yang berstandar internasional, agar mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan nasional berstandar internasional di Indonesia adalah dalam bentuk Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Tiap-tiap pemerintah daerah telah dihimbau untuk mendirikan sekolah bertaraf internasional, seperti tercantum dalam UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3: Pemerintah dan atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satu satuan pendidikan yang bertaraf Pembelajaran model bilingual pada Sekolah Bertaraf Internasional menggunakan bahasa inggris. Bahasa inggris adalah bahasa yang diakui secara internasional dan banyak dipakai dalam dunia Pada era globalisasi, bahasa inggris memang menjadi sesuatu yang dipandang penting, namun pada hakekatnya bahasa inggris yang digunakan hanya sebagai alat yang membantu siswa nantinya saat ia berhadapan langsung dengan dunia Hal lain yang perlu dicermati dari penerapan model bilingual pada Sekolah Bertaraf Internasional adalah adanya potensi pergeseran nilai adat buaya lokal oleh budaya luar, yang dapat mengakibatkan siswa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia khususnya pada aspek bahasa. Bahasa merupakan suatu bentuk adat budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa. Tinjauan Pustaka Pendidikan merupakan salah satu penentu daya saing bangsa, dengan demikian perlu peningkatan mutu yang berkelanjutan. Salah satunya dengan konsep peningkatan status sekolah secara bertahap ke arah SBI. SBI adalah sebuah jenjang sekolah nasional di Indonesia dengan standar mutu Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada. SBI merupakan sekolah yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya serta mampu mengembangkan budaya sekolah dan lingkungan sekolah yang mendukung ketercapaian standar Dengan kata lain SBI adalah SSN (Sekolah Standar Nasional) plus X. Yang dimaksud dengan plus X di sini adalah standar nasional pendidikan yang diperkaya, dikembangkan, diperluas, diperdalam melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang dianggap reputasi mutunya diakui secara internasional, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, diharapkan bahwa siswa lulusan SBI adalah siswa yang berkepribadian dan berakar budaya Indonesia serta memiliki wawasan global. Landasan hukum SBI antara lain: 1. UU Sisdiknas Pasal 50 Ayat 3: Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satu satuan pendidikan yang bertaraf 2. Kebijakan pokok pemba-ngunan pendidikan nasional dalam rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 nomor 2: Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing. Salah satunya pembangunan Sekolah Bertaraf Internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang

bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia. 3. PP No 19 Tahun 2005 Pasal 61 ayat 1: Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satu-satuan pendidikan bertaraf 4. Renstra Depdiknas 2005-2009 Bab V Halaman 58: Pembangunan SBI: untuk meningkatkan daya saing bangsa perlu dikembangkan SBI pada tingkat kabupaten atau kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah daerah kabupaten atau kota, untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional Konsep SBI Penyelenggaran SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualisasikan, mengeksiskan, menyalurkan semua potesinya, baik potensi (komptetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional maupun Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara Dengan mengaktualkan filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktik-praktik penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mulai dari kurikulum, guru, proses belajara mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilaiannya. Adapun rumusan SBI adalah SNP + X (OECD) maksudnya adalah SNP singkatan dari Standar Nasional Pendidikan plus X. Sedangkan OECD singkatan dari Organization for Economic Cooperation and Development atau sebuah organisasi kerjasama antar negara dalam bidang ekonomi dan pembangunan. Anggota organisasi ini biasanya memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang telah diakui standarnya secara Sebagaimana dalam Pedoman Penjamin Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2007, bahwa sekolah/madrasah internasional adalah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum Jadi SNP+X di atas artinya bahwa dalam penyelenggaraan SBI, sekolah/ madrasah harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan (Indonesia) dan ditambah dengan indikator X, maksudnya ditambah atau dikembangkan dengan standar anggota OECD atau dengan pusatpusat pelatihan, industri, lembaga tes/sertifikasi internasional, seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat studi dan organisasiorganisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO, dan sebagainya. Ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah/madrasah untuk memenuhi karakteristik (konsep) SBI, yaitu sekolah yang telah melasanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja minimal ditambah dengan X sebagai indkator kinerja kunci tambahan. Dua cara itu adalah: 1) adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, secara lulusannya memiliki daya saing internasional; 2) adopsi, yaitu penambahan atau penyayaan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD atau negara maju lainnya. Ciri-ciri output/outcomes SBI sebagai berikut: 1) lulusan SBI dapat melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik dalam negeri maupun luar negeri, 2) lulusan SBI dapat bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain, dan 3) meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetensi sains, matematika, teknologi, seni, dan olahraga. Ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian SBI sebagai berikut: 1) properubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan eksperimentasi; 2) menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; 3) menerapkan proses pembelajaran TIK pada semua mata pelajaran; 4) proses pembelajaran menggunakan bahasa inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi; 5) proses penilaian dengan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD, dan 6) penyelenggaran SBI harus menggunakan standar manajemen Pembahasan Dalam pelaksanaan SBI masih ada permasalahan teknis yang belum jelas, salah satunya adalah penerapan pembelajaran model bilingual, yaitu suatu pembelajaran yang menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pada sistem ini pendidik diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam melakukan proses pembelajaran, tentunya pendidik untuk SBI harus memiliki kompetensi tinggi dalam menerapkan bahasa Inggris pasif/aktif. Kompetensi ini memiliki standar khusus antara lain nilai

TOEFL > 500, padahal seseorang yang memiliki nilai TOEFL > 500 belum tentu menerapkan bahasa Inggris dalam mengajar mata pelajaran pada siswa. Penerapan bahasa Inggris dalam SBI adalah tahun pertama guru menggunakan sekitar 75% bahasa Indonesia 25% bahasa Inggris, tahun kedua 50% bahasa Indonesia 50% bahasa Inggris, dan tahun ketiga 75% bahasa Inggris 25% bahasa Indonesia. Konsep SBI cenderung lebih menekankan bilingual sebagai medium of Instruction berstandar internasional daripada proses penanaman nilai pada peserta didik. Prof Djohar menyatakan bahwa tuntutan pendidikan global jangan diartikan hanya mempersoalkan kedudukan pendidikan terhadap rangking kita dengan negara-negara lain, akan tetapi harus kita arahkan kepada perbaikan pendidikan kita demi eksistensi anak bangsa kita untuk hidup di alam percaturan global, dengan kreativitasnya, dengan EQ-nya dan dengan IQ nya dan dengan pengetahuannya yang tidak lepas dari kenyataan hidup mereka. Konsep ini berangkat dari asumsi yang salah tentang penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan hubungannya dengan nilai TOEFL. Untuk dapat mengajar hard science dalam bahasa Inggris, guru harus memiliki TOEFL > 500. Padahal tidak ada hubungan antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bahasa Inggris. Skor TOEFL yang tinggi belum menjamin kefasihan dan kemampuan orang dalam menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris. TOEFL lebih cenderung mengukur kompetensi seseorang, padahal yang dibutuhkan guru sekolah bilingual adalah keterampilan mengajarnya. Mutu pembelajaran SBI dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sedangkan pembelajaran menggunakan bahasa Inggris merupakan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan dalam keberhasilan SBI. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia. Konsep SBI ditinjau dari tujuan dan visi memang sangat bagus, yaitu siswa sudah terlatih untuk berkomunikasi secara global dengan bahasa Inggris. Namun semestinya dalam pelaksanaan SBI yang paling ditekankan adalah isi dari kurikulum dan kualitas pendidikan SBI yang harus berstandar Siswa SBI semestinya memiliki kemampuan sama dengan siswa luar negeri, karena pemerintah juga berani menggunakan titel bertaraf Pemunculan SBI mengundang sedikit kontroversi terutama ketika dihadapkan pada multikultural Indonesia. Pendidikan haruslah berbasis budaya lokal, yang memajukan matematika, kimia, fisika, dan biologi. Penerapan model bilingual diidentifikasi dapat memberi dampak negatif terhadap aspek nilai budaya lokal yang dimiliki siswa SBI. Pengaruh negatif dari bahasa asing

tersebut sudah terlihat, seperti pada perkembangan anak. Cara pemakaian bahasa belakangan ini yang sedang populer disemua kalangan adalah penggunaan bahasa campur aduk. Bahasa Indonesia dikombinasikan dengan bahasa asing. Banyak anakanak sekarang yang merasa lebih percaya diri dan gaul jika menggunakan bahasa campur aduk tersebut. Bahasa bukan sekadar keterampilan atau skill, bahasa memunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan identitas seseorang. Bahasa mempunyai keterkaitan yang kuat dengan proses pembentukan kesadaran dan kedewasaan budaya seseorang. Sebagai sebuah proses menjadi dewasa adalah sesuatu yang memerlukan waktu dan tidak dapat begitu saja dipercepat atau dilewati tahapan-tahapannya. Walaupun bahasa Inggris menjadi suatu keterampilan yang penting dalam era informasi dan komunikasi ini, kita harus tetap memperhatikan agar jangan sampai kita menjadi asing di negara kita sendiri. Untuk menjaga eksistensi nilai budaya lokal pada siswa SBI perlu diperhatikan solusi berikut ini: 1. Membuat pembagian antara mata pelajaran eksak dan mata pelajaran lokal. Mata pelajaran eksak mencakup matematika dan sains, serta mata pelajaran inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan mata pelajaran berbasis lokal, misalnya sejarah, kewarganegaraan, agama diajar menggunakan bahasa Indonesia. 2. Pembelajaran yang menggunakan bilingual, apabila sekolahnya belum mampu, sebaiknya penyampaiannya tidak memaksakan menggunakan bahasa Inggris. Guru masih boleh menggunakan bahasa Indonesia, untuk membantu pemahaman siswa. Yang perlu ditekankan adalah out put dari SBI harus mampu bersaing di dunia 3. Pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris, diharapkan guru tetap mengajar sesuai dengan nilai budaya yang ada pada masyarakat Indonesia. Mata pelajaran yang diajar dengan bahasa Inggris sebaiknya menggunakan pendekatan kontekstual sehingga siswa tidak merasa asing dengan kehidupan sehari-harinya. Pada saat pembelajaran sains, guru harus tetap menampilkan atau membawa contoh-contoh kebudayaan lokal seperti pembuatan tempe, tapai, dan tahu dan lain-lain. 4. Sekolah harus tetap mengadakan kegiatan yang berbasis budaya lokal seperti Hari Kartini, kemerdekaan 17 Agustus dll. yang mampu menjaga semangat nasionalisme. Penutup Bahasa pengantar yang diterapkan dalam pembelajaran Sekolah Bertaraf Internasional bukan masalah utama, yang menjadi permasalahan utamanya terletak pada mutunya. SBI sebaiknya menanamkan permasalahan utamanya terletak pada mutunya. SBI sebaiknya menanamkan nilai budaya lokal kepada siswa agar jati diri sebagai orang Indonesia tidak hilang.

Daftar Pustaka Anonim. 2007. Pedoman Penjamin Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta Anonim. 2006. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS Anonim. 2006. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Depdiknas. Jakarta Hilman. Sosialisasi dan Bimbingan Teknis RSMA-BI di 319 sekolah. Kir Haryana. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta http://sbi.dikmenum.go.id/index2.php =com_content&do_pdf=1&id=45