BAB IV PENUTUP. menggunakan analisis semiotik John Fiske tentang representasi asimilasi etnis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. jenis penelitian yang baru, banyak film yang mengangkat isu etnis Tionghoa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

ABSTRAKSI. Disetujui oleh Pembimbing 1 Semarang, Maret Drs. Adi Nugroho, M.Si NIP

REPRESENTASI ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA DALAM FILM NGENEST

BAB V PENUTUP. yang memungkinkan terjadinya rasisme antara orang kulit putih. pemikiran orang kulit putih kepada orang kulit hitam.

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Penggolongan manusia tersebut disebut dengan ras

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana media massa pada umumnya, film menjadi cermin atau

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB IV PENUTUP. kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. demikian, timbul misalnya anggapan bahwa ras Caucasoid atau ras Kulit

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Ngenest, dengan menganalisis makna yang tersembunyi di balik teks. Teks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Jurnalistik ISSN:

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun dari berbagai budaya. Budaya itu sendiri ada karena di

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

REPRESENTASI ETNIS TIONGHOA DALAM FILM Cin(T)a

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan. keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman

BAB III. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. (denotasi) yang dihadirkan dalam film American Sniper. Selanjutnya, dengan

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

REPRESENTASI ETNIS TIONGHOA DALAM NOVEL DIMSUM TERAKHIR. Diajukan Oleh : YOHANNA ILMU KOMUNIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian reception analysis yang menggunakan model encodingdecoding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rasisme merupakan salah satu isu global yang tidak pernah berakhir. Dari

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB II KAJIAN TEORI Film

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB III. Metode Penelitian. Universitas Frankfurt Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-marxis Jerman.

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu komunikasi saat ini telah mempengaruhi kehidupan kita

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB IV PENUTUP. perlindungan dan tuntunan dari pihak laki-laki, bahkan dalam lirik lagu tersebut

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun kolektif dalam kebudayaannya. etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis semiotik John Fiske tentang representasi asimilasi etnis Tionghoa dalam film Ngenest, peneliti menemukan beberapa kesimpulan yang dapat diambil untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Peneliti menganalisis representasi asimilasi etnis Tionghoa dalam film Ngenest dengan menggunakan semiotika John Fiske, di mana semiotik John Fiske menekankan pada tiga level, yakni level realitas, level representasi, dan level ideologi. Film ini mencoba untuk menggambarkan sisi lain dari etnis Tionghoa yang selama ini selalu mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, yaitu sikap enggan berbaur dengan kelompok lain. Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Transparansi etnis Tionghoa terhadap etnis Pribumi. Telah menjadi hal yang lumrah ketika Pribumi menganggap bahwa etnis Tionghoa itu enggan berbaur dan sangat tertutup terhadap kelompok lain. Sehingga ketika Pribumi melihat ciri-ciri orang dengan fisik bermata sipit, berkulit putih, bertulang pipi menonjol, hal tersebut seringkali menjadi bahan diskriminasi. Dalam film ini, bentuk diskriminasi terhadap etnis Tionghoa terlihat dari bullying yang dilakukan oleh Pribumi. Pada umumnya, orang yang menjadi korban bully tidak mampu untuk menyerang balik. Namun pada 98

film ini, etnis Tionghoa digambarkan melalui sosok Ernest yang melawan bully tersebut dengan menunjukkan sikap transparansinya dan ingin sekali berbaur dengan Pribumi. 2. Transparansi etnis Pribumi terhadap etnis Tionghoa. Pada sub bab ini peneliti dapat melihat bahwa etnis Tionghoa yang ditampilkan oleh pemeran utama dalam film Ngenest yang berperilaku rasis terhadap kelompok etnisnya sendiri. Praktik rasisme yang ada dalam film Ngenest, pada sub bab ini salah satunya yakni digambarkannya sosok Ernest yang menganggap bahwa kelompok etnisnya tersebut berbeda. Sehingga Ernest berprasangka negatif berlebihan terhadap keturunannya kelak jika ia terlahir sebagai Tionghoa yang memiliki ciri fisik khas Tionghoa. Ernest khawatir keturunannya kelak akan mendapat perlakuan diskriminatif dan bullying seperti yang ia dapatkan. Namun, film Ngenest juga menghadirkan sosok Meira yang juga memiliki sikap transparansi terhadap etnis Tionghoa. Sikap transparansi Meira ditunjukkan ketika ia ingin sekali mempunyai keturunan dari hasil pernikahannya dengan Ernest. Sehingga dengan adanya sosok Meira, dapat meyakinkan Ernest bahwa Meira yang berasal dari etnis Pribumi saja dapat menerima segala kekurangan yang ada pada diri Ernest dan etnisnya, tetapi mengapa justru Ernest yang masih belum menerima keadaan. 3. Marital assimilation etnis Tionghoa dengan etnis Pribumi. Dalam film ini, Ernest dan Meira digambarkan sebagai sosok yang 99

mempunyai sikap transparansi antar etnis dan sikap individualis. Walaupun masih banyak anggapan negatif dari Pribumi terhadap etnis Tionghoa, begitupun sebaliknya. Berbagai anggapan negatif tersebut seolah tidak dihiraukan oleh keduanya. Berkat sikap transparansi dan individualis yang mereka miliki, akhirnya Ernest dan Meira dapat melakukan marital assimilation. Pengertian marital assimilation itu sendiri adalah out group (etnis Tionghoa) menikah dengan anggota kelompok inti (Pribumi) dan melahirkan keturunan. Walaupun ada sikap menganggap rendah kawin dengan Pribumi dan anak-anaknya harus menjadi Tionghoa, dalam film ini digambarkan Ernest dan Meira menghiraukan anggapan tersebut. Setelah berhasil melakukan asimilasi, etnis Tionghoa dan etnis Pribumi dapat hidup bahagia. Kesimpulan dari ketiga kategori yang peneliti temukan, yakni bahwa film Ngenest ingin menunjukkan bentuk-bentuk asimilasi yang dihadirkan. Bentuk asimilasi dari ketiga kategori yang menjadi temuan peneliti dapat menghadirkan stereotip baru kepada khalayak antara etnis Tionghoa dan etnis Pribumi, dengan bentuk-bentuk transparansi dan marital assimilation yang dihadirkan dalam film Ngenest sebagai objek penelitian ini. B. Saran Penelitian berjudul Representasi Asimilasi Etnis Tionghoa dalam Film (Analisis Semiotik John Fiske dalam Film Ngenest) ini telah menguraikan bagaimana representasi asimilasi etnis Tionghoa yang berusaha dibangun oleh seorang keturunan etnis Tionghoa, yakni Ernest yang tidak 100

terima terlahir sebagai etnis Tionghoa. Bagi peneliti, penelitian ini telah menunjukkan bagaimana film Ngenest membangun sebuah representasi karena selama ini image orang-orang Tionghoa yang ditampilkan media selalu saja sama, yakni enggan berbaur dan menutup diri. Pada penelitian ini, peneliti telah membuka pemikiran mengenai suatu teks yang dibangun oleh film Ngenest. Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, begitu juga dengan kesimpulan dan data yang disajikan oleh peneliti yang hanya bersifat temporari karena banyak hal yang membentuk berbagai penafsiran. Maka dari itu diharapkan ke depannya nanti bagi siapapun yang ingin menuangkan berbagai tafsir atas tema yang diangkat dan ditemukan dalam penelitian ini menjadi lebih baik dan benar, dalam dimensinya masih banyak kekurangan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan semiotik John Fiske, dimana dalam penelitian ini peneliti hanya mampu meneliti makna yang dikonstruksi melalui sebuah teks, dan simbol-simbol yang terlihat saja. Oleh karena itu, untuk penelitian yang akan datang peneliti menyarankan untuk menggunakan metode reception analysis, di mana dalam penelitian tersebut dapat ditunjukkan bagaimana penerimaan masyarakat mengenai film Ngenest. Lebih jauh, peneliti berharap penelitian yang akan datang dapat melengkapi temuan-temuan yang telah ada dalam penelitian ini serta dapat dijadikan referensi yang komprehensif untuk melengkapi penelitian yang berhubungan dengan analisis semiotik. 101

2. Bagi pembaca teks maupun mahasiswa, dengan digunakannya metode semiotik John Fiske sekiranya mampu membawa berbagai wacana pengetahuan dengan intertektualitas yang menghadirkan interpretasi ideal. 3. Bagi filmmaker diharapkan dapat membuat sebuah film yang berbeda dari yang sudah ada, sehingga masyarakat khususnya penikmat film dapat memiliki banyak pandangan baru mengenai sebuah realitas sosial. Seperti film Ngenest ini yang disutradarai oleh Ernest Prakasa, yang mana film ini diproduksi dari kisah nyata Ernest Prakasa sendiri. Ernest Prakasa tidak terima terlahir sebagai etnis Tionghoa yang hidup di lingkungan kental dengan diskriminasi dan bullying. Maka dari itu Ernest Prakasa ingin membongkar pandangan negatif yang telah melekat pada masyarakat Indonesia, yakni pandangan bahwa etnis Tionghoa selalu menutup diri dan tidak mau berbaur dengan Pribumi. Sehingga melalui film ini, Ernest Prakasa menggambarkan bahwa etnis Tionghoa juga dapat melakukan asimilasi dengan Pribumi dan melahirkan keturunan. 102