II. TINJAUAN PUSTAKA. Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hidangan penutup atau populer disebut dessert. Bahan utama dari es. emulsifier, stabilizer dan perasa (Chan, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan

PENGOLAHAN ES KRIM KAYA ANTIOKSIDAN DARI SARI BUAH MERAH ( Pandanus Conoideus Lamk )

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. rasa bahan pangan. Produk ini berbentuk lemak setengah padat berupa emulsi

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah salah satu pangan internasional yang dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cuaca yang cukup panas ini, es krim merupakan salah satu makanan tujuan utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KUALITAS UMBI UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI SUSU SKIM DALAM PEMBUATAN ES KRIM

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea HOMOGENIZER

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

KRISTALISASI. Teti Estiasih - THP - FTP UB 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB I PENDAHULUAN. Margarin merupakan salah satu produk berbasis lemak yang luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan penamaan dari

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

DEFINISI. lipids are those substances which are

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Es Krim Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara membekukan dan mencampur bahan baku secara bersama-sama. Bahan yang digunakan dalam proses pembuatannya biasanya adalah kombinasi susu dengan satu atau lebih bahan tambahan lain seperti gula dan madu dengan atau tanpa stabilizer. Campuran tersebut akan membentuk sistem emulsi beku. Oleh karena itu, mutu es krim yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan dan bahan baku termasuk stabilizer yang digunakan (Sinurat et al., 2006). Jumlah protein di dalam es krim cukup tinggi. Protein tersebut sebagian besar berasal dari susu yang mengandung protein hewani yang sangat baik dan sisanya berasal dari bahan penstabil. Beberapa jenis es krim komersial diklasifikasikan menjadi nonfat ice cream, lowfat ice cream, light ice cream, reduced fat ice cream, soft serve ice cream, economy ice cream, deluxe ice cream, sherbet, dan ice (Marshall dan Arbuckle, 2000). Komposisi dari beberapa jenis es krim tersebut sangat bervariasi, menurut Mc Sweeney & Fox (2009), komposisi es krim paling baik adalah 12% lemak, padatan susu tanpa lemak 11%, gula 15%, bahan penstabil dan pengemulsi 0,3% dan total padatan 38,3%.

Menurut SNI 01-3713-1995, syarat mutu es krim adalah sebagai berikut. 8 Tabel 1. Syarat mutu es krim (SNI 01-3713-1995) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan: Penampakan Bau Rasa - - - Normal Normal Normal 2 Lemak % b/b Minimum 5,0 3 Gula dihitung % b/b Minimum 8,0 sebagai sukrosa 4 Protein % b/b Minimum 2,7 5 Jumlah padatan % b/b Minimum 3,4 6 Bahan tambahan makanan: Pewarna tambahan - Negatif Pemanis buatan Pemantap dan pengemulsi - - 7 Cemaran logam: Timbal (Pb) Tembaga (Cu) mg/kg mg/kg Maksimum 1,0 Maksimum 20,0 8 Cemaran arsen (As) mg/kg Maksimum 0,5 9 Cemaran mikroba: Angka lempeng total MPN Coliform Salmonella Listeria SPP Sumber : BSN 1995 Koloni/g APM/g Koloni/25 g Koloni/25 g Maksimum 2,0 x 105 < 3 Negative Negative 2.2 Melorine Es krim imitasi atau lebih dikenal dengan nama melorine adalah salah satu jenis makanan pencuci mulut dalam bentuk beku yang mirip dengan es krim dan

memiliki kadar lemak rendah yang berasal dari lemak nabati (CFR, 2010). 9 Melorin biasanya menjadi pilihan untuk jenis camilan dingin dan manis. Hal ini karena melorine hampir menyerupai es krim, yang membedakan hanya komposisinya. Melorine mengandung sedikitnya 6% lemak, dengan formula, proses pembuatan, dan sifat-sifat yang mirip seperti es krim (Hubeis et al., 1996). Melorin mengandung kadar lemak yang rendah, karena lemak yang terkandung hanya lemak yang berasal dari sari buah atau sari kedelai. Lemak nabati yang dapat digunakan dalam pembuatan melorin dapat berasal dari minyak kelapa, sari kedelai, minyak biji kapas, minyak jagung atau tanaman lainnya (Yunita,1995). 2.3 Komposisi Kimia Es Krim Bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan es krim antara lain lemak, bahan kering tanpa lemak, bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk mendapatkan es krim berkualitas baik. Produk es krim tidak menggunakan bahan tambahan makanan karena telah ditambahkan penguat cita rasa yang dapat memperkuat aroma dan rasa (Harris, 2011). Menurut Harris (2011), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan komposisi umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Komposisi umum es krim 10 Komposisi Jumlah (%) Lemak susu 10-16 Bahan kering tanpa lemak 9-12 Bahan pemanis gula 12-16 Bahan penstabil 0-0,4 Bahan pengemulsi 0-0,25 Air 55-64 Sumber: Harris (2011) 2.4 Bahan Baku Es Krim Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat es krim mempengaruhi sifat es krim. Jumlah bahan yang digunakan menentukan total padatan pada es krim. Total padatan yang rendah menyebabkan jumlah air yang membeku semakin besar sehingga udara yang terperangkap pada es krim sedikit dan pengembangan es krim akan terbatas, akibatnya overrun es krim rendah (Arbuckle, 1986). Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan es krim antara lain susu, lemak susu, bahan pemanis, dan bahan penstabil. 2.4.1 Susu Susu adalah hasil pemerahan dari hewan ternak sapi atau dapat pula berasal dari hewan ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponenkomponen yang terdapat di dalamnya tidak dikurangi ataupun ditambahkan dengan bahan tambahan lain. Komponen utama penyusun susu terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Komponen-komponen lainnya

yang terkandung dalam susu yang jumlahnya sedikit tetapi penting antara lain 11 lesitin, kolesterol, dan asam asam organik Tabel 3. Komposisi rata-rata susu sapi Komposisi Kadar Air,% 83,3 Protein,% 3,2 Lemak,% 4,3 Karbohidrat,% 3,5 Kalium,mg/100g 4,3 Kalsium,mg/100g 143,3 Fosfor,mg/100g 60,0 Besi,mg/100g 1,7 Vitamin A, Si 130,3 Vitamin B1, mg/100g 0,3% Vitamin C, mg/100g 1,0 Sumber : Hadiwiyoto (1994) 2.4.2 Lemak Susu Lemak pada umumnya tersusun dari trigliserida yang merupakan gabungan dari gliserol dengan asam-asam lemak. Lemak susu tersusun dari 75% lemak yang bersifat jenuh, 20-35% lemak yang bersifat tidak jenuh, dan sekitar 4% asam lemak tak jenuh ganda. Komponen mikro lemak susu antara lain fosfolipid, sterol, tokoferol, karoten, serta vitamin A dan D. Lemak susu berfungsi menjadikan tekstur es krim lebih baik, memberikan rasa lembut pada es krim, dan menjadikan es krim tahan terhadap proses pencairan (Hadiwiyoto, 1994).

2.4.3 Bahan Pemanis 12 Bahan pemanis ditambahkan pada proses pembuatan es krim dengan tujuan untuk memberikan rasa manis. Bahan pemanis juga dapat menurunkan titik beku. Contoh bahan pemanis antara lain gula, berbagai macam sirup, madu, dextrosa, laktosa, fruktosa, dan lain-lain. Setiap jenis gula yang digunakan akan memberikan hasil yang berbeda karena memiliki tekstur dan tingkat kemanisan yang berbeda. Pemanis memiliki peran penting dalam kandungan padatan es krim. Derajat kemanisan dalam es krim ditentukan oleh penambahan pemanis. Hal ini disebabkan pemanis memiliki efek menurunkan titik beku dan mengontrol jumlah air beku dalam es krim serta kelembutan dari produk akhir (Andreasen dan Nielsen, 1998). Pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah sukrosa. Fungsi utama sukrosa antara lain meningkatkan penerimaan (palatabilitas) suatu makanan, yaitu dengan menutupi cita rasa yang tidak menyenangkan. Sukrosa juga berfungsi memperbaiki body dan tekstur produk (Arbuckle,1986). Industri produk pangan yang berkembang saat ini menambahkan pemanis buatan pada makanan. Selain bertujuan untuk meningkatkan cita rasa pada makanan, pemanis buatan umumnya mengandung kalori yang rendah atau tidak mengandung kalori sama sekali sehingga aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. Salah satu pemanis buatan yang umum digunakan dalam industri pangan adalah aspartam. Aspartam termasuk dalam pemanis buatan yang aman digunakan menurut Surat Keputusan Kepala Badan POM no. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan.

2.4.4 Bahan Penstabil (Stabilizer) 13 Bahan penstabil (stabilizer) merupakan salah satu jenis bahan aditif yang ditambahkan dalam jumlah kecil guna mempertahankan stabilitas emulsi dan memperbaiki kelembutan produk, mencegah terbentuknya kristal es yang besar, menciptakan keseragaman produk, memberikan ketahanan agar tidak meleleh atau mencair, dan memperbaiki sifat produk. Bahan penstabil yang ditambahkan dalam proses pembuatan es krim memiliki fungsi untuk membantu menahan terjadinya pengkristalan es krim pada saat masa penyimpanan dan menstabilkan pengadukan dalam proses pencampuran bahan baku es krim (Chan, 2010). Cara kerja bahan penstabil adalah dengan menurunkan tegangan permukaan bahan dengan cara membentuk lapisan pelindung yang menyelimuti globula fase terdispersi, sehingga senyawa yang tidak larut akan lebih mudah terdispersi dalam sistem dan bersifat stabil (Fennema, 2008). Zat-zat yang termasuk dalam bahan penstabil dan umumnya sering digunakan dalam proses pembuatan es krim antara lain gum arab, gelatin, agar, natrium alginat, pektin, karagenan dan Carboxy methyl cellulose (CMC). Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan kekentalan ICM terutama pada saat sebelum dibekukan dan memperpanjang masa simpan es krim karena dapat mencegah kristalisasi es selama penyimpanan. Kadar penstabil dalam es krim yaitu antara 0% sampai 0,5% (Harris, 2011).

2.5 Metode Pembuatan Es Krim 14 Proses pembuatan es krim terdiri dari beberapa tahap yaitu pasteurisasi, homogenisasi, pendinginan, dan aging. 2.5.1 Pasteurisasi Pasteurisasi merupakan suatu proses memanaskan makanan dengan tujuan membunuh organisme perusak seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Pasteurisasi es krim mix dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sebagian besar mikroba, terutama dari golongan patogen, melarutkan dan membantu pencampuran bahan-bahan penyusun, menghasilkan produk yang seragam dan memperpanjang umur simpan. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan empat metode yaitu batch system pada suhu 68 C selama 25-30 menit, HTST (High Temperature Short Time) pada suhu 79 C selama 25-30 detik, UHT (Ultra High Temperature) pada suhu 99 C-130 C selama 4 detik, dan pasteurisasi vakum pada suhu 90 C-97 C selama 2 detik (Winarno, 2002). 2.5.2 Homogenisasi Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan globula lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak ke permukaan selama proses pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus. Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70 C setelah pasteurisasi sebelum proses mixing menjadi dingin dengan suhu minimum 35 C. Manfaat homogenisasi yaitu bahan campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula

15 lemak selama pembekuan, memperbaiki tekstur, mempercepat aging dan produk yang dihasilkan lebih seragam (Winarno, 2002). 2.5.3 Pendinginan Setelah proses homogenisasi, emulsi didinginkan pada suhu 4 C. Efek utama dari pendinginan adalah mendinginkan lemak dalam proses emulsi dan kristalisasi, mengakibatkan mikroba mengalami heat shock yang menghambat pertumbuhan mikroba sehingga jumlah mikroba akan turun drastis. Pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan ICM ke elemen pendingin. Proses pasteurisasi, homogenisasi, dan pendinginan dilakukan selama kurang lebih satu jam sepuluh menit. ICM yang sudah mengalami perlakuan tersebut dimasukkan kedalam aging tank untuk mengalami proses aging (Winarno, 2002). 2.5.4 Aging Aging merupakan proses pemasakan ICM dengan cara mendiamkan adonan selama 3-24 jam dengan suhu 4,4 C atau di bawahnya. Tujuan aging yaitu memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas, sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging yaitu terbentuk kombinasi antara stabilizer dan air dalam adonan, meningkatkan viskositas, campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak mengkilap (Winarno, 2002).

2.6 Minyak Sawit 16 Kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan mesokarp) dan 20 % biji (endocarp dan endosperm). Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yang berbeda sifatnya, yaitu minyak dari inti (endosperm) sawit disebut dengan minyak inti atau PKO (Palm Kernel Oil) dan minyak dari sabut (mesokarp) sawit disebut minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) (Ketaren, 1986). Perbedaan antara minyak sawit dan minyak inti sawit adalah adanya pigmen karotenoid pada minyak sawit sehingga berwarna kuning merah. Komposisi karotenoid yang terdeteksi pada minyak sawit terdiri dari α-, β-, γ-, karoten dan xantofil, sedangkan minyak inti sawit tidak mengandung karotenoid. Perbedaan lain adalah pada kandungan asam lemaknya, pada minyak inti sawit terdapat asam lemak kaproat, asam lemak kaprilat, dan asam lemak laurat, sedangkan pada minyak sawit tidak mengandung ketiga asam lemak tersebut (Murdiati 1992). Pada suhu di atas 60 0 C minyak sawit mencair, sebaliknya minyak inti sawit bersifat cair pada suhu kamar. Perbedaan sifat ini disebabkan oleh perbedaan jenis dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk trigliserida dalam kedua minyak tersebut. Minyak sawit mentah (CPO) terdiri dari komponen gliserida dan non-gliserida. Trigliserida dalam minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh meliputi asam miristat (14:0), asam palmitat (16:0), dan asam stearat (18:0), sedangkan asam lemak tidak jenuhnya meliputi asam oleat (18:1), asam linoleat (18:2), dan asam linolenat (18:3), dari asam-asam lemak tersebut yang dominan adalah asam palmitat dan asam oleat dengan konsentrasi masing-

17 masing mencapai 50,46% dan 40,35%. Asam-asam lemak dalam minyak sawit dapat juga dibedakan menjadi asam lemak esensial dan asam lemak non-esensial. Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disintesis dalam tubuh, yakni linoleat (LA) dan linolenat (LNA), sedangkan asam lemak yang dapat disintesis oleh tubuh disebut asam lemak non-esensial. Minyak sawit didominasi oleh asam lemak non-esensial dan hanya mengandung asam lemak esesnsial dalam jumlah kecil (6-9 % LA dan 0,21 % LNA) (Winarno, 1999). Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4. Komposisi asam lemak minyak sawit dan titik cairnya Jenis Asam Lemak Komposisi (%) Titik Cair (C) Asam Kaprat (C 10:0) 1-3 31,5 Asam Laurat (C 12:0) 0-1 44 Asam Miristat (C 14:0) 0,9-1,5 58 Asam Palmitat (C 16:0) 39,2-45,8 64 Asam Stearat (C 18:0) 3,7-5,1 70 Asam Oleat (C 18:1) 37,4-44,1 14 Asam Linoleat (C 18:2) 8,7-12,5-11 Asam Linolenat (C 18:3) 0-0,6-9 Sumber : Ketaren (1986) Selain mengandung asam-asam lemak, minyak sawit juga mengandung lebih kurang 1% komponen minor yang terdiri dari karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid, dan glikokipid, terpen, dan gugus hidrokarbon alifatik, dan elemen sisa lainnya (Ong et al., 1990). Kandungan karotenoid dan tokoferol yang tinggi di antara komponen-komponen minor lainnya merupakan keunggulan minyak sawit dibandingkan minyak nabati lain. Kandungan karotenoid di dalam minyak sawit berkisar antara 600-1000 μg/g (Choo, 1994). Asam lemak merupakan komponen mayor yang dominan menyusun CPO. β-karoten dan

tokoferol merupakan komponen minor yang terkandung di dalam CPO yang 18 mempunyai nilai kesehatan. Kandungan komponen minor pada CPO ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5. Komponen minor pada CPO Komponen minor Karotenoid Tokoferol dan tokotrienol Sterol Triterpen alcohol Metil sterol Squalen Alkohol alifatik Hidrokarbon alifatik Konsentrasi (ppm) 500-700 600-1000 326-527 5-130 40-80 40-80 200-500 50 Sumber : (Choo,1994) 2.7 Minyak Sawit Merah Minyak sawit merah merupakan hasil ekstraksi serabut daging (mesokarp) buah tanaman kelapa sawit dengan melakukan pengendalian pada beberapa parameter proses, seperti tanpa melalui proses pemucatan (bleaching) dan tanpa melalui suhu tinggi, sehingga saat pemurnian masih diperoleh minyak sawit yang berwarna merah. Karotenoid pada minyak sawit merah jumlahnya equivalen dengan 15 kali karotenoid pada wortel dan 300 kali karotenoid pada tomat (Nagendran et al., 2000). Minyak Sawit Merah (MSM) diproses secara minimal sehingga secara alami mengandung tokoferol, tokotrienol dan karotenoid yang memberikan warna merah pada minyak. MSM mengandung 15-300 kali retinol ekuivalen dibandingkan dengan wortel, sayuran daun dan tomat (Canfield et al., 2001). Kandungan karotenoid beberapa pangan nabati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan karotenoid beberapa pangan nabati 19 Jenis tanaman Minyak sawit merah Wortel Daun sayur-sayuran Aprikot Tomat Pisang Air Jeruk Kandungan karotenoid RE/100gr 30.000 2.000 685 250 100 30 8 Sumber: (Choo, 1994) Karotenoid yang terkandung didalam MSM 91,18% diantaranya merupakan β- karoten dan α-karoten yang mempunyai aktivitas provitamin A yang tinggi (Naibaho, 1990). Kadar karoten MSM 60 kali lebih besar dibandingkan dengan minyak goreng (Jatmika dan Guritno 1997). Menurut Naibaho (1990) MSM mengandung karotenoid total 600-1000 ppm dengan persentase α-karoten 36,2%, β-karoten 54,4%, dan γ-karoten 3,3%, likopen 3,8%, dan xantofil 2,2%. Kandungan karotenoid yang tinggi menyebabkan MSM berwarna kemerahan. Tahapan proses pengolahan MSM adalah fraksinasi, netralisasi, pemisahan sabun dan kotoran. CPO terdiri dari 2 fraksi yaitu stearin dan olein, kedua fraksi ini mempunyai sifat dan komposisi yang berbeda. Untuk mendapatkan produk yang homogen, dan penampakan yang menarik, maka dalam proses pengolahan MSM dilakukan fraksinasi stearin dan olein. Proses fraksinasi dilakukan pada suhu ruang, pada suhu ruang CPO membentuk dua lapisan. Lapisan bagian bawah yang berwujud padat adalah stearin sedangkan lapisan bagian atas berwujud cair adalah olein. Namun, pemisahan pada suhu ruang tidak optimal karena masih ada stearin yang terbawa disaat pengambilan olein dan stearin yang tersisa masih

20 mengandung olein. Komposisi minyak ini tergolong sehat, karena minyak yang sehat bagi tubuh adalah campuran yang seimbang antara lemak jenuh, monounsaturated dan polyunsaturated dalam rasio 1:1:1 (Winarno, 1999). Dalam pengolahan CPO menjadi MSM faktor yang paling krusial adalah asam lemak bebas dan kotoran yang terkandung di dalamnya. Agar minyak ini mempunyai umur simpan yang panjang dan tidak berbahaya bagi kesehatan perlu dilakukan netralisasi. Sebelum melakukan netralisasi, hasil fraksinasi dipanaskan hingga 60 C sambil diaduk agar distribusi panas merata sehingga meminimalkan kerusakan β-karoten (Mas ud, 2007). Netralisasi dilakukan dengan penambahan basa yaitu NaOH dengan konsentrasi 11,1% (Mas ud, 2007), sedangkan pada skala yang lebih besar faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kecepatan pengadukan pada reaktor. Hal ini disebabkan proses netralisasi dengan NaOH menggunakan prinsip-prinsip pencampuran agar distribusi larutan NaOH homogen dengan minyak sawit. Oleh karena itu, kecepatan dan waktu pengadukan menjadi faktor penentu keberhasilan proses netralisasi.