PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG Ahmad Sirojul Anam Izza Rosyadi, Parlan, Dedek Sukarianingsih Universitas Negeri Malang e-mail: izza.rosyadi@gmail.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik mencatat peta pikiran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN 1 Malang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi hidrokarbon. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment dengan desain posttest-only control group. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yang diambil secara acak dari 10 kelas. Instrumen penelitian berupa tes objektif yang terdiri dari 30 butir soal. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan teknik mencatat peta pikiran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN 1 Malang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi hidrokarbon. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat peta pikiran (X = 84,50) lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat outline (X = 79,06). Kata kunci: STAD, catatan, peta pikiran, hidrokarbon ABSTRACT: The purpose of this research is to determine the effect of mind map note technique in cooperative learning type STAD to first year student learning outcome in MAN 1 Malang academic year 2012/2013 at hydrocarbon material. The research uses a quasi-experiment research with posttest-only control group design. The research samples consist of 2 classes taken randomly from 10 classes. The research instrument is an objective test consisting of 30 questions. The results show that there is an effect of mind map note technique in cooperative learning type STAD to first year student learning outcome in MAN 1 Malang academic year 2012/2013 at hydrocarbon material. Students that are taught using cooperative learning model type STAD and mind map note technique (X = 84,50) get higher learning outcome than than students that are taught using cooperative learning model type STAD and outline note technique (X = 79,06). Key words: STAD, note, mind map, hydrocarbon Kegiatan belajar mengajar yang semula didominasi oleh kegiatan mengajar oleh guru kini mulai bergeser ke kegiatan pembelajaran (Sanjaya, 2010:213). Kegiatan belajar mengajar yang semula berpusat pada guru (teacher centered) kini harus berpusat pada siswa (student centered). Beberapa model pembelajaran yang mengutamakan peran aktif siswa antara lain learning cycle, problem based learning, dan cooperative learning. Salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan oleh Teori konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dalam pembelajaran kooperatif, tiap siswa akan saling membelajarkan karena dalam diskusi yang mereka lakukan akan timbul konflik kognitif dan perbedaan ide, sehingga membuat kualitas pemahaman siswa semakin tinggi (Slavin, 2006:38). Model pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk mengajarkan kimia. Dalam kimia terdapat banyak konsep-konsep yang rumit (Kean & Middlecamp, 1985:1). Dengan saling membicarakannya dengan siswa lain diharapkan siswa lebih termotivasi dan lebih mudah dalam memahami konsep-konsep tersebut.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah student teams-achievement divisions (STAD). Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Slavin, 2005:143). Namun demikian, model pembelajaran ini dapat membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa, membantu siswa dalam meningkatkan pembelajaran akademis mereka, serta menghindari terjadinya difusi tanggung jawab dalam kelompok pembelajaran kooperatif. Dalam sebuah pembelajaran harus terjadi interaksi timbal balik antara guru dan siswa. Penerapan suatu model pembelajaran oleh guru juga harus diikuti dengan peran aktif siswa, misalnya dengan memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi saat kerja kelompok, bertanya jika ada materi pelajaran yang kurang dipahami, dan mencatat. Mencatat dapat menunjang kesuksesan proses pembelajaran (Yamin, 2007:151). Tujuan mencatat adalah untuk mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku atau penjelasan guru yang tidak terdapat dalam buku. Dalam pembuatan catatan diperlukan teknik mencatat yang dapat mempermudah siswa dalam menangkap inti suatu materi pelajaran. Sebagian besar siswa masih menggunakan format outline dalam membuat catatan. Catatan dengan format outline mempersulit siswa untuk mendapatkan gambaran dan melihat kaitan-kaitan antara gagasan. Lebih jauh lagi, mengulang catatan dalam bentuk outline adalah hal yang membosankan (DePorter, 1992:148). Terdapat teknik mencatat yang lebih baik daripada teknik mencatat outline, yaitu teknik mencatat peta pikiran. Teknik mencatat peta pikiran adalah sebuah cara untuk membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Teknik ini menggunakan gambar dan perangkat grafis lain, sehingga dapat memberikan kesan yang lebih dalam daripada catatan dalam format outline. Namun demikian, belum diketahui apakah teknik mencatat dengan format outline dan teknik mencatat dengan format peta pikiran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN 1 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi hidrokarbon. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Teknik Mencatat Peta Pikiran dalam Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X MAN 1 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Materi Hidrokarbon. METODE Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi experiment dengan desain posttest-only control group. Populasi penelitian adalah siswa kelas X MAN 1 Malang semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian diambil secara acak dari 10 kelas dan terpilih kelas X-A dan X-C. Kelas X-A terpilih sebagai kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat peta pikiran, sedangkan kelas X-C terpilih sebagai kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat outline. Perlakuan diberikan selama 6 kali pertemuan dengan durasi tiap pertemuan adalah 2 x 45 menit. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam penelitian digunakan instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan adalah perangkat pembelajaran yang digunakan selama penelitian. Instrumen perlakuan terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), handout, dan lembar kerja siswa (LKS). Instrumen pengukuran adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen pengukuran berupa tes tulis yang terdiri dari 30 butir soal objektif. Tes diberikan di akhir kegiatan pembelajaran.
Tabel 1. Rancangan Penelitian Subyek Tes awal Perlakuan Tes akhir Kelas eksperimen - X1 O Kelas kontrol - X2 O Keterangan: X1 : Perlakuan 1 (pembelajaran dengan model STAD dan catatan peta pikiran) X2 : Perlakuan 2 (pembelajaran dengan model STAD dan catatan outline) O : tes akhir Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes tulis diuji normalitas dan homogenitas untuk menentukan jenis uji hipotesis yang digunakan. Jika data hasil belajar siswa terdistribusi normal dan variannya sama (homogen) maka digunakan uji parametrik, yaitu uji t. Sebaliknya jika data hasil belajar siswa tidak terdistribusi normal dan variannya tidak sama (tidak homogen) maka digunakan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Uji normalitas, homogenitas, serta uji hipotesis dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. HASIL Data Kemampuan Awal Dari data nilai ulangan harian materi reaksi redoks diperoleh nilai rata-rata siswa di kelas X-A sebesar 65,78 dan siswa di kelas X-C sebesar 66,86. Terhadap data nilai tersebut dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan hasil uji homogenitas data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa X-A 65,78 0,089 Normal 0,05 X-C 66,86 0,153 Normal Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa X-A 65,78 0,657 0,05 Homogen X-C 66,86 Uji kesamaan rata-rata dilakukan dengan uji t. Hasil uji kesamaan rata-rata data kemampuan awal siswa kelas X-A dan X-C dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Data Kemampuan Awal Siswa Kelas X-A dan X-C X-A 65,78 0,644 > 0,05 0,644 0,05 X-C 66,86 H 0 diterima H 1 ditolak Tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil uji kesamaan rata-rata kemampuan awal siswa diperoleh nilai signifikansi > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan awal siswa kelas X-A dengan siswa kelas X-C.
Data Hasil Belajar Dari data nilai ulangan harian materi hidrokarbon diperoleh nilai rata-rata siswa di kelas X-A adalah 84,50 dan siswa di kelas X-C sebesar 79,06. Nilai ulangan harian materi hidrokarbon dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Ulangan Harian Materi Hidrokarbon Kategori Kelas X-A X-C Jumlah siswa 36 36 Nilai rata-rata 84,50 79,06 Standart Deviasi 9,03 11,65 Skor Terendah 63 55 Skor Tertinggi 100 98 Terhadap data hasil belajar siswa dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas data hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan hasil uji homogenitas data hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa X-A 84,50 0,186 Normal 0,05 X-C 79,06 0,111 Normal Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa Kelas X Nilai Signifikansi Α Kesimpulan X-A 84,50 0,091 0,05 Homogen X-C 79,06 Data hasil belajar siswa di kelas X-A dan X-C terdistribusi normal dan memiliki varian yang sama (homogen), sehingga uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis X- A 84,50 0,030 < 0,05 0,030 0,05 X- C 79,06 H 0 ditolak H 1 diterima Keterangan: Kelas X-A dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat peta pikiran. Kelas X-C dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat outline. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil uji t untuk hasil belajar adalah < 0,05, sehingga disimpulkan H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya, ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan catatan peta pikiran dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
catatan outline. Siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan catatan peta pikiran memberikan hasil belajar yang lebih tinggi (X = 84,50) daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan catatan outline (X = 79,06). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan teknik mencatat peta pikiran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN 1 Malang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi hidrokarbon. PEMBAHASAN Untuk menerapkan teknik mencatat peta pikiran diperlukan penjelasan tentang teknik mencatat peta pikiran. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat peta pikiran diawali dengan penjelasan tentang teknik mencatat peta pikiran. Setelah itu siswa diminta untuk membuat catatan peta pikiran di akhir setiap pertemuan dengan terus mendapat bimbingan dan pengawasan dari guru. Siswa di kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat outline juga diwajibkan membuat catatan di akhir setiap pertemuan. Siswa di kelas ini membuat catatan dengan format outline. Siswa juga mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari guru selama pembuatan catatan. Setelah dilakukan pembelajaran, dilakukan tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Dari data tersebut selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis hasil belajar siswa yang dilakukan dengan uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa di kedua kelas penelitian. Siswa di kelas X-A yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat peta pikiran memberikan nilai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi (X = 84,50) daripada siswa di kelas X-C yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat outline (X = 79,06). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan teknik mencatat peta pikiran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN 1 Malang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi hidrokarbon. Catatan peta pikiran dapat membantu siswa dalam meraih hasil belajar yang lebih baik karena memiliki kelebihan, yaitu: 1. Catatan peta pikiran dapat memberikan kesan yang lebih mendalam, sehingga otak lebih mudah mengingat informasi yang ada di dalamnya. 2. Catatan peta pikiran dapat memusatkan perhatian dan meningkatkan pemahaman. 3. Catatan peta pikiran lebih menyenangkan daripada catatan outline. Namun demikian, catatan peta pikiran juga memiliki kekurangan. Dari penelitian ini ditemukan kelemahan catatan peta pikiran sebagai berikut: 1. Pembuatan catatan peta pikiran membutuhkan fasilitas yang lebih banyak daripada pembuatan catatan outline. 2. Catatan peta pikiran membuat siswa lebih mementingkan penampilan catatan daripada kualitas isi catatan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada pengaruh penggunaan teknik mencatat peta pikiran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN 1 Malang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi hidrokarbon. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat peta pikiran (X = 84,50) lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan teknik mencatat outline (X = 79,06). Saran 1. Guru perlu memperhatikan keterlaksanaan unsur-unsur pembelajaran kooperatif dalam model pembelajaran kooperatif yang diterapkan di kelas. 2. Guru perlu memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap siswa selama pembuatan catatan peta pikiran untuk memastikan kelengkapan materi serta kerapian dan kejelasan catatan. 3. Guru perlu melihat hubungan antara kemampuan tiap siswa dalam membuat catatan peta pikiran dengan hasil belajar siswa tersebut. Hal ini bertujuan agar korelasi antara teknik mencatat peta pikiran dengan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan lebih baik. DAFTAR RUJUKAN DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Abdurrahman, Alwiyah. 2004. Bandung: Kaifa. Kean, Elizabeth dan Middlecamp, Catherine. 1984. Panduan Belajar Kimia Dasar. Terjemahan Pudjaatmaka, Hadyana. 1985. Jakarta: PT. Gramedia. Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan Yusron, Narulita. 2010. Bandung: Nusa Media. Slavin, Robert E. 2006. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Terjemahan Samosir, Marianto. 2009. Jakarta: PT. Indeks. Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.