MULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA

dokumen-dokumen yang mirip
Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. FKUI-RS Persahabatan

1 Universitas Kristen Maranatha

DIAGNOSIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA TB-MDR. Priyanti Z Soepandi

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

PENDAHULUAN. M.Arie W-FKM Undip

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Resistensi ganda obat anti-tuberculosis (multidrug resistant. pemberantasan TB di dunia. Pada tahun 2003 WHO menyatakan insiden TB

Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit. infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2011

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit menular merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TBC PARU BTA (+) TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DOTS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PKM CIPAGERAN KOTA CIMAHI PADA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

TENTANG. Modul Ini. Modul LJJ P2TB Bagi DPM PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN PP DAN PLDan PB IDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN

PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-JUNI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBAHASAN. 1. Air beroksigen 2. Pemakaian masker 3. Rokok elektronik 4. Iklan kanker paru 5. MDR TB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

The burden of MDR/XDR Tuberculosis

UJI KEPEKAAN MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS TERHADAP OBAT ANTI TUBERKULOSIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Jenis kelamin pasien TB-MDR pada penelitian ini lebih banyak

Transkripsi:

MULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA Sumardi Divisi Pulmonologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUGM / KSM Pulmonologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Abstract Tuberculosis treatment in Indonesia has been strictly followed the WHO guideline since 1982, Direct Observe Treatment Short course (DOTS). However, DOTS has not been implemented by all health service institution. The incidence of resistant bacili is increased globally, since the first time reported streptomycin resistant in 1940. The tuberculosis treatment becomes more complicated with the emergence of MDR- TB and XDR-TB. It is very important to have guidelines for MDR-TB treatment. This paper discus the treatment guidelines for MDR-TB case in adult. Keywords: therapy, tuberculosis, adult Abstrak Sistem pengobatan tuberkulosis (TB) di Indonesia menganut sistem yang sudah ditetapkan WHO sejak 1982 yaitu Direct Observe Treatment Short course (DOTS). Namun demikian, belum semua instalasi kesehatan menerapkan strategi DOTS secara tepat dan benar (seperti: Rumah Sakit, Dokter Praktek Swasta) dalam pengobatan pasien TB. Secara global insidensi resistensi kuman terhadap OAT terus meningkat sejak pertama kali resistensi terhadap Streptomycin ditemukan pada pertengahan tahun 1940. Pengobatan tuberkulosis menjadi lebih sulit dengan adanya isolat MDR-TB dan XDR-TB. Untuk itu telah ditetapkan panduan untuk mengobati kasus MDR-TB. 1

Tulisan ini membahas tentang pengobatan kasus MDR-TB pada orang dewasa. Kata kunci: terapi, tuberkulosis, dewasa Pendahuluan Sistem pengobatan tuberkulosis (TB) di Indonesia menganut sistem yang sudah ditetapkan WHO sejak 1982 yaitu Direct Observe Treatment Short course (DOTS). Sejak 2006 diperbaharui dengan International Standard Tuberculosis Care (ISTC), dimana komponen DOTS merupakan komponen utama. Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu: 1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana; 2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung; 3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); 4. Kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk pasien; 5. Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program TB. Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen tersebut di atas harus dilaksanakan secara bersamaan. Saat ini masih belum semua instalasi kesehatan menerapkan strategi DOTS secara tepat dan benar (seperti: Rumah Sakit, Dokter Praktek Swasta) dalam pengobatan pasien TB. Hal tersebut meningkatkan risiko terjadinya resistensi (kekebalan) kuman terhadap obat anti TB (OAT). Faktor-faktor lain yang berisiko menimbulkan terjadinya resistensi OAT adalah produksi OAT yang tidak bermutu, pemberian 2

paduan OAT yang tidak adekuat, dosis dan waktu pengobatan yang tidak tepat, keengganan dan ketidak tahuan pasien untuk melanjutkan pengobatan sampai selesai. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya MDR-TB dan XDR-TB. International Standard Tuberculosis Care (ISTC) pada tahun 2014 mendefinisikan Multi Drug Resistant- tuberculosis (MDR-TB) adalah TB yang disebabkan oleh kuman TB yang telah resisten terhadap 2 jenis OAT lini pertama, yaitu INH dan Rifampisin. Penatalaksanaan TB MDR lebih sulit dan membutuhkan masa pengobatan yang lebih lama dengan tingkat kesembuhannya rendah sehingga membutuhkan strategi khusus yang dahulu dikenal sebagai Strategi DOTS Plus. Saat ini istilah yang disepakati digunakan untuk penanganan kasus MDR-TB adalah Programatic Management on Drug-resistant TB atau disingkat PMDT. Penerapan PMDT tetap menggunakan prinsip dasar strategi DOTS yang dikembangkan sesuai kebutuhan penatalaksanaan pasien MDR-TB. Bila pengobatan TB MDR ini tidak dipantau dengan ketat, akan terjadi TB Extended Drug Resistant Tuberculosis (XDR-TB), dimana resisten kuinolon dan atau salah satu obat injeksi Kanamisin, Amikasin. Pengobatan XDR-TB semakin sulit, bahkan bisa berakibat Total Drug Resistant tuberculosis (TDR-TB). MDR TB Sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat Kekebalan kuman TB terhadap OAT telah muncul sejak lama, bahkan pada tahun 1970-an telah terjadi resistensi terhadap rifampisin. WHO Stop TB Department tahun 2008 memperkirakan 490.000 kasus MDR-TB muncul setiap tahun dengan angka kematian lebih dari 110.000 di dunia. Prevalensi di dunia diperkirakan 2-3 kali lipat lebih tinggi dari insidens. Resistensi obat berhubungan dengan riwayat pengobatan sebelumnya. Kemungkinan terjadi resistensi pada pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah sebesar 4 kali lipat, 3

sedanagkan untuk terjadinya MDR-TB sebesar 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan pasien yang belum pernah diobati. Pasien MDR-TB sering tidak bergejala sebelumnya sehingga tanpa diketahui dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain bahkan sebelum ia menjadi sakit. Oleh karena itu prevalensi MDR-TB diperkirakan 3 kali lebih besar dari insidensi sebenarnya yaitu sekitar 1 juta. Penatalaksanaan pasien MDR-TB di Indonesia saat ini belum terstandarisasi, sehingga diperlukan upaya pembakuan penatalaksanaan MDR-TB yang berlaku secara Nasional. Upaya tersebut meliputi tersedianya sarana dan prasarana untuk diagnosis dan pengobatan yang berkualitas. Saat ini pasien MDR-TB di Indonesia belum mendapat akses pengobatan yang memadai karena belum semua obat yang dibutuhkan untuk pengobatan TB MDR tersedia di Indonesia. Berdasar laporan survei resistensi global yang ke-4 tahun 2008, 93 wilayah surevi yang berasal dari 83 negara didapatkan situasi resistensi sebagai berikut: Pada pasien TB baru: Resistensi semua: 0% - 56.3% MDR-TB: 0% - 22.3% Resisten INH semua: 0% - 40.8% Pada pasien yang pernah mendapat pengobatan OAT sebelumnya: Resisten semua: mulai dari sangat rendah sampai 85.9% MDR-TB: 52.1% - 62.5%. Resisten terhadap INH semua: 0% - 81.2% Saat ini menurut WHO (2009) Indonesia menduduki peringkat ke delapan (8) jumlah kasus MDR-TB dari 27 negara. WHO memperkirakan angka MDR pada pasien TB yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT sekitar 2%. Saat ini data dasar resistensi OAT termasuk TB MDR di Indonesia belum ada. Survey 4

resistensi OAT yang pertama di provinsi Jawa Tengah. Meskipun demikian hasil sementara yang didapat tidak jauh berbeda dengan perkiraan, yaitu angka MDR-TB pada pasien yang berlumpernah mendapat pengobatan OAT sebelumnya sekitar 2 % dan sekitar 16 % bagi yang pernah mendapatkan pengobatan OAT sebelumnya. Pada 2007 Pemantapan Mutu External (PME) untuk biakan dan tes kepekaan yang dilakukan pada 60 isolat dari 2 laboratorium rujukan TB: 24 isolat menunjukkan TB MDR. Enam (6) dari 24 isolat menunjukkan TB MDR dan resisten terhadap ofloxacine; sedang satu (1) dari 24 isolat menunjukkan XDR TB (MDR-TB + resisten terhadap ofloxacine dan amikacin). Dengan demikian memang sudah saatnya Indonesia mulai dengan penanggulangan pasien TB yang kebal obat anti TB (OAT), terutama mereka yang didiagnosis sebagai pasien TB dengan resistensi ganda (MDR-TB) Secara global insidensi resistensi kuman terhadap OAT terus meningkat sejak pertama kali resistensi terhadap streptomisin ditemukan pada pertengahan tahun 1940. Sedangkan MDR mulai ditemukan sejak semakin luasnya penggunaan rifampisin, yaitu sejak sekitar tahun 1970-an. Munculnya resistensi kuman terhadap OAT mempersulit upaya penanggulangan TB sehingga akan memperbesar masalah kesehatan masyarakat karena tingginya biaya pengobatan, keberhasilan pengobatan yang rendah dan sebagainya. Terjadinya resistensi terhadap OAT Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah ulah manusia yaitu penatalaksanaan pasien TB tidak adekuat; yang dapat ditinjau dari sisi: Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena : - Diagnosis tidak tepat, - Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat, 5