ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI PISANG

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

ISSN OUTLOOK ANGGREK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

OUTLOOK KOMODITI DURIAN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets)

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB II LANDASAN TEORI

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

Metode Deret Berkala Box Jenkins

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB 2 LANDASAN TEORI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

ANGGA NUR ARDYANSAH NIM

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

2015 OUTLOOK KOPI ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 96 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, MSi. Naskah : Rhendy Kencana Putra W, S.Si Design Sampul : Victor Saulus Bonavia Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

2015 OUTLOOK KOPI iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 KATA PENGANTAR Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Perkebunan. Publikasi Outlook Kopi Tahun 2015 menyajikan keragaan data series komoditi kopi secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-publikasi Kementerian Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kopi secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP.19670323.199203.1.003 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

2015 OUTLOOK KOPI vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... xix BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN... 2 1.3. RUANG LINGKUP... 3 BAB II. METODOLOGI... 5 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI... 5 2.2. METODE ANALISIS... 4 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL... 13 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA... 13 3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia... 13 3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia... 15 3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia... 16 3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia... 17 3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA... 30 3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA... 31 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA... 32 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia... 32 3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia... 32 3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia... 33 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

2015 OUTLOOK KOPI BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA...35 4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA... 35 4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN... 35 4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN... 37 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN 38 4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia... 40 4.1.5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia... 41 4.1.6. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia... 43 4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA... 44 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN... 44 4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN... 47 4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia... 47 4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia... 50 4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA... 51 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN... 51 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia... 52 BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KOPI... 53 5.1. PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019... 53 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019... 54 5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 56 5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2015-2019... 57 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2015-2019... 58 BAB VI. KESIMPULAN... 61 6.1. KESIMPULAN... 61 DAFTAR PUSTAKA... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 65 viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan... 5 Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, 2015-2019... 54 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, 2015-2019... 55 Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, 2015-2019... 56 Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, 2015-2019... 57 Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di Dunia, 2015-2019... 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

2015 OUTLOOK KOPI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 1980-2013... 13 Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013... 14 Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, 1980-2013... 15 Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013... 16 Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 2003-2013... 17 Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013... 18 Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013... 19 Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2013... 20 Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2013... 21 Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2013... 22 Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013... 23 Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013... 24 Gambar 3.13. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013... 25 Gambar 3.14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013... 26 x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2013... 27 Gambar 3.16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2013... 28 Gambar 3.17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013... 29 Gambar 3.18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2013... 29 Gambar 3.19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, 2007-2013... 30 Gambar 3.20. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, 2002-2014... 31 Gambar 3.21. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, 1980-2013... 32 Gambar 3.22. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, 1980-2013... 33 Gambar 3.23. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, 1980-2013... 34 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013... 35 Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013... 36 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013... 37 Gambar 4.4. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013... 38 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013... 39 Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013... 39 Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, 1980-2013... 40 Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013... 41 Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, 1980-2013... 42 Gambar 4.10. Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013... 43 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 4.11. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013... 43 Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012... 44 Gambar 4.13. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012... 45 Gambar 4.14. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012... 46 Gambar 4.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012... 47 Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 2008-2012... 48 Gambar 4.17. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012... 49 Gambar 4.18. Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012... 50 Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012... 51 Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, 1980-2012... 52 Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, 1980-2012... 52 xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980-2015.... 67 Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013... 68 Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980-2015... 69 Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan... 70 Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 2003-2015... 71 Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013... 72 Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013... 72 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, 2013... 73 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, 2013... 73 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, 2013... 74 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, 2013... 74 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013... 75 Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013... 75 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, 2013... 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, 2013... 76 Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, 2013... 77 Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013... 77 Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, 2013... 78 Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi Menurut Jenis Kopi di Pasar Dalam Negeri, 1997 2012... 78 Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, 2002-2015... 79 Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, 1980-2013... 80 Lampiran 22. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, 1980-2013... 81 Lampiran 23. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012... 82 Lampiran 24. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012... 82 Lampiran 25. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, 2008-2012... 83 Lampiran 26. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013... 84 Lampiran 27. Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013... 85 Lampiran 28. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013... 85 Lampiran 29. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, 1980-2012... 86 Lampiran 30. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012... 87 xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 31. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012... 87 Lampiran 32. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012... 88 Lampiran 33. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012... 89 Lampiran 34. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012... 89 Lampiran 35. Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, 1980-2012... 90 Lampiran 36. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, 1980-2012... 91 Lampiran 37. Hasil Analisis ARIMA untuk Produksi Kopi di Indonesia... 92 Lampiran 38. Hasil Analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk Konsumsi Kopi di Indonesia... 93 Lampiran 39. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di ASEAN... 93 Lampiran 40. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di Dunia... 94 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

2015 OUTLOOK KOPI xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Angka Tetap Statistik Perkebunan Indonesia (Ditjen Perkebunan, 2014), produksi kopi Indonesia di tahun 2013 tercatat sebesar 675.882 ton. Produksi ini berasal dari 1.241.713 ha luas areal perkebunan kopi dimana 96,16% diantaranya diusahakan oleh rakyat (PR) sementara sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik swasta (PBS) sebesar 1,82% dan perkebunan besar milik negara (PBN) sebesar 2,02%. Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, maka kopi robusta mendominasi produksi kopi Indonesia di tahun 2013. Dari 675.882 ton produksi kopi Indonesia, sebanyak 75,39% atau 509.557 ton adalah kopi robusta sementara sisanya sebanyak 24,61% atau 166.325 ton adalah kopi arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia pada tahun 2013 adalah Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika ditahun yang sama terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Harga kopi robusta tahun 2013 di pasar domestik Indonesia rata-rata adalah Rp.14.976 per kg, lebih rendah jika dibandingkan harga kopi arabika yang mencapai rata-rata Rp.20.491 per kg. Tingkat konsumsi kopi pada tahun 2014 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 1,35 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data FAO, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Tetapi dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hasil proyeksi produksi kopi di tahun 2019 mencapai 727.973 ton. Sementara proyeksi konsumsi langsung kopi ditahun yang sama mencapai 434.922 ton. Proyeksi konsumsi ini belum menggambarkan permintaan kopi dikarenakan proyeksi disusun menggunakan data konsumsi dari SUSENAS. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

2015 OUTLOOK KOPI xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ayelign et al, 2013). Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein (Nawrot et al, 2003) zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan (Smith, 2002). Minuman kopi, minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari di seluruh dunia (Ponte, 2002). Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (Panggabean, 2011). Kini lebih dari 120 spesies kopi telah diidentifikasi namun hanya satu spesies yaitu Coffea canephora atau kopi robusta yang dibudidayakan mendekati kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (Hoffman, 2014). Mekuria et al (2004) menyatakan bahwa 66% produksi kopi dunia merupakan jenis kopi arabika dan sisanya berasal dari kopi robusta. Dalam the Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop disebutkan bahwa kopi pertama kali ditemukan antara tahun 575-850 M oleh suku Galla di Ethiopia yang memanfaatkan kopi sebagai sejenis makanan penambah energi energy bar. Pada masa kejayaan Islam, para pedagang Islam menyebarkan kopi, minuman yang dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan penahan rasa kantuk, ke negara-negara dibawah kekaisaran Ottoman. Tahun 1650, Kedai kopi (coffee house) pertama dibuka di London menandakan penyebaran kopi secara luas di dunia, termasuk Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

2015 OUTLOOK KOPI Kopi di Indonesia pertama kali dibawa oleh pria berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arab (Prastowo et al, 2010). Tanaman kopi kemudian ditanam hingga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Namun setelah timbul serangan penyakit karat daun (coffee leaf rust), maka Pemerintah Hindia Belanda saat itu mendatangkan jenis kopi robusta yang berasal dari Kongo, Afrika pada tahun 1900. Kopi jenis ini lebih tahan penyakit dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, dengan hasil produksi yang jauh lebih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kopi jenis ini lebih cepat berkembang di Indonesia (Panggabean, 2011). Lebih dari 80% dari luas areal pertanaman kopi Indonesia saat ini merupakan jenis kopi Robusta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2013, Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Meskipun demikian, ekspor kopi dari Indonesia diperkirakan tidak lebih banyak daripada ekspor kopi Brazil, Vietnam dan Kolombia. Di dunia, Indonesia dikenal dengan dengan specialty coffee melalui berbagai varian kopi dan kopi luwak. Kopi arabika yang dikenal dari Indonesia diantaranya kopi lintong dan kopi toraja. Dengan keunikan cita rasa dan aroma kopi asal Indonesia, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan perdagangan kopinya di dunia. Outlook komoditas kopi ini, menyajikan keragaan komoditas kopi di Indonesia dan dunia, serta hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan kopi di Indonesia pada periode 2015-2019, yang diharapkan dapat berguna sebagai data mentah maupun bagian dari pengawasan terhadap kebijakan yang telah ada. 1.2. TUJUAN Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Kopi yang berisi keragaan data series secara nasional dan dunia, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional. 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 1.3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang dicakup dalam Buku Outlook Komoditi Kopi adalah: Keragaan luas tanaman menghasilkan, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditas kopi di dalam dan di luar negeri. Analisis komoditi kopi pada situasi nasional dan internasional serta penyusunan proyeksi komoditi kopi tahun 2015-2019. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

2015 OUTLOOK KOPI 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 BAB II. METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditi Kopi tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Data-data yang digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1. 2. Luas Tanaman Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Kopi Indonesia Sentra Produksi Kopi Robusta dan Arabika di Indonesia 1980-2013 2009-2013 3. Konsumsi Kopi di Indonesia 2002-2014 BPS Ditjen Perkebunan Ditjen Perkebunan - Produksi dalam wujud kopi berasan - Produksi dalam wujud kopi berasan - Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 4. Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri 2007-2013 Ditjen Perkebunan - 5. 6. 7. Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi ASEAN dan Dunia Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN dan Dunia 1980-2013 1980-2013 FAO 1980-2012 FAO Ditjen Perkebunan - Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000; 0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000. - Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam - Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

2015 OUTLOOK KOPI 2.2. METODE ANALISIS 2.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif atau perkembangan komoditas kopi dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas areal dan luas tanaman menghasilkan, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga domestik dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia. 2.2.2. Analisis Penawaran Analisis penawaran dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan deret waktu (time series analysis) melalui metode ARIMA (Auto-Regressive Integrated Moving Average). Dalam pendekatan deret waktu, produksi kopi di Indonesia pada tahun tertentu dianggap memiliki keterkaitan dengan produksi kopi pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan model yang dibangun dengan ARIMA, pada dasarnya menggunakan nilai amatan pada masa lalu dan sekarang untuk kemudian model tersebut digunakan dalam peramalan atau proyeksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis deret waktu dengan pendekatan ARIMA adalah stasioner atau tidaknya data deret waktu yang digunakan. Dalam model ARIMA, aspek-aspek AR dan MA hanya berkenaan dengan deret waktu yang stasioner. Stasioneritas berarti tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Dengan kata lain, fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu, dan varians dari fluktuasi tersebut pada dasarnya tetap konstan setiap waktu. Suatu deret waktu yang tidak stasioner harus diubah menjadi data stasioner dengan melakukan differencing (pembedaan). Yang dimaksud dengan differencing adalah menghitung perubahan atau selisih nilai observasi. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Apabila hasil differencing ini belum stasioner, maka perlu dilakukan differencing kembali hingga menjadi stasioner. Secara umum model ARIMA dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: model autoregressive (AR), moving average (MA) dan model campuran ARIMA (autoregressive integrated moving average) yang mempunyai karakteristik dari dua model pertama. Model ARIMA biasa dituliskan dengan notasi ARIMA (p, d, q) dimana notasi p adalah ordo model autoregressive (AR), notasi d adalah jumlah differencing yang dilakukan dan notasi q adalah ordo model moving area (MA). 1. Model autoregressive (AR) Bentuk umum model autoregressive dengan ordo p (AR(p)) atau model ARIMA (p,0,0) dinyatakan sebagai berikut: X = µ ' + φx + φ X + K + φ X + e t 1 t 1 2 t 2 p t p t dimana: µ ' = suatu konstanta φ p = parameter autoregressive ke-p e t = nilai kesalahan pada saat t 2. Model moving average (MA) Bentuk umum model moving average ordo q (MA(q)) atau ARIMA (0,0,q) dinyatakan sebagai berikut: X = µ ' + e θe θe K θ e t t 1 t 1 2 t 2 q t k dimana: µ ' = suatu konstanta φ 1 sampai φ q adalah parameter moving average et k = nilai kesalahan pada saat t-k Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

2015 OUTLOOK KOPI 3. Model campuran (ARIMA) a. Proses ARMA Model umum untuk campuran proses AR(1) murni dan MA(1) murni, atau ARIMA (1,0,1) dinyatakan sebagai berikut: X = µ ' + φx + e θe t 1 t 1 t 1 t 1 atau b. Proses ARIMA ( 1 φ B) X = µ ' + ( 1 θ ) 1 t 1 AR(1) MA(1) B e Apabila deret waktu yang digunakan tidak stasioner dan dilakukan differencing, maka model umum ARIMA (p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk kasus sederhana ARIMA (1,1,1) adalah sebagai berikut: ( 1 )( 1 φ ) = µ ' + ( 1 θ ) B B X B e 1 t 1 pembedaan AR(1) MA(1) pertama t t Dalam hal terdapat faktor musiman pada data, maka factor musiman tersebut didefinisikan sebagai suatu pola yang berulang-ulang dalam selang waktu yang tetap. Untuk data yang stasioner, factor musiman dapat ditentukan dengan mengidentisfikasi koefisien autokorelasi pada dua atau tiga time-lag yang berbeda nyata dari nol. Autokorelasi yang secara signifikan berbeda dari nol menyatakan adanya suatu pola dalam data. Dengan demikian, autokorelasi yang tinggi pada data merupakan suatu tanda adanya factor musiman. Notasi umum untuk ARIMA dengan factor musiman adalah sebagai berikut: ( p d q)( P DQ ) ARIMA,,,, dimana P, D dan Q adalah bagian musiman dan S adalah jumlah periode. S 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 2.2.3. Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang dikonsumsi oleh rumahtangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah dan telah diolah. Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan deret waktu (time series analysis) namun dalam outlook ini akan digunakan metode pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Pemulusan eksponensial adalah suatu metode yang secara terus menerus memperbaiki peramalan dengan merata-ratakan data masa lalu dari suatu data deret waktu secara eksponensial. Dalam pemulusan eksponensial berganda terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu: 1. Metode Linier Satu Parameter dari Brown s Metode ini pada dasarnya serupa dengan metode rata-rata bergerak namun untuk data dengan unsur trend maka akan terjadi lag antara nilai pemulusan dan data sebenarnya. Dalam metode Brown, perbedaan nilai tersebut ditambahkan pada nilai pemulusan dan disesuaikan untuk pola trend. Bentuk umum metode Brown adalah sebagai berikut: ( α ) ( α ) S' = α X + 1 S' t p t p t 1 S'' = α S' + 1 S'' t p t p t 1 ( ) a = S' + S' S'' = 2 S' S'' t t t t t t 1 αp b = 1 α t+ m t m t ( S' S'' ) t t t p F = α + b Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

2015 OUTLOOK KOPI dimana: S ' t = Nilai pemulusan eksponensial tunggal S '' t = Nilai pemulusan eksponensial ganda α p = Parameter pemulusan eksponensial at, b t = Konstanta pemulusan F + = Hasil peramalan untuk periode kedepan t m 2. Metode Dua Parameter dari Holt Dengan metode ini, nilai trend tidak dimuluskan dengan pemulusan berganda secara langsung, tetapi dilakukan dengan menggunakan parameter berbeda dengan parameter pemulusan data sebenarnya. Secara matematis, metode ini ditulis dengan tiga persamaan. Bentuk umum ketiga persamaan ini adalah sebagai berikut: Pemulusan total : S = X + ( 1 )( S + T ) α α t t t 1 t 1 Pemulusan trend : = β( ) + ( 1 β) T S S T t t t 1 t 1 Peramalan : Ft+ m = St + Tt m dimana, S t X T t t = Nilai pemulusan tunggal pada waktu ke-t = Data sebenarnya pada waktu ke-t = Nilai pemulusan trend pada waktu ke-t F t + m = Nilai ramalan m = Periode dimasa dating, α β = Konstanta dengan nilai antara 0 dan 1 2.2.4. Kelayakan Model Model deret waktu yang diperoleh baik melalui pendekatan analisis regresi ataupun ARIMA dapat digunakan apabila nilai error dari model bersifat random atau tidak memiliki pola tertentu. Untuk menguji apakah nilai error yang diperoleh mengikuti pola tertentu atau tidak maka dilakukan pengujian dengan menggunakan salah satu uji berikut: 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 1. Uji Q Box dan Pierce Statistik uji untuk pengujian ini adalah: m 2 k k= 1 Q= n' r 2. Uji Ljung-Box Statistik uji untuk pengujian ini adalah: ( ) Q= n' n' + 2 m k= 1 r 2 k ( n' k) Nilai kedua statistik uji diatas menyebar mengikuti distribusi Chi Square ( 2 χ ) dengan derajat bebas ( k p q P Q) dimana: n' d D S m r k = n-(d+sd) = ordo differencing non musiman = ordo differencing musiman = jumlah periode per musim = lag waktu maksimum = autokorelasi untuk lag waktu ke- 1, 2, 3, 4,, k Kriteria pengujian adalah χ 2 - Jika Q ( α,db), maka nilai error bersifat random (model dapat diterima) χ 2 - Jika Q> ( α,db), maka nilai error tidak bersifat random (model tidak dapat diterima) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

2015 OUTLOOK KOPI Selain pengujian keberartian model, untuk menentukan model terbaik yang dapat digunakan adalah dengan membandingkan standard error estimate melalui persamaan sebagai berikut: S dimana: ( Y ˆ t Yt) 1 2 2 1 2 SSE t= 1 = = n n p n n n p Y t Y ˆt = nilai sebenarnya pada waktu ke-t = nilai dugaan pada waktu ke-t Model terbaik adalah model yang memiliki standard error estimate (S) yang paling kecil. Statistik lain yang biasa digunakan untuk menentukan model terbaik adalah nilai rata-rata presentase error peramalan atau mean average percentage error (MAPE). Persamaan matematis untuk statistik ini adalah: MAPE T Y Yˆ t Y T t= 1 t = t 100% dimana: T = banyaknya periode peramalan/dugaan 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA 3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Pengusahaan kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 3.1, dimana luas areal untuk kopi PR (Perkebunan Rakyat) dari tahun 1980 hingga 2013, berimpit dengan luas areal kopi Indonesia. Luas areal kopi di Indonesia sendiri pada periode tahun 1980-2013 cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1980 luas areal kopi Indonesia hanya mencapai 707.464 ha, maka pada tahun 2013, luas areal kopi Indonesia meningkat menjadi 1.241.713 ha atau meningkat sebesar 75,52%. Meskipun demikian, ratarata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia dalam periode tahun 1980-2013 tidak terlalu tinggi. Secara rata-rata, pertumbuhan luas areal kopi Indonesia sejak 1980 hingga 2013 hanya mencapai 1,80% per-tahun atau bertambah 16.186 ha per-tahunnya. Data perkembangan luas areal kopi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 1980 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

2015 OUTLOOK KOPI Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada Gambar 3.2 terlihat bahwa mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta. Meskipun demikian dari Gambar 3.2 terlihat bahwa luas areal kopi robusta berkenderungan menurun sementara luas areal kopi arabika berkecenderungan meningkat. Pada tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai 1.232.551 ha dan menurun di tahun 2013 menjadi hanya 916.053 ha atau terjadi penurunan sebesar 25,68% dibandingkan luas areal pada tahun 2001. Sementara luas areal kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82.807 ha, kemudian luasan ini meningkat sebesar 293% pada tahun 2013 menjadi 325.659 ha. Data luas areal kopi di Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan secara rinci disajikan pada Lampiran 2. Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001 2013 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Sejalan dengan pola perkembangan luas areal kopi di Indonesia, produksi kopi Indonesia juga mengalami kecenderungan peningkatan produksi pada periode 1980 2013 (Gambar 3.3) dengan rata-rata pertumbuhan produksi kopi mencapai 3,12%. Pertumbuhan produksi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 1998. Di tahun 1998 produksi kopi Indonesia mencapai 514.451 ton atau lebih tinggi 20,08% dibandingkan produksi kopi pada tahun sebelumnya yang mencapai 428.418 ton. Secara lengkap, perkembangan produksi kopi menurut status pengusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan,1980-2013 Sama halnya dengan pola luas areal kopi, produksi kopi menurut jenis kopi yang diusahakan didominasi oleh kopi dari jenis robusta. Terlihat pada Gambar 3.4, produksi kopi robusta lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan kopi berjenis arabika. Secara rata-rata, pada tahun 2001-2013, kontribusi kopi robusta terhadap produksi kopi nasional mencapai 84,62% setiap tahunnya. Namun demikian, jika diperhatikan Gambar 3.4, maka produksi kopi robusta di Indonesia memiliki kecenderungan menurun pada setiap tahunnya. Adapun untuk kopi arabika, Gambar 3.4 menunjukkan adanya trend peningkatan produksi dalam periode yang sama. Hal ini sesuai dengan perkembangan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

2015 OUTLOOK KOPI luas areal kopi berdasarkan jenis kopi yang diusahakan. Secara lengkap, produksi kopi Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013 3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Dari sisi produktivitas, produktivitas kopi di Indonesia terlihat berfluktuatif pada setiap tahunnya (Gambar 3.5) terutama untuk perkebunan besar swasta. Meskipun demikian, pertumbuhan produktivitas kopi di Indonesia pada periode 2003-2013 tidak mengalami perubahan signifikan. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh meningkatnya luas tanaman menghasilkan yang berakibat pada peningkatan produksi kopi. Pada tahun 2003, produktivitas kopi di Indonesia mencapai 725 kg/ha dan hanya meningkat 1,95% di tahun 2013 menjadi 739 kg/ha. Data perkembangan produktivitas kopi di Indonesia pada tahun 2003-2015 disajikan secara lengkap pada Lampiran 5. 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan, 2003-2013 3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia Berdasarkan data rata-rata selama 5 tahun terakhir (2009-2013), sebesar 21,46% produksi kopi rakyat berasal dari Provinsi Lampung (Gambar 3.6). Pada periode tersebut, produksi kopi secara rata-rata di Provinsi Lampung mencapai 142.111 ton. Pada periode yang sama, Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi 20,18% dari produksi kopi rakyat di Indonesia secara rata-rata mampu menghasilkan 133.645 ton kopi setiap tahunnya. Data provinsi sentra produksi kopi rakyat tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Lampiran 6. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 Jika dilihat berdasarkan jenis kopi yang dibudidayakan, maka sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia pada periode tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 3.7 dengan data disajikan pada Lampiran 7. Sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia secara rata-rata tahun 2009-2013 terpusat di 5 provinsi. Kelima provinsi ini berkontribusi sebesar 74,10% produksi kopi robusta Indonesia. Provinsi sentra produksi kopi robusta di Indonesia dengan kontribusi mencapai 27,93% adalah provinsi Lampung dengan rata-rata produksi mencapai 139.295 ton kopi robusta setiap tahunnya. Tidak jauh berbeda dengan Provinsi Lampung. Provinsi Sumatera Selatan dalam periode yang sama tercatat mampu memproduksi 136.093 ton kopi robusta setiap tahunnya. Produksi kedua provinsi ini secara total menyumbang 55,93% dari produsi kopi robusta di Indonesia. Provinsi penghasil kopi robusta terbesar lainnya adalah Bengkulu dengan produksi mencapai 53.612 ton setiap tahun, Jawa Timur dengan produksi 24.741 ton per tahun dan Sumatera Barat dengan produksi 15.786 ton per tahun. 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 Sebagaimana disampaikan, sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia pada tahun 2009-2013 sebagian besar berasal dari Provinsi Lampung. Di provinsi ini pada tahun 2013 produksi kopi robusta mencapai 127.057 ton dengan sentra produksi berasal dari Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pringsewu (Gambar 3.8 dan Lampiran 8). Kelima kabupaten ini menyumbang 95,20% produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Produksi kopi robusta dari Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 mencapai 52.573 ton atau 41,38% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Kabupaten sentra selanjutnya adalah Kabupaten Tanggamus yang memberikan kontribusi 24,16% dengan produksi kopi robusta mencapai 30.702 ton. Kabupaten Way Kanan kemudian memberikan kontribusi produksi kopi robusta terbesar ketiga di Provinsi Lampung dengan produksi sebesar 17.450 ton atau 13,73%. Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pringsewu adalah kabupaten sentra produksi kopi robusta terakhir dengan produksi masing-masing 12.254 ton dan 7.985 ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2013 Di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013, produksi kopi robusta sebagian besar diperoleh dari Kabupaten OKU Selatan dengan produksi mencapai 33.175 ton atau 23,74% produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 3.9). Kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya di Provinsi Sumatera Selatan adalah Kabupaten Empat Lawang dengan produksi 26.005 ton kopi robusta (18,61%), Kabupaten Muara Enim dengan produksi 25.213 ton, Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan produksi 19.941 ton, dan Kabupaten Lahat dengan produksi 19.692 ton. Keempat kabupaten ini bersama dengan Kabupaten OKU Selatan berkontribusi sebesar 88,75% terhadap produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan sementara 11,25% sisanya terdapat di kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Selatan. Data produksi kopi robusta di perkebunan rakyat Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 disajikan pada Lampiran 9. 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2013 Sebagai penghasil kopi robusta di perkebunan rakyat terbesar ketiga di Indonesia sejak tahun 2009 hingga 2013, kopi robusta di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 tercatat sebagian besar dihasilkan dari Kabupaten Kepahiyang dan Kabupaten Rejang Lebong dengan kontribusi produksi kopi robusta dari keduanya mencapai 57,90% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu (Gambar 3.10). Produksi kopi robusta perkebunan rakyat dari Kabupaten Kepahiyang pada tahun 2013 mencapai 18.153 ton atau 33,21% dari total produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2013 tercatat sebagai kabupaten dengan produksi kopi robusta terbesar kedua di Provinsi Bengkulu dengan produksi mencapai 13.500 ton atau 24,70% dari total produksi kopi robusta Provinsi Bengkulu. Tiga kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya yaitu Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Seluma masing-masing menyumbang tidak lebih dari 10% produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Kaur pada tahun 2013 hanya memproduksi 5.390 ton, sementara Kabupaten Lebong mampu memproduksi 4.915 ton dan Kabupaten Seluma mampu memproduksi 4.908 ton selama tahun 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2013 Produksi kopi robusta dengan wujud produksi kopi berasan dari perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 sebagian besar berasal dari Kabupaten Malang (Gambar 3.11). Kontribusi dari kabupaten ini pada total produksi kopi robusta di Provinsi Jawa TImur mencapai 29,18% atau sekitar 7.785 ton kopi robusta (Lampiran 11). Sentra produksi lainnya di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Dari Kab. Banyuwangi, sekitar 16,37% produksi kopi robusta Provinsi Jawa Timur berasal. Pada tahun 2013 produksi kopi robusta dari kabupaten ini mencapai 4.367 ton. Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur dengan produksi kopi robusta terbesar adalah Kab. Jember dan Kab. Lumajang dengan produksi kopi robusta di tahun 2013 masingmasing mencapai 2.516 ton, serta diikuti oleh Kab. Bondowoso dengan produksi mencapai 2.109 ton. Secara lengkap data kabupaten sentra produksi kopi robusta di Provinsi Jawa TImur dapat dilihat pada Lampiran 11. 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013 Sentra kopi robusta di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.12). Dengan wujud produksi kopi berasan, kabupaten produsen kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah Kab. Solok. Kontribusi kabupaten ini terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat mencapai 40,10% dengan produksi 6.695 ton. Produksi kopi robusta dari kabupaten ini jauh lebih besar dari keempat kabupaten sentra lainnya yang rata-rata hanya mampu berkontribusi 11,48% terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat. Kab. Agam, Kab. Solok Selatan, Kab. Pasaman Barat, dan Kab. Tanah Datar adalah kabupaten-kabupaten lain penghasil kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013. Namun demikian produksi kopi robusta dari kabupaten-kabupaten ini masingmasing hanya 1.998 ton, 1876 ton, 1876 ton, dan 1.564 ton. Data lengkap sentra produksi kopi robusta pada tahun 2013 di Provinsi Sumatera Barat disajikan pada Lampiran 12. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 Untuk kopi arabika, pada tahun 2009-2013, Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai produsen kopi arabika terbesar di Indonesia (Gambar 3.13). Dengan rata-rata produksi kopi arabika sebesar 47.560 ton setiap tahunnya, Provinsi Sumatera Utara berkontribusi 32,05% dari produksi kopi arabika nasional. Provinsi penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah Provinsi Aceh dengan rata-rata produksi sebesar 43.177 ton setiap tahunnya. Secara total, kedua provinsi ini berkontribusi hingga 61,15% terhadap produksi kopi arabika di Indonesia yang mencapai 148.373 ton setiap tahunnya. Secara lengkap data produksi kopi arabika di 5 provinsi produsen terbesar di Indonesia pada tahun 2009-2013 disajikan pada Lampiran 13. 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.13. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 Pada tahun 2013, Kab. Tapanuli Utara tercatat sebagai kabupaten penghasil kopi arabika terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Gambar 3.14). Produksi kopi robusta dari kabupaten ini di tahun 2013 mencapai 10.123 ton. Dengan produksi ini, Kab. Tapanuli Utara menyumbang 20,64% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Selain Kab. Tapanuli Utara, sentra penghasil kopi arabika pada tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara adalah Kab. Dairi, Kab. Simalungun, Kab. Karo, dan Kab. Hunbang Hasundutan. Produksi kopi arabika dari Kab. Dairi di tahun 2013 mencapai 9.583 ton atau 19,54% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Produksi kopi arabika di Kab. Simalungun, Kab. Karo, dan Kab. Hunbang Hasundutan pada tahun 2013 masing-masing adalah 8.475 ton, 6.848 ton dan 5.899 ton. Produksi kopi arabika dari kelima kabupaten ini menyumbang 83,44% produksi kopi arabika Provinsi Sumatera Utara di tahun 2013. Secara lengkap data produksi kopi arabika tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 14. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013 Sebagai penghasil kopi arabika terbesar kedua di Indonesia, Provinsi Aceh hanya memiliki dua kabupaten sebagai sentra produksi kopi arabika di tahun 2013, yaitu Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah (Gambar 3.15). Berdasarkan data Angka Tetap Perkebunan tahun 2013, produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 27.079 ton atau berkontribusi 64,35% terhadap total produksi kopi arabika di Provinsi Aceh. Untuk produksi kopi arabika dari Kabupaten Bener Meriah, pada tahun 2013, produksi kopi arabika di kabupaten ini mencapai 15.000 ton. Secara lengkap data produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah di tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 15. 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2013 Selama tahun 2009-2013, perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan rata-rata memproduksi 13,18% kopi arabika Indonesia atau setara dengan 19.550 ton kopi arabika pertahun. Untuk tahun 2013 saja, kopi arabika hasil produksi perkebunan rakyat di provinsi ini mencapai 19.333 ton. Produksi ini tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, namun lima kebupaten dengan produksi kopi arabika terbesar adalah Kab. Enrekang, Tana Toraja, Gowa, Toraja Utara, dan Luwu dengan kontribusi kelima kabupaten ini terhadap produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 81,57% (Gambar 3.16). Kabupaten Enrekang pada tahun 2013 tercatat memproduksi 7.915 ton kopi berasan arabika atau 40,49% produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten penghasil kopi arabika terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Tana Toraja dengan produksi 2.573 ton (13,16% dari produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Gowa dengan produksi 2.120 ton (10,84%), Kabupaten Toraja Utara sebesar 2.065 ton (10,56%), dan Kabupaten Luwu dengan produksi mencapai 1.273 ton (6,51%). Data produksi kopi arabika di 5 kabupaten sentra Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 16. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2013 Sentra produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 3.17 dengan data di Lampiran 17. Di provinsi ini, kabupaten dengan produksi kopi terbesar adalah Kabupaten Solok Selatan sebesar 4.263 ton kopi berasan atau 28,25% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat. Diikuti oleh Kabupaten Pasaman dengan produksi sebesar 2.236 ton (14,82%), Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 1.931 ton (12,80%), Kabupaten Agam sebesar 1.745 ton (11,57%), Kabupaten Solok sebesar 1.587 ton (10,52%), dan sebanyak 22,04% produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat diperoleh dari kabupaten lainnya. 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 Dari Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013, seperti terlihat pada Gambar 3.18 dan Lampiran 18, produksi kopi arabika dari perkebunan rakyat hanya berasal dari 5 (lima) kabupaten saja yaitu Kabupaten Ngada dengan produksi mencapai 51,35% dari total produksi kopi arabika di provinsi ini atau sebesar 3.298 ton kopi berasan, Kabupaten Ende dengan produksi sebesar 1.814 ton (28,25%), Kabupaten Manggarai dengan produksi 623 ton (9,70%), Kabupaten Manggarai Timur dengan produksi hanya 560 ton (8,72%), dan Kabupaten Nagekeo dengan produksi hanya 127 ton (1,98%). Gambar 3.18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

2015 OUTLOOK KOPI 3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA Perkembangan harga kopi pada beberapa pasar dalam negeri di Indonesia berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (Anonim, 2014) dalam Buku Statistik Perkebunan Indonesia : Kopi 2013-2015 periode tahun 2007-2013 disajikan pada Lampiran 19 dengan grafik seperti pada Gambar 3.19. Secara umum, harga kopi arabika lebih tinggi dibandingkan harga kopi robusta. Pada tahun 2011, terlihat terdapat lonjakan harga kopi arabika hingga mencapai 83,66% dibandingkan harga kopi arabika tahun sebelumnya. Tidak diketahui secara pasti penyebab lonjakan harga ini. Jika dilihat pada Gambar 3.19, harga kopi di Indonesia berkecenderungan meningkat pada periode tahun 2007-2013. Untuk kopi arabika, pada tahun 2007 rata-rata harga satu kilogram kopi arabika di Indonesia adalah Rp.10.850,- sementara ditahun yang sama harga kopi robusta mencapai Rp.10.013,- per kilogram. Harga ini kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp.21.620,- per kilogram untuk kopi arabika atau meningkat hampir dua kali lipat (99,26%) dibandingkan harga kopi arabika tahun 2007. Sementara untuk kopi robusta, pada tahun 2013 terjadi peningkatan harga sebesar 63,20% dibandingkan harga pada tahun 2007 atau menjadi Rp.16.341,- per kilogram. Gambar 3.19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, 2007 2013 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS, permintaan kopi untuk konsumsi rumah tangga pada umumnya berupa kopi bubuk/kopi biji. Selama tahun 2002-2014, konsumsi kopi per kapita terlihat tidak mengalami perubahan yang signifikan (Gambar 3.20). Pada tahun 2002, konsumsi kopi per kapita per tahun sebesar 1,298 kg dan hanya meningkat 3,78% atau menjadi 1,347 kg pada tahun 2014. Selama periode tersebut, terjadi penurunan konsumsi kopi tertinggi di tahun 2012. Pada tahun 2012 konsumsi kopi Indonesia tercatat 1,064 kg/kapita/tahun atau menurun 22,14% dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011 konsumsi kopi Indonesia mencapai 1,366 kg/kapita/tahun. Namun demikian setelah penurunan konsumsi kopi di tahun 2012, konsumsi kopi ditahun 2013 kembali meningkat dengan pertumbuhan mencapai 28,92% atau meningkat menjadi 1,371 kg/kapita/tahun. Gambar 3.20. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, 2002 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

2015 OUTLOOK KOPI 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Perkembangan volume ekspor kopi Indonesia pada tahun 1980 2013 cukup berfluktuatif namun cenderung meningkat (Gambar 3.21) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,57% per tahun. Jika pada tahun 1980 volume ekspor kopi Indonesia sebesar 238.677 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 656 juta, maka tahun 2013 volume ekspor meningkat menjadi 534.023 ton atau senilai US$ 1.174 juta. Gambar 3.21. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, 1980 2013 3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia Gambar 3.22 menyajikan keragaan perkembangan volume impor kopi Indonesia tahun 1980-2013. Dari Gambar 3.22 terlihat bahwa impor kopi Indonesia cenderung meningkat pertahunnya. Pada periode 1980-2013, impor kopi Indonesia meningkat rata-rata 172,36% pertahun atau 463 ton per tahun. Impor kopi Indonesia pada tahun 1980 hanya sebesar 46 ton dan meningkat menjadi sebesar 15.800 ton pada tahun 2013. Adapun volume impor kopi tertinggi Indonesia terjadi ditahun 2012 dengan volume impor mencapai 52.645 ton atau senilai US$ 117.175 ribu. Data volume dan nilai impor kopi Indonesia disajikan pada Lampiran 21. 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.22. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, 1980 2013 3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia Perbedaan volume ekspor dan impor yang besar menjadikan Indonesia selalu mengalami surplus pada neraca perdagangan, yang berarti dapat menyumbang devisa negara. Neraca perdagangan kopi Indonesia dari tahun 1980-2013 mengalami peningkatan dengan ratarata per tahun sebesar 8,16% (Gambar 3.23). Surplus kopi terbesar terjadi pada tahun 2013 sebesar US$ 1.135,2 juta, sedangkan surplus terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar US$ 183,41 juta. Perkembangan volume, nilai dan neraca perdagangan kopi Indonesia tahun 1980-2013 secara rinci disajikan pada Lampiran 21. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.23. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, 1980-2013 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan luas tanaman menghasilkan (harvested area) kopi di antara negara-negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) selama periode tahun 1980 2013 cenderung meningkat (Gambar 4.1). Tahun 1980 total luas tanaman menghasilkan kopi di negara-negara anggota ASEAN hanya sebesar 649.472 ha dan meningkat menjadi 2.069.144 ha ditahun 2013 atau meningkat sebesar 218,59% dibandingkan dengan tahun 1980. Secara rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi di kawasan ASEAN adalah 3,79% per tahun. Data luas tanaman menghasilkan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 22. Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, 1980 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

2015 OUTLOOK KOPI Jika dilihat dari data rata-rata luas tanaman menghasilkan kopi tahun 2009-2012 yang bersumber dari FAO, diantara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata luas sebesar 912.342 ha atau berkontribusi sebesar 44,39% dari rata-rata total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN (Gambar 4.2). Posisi Indonesia ini lebih baik dibandingkan dengan Vietnam yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi dunia. Vietnam secara rata-rata dari tahun 2009-2013 hanya memiliki luas tanaman menghasilkan kopi sebesar 544.033 ha atau lebih rendah 40,37% dibandingkan luas tanaman menghasilkan kopi Indonesia. Luas tanaman menghasilkan kopi Vietnam berkontribusi sebesar 26,47% dari total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN. Negara-negara dengan luasan tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya adalah Filipina, Laos dan Thailand dengan kontribusi masing-masing negara hanya 5,84%, 2,65% dan 2,60%. Secara rinci, data negara-negara anggota ASEAN dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dapat dilihat pada Lampiran 23. Gambar 4.2 Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan produksi kopi (wujud produksi biji kopi mentah) negara-negara di kawasan ASEAN sepanjang tahun 1980 2013 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Selama periode ini telah terjadi peningkatan produksi kopi diantara negara-negara anggota ASEAN dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,40% per tahun (Gambar 4.3 dan Lampiran 22). Jika pada tahun 1980 produksi kopi di kawasan ASEAN hanya sebesar 453.504 ton, maka pada akhir tahun 2013 produksi kopi di ASEAN tercatat sebesar 2.402.522 ton. Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, 1980 2013 Berbeda dengan luas tanaman menghasilkan kopi tahun 2009-2013, diantara negara-negara anggota ASEAN terdapat perbedaan posisi negara dengan produksi kopi terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara sentra luas tanaman menghasilkan. Dalam daftar ini, Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara dengan produksi kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata produksi sebesar 1.293.229 ton atau berkontribusi sebesar 58,88% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN (Gambar 4.4). Indonesia sendiri dari sisi produksi hanya mampu memproduksi secara rata-rata 675.060 ton kopi pada tahun 2009-2013. Kontribusi produksi kopi Indonesia di kawasan ASEAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

2015 OUTLOOK KOPI hanya mencapai 30,73%. Negara penghasil kopi terbesar di ASEAN selanjutnya adalah Filipina dengan produksi kopi sebesar 89.360 ton diikuti oleh Laos dan Thailand dengan produksi masing-masing mencapai 64.133 ton dan 47.825 ton atau berkontribusi 2,92% dan 2,18% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN. Rata-rata produksi kopi di kawasan ini mencapai 2.196.514 ton. Secara rinci, data produksi kopi dari negaranegara di kawasan ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 24. Gambar 4.4 Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN Jika ditinjau dari sisi produktivitasnya, tingkat produktivitas kopi pada periode tahun 1980-2013 di kawasan ASEAN, memiliki pola yang berfluktuasi setiap tahunnya (Gambar 4.5) namun berkecenderungan meningkat. Pada periode tersebut, laju pertumbuhan produktivitas kopi hanya sebesar 1,74% per tahun (Lampiran 22) dengan produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 1.189 kg/ha. 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013 Produktivitas tanaman kopi tertinggi di kawasan ASEAN berdasarkan rata-rata tahun 2009-2013 disajikan pada Gambar 4.6. Terlihat dari Gambar 4.6, produktivitas kopi tertinggi di kawasan ini terdapat di negara Vietnam dengan produktivitas mencapai 2.365 kg/ha. Indonesia sendiri pada periode yang sama tercatat sebagai negara dengan produktivitas terendah kedua setelah negara Myanmar. Produktivitas kopi Indonesia hanya sebesar 740 kg/ha. Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

2015 OUTLOOK KOPI 4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia Perkembangan luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada periode tahun 1980 2013 mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya dan terlihat tidak terdapat trend peningkatan yang signifikan (Gambar 4.7). Rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi dunia sejak tahun 1980 2013 hanya sebesar 0,05% pertahun. Berdasarkan data dari FAO, total luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada tahun 2013 mencapai angka 10.142.885 ha. Luasan ini tidak banyak berubah dari sejak tahun 1999 dengan luas tanaman menghasilkan kopi mencapai 10.209.479 (Lampiran 26). Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, 1980 2013 Luas tanaman menghasilkan kopi dunia berdasarkan data FAO selama periode 2009-2013, rata-rata terpusat di negara Brazil dengan kontribusi sebesar 21,34% dari luas tanaman menghasilkan kopi dunia atau mencapai 2.129.934 ha (Gambar 4.8). Luas tanaman menghasilkan kopi dunia secara rata-rata tahun 2009-2013 mencapai 9.982.089 ha. Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya dengan luasan mencapai 912.342 ha atau sekitar setengah dari luas tanaman menghasilkan kopi Brazil. Vietnam, negara anggota ASEAN lainnya, tercatat sebagai sentra luas tanaman 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 menghasilkan kopi terbesar kelima di dunia dengan rata-rata luas tanaman menghasilkan mencapai 544.033 ha pada periode yang sama. Secara kumulatif, kelima negara dalam daftar negara-negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dunia mencakup 50,61% luas tanaman menghasilkan kopi dunia. Data luas tanaman menghasilkan kopi dari negara-negara sentra penanaman kopi dunia dapat dilihat pada Lampiran 27. Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013 4.1.5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia Perkembangan produksi kopi dunia (wujud produksi biji kopi mentah) dari tahun 1980 hingga 2013 terlihat berfluktuasi namun terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya (Gambar 4.9). Pada tahun 1980, produksi kopi di dunia mencapai 4.839.219 ton dan meningkat di tahun 2013 menjadi 8.920.840 ton. Rata-rata pertumbuhan produksi selama periode tersebut adalah sebesar 2,34%. Menurut data dari FAO, produksi kopi dunia tertinggi pada tahun 2012 yang mencapai 9.209.761 ton (Lampiran 26). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, 1980 2013 Produksi kopi dunia sebagian besar dihasilkan oleh negara Brazil dengan rata-rata produksi selama periode tahun 2009-2013 mencapai 2.809.987 ton kopi atau menyumbang 32,54% rata-rata produksi kopi dunia di periode tahun yang sama (Gambar 4.10). Negara-negara penghasil kopi terbesar selanjutnya adalah Vietnam dengan kontribusi 14,98% atau rata-rata menghasilkan 1.293.229 ton kopi selama periode 2009-2013 disusul oleh Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai 679.066 ton (7,86%) selama periode tahun 2009-2013, Kolombia dengan produksi 517.560 ton (5,99%), dan Ethiopia dengan produksi 311.678 ton (3,61%). Data negara-negara penghasil kopi terbesar dunia dapat dilihat pada Lampiran 28. 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 4.10 Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013 4.1.6. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia Laju pertumbuhan produktivitas kopi dunia dari tahun 1980 hingga 2013 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,21% (Gambar 4.11). Menurut data dari FAO, produktivitas tertinggi kopi dunia tercapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 912 kg/ha. Sementara pada tahun 2013, produktivitas kopi dunia mencapai 880 kg/ha atau lebih rendah 3,52% dibandingkan tahun 2012. Data perkembangan produktivitas kopi dunia periode 1980-2013 dapat dilihat pada Lampiran 26. Gambar 4.11. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

2015 OUTLOOK KOPI 4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Berdasarkan data FAO, volume ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN pada periode tahun 1980-2012 terlihat sangat berbeda dari tahun ke tahun (Gambar 4.12). Volume ekspor kopi dari kawasan ini terlihat selalu lebih tinggi dibandingkan dengan volume impor kopi ke negara-negara kawasan ini. Sejak tahun 1980 hingga 2003 volume impor kopi ke negara-negara anggota ASEAN sangat rendah jika dibandingkan volume ekspornya. Namun demikian volume impor ke negara-negara ini meningkat setelah tahun 2003 meskipun tetap jauh dibawah volume ekspornya. Hal ini cukup beralasan mengingat dua negara sentra produksi kopi dunia adalah anggota ASEAN yaitu Vietnam dan Indonesia. Secara rata-rata pertumbuhan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN pada tahun 1980-2012 mencapai 229,39% per tahunnya. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan volume impor kopi pada periode yang sama. Rata-rata pertumbuhan volume impor kopi ke negara-negara ASEAN pada tahun 1980-2012 mencapai 621,79% per tahunnya. Data volume ekspor dan volume impor kopi dari negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 29. Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Jika dilihat berdasarkan rata-rata volume ekspor kopi diantara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2008-2012 terdapat hanya dua negara yang mampu melakukan ekspor kopi dengan kontribusi diatas 20% terhadap volume ekspor kopi kawasan ASEAN. Kedua negara tersebut adalah Vietnam dan Indonesia (Gambar 4.13). Pada tahun 2012, menurut FAO, Vietnam telah mengekspor kopinya hingga mencapai 1.732.156 ton atau 74% terhadap volume ekspor kopi dari kawasan ASEAN. Di tahun yang sama, Indonesia tercatat mampu mengekspor hingga 448.591 ton kopi atau 24% dari volume ekspor kopi negara-negara anggota ASEAN. Kedua negara tersebut secara rata-rata pada periode tahun 2008-2012 mampu berkontribusi 98% dari total volume ekspor kopi di kawasan ini. Secara lengkap data negara-negara eksportir kopi terbesar dikawasan ASEAN disajikan pada Lampiran 30. Gambar 4.13. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

2015 OUTLOOK KOPI Adapun untuk negara importir kopi terbesar di kawasan ASEAN pada periode tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Lampiran 30. Berdasarkan data FAO, selama periode tahun 2008-2012, Malaysia tercatat sebagai negara terbesar dalam melakukan impor kopi dibandingkan negara-negara lain dikawasan ini. Malaysia pada tahun 2012 melakukan impor kopi hingga mencapai 69.407 ton. Secara ratarata, selama tahun 2008 sampai 2012 Malaysia telah melakukan impor kopi sebesar 55.689 ton atau 39,83% dari total impor kopi di ASEAN. Negara lain yang melakukan impor kopi terbesar adalah Filipina dengan jumlah impor kopi ditahun 2012 mencapai 30.118 ton. Rata-rata volume impor kopi Filipina pada periode tahun 2008-2012 adalah 25.723 ton atau 18,39% total impor kopi dikawasan ASEAN. Indonesia, meski tercatat sebagai salah satu eksportir kopi terbesar di kawasan ini, namun disisi lain juga tercatat sebagai negara importir kopi terbesar ketiga di ASEAN. Ditahun 2012, FAO mencatat volume impor kopi di Indonesia mencapai 52.645 ton dan secara rata-rata pada periode tahun 2008-2012, volume impor kopi Indonesia mencapai 23.570 ton atau 16,85% dari total impor kopi di ASEAN. Secara lengkap negara-negara importir terbesar di ASEAN disajikan pada Lampiran 31. Gambar 4.14. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Gambar 4.15 menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN pada periode 1980-2012. Sejalan dengan keragaan volume ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN sebelumnya, terlihat bahwa nilai ekspor kopi di kawasan ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya. Nilai ekspor kopi tertinggi dari negara-negara anggota ASEAN terjadi pada tahun 2012 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 486 juta. Data nilai ekspor dan impor kopi negara-negara anggota ASEAN disajikan secara lengkap pada Lampiran 29. Gambar 4.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012 4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia Perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia sepanjang tahun 1980-2012 terlihat tidak terlalu berfluktuasi dari tahun ke tahun (Gambar 4.16). Dari Gambar 4.16 terlihat volume ekspor dan impor kopi dunia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor dan impor kopi dunia ini menunjukkan bahwa kopi merupakan komoditi yang relatif aktif diperdagangkan oleh dunia. Lebih jauh, Lampiran 32 menyajikan data perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012 Jika dilihat volume ekspor per negara di dunia, secara rata-rata pada periode tahun 2008-2012, negara Brazil tercatat sebagai negara eksportir kopi terbesar didunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,66 juta ton pertahun atau 24% dari total volume ekspor kopi dunia (Gambar 4.17). Negara lainnya yang tercatat sebagai negara eksportir terbesar kopi di dunia adalah Vietnam dengan rata-rata volume ekspor kopi pada tahun 2008-2012 mencapai 1,29 juta ton per tahun atau 19% dari total volume ekspor kopi dunia. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara eksportir terbesar keempat didunia dengan rata-rata volume ekspor kopi Indonesia pada periode tahun 2008-2012 mencapai 440 ribu ton pertahunnya atau 6,62% dari total volume ekspor kopi dunia. Secara lengkap, negara-negara dengan volume ekspor terbesar didunia disajikan pada Lampiran 33. 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 4.17. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012 Adapun negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia pada tahun 2008-2012 disajikan pada Gambar 4.18. Dari Gambar 4.18 terlihat bahwa Amerika Serikat adalah negara importir kopi terbesar didunia dengan rata-rata volume impor kopi sebesar 1,32 juta ton per tahun atau 20,9% dari total volume impor dunia. Negara lainnya adalah Jerman dengan volume impor kopi sebesar 1,09 juta ton per tahunnya atau 17,23% dari total volume impor kopi dunia. Indonesia sendiri dalam daftar negara-negara dengan volume impor kopi terbesar dunia menempati posisi 39 dengan volume impor kopi mencapai 21.792 ton kopi per tahunnya. Secara lengkap negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 34. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 4.18. Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012 4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia Berbeda dengan keragaan nilai ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN, nilai impor kopi dunia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor kopi dunia. Hal ini terlihat pada Gambar 4.19 yang menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi dunia pada periode 1980-2012. Terlihat dari gambar tersebut bahwa dunia dalam periode tahun 1980-2012 secara umum mencatatkan defisit perdagangan kopi pada hampir disetiap tahunnya. Nilai impor kopi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 28,31 miliar. Data nilai ekspor dan impor kopi dunia disajikan secara lengkap pada Lampiran 32. 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012 4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN Ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN diperoleh dari produksi dikurangi ekspor dan ditambah impor kopi ASEAN. Perkembangan ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN disajikan dalam Gambar 4.20 dan Lampiran 35. Dari Gambar 4.20 terlihat bahwa diantara negara-negara ASEAN ketersediaan kopi cenderung meningkat meskipun di tahun-tahun tertentu terjadi penurunan ketersediaan. Jika dilihat kembali volume ekspor, volume impor dan produksi kopi di antara negara-negara ASEAN terlihat bahwa sumber utama penurunan ini adalah adanya peningkatan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN. Sebagai contoh pada tahun 2009 terjadi penurunan ketersediaan kopi sebesar 28,30% atau 145.095 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat dari volume ekspor kopi ASEAN pada tahun tersebut, dapat dilihat bahwa volume ekspor kopi dari ASEAN pada tahun tersebut meningkat 148.235 ton dibandingkan pada tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor sebesar ini justru diikuti penurunan produksi kopi dan peningkatan volume impor yang jauh lebih kecil dari volume ekspor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

2015 OUTLOOK KOPI Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, 1980-2012 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia Sama halnya dengan ketersediaan kopi di ASEAN, ketersediaan kopi di dunia selama periode tahun 1980-2011 cenderung mengalami kenaikan meskipun pada beberapa tahun ketersediaan kopi dunia mengalami penurunan (Gambar 4.21). Jika diperhatikan Gambar 4.21 dan Lampiran 36 yang menyajikan keragaan dan data ketersediaan kopi di dunia, terdapat kesamaan pola perkembangan ketersediaan kopi. Pada tahun 2009, ketersediaan kopi di dunia mengalami penurunan sebagaimana ketersediaan kopi di ASEAN. Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, 1980-2012 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1. PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 Dalam outlook ini, proyeksi penawaran kopi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi kopi (dalam wujud kopi berasan) untuk masing-masing jenis pengusahaan dan metode analisis deret waktu (time series analysis). Adapun data yang digunakan pada proyeksi ini adalah data Angka Tetap produksi kopi tahun 1980-2014, dengan data tahun 2014 adalah data Angka Sementara bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Dengan mempertimbangkan tujuan analisis penawaran kopi yang hanya ingin mengetahui proyeksi produksi kopi di tahun 2015 hingga 2019 dan melihat adanya kecenderungan unsur-unsur auto regresi, rata-rata bergerak serta tidak stationernya data produksi kopi per pengusahaan, maka penulis memutuskan untuk menggunakan metode analisis Autoregresive Integrated Moving Average (ARIMA) dengan jumlah series data sebanyak 35 titik. Meskipun demikian, penulis tidak menemukan adanya indikasi musiman pada data produksi kopi per pengusahaan, sehingga model yang akan penulis gunakan adalah model ARIMA non-seasonal. Hasil analisis ARIMA dengan data produksi kopi tahun 1980-2014 dapat dilihat pada Lampiran 37. Dengan statistik uji Ljung-Box Q untuk ketiga model yang tidak berarti pada taraf nyata 5%, maka ketiga model memiliki error yang acak sehingga dapat dianggap cukup untuk menjelaskan variasi pada data sebenarnya. Nilai MAPE sebesar 2,75, 14,43 dan 13,38 untuk setiap masingmasing model PR, PBN dan PBS adalah yang terkecil diantara model-model lainnya. Dengan demikian, maka hasil proyeksi yang diperoleh melalui modelmodel ARIMA ini dianggap cukup untuk digunakan. Hasil ini selanjutnya digunakan sebagai proyeksi produksi tahun 2015-2019. Hasil proyeksi produksi kopi tahun 2016-2019 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

2015 OUTLOOK KOPI Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, 2015-2019 Produksi (Ton) Pertumb. Tahun Produksi Keterangan PR PBN PBS Indonesia Indonesia (%) 2015 662.062 14.816 16.846 693.724 1,26 Hasil Proyeksi 2016 670.091 15.244 17.145 702.480 1,26 Hasil Proyeksi 2017 678.119 15.504 17.444 711.067 1,22 Hasil Proyeksi 2018 686.147 15.661 17.743 719.551 1,19 Hasil Proyeksi 2019 694.176 15.755 18.042 727.973 1,17 Hasil Proyeksi Rata-rata Pertumbuhan 2015-2019 : 1,22 Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa hingga tahun 2019 diperkirakan produksi kopi di Indonesia akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,22% pertahun. Jika dibandingkan dengan produksi kopi tahun 2014 (angka sementara Ditjen Perkebunan) yang mencapai 685.089 ton, maka produksi kopi di tahun 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi 727.973 ton. 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 Proyeksi permintaan kopi diperoleh dengan melakukan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda terhadap data konsumsi langsung rumah tangga. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data konsumsi kopi tahun 2002-2014 yang bersumber dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS seperti terdapat dalam Buletin Konsumsi terbitan Pusdatin. Dalam buletin tersebut telah tersedia proyeksi konsumsi kopi hingga tahun 2017, namun untuk keperluan penulisan outlook ini proyeksi kopi akan diperpanjang hingga tahun 2019. Pemilihan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda dikarenakan analisis ini mampu memberikan nilai akurasi terbaik. Permintaan kopi tahun 2015-2019 diperoleh dengan mengalikan proyeksi konsumsi langsung kopi rumah tangga dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2015-2019. Proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2015-2019 diperoleh dari BPS. 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Hasil analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk konsumsi kopi tahun 2018-2019 dapat dilihat pada Lampiran 38. Dengan menggunakan analisis ini diperoleh nilai MAPE sebesar 6,683. Nilai ini adalah yang terkecil diantara model-model lain yang tersedia sehingga model ini adalah model terbaik yang akan digunakan untuk memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia. Proyeksi konsumsi kopi tahun 2015 2019 dengan menggunakan model ini disajikan pada Tabel 5.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi langsung rumah tangga untuk kopi kopi diproyeksi akan meningkat di tahun 2015 dan pada tahun-tahun berikutnya. Pada Tabel 5.2 juga disajikan proyeksi jumlah penduduk dengan data yang bersumber dari BPS. Dalam proyeksi ini, jumlah penduduk pada tahun 2015-2019 diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian permintaan rumah tangga di Indonesia akan kopi akan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Tahun Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, 2015-2019 Konsumsi (Kg/Kapita) Jumlah Penduduk (000 Kapita) *) Permintaan Kopi (Ton) Pertumbuhan (%) 2015 1,444 255.462 368.887 8,60 2016 1,476 258.705 381.849 3,51 2017 1,508 261.891 394.932 3,43 2018 1,553 265.015 411.568 4,21 2019 1,623 267.974 434.922 5,67 Rata-rata Pertumbuhan 2015-2019 5,09 Keterangan : *) Hasil proyeksi BPS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

2015 OUTLOOK KOPI 5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 Dalam menerjemahkan hasil proyeksi konsumsi dalam outlook ini, perlu diingatkan kembali bahwa data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi kopi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana dari survei tersebut, data yang diperoleh hanyalah data konsumsi langsung rumah tangga di Indonesia sementara data permintaan dari sektor industri dan pariwisata belum termasuk dalam data ini. Untuk mengetahui permintaan dari sektor industri dan yang lainnya disarankan untuk menggunakan informasi persentase penggunaan kopi di setiap sektor terkait yang terdapat pada Tabel Input Output tahun 2005 untuk komoditas kopi. Tabel 5.3 menyajikan hasil proyeksi produksi dan permintaan serta kondisi surplus atau defisit pasokan kopi Indonesia. Dari hasil proyeksi produksi dan permintaan kopi di Indonesia pada tahun 2015-2019, diketahui bahwa pada periode tersebut Indonesia akan mengalami surplus kopi hingga mencapai rata-rata 312.528 ton kopi pertahunnya. Pada tahun 2015 surplus kopi di Indonesia diperkirakan sebesar 324.837 ton namun di tahun 2019 diproyeksikan menurun menjadi 293.051 ton. Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, 2015-2019 Tahun Produksi Proyeksi (Ton) Permintaan Surplus (Ton) 2015 693.724 368.887 324.837 2016 702.480 381.849 320.631 2017 711.067 394.932 316.135 2018 719.551 411.568 307.983 2019 727.973 434.922 293.051 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2015-2019 Demi menghadapi era perdagangan bebas dan free trade agreement diantara negara-negara dunia, maka diperlukan gambaran mengenai ketersediaan suatu komoditas dimasa akan datang. Proyeksi ketersediaan ini akan membantu penggiat ekspor komoditas bersangkutan didalam negeri untuk ambil bagian dalam perdagangan domestik dan/atau dunia. Dalam outlook ini disediakan proyeksi ketersediaan komoditas kopi di kawasan domestik (Asia Tenggara) dan dunia. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data yang bersumber dari FAO dimana negara-negara Asia Tenggara yang dimaksud dalam outlook ini adalah negara-negara anggota ASEAN seperti tercantum dalam Tabel 2.1 pada awal buku outlook ini. Untuk mengetahui proyeksi ketersediaan kopi di negara-negara ASEAN, dalam outlook ini digunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa musiman. Hasil analisis ARIMA untuk proyeksi ketersediaan kopi di negaranegara ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 39. Model yang diperoleh dengan metode ini memberikan nilai MAPE terkecil diantara model lainnya yaitu sebesar 19,986. Model ini cukup baik dan dapat digunakan mengingat model ini memberikan nilai R 2 yang cukup tinggi yaitu 86,7% dan seluruh penduga parameternya berarti pada taraf nyata 5%. Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, 2015-2019 Tahun Proyeksi Ketersediaan (000 Ton) Pertumb. (%) 2015 554.494 17,92 2016 483.232-12,85 2017 425.249-12,00 2018 474.287 11,53 2019 514.188 8,41 Rata-rata Pertumbuhan (%) 2,60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

2015 OUTLOOK KOPI Proyeksi ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN periode tahun 2015-2019 disajikan pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN pada tahun 2019 menurun sebesar -7,27% dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2015 ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN mencapai 554.494 ton kopi dan menurun menjadi 514.188 ton kopi di tahun 2019. 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2015-2019 Tidak berbeda dengan proyeksi ketersediaan kopi ASEAN, dalam melakukan proyeksi ketersediaan kopi di dunia, penulis kembali menggunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa factor musiman. Hasil analisis menggunakan model ini dapat dilihat pada Lampiran 40. Penelurusan model ARIMA untuk data ketersediaan kopi dunia menunjukkan bahwa model ARIMA (1,1,0) adalah model terbaik dengan nilai MAPE hanya sebesar 5,823. Penilaian terhadap kelayakan model, untuk model ini, menunjukkan hasil yang cukup baik dengan nilai R 2 sebesar 88,9% dan seluruh penduga parameter berarti pada taraf nyata 5%. Dengan hasil ini maka model dapat digunakan untuk proyeksi ketersediaan kopi dunia. Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi Dunia, 2015-2019 Tahun Proyeksi Ketersediaan (000 Ton) Pertumb. (%) 2015 8.375.056-1,80 2016 8.483.283 1,29 2017 8.415.547-0,80 2018 8.465.895 0,60 2019 8.436.963-0,34 Rata-rata Pertumbuhan (%) -0,21 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Ketersediaan kopi dunia pada periode tahun 2015-2019 (Tabel 5.5) secara rata-rata diproyeksikan akan menurun sebesar 0,21% pada setiap tahunnya. Namun demikian ketersediaan kopi di dunia pada tahun 2019 diperkirakan akan meningkat jika dibandingkan ketersediaan kopi pada tahun 2015. Jika pada tahun 2015 ketersediaan kopi didunia diperkirakan hanya mencapai 8.375.056 ton maka pada tahun 2019, kopi didunia diperkirakan tersedia 8.436.963 ton atau meningkat 0,74%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

2015 OUTLOOK KOPI 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 BAB VI. KESIMPULAN 6.1. KESIMPULAN Di Indonesia, kopi dibudidayakan sebagian besar oleh perkebunan rakyat dimana jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi robusta. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia terdapat di Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa TImur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika adalah Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Harga kopi robusta di pasar domestik di Indonesia rata-rata adalah Rp.14.976 per kg, lebih rendah jika dibandingkan harga kopi arabika yang mencapai rata-rata Rp.20.491 per kg. Konsumsi kopi pada tahun 2014 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 1,35 kg/kapita. Konsumsi ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,37 kg/kapita. Berdasarkan data FAO, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, FAO mencatat Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Namun demikian dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Untuk proyeksi produksi kopi dengan menggunakan metode analisis deret waktu (ARIMA) diketahui bahwa produksi kopi Indonesia akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi 727.973 ton di tahun 2019 dibandingkan produksi kopi ditahun 2014 yang hanya mencapai 685.089 ton. Proyeksi produksi ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan permintaan kopi ditahun yang sama. Permintaan kopi di tahun 2019 mencapai 434.922 ton sehingga diperkirakan akan terjadi surplus pasokan kopi di Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

2015 OUTLOOK KOPI 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, Edi. 2008. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Beras 2007-2010. Jurnal Ekonomi : Media Ilmiah Indonusa. Vol. 30 No. 1, hlm. 186-192. Ayelign, A., K. Sabally. 2013. Determination of Chlorogenic Acids (CGA) in Coffee Beans Using HPLC. American Journal of Research Communication. Vol 1 (2), halaman 78-91. Dicum, G., Nina Luttinger. 1999. The Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop. New Press. New York. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2009-2011. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2010-2012. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2011-2013. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2012-2014. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2013-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta. Ellis, Markman. 2011. The Coffee-House: a Cultural History. Hachette. United Kingdom. Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO). 2015. http://faostat.fao.org [terhubung berkala] Hoffman, James. 2014. The World Atlas of Coffee: From Beans to Brewing Coffees Explored, Explained and Enjoyed. Octopus Publishing Group Limited. London. International Coffee Organization (ICO). 2015. ICO Annual Review 2013-2014. International Coffee Organization. London. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

2015 OUTLOOK KOPI Kustiari, Reni. 2007. Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 25 No. 1, halaman 43-55 Listyati, Dewi., Bedy Sudjarmoko, Abdul Muis Hasibuan. 2013. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Adopsi Benih Unggul Kopi di Lampung. Buletin Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Ristri). Vol. 4 No. 2, halaman 165-174. Makridakis, Spyros., Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta. Mekuria, T., Neuhoff, D., Kopke, U. 2004. The Status of Coffee Production and The Potential For Organic Conversion in Ethiopia. Conference on International Agricultural Research for Development. Berlin. Nawrot, P., S. Jordan., J. Eastwood., J. Rotstein., A. Hugenholtz., M. Feeley. 2003. Effects of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminants. Vol. 20, No. 1, halaman 1-30. Smith, A. 2002. Effects of Caffeine on Human Behavior. Food and Chemical Toxicology. Vol. 40, halaman 1243-1255. Pandergrast, Mark. 1999. Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it Transformed Our World. Basic Books. New York. Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Ponte, Stefano. 2002. The Latte Revolution? Rekopition, Markets and Consumption in the Global Coffee Chain. World Development. Vol. 30, No. 7, halaman 1099-1122. Prastowo, Bambang., Elna Karmawati., Rubijo., Siswanto., Chandra Indrawanto., S. Joni Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Outlook Komoditi Kopi. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Basisdata Ekspor-Impor Komoditas Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. http://database.deptan.go.id/eksim/index1.asp [terhubung berkala] 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 LAMPIRAN-LAMPIRAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

2015 OUTLOOK KOPI 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980 2015 Luas Areal (Ha) Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) 1980 663.601-20.925-22.938-707.464-1981 749.829 12,99 23.016 9,99 24.001 4,63 796.846 12,63 1982 759.182 1,25 23.635 2,69 20.211-15,79 803.028 0,78 1983 766.134 0,92 24.426 3,35 24.427 20,86 814.987 1,49 1984 837.488 9,31 22.440-8,13 34.283 40,35 894.211 9,72 1985 874.340 4,40 23.499 4,72 33.290-2,90 931.129 4,13 1986 888.862 1,66 23.593 0,40 22.744-31,68 935.199 0,44 1987 908.584 2,22 24.280 2,91 28.776 26,52 961.640 2,83 1988 969.789 6,74 25.484 4,96 30.674 6,60 1.025.947 6,69 1989 984.234 1,49 21.800-14,46 30.516-0,52 1.036.550 1,03 1990 1.014.125 3,04 25.834 18,50 29.889-2,05 1.069.848 3,21 1991 1.063.289 4,85 25.891 0,22 30.674 2,63 1.119.854 4,67 1992 1.076.474 1,24 26.092 0,78 31.332 2,15 1.133.898 1,25 1993 1.090.050 1,26 26.325 0,89 31.192-0,45 1.147.567 1,21 1994 1.080.532-0,87 26.593 1,02 33.260 6,63 1.140.385-0,63 1995 1.109.499 2,68 25.616-3,67 32.396-2,60 1.167.511 2,38 1996 1.103.615-0,53 24.169-5,65 31.295-3,40 1.159.079-0,72 1997 1.105.114 0,14 32.232 33,36 32.682 4,43 1.170.028 0,94 1998 1.068.064-3,35 39.139 21,43 46.166 41,26 1.153.369-1,42 1999 1.059.245-0,83 39.316 0,45 28.716-37,80 1.127.277-2,26 2000 1.192.322 12,56 40.645 3,38 27.720-3,47 1.260.687 11,83 2001 1.258.628 5,56 26.954-33,68 27.801 0,29 1.313.383 4,18 2002 1.318.020 4,72 26.954 0,00 27.210-2,13 1.372.184 4,48 2003 1.240.222-5,90 26.597-1,32 25.091-7,79 1.291.910-5,85 2004 1.251.326 0,90 26.597 0,00 26.020 3,70 1.303.943 0,93 2005 1.202.392-3,91 26.641 0,17 26.239 0,84 1.255.272-3,73 2006 1.255.104 4,38 26.644 0,01 26.983 2,84 1.308.731 4,26 2007 1.243.429-0,93 23.721-10,97 28.761 6,59 1.295.911-0,98 2008 1.236.842-0,53 22.442-5,39 35.826 24,56 1.295.110-0,06 2009 1.217.506-1,56 22.794 1,57 25.935-27,61 1.266.235-2,23 2010 1.162.810-4,49 22.681-0,50 24.873-4,09 1.210.364-4,41 2011 1.184.967 1,91 22.572-0,48 26.159 5,17 1.233.698 1,93 2012 1.187.669 0,23 22.565-0,03 25.056-4,22 1.235.290 0,13 2013 1.194.081 0,54 22.556-0,04 25.076 0,08 1.241.713 0,52 2014*) 1.198.962 0,41 22.581 0,11 25.266 0,76 1.246.809 0,41 2015**) 1.206.243 0,61 22.599 0,08 25.540 1,08 1.254.382 0,61 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 1980-2015**) 1,80 0,76 1,59 1,73 1980-2013 1,88 0,80 1,63 1,80 1980-2000 3,06 3,86 2,77 3,01 2001-2015**) 0,13-3,37 0,01 0,01 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001 2013 Tahun Luas Areal Kopi Robusta (Ha) PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika 2001 1.182.693 26.928 22.930 1.232.551 75.935 26 6.846 82.807 2002 1.232.857 26.928 21.106 1.280.891 85.163 26 6.104 91.293 2003 1.241.932 26.928 21.106 1.289.966 85.589 26 6.149 91.764 2004 1.135.114 19.925 21.705 1.176.744 116.212 6.672 4.315 127.199 2005 1.112.597 19.969 21.393 1.153.959 89.795 6.672 4.846 101.313 2006 1.089.951 19.972 21.699 1.131.622 165.154 6.672 5.284 177.110 2007 1.018.573 16.549 23.355 1.058.477 153.884 6.500 2.457 162.841 2008 970.677 15.270 23.266 1.009.213 266.165 7.172 12.560 285.897 2009 946.791 15.622 22.425 984.838 270.715 7.172 3.510 281.397 2010 920.790 15.509 22.483 958.782 242.021 7.172 2.390 251.583 2011 902.341 15.400 22.443 940.184 282.626 7.172 3.716 293.514 2012 902.548 15.404 22.448 940.400 282.691 7.174 3.717 293.582 2013 879.117 15.384 21.552 916.053 314.963 7.172 3.524 325.659 Rata-rata 1.041.229 19.214 22.147 1.082.591 186.993 5.356 5.032 197.381 Share (%) 96,18 1,77 2,05 100,00 94,74 2,71 2,55 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Luas Areal Kopi Arabika (Ha) 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980 2015 Produksi (Ton) Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) 1980 276.295-13.212-5.466-294.973-1981 290.401 5,11 16.189 22,53 8.309 52,01 314.899 6,76 1982 262.247-9,69 13.297-17,86 5.707-31,32 281.251-10,69 1983 287.183 9,51 10.147-23,69 8.318 45,75 305.648 8,67 1984 291.291 1,43 14.775 45,61 9.423 13,28 315.489 3,22 1985 288.404-0,99 12.635-14,48 10.359 9,93 311.398-1,30 1986 329.605 14,29 17.664 39,80 9.553-7,78 356.822 14,59 1987 367.835 11,60 13.043-26,16 7.791-18,44 388.669 8,93 1988 362.311-1,50 16.072 23,22 12.712 63,16 391.095 0,62 1989 376.579 3,94 13.466-16,21 11.003-13,44 401.048 2,54 1990 384.464 2,09 15.566 15,59 12.737 15,76 412.767 2,92 1991 399.088 3,80 16.755 7,64 12.462-2,16 428.305 3,76 1992 408.808 2,44 16.890 0,81 11.232-9,87 436.930 2,01 1993 410.048 0,30 17.266 2,23 11.554 2,87 438.868 0,44 1994 421.682 2,84 17.468 1,17 11.041-4,44 450.191 2,58 1995 429.569 1,87 16.824-3,69 11.408 3,32 457.801 1,69 1996 435.757 1,44 13.184-21,64 10.265-10,02 459.206 0,31 1997 396.155-9,09 21.050 59,66 11.213 9,24 428.418-6,70 1998 469.671 18,56 25.759 22,37 19.021 69,63 514.451 20,08 1999 493.940 5,17 26.208 1,74 11.539-39,34 531.687 3,35 2000 514.896 4,24 29.754 13,53 9.924-14,00 554.574 4,30 2001 541.476 5,16 18.111-39,13 9.647-2,79 569.234 2,64 2002 654.281 20,83 18.128 0,09 9.610-0,38 682.019 19,81 2003 644.657-1,47 17.007-6,18 9.591-0,20 671.255-1,58 2004 618.227-4,10 17.025 0,11 12.134 26,51 647.386-3,56 2005 615.556-0,43 17.034 0,05 7.775-35,92 640.365-1,08 2006 653.261 6,13 17.017-0,10 11.880 52,80 682.158 6,53 2007 652.336-0,14 13.642-19,83 10.498-11,63 676.476-0,83 2008 669.942 2,70 17.332 27,05 10.742 2,32 698.016 3,18 2009 653.918-2,39 14.387-16,99 14.385 33,91 682.690-2,20 2010 657.909 0,61 14.065-2,24 14.947 3,91 686.921 0,62 2011 616.429-6,30 9.099-35,31 13.118-12,24 638.646-7,03 2012 661.827 7,36 13.577 49,21 15.759 20,13 691.163 8,22 2013 645.346-2,49 13.945 2,71 16.591 5,28 675.882-2,21 2014*) 654.034 1,35 14.106 1,15 16.949 2,16 685.089 1,36 2015**) 706.770 8,06 14.690 4,14 17.545 3,52 739.005 7,87 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 1980-2015**) 2,92 2,77 6,33 2,85 1980-2013 2,81 2,78 6,54 2,75 1980-2000 3,37 6,61 6,71 3,41 2001-2015**) 2,32-2,35 5,83 2,12 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001 2013 Tahun PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika 2001 519.262 26.928 22.930 569.120 22.214-857 23.071 2002 629.962 18.128 8.813 656.903 24.319-797 25.116 2003 606.386 12.549 8.964 627.899 38.271 4.458 627 43.356 2004 569.104 12.564 10.492 592.160 49.123 4.460 1.642 55.225 2005 560.979 12.574 6.557 580.110 54.576 4.460 1.218 60.254 2006 565.234 12.559 9.592 587.385 88.027 4.458 2.288 94.773 2007 532.010 8.974 8.101 549.085 120.326 4.668 2.397 127.391 2008 529.794 12.617 8.509 550.920 140.148 4.715 2.233 147.096 2009 512.211 9.634 13.116 534.961 141.707 4.753 1.170 147.630 2010 517.397 9.262 13.621 540.280 140.512 4.803 1.326 146.641 2011 472.022 5.741 12.045 489.809 144.407 3.358 1.073 148.838 2012 485.689 5.907 12.394 503.990 148.588 3.455 1.104 153.147 2013 486.421 8.796 14.340 509.557 158.925 5.149 2.251 166.325 Rata-rata 537.421 12.018 11.498 560.937 97.780 3.749 1.460 102.989 Share (%) 95,81 2,14 2,05 100,00 94,94 3,64 1,42 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Produksi Kopi Robusta (Ton) Produksi Kopi Arabika (Ton) 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 2003-2015 Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) 2003 728-696 - 589-725 - 2004 664-8,79 697 0,14 702 19,19 666-8,14 2005 687 3,46 697 0,00 449-36,04 683 2,55 2006 697 1,46 696-0,14 655 45,88 696 1,90 2007 702 0,72 721 3,59 502-23,36 714 2,59 2008 729 3,85 985 36,62 515 2,59 729 2,10 2009 734 0,69 797-19,09 706 37,09 734 0,69 2010 780 6,21 946 18,73 763 8,07 796 8,43 2011 707-9,31 531-43,86 652-14,55 717-9,95 2012 744 5,21 774 45,62 671 2,91 761 6,15 2013 736-1,02 783 1,16 828 23,41 739-2,84 2014*) 738 0,20 823 5,18 838 1,16 741 0,32 2015**) 789 7,00 855 3,92 856 2,16 792 6,82 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2003-2015**) 0,81 4,32 5,71 0,88 2003-2010 1,08 5,69 7,63 1,45 2011-2015**) 0,42 2,40 3,02 0,10 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Wujud Produksi : Kopi berasan Produktivitas (Kg/Ha) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 6. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 No. Provinsi Tahun (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Lampung 145.220 145.025 144.526 148.711 127.073 142.111 21,46 21,46 2 Sumatera Selatan 131.601 138.385 127.397 131.086 139.754 133.645 20,18 41,65 3 Sumatera Utara 54.355 55.753 56.834 58.479 57.604 56.605 8,55 50,20 4 Bengkulu 55.418 55.992 53.818 55.376 56.142 55.349 8,36 58,55 5 Aceh 50.171 47.739 52.281 53.795 48.282 50.454 7,62 66,17 6 Jawa Timur 54.012 56.200 37.396 38.479 30.022 43.222 6,53 72,70 7 Prov. Lainnya 191.813 187.830 166.396 171.215 186.469 180.745 27,30 100,00 Indonesia 682.590 686.924 638.648 657.141 645.346 662.130 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan Lampiran 7. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 No. Provinsi Tahun (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Lampung 145.191 145.009 144.516 134.701 127.057 139.295 27,93 27,93 2 Sumatera Selatan 131.601 138.385 127.397 143.328 139.754 136.093 27,29 55,22 3 Bengkulu 53.011 54.112 52.045 54.228 54.664 53.612 10,75 65,97 4 Jawa Timur 27.113 28.951 16.541 24.422 26.677 24.741 4,96 70,93 5 Sumatera Barat 16.658 15.111 15.203 15.259 16.697 15.786 3,17 74,10 7 Prov. Lainnya 138.637 135.831 116.322 133.571 121.570 129.186 25,90 100,00 Indonesia 512.211 517.399 472.024 505.509 486.419 498.712 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Lampung Barat 52.573 41,38 41,38 2 Kab. Tanggamus 30.702 24,16 65,54 3 Kab. Way Kanan 17.450 13,73 79,28 4 Kab. Lampung Utara 12.254 9,64 88,92 5 Kab. Pringsewu 7.985 6,28 95,20 Lainnya 6.093 4,80 100,00 Lampung 127.057 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. OKU Selatan 33.175 23,74 23,74 2 Kab. Empat Lawang 26.005 18,61 42,35 3 Kab. Muara Enim 25.213 18,04 60,39 4 Kab. Ogan Komering Ilir 19.941 14,27 74,66 5 Kab. Lahat 19.692 14,09 88,75 Lainnya 15.728 11,25 100,00 Sumatera Selatan 139.754 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Kepahiyang 18.153 33,21 33,21 2 Kab. Rejang Lebong 13.500 24,70 57,90 3 Kab. Kaur 5.390 9,86 67,76 4 Kab. Lebong 4.915 8,99 76,76 5 Kab. Seluma 4.908 8,98 85,73 Lainnya 7.798 14,27 100,00 Bengkulu 54.664 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Malang 7.785 29,18 29,18 2 Kab. Banyuwangi 4.367 16,37 45,55 3 Kab. Jember 2.516 9,43 54,98 4 Kab. Lumajang 2.516 9,43 64,42 5 Kab. Bondowoso 2.109 7,91 72,32 Lainnya 7.384 27,68 100,00 Jawa Timur 26.677 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Solok 6.695 40,10 40,10 2 Kab. Agam 1.998 11,97 52,06 3 Kab. Solok Selatan 1.876 11,24 63,30 4 Kab. Pasaman Barat 1.876 11,24 74,53 5 Kab. Tanah Datar 1.564 9,37 83,90 Lainnya 2.688 16,10 100,00 Sumatera Barat 16.697 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 13. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 No. Provinsi Tahun (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Sumatera Utara 45.483 46.657 47.794 48.813 49.052 47.560 32,05 32,05 2 Aceh 41.592 39.457 44.975 47.784 42.079 43.177 29,10 61,15 3 Sulawesi Selatan 16.964 21.798 19.383 20.270 19.333 19.550 13,18 74,33 4 Sumatera Barat 15.873 14.788 14.836 14.877 15.068 15.088 10,17 84,50 5 Nusa Tenggara Timur 5.154 4.878 5.269 6.255 6.422 5.596 3,77 88,27 6 Prov. Lainnya 16.642 12.933 12.149 18.318 26.971 17.403 11,73 100,00 Indonesia 141.708 140.511 144.406 156.317 158.925 148.373 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Tapanuli Utara 10.123 20,64 20,64 2 Kab. Dairi 9.583 19,54 40,17 3 Kab. Simalungun 8.475 17,28 57,45 4 Kab. Karo 6.848 13,96 71,41 5 Kab. Hunbang Hasundutan 5.899 12,03 83,44 Lainnya 8.124 16,56 100,00 Sumatera Utara 49.052 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, 2013 No Kab/Kota Share Produksi Share Kumulatif (ton) (%) (%) 1 Kab. Aceh Tengah 27.079 64,35 64,35 2 Kab. Bener Meriah 15.000 35,65 100,00 Aceh 42.079 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Enrekang 7.915 40,49 40,49 2 Kab. Tana Toraja 2.573 13,16 53,65 3 Kab. Gowa 2.120 10,84 64,49 4 Kab. Toraja Utara 2.065 10,56 75,05 5 Kab. Luwu 1.273 6,51 81,57 Lainnya 3.604 18,43 100,00 Sulawesi Selatan 19.550 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Solok Selatan 4.263 28,25 28,25 2 Kab. Pasaman 2.236 14,82 43,07 3 Kab. Pesisir Selatan 1.931 12,80 55,87 4 Kab. Agam 1.745 11,57 67,44 5 Kab. Solok 1.587 10,52 77,96 Lainnya 3.326 22,04 100,00 Sumatera Barat 15.088 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Ngada 3.298 51,35 51,35 2 Kab. Ende 1.814 28,25 79,60 3 Kab. Manggarai 623 9,70 89,30 4 Kab. Manggarai Timur 560 8,72 98,02 5 Kab. Nagekeo 127 1,98 100,00 Nusa Tenggara Timur 6.422 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi Menurut Jenis Kopi di Pasar Dalam Negeri, 1997-2012 Tahun Kopi Arabika Pertumbuhan Kopi Robusta Pertumbuhan (Rp/kg) (%) (Rp/kg) (%) 2007 10.850-10.013-2008 17.936 65,31 14.775 47,56 2009 18.180 1,36 15.351 3,90 2010 18.820 3,52 16.264 5,95 2011 34.565 83,66 15.133-6,95 2012 21.464-37,90 16.952 12,02 2013 21.620 0,73 16.341-3,60 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2007-2013 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin 19,45 9,81 78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, 2002-2015 Tahun (ons/kapita/minggu) Konsumsi (kg/kapita/tahun) 2002 0,249 1,298 2003 0,221 1,152-11,24 2004 0,233 1,215 5,43 2005 0,246 1,283 5,58 2006 0,220 1,147-10,57 2007 0,246 1,283 11,82 2008 0,238 1,241-3,25 2009 0,227 1,184-4,62 2010 0,247 1,288 8,81 2011 0,262 1,366 6,07 2012 0,204 1,064-22,14 2013 0,263 1,371 28,92 2014 0,258 1,347-1,75 Rata-rata 0,240 1,249 1,09 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Badan Pusat Statistik Pertumbuhan (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, 1980-2013 Tahun Ekspor Impor Neraca Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) 1980 238.677 8,39 656.005 6,80 46-8,00 349 48,51 655.656 6,78 1981 210.595-11,77 345.943-47,27 71 54,35 492 40,97 345.451-47,31 1982 226.985 7,78 341.701-1,23 54-23,94 301-38,82 341.400-1,17 1983 241.238 6,28 427.258 25,04 36-33,33 227-24,58 427.031 25,08 1984 294.471 22,07 265.261-37,92 19-47,22 151-33,48 265.110-37,92 1985 282.671-4,01 556.203 109,68 41 115,79 83-45,03 556.120 109,77 1986 298.124 5,47 818.387 47,14 75 82,93 259 212,05 818.128 47,11 1987 286.316-3,96 535.566-34,56 103 37,33 207-20,08 535.359-34,56 1988 298.998 4,43 550.237 2,74 42-59,22 113-45,41 550.124 2,76 1989 357.035 19,41 493.549-10,30 39-7,14 112-0,88 493.437-10,30 1990 421.833 18,15 377.154-23,58 96 146,15 273 143,75 376.881-23,62 1991 380.666-9,76 372.431-1,25 1.365 1.321,88 820 200,37 371.611-1,40 1992 269.352-29,24 236.774-36,42 1.208-11,50 1.081 31,83 235.693-36,58 1993 349.916 29,91 344.208 45,37 1.663 37,67 915-15,36 343.293 45,65 1994 289.288-17,33 745.744 116,66 901-45,82 1.238 35,30 744.506 116,87 1995 230.201-20,42 606.369-18,69 377-58,16 1.299 4,93 605.070-18,73 1996 366.602 59,25 595.268-1,83 309-18,04 573-55,89 594.695-1,71 1997 313.430-14,50 511.284-14,11 10.226 3.209,39 13.890 2.324,08 497.394-16,36 1998 357.550 14,08 584.244 14,27 2.825-72,37 3.962-71,48 580.282 16,66 1999 352.967-1,28 467.858-19,92 2.917 3,26 3.303-16,63 464.555-19,94 2000 340.887-3,42 326.256-30,27 13.748 371,31 11.227 239,90 315.029-32,19 2001 250.818-26,42 188.493-42,23 8.294-39,67 5.085-54,71 183.408-41,78 2002 325.009 29,58 223.916 18,79 7.637-7,92 4.413-13,22 219.503 19,68 2003 323.520-0,46 258.795 15,58 4.396-42,44 5.892 33,51 252.903 15,22 2004 344.077 6,35 294.113 13,65 5.690 29,44 6.867 16,55 287.246 13,58 2005 445.829 29,57 503.836 71,31 3.195-43,85 6.220-9,42 497.616 73,24 2006 413.500-7,25 586.877 16,48 6.404 100,44 11.406 83,38 575.471 15,65 2007 321.404-22,27 636.319 8,42 49.994 680,67 78.314 586,60 558.005-3,04 2008 468.749 45,84 991.458 55,81 7.582-84,83 18.442-76,45 973.016 74,37 2009 433.600-7,50 814.300-17,87 19.760 160,62 34.850 88,97 779.450-19,89 2010 433.595 0,00 814.311 0,00 19.755-0,03 34.852 0,01 779.459 0,00 2011 346.493-20,09 1.036.671 27,31 18.108-8,34 49.119 40,94 987.552 26,70 2012 448.591 29,47 1.249.520 20,53 52.645 190,73 117.175 138,55 1.132.345 14,66 2013 534.023 19,04 1.174.029-6,04 15.800-69,99 38.838-66,85 1.135.191 0,25 Rata-rata Laju 4,57 8,00 172,36 Pertumbuhan (%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000; 0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000 108,29 8,16 80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 22. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, 1980-2013 Tahun Luas Tanaman Pertumb. Produktivitas Pertumb. Produksi Pertumb. Menghasilkan (Ha) (%) (Kg/Ha) (%) (Ton) (%) 1980 649.472 11,17 698 (1,04) 453.504 10,01 1981 700.972 7,93 707 1,23 495.502 9,26 1982 711.766 1,54 694 (1,77) 494.227 (0,26) 1983 739.343 3,87 669 (3,62) 494.805 0,12 1984 745.045 0,77 636 (4,91) 474.130 (4,18) 1985 836.982 12,34 602 (5,36) 504.090 6,32 1986 881.161 5,28 653 8,37 575.123 14,09 1987 890.394 1,05 674 3,23 599.938 4,31 1988 966.165 8,51 651 (3,36) 629.111 4,86 1989 994.416 2,92 675 3,67 671.294 6,71 1990 1.046.676 5,26 684 1,32 715.866 6,64 1991 1.081.220 3,30 664 (2,92) 717.868 0,28 1992 1.130.167 4,53 691 4,01 780.447 8,72 1993 1.145.485 1,36 690 (0,14) 789.932 1,22 1994 1.148.177 0,24 744 7,83 853.767 8,08 1995 1.211.503 5,52 752 1,16 911.289 6,74 1996 1.247.836 3,00 774 2,94 966.184 6,02 1997 1.265.352 1,40 858 10,78 1.085.392 12,34 1998 1.331.453 5,22 867 1,12 1.154.913 6,41 1999 1.448.898 8,82 891 2,76 1.291.478 11,82 2000 2.028.824 40,03 794 (10,91) 1.611.102 24,75 2001 2.079.442 2,49 805 1,43 1.674.845 3,96 2002 2.161.208 3,93 748 (7,16) 1.616.148 (3,50) 2003 2.160.471 (0,03) 782 4,51 1.688.419 4,47 2004 2.080.780 (3,69) 861 10,16 1.791.435 6,10 2005 2.038.862 (2,01) 837 (2,83) 1.705.651 (4,79) 2006 2.080.915 2,06 904 8,04 1.880.753 10,27 2007 2.058.628 (1,07) 1.040 15,05 2.140.545 13,81 2008 2.065.449 0,33 954 (8,25) 1.970.457 (7,95) 2009 2.038.044 (1,33) 963 0,95 1.962.739 (0,39) 2010 2.041.254 0,16 981 1,89 2.003.050 2,05 2011 2.079.640 1,88 1.020 3,94 2.121.171 5,90 2012 2.049.059 (1,47) 1.217 19,29 2.493.089 17,53 2013 2.069.144 0,98 1.161 (4,57) 2.402.522 (3,63) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2013 4,01 1,67 5,53 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 23. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012 No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%) Share (%) 1 Indonesia 929.530 881.391 909.162 927.220 914.407 912.342 44,39 44,39 2 Vietnam 507.200 511.900 543.865 572.600 584.600 544.033 26,47 70,86 3 Filipina 122.645 121.399 119.657 119.999 116.532 120.046 5,84 76,70 4 Laos 52.430 50.595 54.775 56.875 57.500 54.435 2,65 79,34 5 Thailand 58.454 57.518 51.663 48.978 51.000 53.523 2,60 81,95 Lainnya 367.785 418.451 400.518 323.387 345.105 371.049 18,05 100,00 ASEAN 2.038.044 2.041.254 2.079.640 2.049.059 2.069.144 2.055.428 100,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Lampiran 24. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012 No Negara Produksi (Ton) Share Kumulatif 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%) Share (%) 1 Vietnam 1.057.540 1.105.700 1.276.506 1.565.400 1.461.000 1.293.229 58,88 58,88 2 Indonesia 682.690 686.921 638.646 691.163 675.881 675.060 30,73 89,61 3 Filipina 96.433 94.536 88.526 88.943 78.364 89.360 4,07 93,68 4 Laos 46.035 46.290 52.010 87.330 89.000 64.133 2,92 96,60 5 Thailand 56.315 48.955 42.394 41.461 50.000 47.825 2,18 98,78 Lainnya 23.726 20.648 23.089 18.792 48.277 26.906 1,22 100,00 ASEAN 1.962.739 2.003.050 2.121.171 2.493.089 2.402.522 2.196.514 100,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 25. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, 2008-2012 Produktivitas (Kg/Ha) No Negara 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Vietnam 2.085 2.160 2.347 2.734 2.499 2.365 2 Malaysia 817 786 2.930 2.438 2.925 1.979 3 Laos 878 915 950 1.535 1.548 1.165 4 Thailand 963 851 821 847 980 892 5 Kamboja 833 850 832 849 920 857 6 Filipina 786 779 740 741 672 744 7 Indonesia 734 779 702 745 739 740 8 Myanmar 670 676 694 667 660 673 ASEAN 963 981 1.020 1.217 1.161 1.068 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 26. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013 Tahun Luas Tanaman Pertumb. Produktivitas Pertumb. Produksi Pertumb. Menghasilkan (Ha) (%) (Kg/Ha) (%) (Ton) (%) 1980 10.070.964 2,91 481-5,44 4.839.219-2,69 1981 10.402.252 3,29 585 21,70 6.083.218 25,71 1982 9.818.634-5,61 503-13,95 4.940.877-18,78 1983 10.142.877 3,30 550 9,37 5.582.080 12,98 1984 10.163.535 0,20 514-6,65 5.221.504-6,46 1985 10.350.551 1,84 563 9,53 5.824.530 11,55 1986 10.515.268 1,59 498-11,49 5.237.224-10,08 1987 10.741.073 2,15 594 19,36 6.385.156 21,92 1988 11.037.982 2,76 511-13,96 5.645.491-11,58 1989 11.131.913 0,85 531 3,77 5.908.041 4,65 1990 11.157.067 0,23 543 2,39 6.063.096 2,62 1991 10.876.561-2,51 561 3,22 6.100.776 0,62 1992 10.432.234-4,09 583 4,01 6.086.471-0,23 1993 10.093.304-3,25 550-5,69 5.553.907-8,75 1994 9.857.708-2,33 581 5,60 5.727.857 3,13 1995 9.675.269-1,85 572-1,60 5.532.059-3,42 1996 9.716.962 0,43 639 11,83 6.212.939 12,31 1997 9.744.938 0,29 615-3,82 5.992.638-3,55 1998 9.942.679 2,03 667 8,50 6.633.826 10,70 1999 10.209.479 2,68 665-0,33 6.789.530 2,35 2000 10.696.238 4,77 712 7,03 7.613.342 12,13 2001 10.643.702-0,49 694-2,46 7.389.740-2,94 2002 10.409.589-2,20 767 10,43 7.980.954 8,00 2003 10.310.536-0,95 688-10,24 7.095.678-11,09 2004 10.878.173 5,51 728 5,77 7.918.237 11,59 2005 10.680.066-1,82 698-4,15 7.451.701-5,89 2006 10.764.661 0,79 757 8,56 8.153.497 9,42 2007 10.773.085 0,08 756-0,22 8.142.133-0,14 2008 10.622.901-1,39 800 5,86 8.499.041 4,38 2009 10.537.388-0,80 739-7,62 7.788.621-8,36 2010 10.561.154 0,23 802 8,47 8.467.720 8,72 2011 10.143.063-3,96 828 3,23 8.394.802-0,86 2012 10.102.319-0,40 912 10,15 9.209.761 9,71 2013 10.142.835 0,40 880-3,52 8.920.840-3,14 Rata-rata Pertumbuhan 1980-2013 0,14 1,99 2,19 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk 84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 27. Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013 No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%) Share (%) 1 Brazil 2.135.508 2.159.785 2.148.775 2.120.080 2.085.522 2.129.934 21,34 21,34 2 Indonesia 929.530 881.391 909.162 927.220 914.407 912.342 9,14 30,48 3 Kolombia 765.345 778.052 723.921 696.023 771.728 747.014 7,48 37,96 4 Meksiko 765.697 741.410 688.208 695.350 700.117 718.156 7,19 45,16 5 Vietnam 507.200 511.900 543.865 572.600 584.600 544.033 5,45 50,61 Lainnya 5.119.933 5.126.538 4.774.844 4.822.166 4.809.568 4.930.610 49,39 100,00 Total 10.223.213 10.199.076 9.788.775 9.833.439 9.865.942 9.982.089 100,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 28. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013 No Negara Produksi (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Brazil 2.440.056 2.907.265 2.700.540 3.037.534 2.964.538 2.809.987 32,54 32,54 2 Vietnam 1.057.540 1.105.700 1.276.506 1.565.400 1.461.000 1.293.229 14,98 47,52 3 Indonesia 682.591 684.076 638.600 691.163 698.900 679.066 7,86 55,38 4 Kolombia 468.720 535.380 468.540 462.000 653.160 517.560 5,99 61,37 5 Ethiopia 265.469 370.569 376.823 275.530 270.000 311.678 3,61 64,98 Lainnya 2.944.650 2.914.326 2.999.177 3.270.198 2.990.068 3.023.684 35,02 100,00 Total 7.859.026 8.517.316 8.460.186 9.301.825 9.037.666 8.635.204 100,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 29. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, 1980-2012 Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) 1980 291.493 6,78 801.501 6,28 9.039-46,36 25.167-30,59 776.334 8,14 1981 287.361-1,42 491.055-38,73 23.820 163,52 41.803 66,10 449.252-42,13 1982 325.181 13,16 516.301 5,14 36.856 54,73 67.079 60,46 449.222-0,01 1983 331.212 1,85 617.763 19,65 45.417 23,23 94.724 41,21 523.039 16,43 1984 409.173 23,54 835.902 35,31 65.411 44,02 148.486 56,76 687.416 31,43 1985 406.224-0,72 824.265-1,39 50.115-23,38 119.547-19,49 704.718 2,52 1986 475.943 17,16 1.332.962 61,72 74.279 48,22 218.227 82,54 1.114.735 58,18 1987 419.722-11,81 803.861-39,69 47.327-36,28 94.882-56,52 708.979-36,40 1988 468.757 11,68 874.164 8,75 33.331-29,57 62.755-33,86 811.409 14,45 1989 534.237 13,97 763.567-12,65 25.131-24,60 35.662-43,17 727.905-10,29 1990 654.861 22,58 606.090-20,62 67.121 167,08 63.591 78,32 542.499-25,47 1991 591.716-9,64 565.384-6,72 70.371 4,84 61.736-2,92 503.648-7,16 1992 536.434-9,34 449.013-20,58 94.320 34,03 72.496 17,43 376.517-25,24 1993 622.556 16,05 587.992 30,95 90.883-3,64 80.712 11,33 507.280 34,73 1994 699.074 12,29 1.479.867 151,68 107.485 18,27 201.191 149,27 1.278.676 152,07 1995 652.482-6,66 1.663.878 12,43 57.928-46,11 155.735-22,59 1.508.143 17,95 1996 767.517 17,63 1.211.431-27,19 40.252-30,51 59.146-62,02 1.152.285-23,60 1997 835.508 8,86 1.169.773-3,44 66.612 65,49 90.101 52,34 1.079.672-6,30 1998 837.997 0,30 1.331.114 13,79 48.604-27,03 77.987-13,44 1.253.127 16,07 1999 898.050 7,17 1.132.076-14,95 44.473-8,50 59.602-23,57 1.072.474-14,42 2000 1.159.929 29,16 888.895-21,48 59.693 34,22 51.730-13,21 837.165-21,94 2001 1.273.508 9,79 629.185-29,22 57.509-3,66 38.735-25,12 590.450-29,47 2002 1.074.321-15,64 567.147-9,86 71.889 25,00 45.059 16,33 522.088-11,58 2003 1.099.630 2,36 782.655 38,00 36.201-49,64 29.641-34,22 753.014 44,23 2004 1.259.992 14,58 966.751 23,52 49.901 37,84 43.257 45,94 923.494 22,64 2005 1.375.273 9,15 1.281.863 32,59 74.826 49,95 90.650 109,56 1.191.213 28,99 2006 1.436.617 4,46 1.860.458 45,14 72.088-3,66 113.429 25,13 1.747.029 46,66 2007 1.588.434 10,57 2.612.399 40,42 129.298 79,36 239.672 111,30 2.372.727 35,81 2008 1.551.625-2,32 3.161.778 21,03 93.934-27,35 218.170-8,97 2.943.608 24,06 2009 1.699.860 9,55 2.581.046-18,37 104.792 11,56 172.152-21,09 2.408.894-18,17 2010 1.674.465-1,49 2.726.732 5,64 133.089 27,00 225.902 31,22 2.500.830 3,82 2011 1.636.968-2,24 3.902.122 43,11 155.409 16,77 384.968 70,41 3.517.154 40,64 2012 2.206.926 34,82 5.008.099 28,34 202.959 30,60 486.556 26,39 4.521.543 28,56 Rata-rata Pertumb. 1980-2012 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Ekspor 7,16 10,87 17,44 19,43 Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Impor Neraca 10,76 86 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 30. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012 No Negara Ekspor (Ton) Share Kumulatif 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (%) Share (%) 1 Vietnam 1.060.884 1.168.000 1.217.868 1.256.400 1.732.156 1.287.062 74,00 74,00 2 Indonesia 468.749 433.600 433.595 346.493 448.591 426.206 24,50 98,50 3 Laos 14.316 16.507 17.088 25.008 20.535 18.691 1,07 99,58 4 Singapura 6.020 3.714 5.208 7.326 3.763 5.206 0,30 99,87 5 Malaysia 768 1.142 1.099 1.318 1.343 1.134 0,07 99,94 Lainnya 1.618 308 421 824 2.065 1.047 0,06 100,00 Total 1.552.355 1.623.271 1.675.279 1.637.369 2.208.453 1.739.345 100 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Lampiran 31. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012 No Negara Impor (Ton) Share Kumulatif 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (%) Share (%) 1 Malaysia 42.126 39.747 60.268 66.896 69.407 55.689 39,83 39,83 2 Filipina 18.170 30.971 25.849 23.508 30.118 25.723 18,40 58,23 3 Indonesia 7.582 19.760 19.755 18.108 52.645 23.570 16,86 75,09 4 Thailand 14.542 6.214 14.268 34.374 28.682 19.616 14,03 89,12 5 Singapura 12.559 10.436 9.091 9.094 12.410 10.718 7,67 96,78 Lainnya 590 3.590 4.231 3.919 10.162 4.498 3,22 100,00 Total 95.569 110.718 133.462 155.899 203.424 139.814 100 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 87

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 32. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980 2012 Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) 1980 3.677.327-1,66 12.081.220 2,73 3.712.880-2,85 13.650.468 3,83-1.569.248 13,15 1981 3.665.271-0,33 8.193.761-32,18 3.733.043 0,54 9.865.288-27,73-1.671.527 6,52 1982 3.885.540 6,01 8.961.209 9,37 3.796.135 1,69 9.964.024 1,00-1.002.815-40,01 1983 3.947.416 1,59 9.018.151 0,64 3.892.872 2,55 10.159.677 1,96-1.141.526 13,83 1984 4.128.038 4,58 10.502.088 16,46 3.939.093 1,19 11.146.624 9,71-644.536-43,54 1985 4.301.787 4,21 10.822.005 3,05 4.083.036 3,65 11.412.820 2,39-590.815-8,33 1986 3.977.453-7,54 14.563.861 34,58 4.106.012 0,56 16.095.458 41,03-1.531.597 159,23 1987 4.366.142 9,77 9.799.965-32,71 4.426.946 7,82 11.583.279-28,03-1.783.314 16,43 1988 4.111.915-5,82 9.942.559 1,46 4.119.112-6,95 10.960.183-5,38-1.017.624-42,94 1989 4.654.696 13,20 9.034.170-9,14 4.533.620 10,06 10.525.128-3,97-1.490.958 46,51 1990 4.844.245 4,07 7.004.524-22,47 4.729.942 4,33 8.081.607-23,22-1.077.083-27,76 1991 4.642.133-4,17 6.627.766-5,38 4.640.942-1,88 7.790.658-3,60-1.162.892 7,97 1992 4.723.159 1,75 5.359.040-19,14 4.885.846 5,28 6.766.984-13,14-1.407.944 21,07 1993 4.689.186-0,72 5.786.884 7,98 4.688.635-4,04 6.570.074-2,91-783.190-44,37 1994 4.566.236-2,62 10.782.829 86,33 4.549.717-2,96 11.211.548 70,65-428.719-45,26 1995 4.239.715-7,15 12.286.744 13,95 4.324.888-4,94 14.465.252 29,02-2.178.508 408,14 1996 4.831.064 13,95 10.408.663-15,29 4.720.428 9,15 11.592.395-19,86-1.183.732-45,66 1997 4.899.446 1,42 13.208.964 26,90 4.861.082 2,98 14.352.434 23,81-1.143.470-3,40 1998 4.907.825 0,17 11.959.867-9,46 4.860.733-0,01 13.105.610-8,69-1.145.743 0,20 1999 5.260.286 7,18 9.786.470-18,17 5.048.088 3,85 10.283.078-21,54-496.608-56,66 2000 5.498.689 4,53 8.460.087-13,55 5.204.204 3,09 9.142.737-11,09-682.650 37,46 2001 5.440.431-1,06 5.435.203-35,75 5.132.796-1,37 6.271.515-31,40-836.312 22,51 2002 5.492.472 0,96 5.086.706-6,41 5.245.649 2,20 5.629.261-10,24-542.555-35,13 2003 5.229.484-4,79 5.710.124 12,26 5.237.577-0,15 6.465.560 14,86-755.436 39,24 2004 5.615.493 7,38 7.162.231 25,43 5.525.119 5,49 7.549.408 16,76-387.177-48,75 2005 5.576.667-0,69 9.733.251 35,90 5.470.103-1,00 10.276.227 36,12-542.976 40,24 2006 5.921.511 6,18 11.439.208 17,53 5.740.133 4,94 11.870.120 15,51-430.912-20,64 2007 6.157.521 3,99 13.596.997 18,86 5.894.170 2,68 13.876.824 16,91-279.827-35,06 2008 6.339.195 2,95 16.587.722 22,00 6.037.767 2,44 17.031.689 22,73-443.967 58,66 2009 6.304.195-0,55 14.366.572-13,39 6.036.065-0,03 15.187.111-10,83-820.539 84,82 2010 6.581.894 4,40 17.929.507 24,80 6.251.158 3,56 18.157.606 19,56-228.099-72,20 2011 6.727.923 2,22 27.145.582 51,40 6.447.053 3,13 28.311.642 55,92-1.166.060 411,21 2012 7.146.779 6,23 24.198.307-10,86 6.573.632 1,96 24.800.797-12,40-602.490-48,33 Rata-rata Pertumb. 1980-2012 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Ekspor Impor Neraca 2,11 5,08 1,73 4,48 23,31 88 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 33. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012 No Negara Ekspor (Ton) Share Kumulatif 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (%) Share (%) 1 Brazil 1.566.921 1.639.392 1.791.064 1.791.207 1.503.713 1.658.459 24,91 24,91 2 Vietnam 1.060.884 1.168.000 1.217.868 1.256.400 1.732.156 1.287.062 19,33 44,25 3 Kolombia 602.879 457.728 410.493 433.646 396.365 460.222 6,91 51,16 4 Indonesia 468.019 510.189 432.781 346.092 447.064 440.829 6,62 57,78 5 Jerman 286.267 297.950 328.464 348.584 370.930 326.439 4,90 62,69 6 Peru 224.648 197.472 229.654 293.638 265.468 242.176 3,64 66,32 7 Guatemala 230.208 234.017 235.410 261.775 226.704 237.623 3,57 69,89 8 Honduras 199.364 198.513 215.314 252.928 317.247 236.673 3,56 73,45 9 Belgia 265.337 222.608 214.298 205.244 192.036 219.905 3,30 76,75 10 India 149.624 126.330 177.926 231.087 216.703 180.334 2,71 79,46 11 Ethiopia 179.283 129.833 211.840 159.135 203.652 176.749 2,66 82,11 12 Uganda 183.128 174.227 151.715 185.775 169.038 172.777 2,60 84,71 13 Meksiko 109.423 128.746 102.601 112.452 160.771 122.799 1,84 86,55 14 Nikaragua 91.257 80.360 101.901 87.190 119.631 96.068 1,44 88,00 15 Kosta Rika 109.777 78.337 74.218 76.400 87.148 85.176 1,28 89,28 Lainnya 633.891 693.441 719.361 724.235 798.089 713.803 10,72 100,00 Total 6.360.910 6.337.143 6.614.908 6.765.788 7.206.715 6.657.093 100 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 34. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012 No Negara Impor (Ton) Share Kumulatif 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (%) Share (%) 1 Amerika Serikat 1.311.217 1.255.598 1.280.298 1.376.620 1.371.338 1.319.014 20,87 20,87 2 Jerman 1.054.681 1.052.694 1.090.006 1.105.436 1.141.145 1.088.792 17,23 38,10 3 Italia 456.604 456.987 469.482 473.431 497.261 470.753 7,45 45,55 4 Jepang 387.538 390.938 410.530 416.805 379.982 397.159 6,29 51,84 5 Belgia 362.681 313.524 312.088 302.332 292.599 316.645 5,01 56,85 6 Spanyol 254.136 255.398 267.486 255.259 267.889 260.034 4,12 60,96 7 Perancis 223.208 253.689 261.986 251.431 252.927 248.648 3,93 64,90 8 Kanada 129.335 124.278 138.157 147.607 147.472 137.370 2,17 67,07 9 Inggris 121.027 127.878 137.990 146.032 137.767 134.139 2,12 69,20 10 Swiss 103.635 110.276 120.906 131.094 130.942 119.371 1,89 71,09 11 Algeria 125.786 122.775 69.159 115.684 126.461 111.973 1,77 72,86 12 Swedia 110.295 107.506 117.637 103.450 103.141 108.406 1,72 74,57 13 Korea Selatan 97.820 96.928 107.152 116.396 100.228 103.705 1,64 76,21 14 Polandia 59.850 97.170 100.929 107.240 108.484 94.735 1,50 77,71 15 Rusia 64.751 78.632 89.663 98.605 109.654 88.261 1,40 79,11 Lainnya 1.205.096 1.227.796 1.326.016 1.360.192 1.481.309 1.320.082 20,89 100,00 Total 6.067.660 6.072.067 6.299.485 6.507.614 6.648.599 6.319.085 100 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 89

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 35. Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, 1980 2012 Tahun Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Keter. Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 453.504 10,01 291.493 6,78 9.039 (46,36) 171.050 9,58 1981 495.502 9,26 287.361 (1,42) 23.820 163,52 231.961 35,61 1982 494.227 (0,26) 325.181 13,16 36.856 54,73 205.902 (11,23) 1983 494.805 0,12 331.212 1,85 45.417 23,23 209.010 1,51 1984 474.130 (4,18) 409.173 23,54 65.411 44,02 130.368 (37,63) 1985 504.090 6,32 406.224 (0,72) 50.115 (23,38) 147.981 13,51 1986 575.123 14,09 475.943 17,16 74.279 48,22 173.459 17,22 1987 599.938 4,31 419.722 (11,81) 47.327 (36,28) 227.543 31,18 1988 629.111 4,86 468.757 11,68 33.331 (29,57) 193.685 (14,88) 1989 671.294 6,71 534.237 13,97 25.131 (24,60) 162.188 (16,26) 1990 715.866 6,64 654.861 22,58 67.121 167,08 128.126 (21,00) 1991 717.868 0,28 591.716 (9,64) 70.371 4,84 196.523 53,38 1992 780.447 8,72 536.434 (9,34) 94.320 34,03 338.333 72,16 1993 789.932 1,22 622.556 16,05 90.883 (3,64) 258.259 (23,67) 1994 853.767 8,08 699.074 12,29 107.485 18,27 262.178 1,52 1995 911.289 6,74 652.482 (6,66) 57.928 (46,11) 316.735 20,81 1996 966.184 6,02 767.517 17,63 40.252 (30,51) 238.919 (24,57) 1997 1.085.392 12,34 835.508 8,86 66.612 65,49 316.496 32,47 1998 1.154.913 6,41 837.997 0,30 48.604 (27,03) 365.520 15,49 1999 1.291.478 11,82 898.050 7,17 44.473 (8,50) 437.901 19,80 2000 1.611.102 24,75 1.159.929 29,16 59.693 34,22 510.866 16,66 2001 1.674.845 3,96 1.273.508 9,79 57.509 (3,66) 458.846 (10,18) 2002 1.616.148 (3,50) 1.074.321 (15,64) 71.889 25,00 613.716 33,75 2003 1.688.419 4,47 1.099.630 2,36 36.201 (49,64) 624.990 1,84 2004 1.791.435 6,10 1.259.992 14,58 49.901 37,84 581.344 (6,98) 2005 1.705.651 (4,79) 1.375.273 9,15 74.826 49,95 405.204 (30,30) 2006 1.880.753 10,27 1.436.617 4,46 72.088 (3,66) 516.224 27,40 2007 2.140.545 13,81 1.588.434 10,57 129.298 79,36 681.409 32,00 2008 1.970.457 (7,95) 1.551.625 (2,32) 93.934 (27,35) 512.766 (24,75) 2009 1.962.739 (0,39) 1.699.860 9,55 104.792 11,56 367.671 (28,30) 2010 2.003.050 2,05 1.674.465 (1,49) 133.089 27,00 461.674 25,57 2011 2.121.171 5,90 1.636.968 (2,24) 155.409 16,77 639.612 38,54 2012 2.493.089 17,53 2.206.926 34,82 202.959 30,60 489.122 (23,53) Rata-rata Pertumbuhan 1980-2012 5,81 7,16 17,44 6,87 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 90 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 36. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, 1980 2012 Tahun Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Ketersediaan Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 4.839.219 (2,69) 3.677.327 (1,66) 3.712.880 (2,85) 4.874.772 (3,58) 1981 6.083.218 25,71 3.665.271 (0,33) 3.733.043 0,54 6.150.990 26,18 1982 4.940.877 (18,78) 3.885.540 6,01 3.796.135 1,69 4.851.472 (21,13) 1983 5.582.080 12,98 3.947.416 1,59 3.892.872 2,55 5.527.536 13,94 1984 5.221.504 (6,46) 4.128.038 4,58 3.939.093 1,19 5.032.559 (8,95) 1985 5.824.530 11,55 4.301.787 4,21 4.083.036 3,65 5.605.779 11,39 1986 5.237.224 (10,08) 3.977.453 (7,54) 4.106.012 0,56 5.365.783 (4,28) 1987 6.385.156 21,92 4.366.142 9,77 4.426.946 7,82 6.445.960 20,13 1988 5.645.491 (11,58) 4.111.915 (5,82) 4.119.112 (6,95) 5.652.688 (12,31) 1989 5.908.041 4,65 4.654.696 13,20 4.533.620 10,06 5.786.965 2,38 1990 6.063.096 2,62 4.844.245 4,07 4.729.942 4,33 5.948.793 2,80 1991 6.100.776 0,62 4.642.133 (4,17) 4.640.942 (1,88) 6.099.585 2,53 1992 6.086.471 (0,23) 4.723.159 1,75 4.885.846 5,28 6.249.158 2,45 1993 5.553.907 (8,75) 4.689.186 (0,72) 4.688.635 (4,04) 5.553.356 (11,13) 1994 5.727.857 3,13 4.566.236 (2,62) 4.549.717 (2,96) 5.711.338 2,84 1995 5.532.059 (3,42) 4.239.715 (7,15) 4.324.888 (4,94) 5.617.232 (1,65) 1996 6.212.939 12,31 4.831.064 13,95 4.720.428 9,15 6.102.303 8,64 1997 5.992.638 (3,55) 4.899.446 1,42 4.861.082 2,98 5.954.274 (2,43) 1998 6.633.826 10,70 4.907.825 0,17 4.860.733 (0,01) 6.586.734 10,62 1999 6.789.530 2,35 5.260.286 7,18 5.048.088 3,85 6.577.332 (0,14) 2000 7.613.342 12,13 5.498.689 4,53 5.204.204 3,09 7.318.857 11,27 2001 7.389.740 (2,94) 5.440.431 (1,06) 5.132.796 (1,37) 7.082.105 (3,23) 2002 7.980.954 8,00 5.492.472 0,96 5.245.649 2,20 7.734.131 9,21 2003 7.095.678 (11,09) 5.229.484 (4,79) 5.237.577 (0,15) 7.103.771 (8,15) 2004 7.918.237 11,59 5.615.493 7,38 5.525.119 5,49 7.827.863 10,19 2005 7.451.701 (5,89) 5.576.667 (0,69) 5.470.103 (1,00) 7.345.137 (6,17) 2006 8.153.497 9,42 5.921.511 6,18 5.740.133 4,94 7.972.119 8,54 2007 8.142.133 (0,14) 6.157.521 3,99 5.894.170 2,68 7.878.782 (1,17) 2008 8.499.041 4,38 6.339.195 2,95 6.037.767 2,44 8.197.613 4,05 2009 7.788.621 (8,36) 6.304.195 (0,55) 6.036.065 (0,03) 7.520.491 (8,26) 2010 8.467.720 8,72 6.581.894 4,40 6.251.158 3,56 8.136.984 8,20 2011 8.394.802 (0,86) 6.727.923 2,22 6.447.053 3,13 8.113.932 (0,28) 2012 9.209.761 9,71 7.146.779 6,23 6.573.632 1,96 8.636.614 6,44 Rata-rata Pertumbuhan 1980-2012 2,35 2,11 1,73 2,09 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 91

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 37. Hasil Analisis ARIMA untuk Produksi Kopi di Indonesia Model Description Model Type PR Model_1 ARIMA(0,1,0) Model ID PBN Model_2 ARIMA(1,0,0) PBS Model_3 ARIMA(0,1,1) 92 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 38. Hasil Analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk Konsumsi Kopi di Indonesia Lampiran 39. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di ASEAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 93

2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 40. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di Dunia 94 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 95