BAB II KAJIAN TEORI 2.I Kemampuan Mengenal Warna 2.1.1 Pengertian Kemampuan Didalam Kamus Bahasa Indonesia (1997:605) kemampuan berasal dari kata Mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan atau ability atau (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan, kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Kemampuan mengenal warna merupakan salah satu lingkup perkembangan kognitif yang harus dikuasai anak. Moeslichatoen R. (2004: 9) berpendapat bahwa untuk mengembangkan kognitif anak dapat dipergunakan metode yang mampu menggerakkan anak untuk berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan dan membuat generalisasi. Menurut Ahmad Susanto (2012: 9)Kemampuan Mengenal Warna merupakan kemampuan mengenali warna dan bentuk tentu tidak didapat secara instan. Sebuah proses yang tidak sebentar bagi anak untuk mengenali berbagai macam warna dan bentuk yang ada. Mengenalkan anak pada bentuk dan warna bisa mengembangkan kecerdasan, bukan hanya mengasah kemampuan mengingat, tapi juga imajinatif dan artistik, pemahaman ruang, keterampilan kognitif, serta pola berpikir kreatif. Di usia batita, anak memang harus dikenalkan pada bentuk dan warna yang menekankan pada auditory, visual dan memory, pengenalan ketiga hal tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan intelektual anak. Pengenalan warna erat kaitannya dengan pengasahan kemampuan imajinatif dan artistik anak. Dalam bahasa lain, lebih mengasah bakat dan kemampuan di bidang seni. Dan salah satu faktor pembangun imajinasi dan kreativitas adalah aspek warna. Anak yang memperoleh stimulasi mengenai tata 6
warna, tentu akan dengan cepat memadukan warna yang serasi antara benda yang satu dengan benda lainnya hingga betul-betul enak dilihat. Selain mengasah bakat dan kemampuan di bidang seni, pengenalan warna juga berkaitan erat dengan pola berpikir alternative. Berdasarkan dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal warna pada anak merupakan lingkup perkembangan kognitif yang harus dikuasai anak untuk mengenali warna yang berkaitan dengan pengasahan kemampuan imajinatif yang dapat mengembangkan kecerdasan pada anak. 2.1.2 Pengertian Warna 2.1.2.1 Warna Mewarnai dan membentuk sebuah benda bagi anak sangatlah mereka senangi. Aktivitas ini merupakan kemampuan motorik halus yang harus dibiasakan dan dilatih terus sehingga potensi seni mereka menjadi tumbuh. Kemampuan mewarna, membentuk, mencoret, dan menarikgaris bila telah dimiliki anak usia dini, jelas akan sangat bermanfaat bagi mereka dan akan menumbuhkan rasa estetika yang semakin baik. Aktivitas seperti ini dapat dibiasakan dengan kegiatan lomba mewarna, lomba melukis dan lomba mengkonstruk balok-balok maupun plastisin. Kegiatan lomba ini sekaligus akan membentuk dan membiasakan serta memupuk kemampuan anak dalam mewarna dan membentuk, baik mencoret maupun menarik garis. Warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa berdiri sendiri, warna merupakan tampilan fisik pertama yang sampai ke mata guna membedakan ragam sesuatu, baik benda mati atau benda hidup. Dari berbagai macam warna yang ada, yang paling dasar adalah warna merah, biru dan kuning. Dari ketiga warna tersebut dapat diubah menjadi beribu-ribu macam warna dengan mencampurkannya dalam perbandingan macam warna dengan mencampurkannya dalam perbandingan-perbandingan tertentu sesuai dengan macam warna yang diinginkannya. 7
a. Definisi Warna Merupakan unsur rupa yang amat penting dan salah satu wujud keindahan yang dapat diserap oleh indera penglihatan. Menurut ilmu kimia warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna), warna ditinjau secara alami fisika terbentuk dari pembiasan cahaya pada prisma yang menimbulkan spectrum pelangi dan warna secara umum dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yakni : warna primer, sekunder dan tersier (Widia, 2008: 8.36). b. Pembagian Warna Menurut teori warna dari Teori Brewster yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1831 dalam Mardhiyah (2014). Warna-warna yang ada di alam jika disederhanakan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu warna primer, sekunder, dan tersier. 1) Warna Primer Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warnawarna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Pada awalnya, mengira bahwa warna primer tersusun atas warna merah, kuning, dan hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah : merah (seperti darah), biru (seperti langit atau laut), kuning (seperti kuning telur) ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tersier. 2) Warna sekunder Warna Sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer dalam sebuah ruang warna. Dalam peralatan grafis, terdapat tiga warna primer cahaya : (R = Red) merah, (G = Green) hijau, (B = Blue) biru atau yang lebih dikenal dengan RGByang bila digabungkan dalam komposisi tertentu akan menghasilkan berbagai macam warna. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% 8
hijau, 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Didalam komputer kita juga mengenal berbagai warna untuk kebutuhan desain Website maupun Grafis dengan kode bilangan Hexadecimal. Berikut ini campuran warna RGB yang nantinya membentuk warna baru : Merah + Hijau = Kuning Merah + Biru = Magenta Hijau + Biru = Cyan Merupakan hasil pencampuran dari warna-warna primer dengan perbandingan 1 : 1. Pencampuran tersebut menghasilkan warna baru yang dinamakan warna sekunder. Kita lihat pencampuran warna berikut : Kuning + Merah = Orange Kuning + Biru = Hijau Biru + Merah = Ungu 3) Warna Tersier Warna tersier adalah hasil pencampuran warna primer dengan warna sekunder. Kita lihat contoh campuran berikut : Kuning + Orange = Kuning orange ( Goldenyellow) Merah + Orange = Merah orange ( Burntorange) Kuning + Hijau = Kuning hijau (Lime Green) Biru + Hijau = Biru hijau ( Turquoise) Biru + Ungu = Biru ungu (Indigo) Merah + Ungu = Merah ungu (Crimson) 2.1.3 Strategi Mengenalkan Warna Pada Anak Usia Dini Pengenalan warna bermanfaat untuk meningkatkan daya pikir serta kreativitas anak. Untuk membentuk anak yang terampil dan cerdas harus dimulai dari usia dini. Meletakkan, menanamkan dasar-dasar pengetahuan yang lebih mudah kepada anak, agar anak bisa lebih gampang menerimanya. Salah satunya dengan mengenalkan warna. Aktvitas mengenalkan warna juga mampu mendorong anak membuat suatu inovasi besar, kepekaan anak akan meningkat terhadap suatu objek yang dilihatnya, sehingga anak juga akan mampu membedakan dan 9
menganalisa. Menurut Yulianti (2010) cara mengenalkan warna dengan strategi bermain adalah : - Alat dan bahan: Gelas aqua (9 buah), Air, Pewarna makanan merah, kuning, biru - Cara kerja: 1)Isi 3 gelas aqua dengan air bening (tidak berwarna). 2)Teteskan pewarna merah ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas ke tiga. Apa yang terjadi?. 3)Bagilah cairan berwarna merah, kuning dan biru tadi masing-masing menjadi tiga. 4)Campurkan cairan merah dengan kuning, akan menjadi orange. 5)Campurkan cairan merah dengan biru, akan menjadi ungu. 6)Campurkan cairan kuning dengan biru, akan menjadi hijau. 2.1.4 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (PERMENDIKBUD NO 137 Tahun 2014) Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Perkembangan Usia 3-4 KOGNITIF 1.Paham bila ada bagian yang hilang dari suatu pola gambar seperti A. Belajar dan pada gambar wajah orang matanya tidak ada, mobil bannya copot, dsb Pemecahan 2.Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya (garam, gula atau Masalah cabai) 3.Menyebutkan berbagai macam kegunaan dari benda 4.Memahami persamaan antara dua benda 5.Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama seperti membedakan antara buah rambutan dan pisang perbedaan antara ayam dan kucing 6.Bereksperimen dengan bahan menggunakan cara baru 7.Mengerjakan tugas sampai selesai 8.Menjawab apa yang akan terjadi selanjutnya dari berbagai kemungkinan 9.Menyebutkan bilangan angka 1-10 10.Mengenal beberapa huruf atau abjad tertentu dari A-Z yang pernah dilihatnya 10
2.2 Pengertian Mencampur Warna Menurut Sanyoto (2006) bahwa mencampur warna merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuat warna-warna baru. Mencampur warna adalah suatu tindakan fisik dalam memilih warna yang dicampurkan dengan air atau bahan pewarna lainnya sehingga memperoleh warna yang diinginkan. Warna yang diinginkan tersebut akan dituangkan kedalam media berupa kertas atau benda lain sehingga menghasilkan suatu hasil karya seni yang mempunyai nilai tinggi. Pencampuran warna adalah perpaduan warna yang satu dengan warna yang lain sehingga menghasilkan warna baru. Pencampuran warna terjadi ketika dua atau lebih warna datang bersama untuk membentuk warna yang berbeda. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mencampur warna adalah suatu kegiatan yang dilakukan perorangan dengan menggunakan warna yang di campurkan warna yang lain sehingga menghasilkan warna yang baru. 2.3 Manfaat Pencampuran Warna Berdasarkan pendapat dari Rachmawati (2010:126) melakukan aktivitas pencampuran warna pada anak usia dini merupakan hal sangat penting bagi perkembangan syaraf otaknya. Selain memancing kepekaan terhadap penglihatan. Pencampuran warna juga bermanfaat untuk meningkatkan daya pikir serta kreativitas anak. Di samping itu aktivitas pencampuran warna juga merupakan pengetahuan yang mampu mendorong anak membuat suatu inovasi yang besar. Sebab, melalui kepekaan penglihatan anak akan meningkatkan terhadap suatu objek yang dilihatnya, sehingga anak juga akan mampu mengamati perubahan, berpikir sebab akibat, dan berpikir kreatif. 11
2.4 Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Siti Mardhiyah (2014) tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode Eksperimen Kelompok A Ra Tamanagung 3 Muntilan. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna dibuktikan dari hasil observasi pratindakan awal yang berani mencoba, tetapi masih kurang pas pada waktu mengutarakan hasil pencampuran warna. Pada siklus I kemampuan mengenal warna mencapai 60% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 90%. Dengan demikian secara keseluruhan keaktifan anak mengalami peningkatan 30 %. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa (2010) tentang Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna dengan Metode demonstrasi Pencampuran Pewarna Kue. Berdasarkan hasil analisis data nilai rata-rata 2,5 atau mencapai 63,3 % yang diperoleh pada siklus I dan nilai rata-rata 3 atau mencapai 78,3 % yang diperoleh pada siklus II, maka metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak usia 4-6 tahun bisa diterima. Penelitian yang dilakukan oleh Welas (2012) tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Media Balok pada Anak Kelompok B di TK ABA Ngaren Pedan Klaten Tahun Ajaran 2012/2013. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa penggunaan media balok dapat meningkatkan kemampuam mengenal warna pada anak di TK ABA Ngaren Pedan Klaten. Adapun langkah-langkah penggunaan media balok yang berhasil sebagai berikut (a) menyiapkan media sebelum anak memasuki ruangan, (b) menjelaskan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan, (c) menjelaskan media yang akan digunakan, (d) mengkondisikan suasana yang menyenangkan dan memberi variasi kegiatan yang penunjang,(e) menirukan gaya seseorang yang sedang memimpin, dapat menunjukkan sikap sedih dan senang, (f) menugaskan anak secara individu dengan lembar kerja anak, (g) memberi motivasi anak yang belum mampu. 12
2.5 Kerangka Berfikir Kondisi Awal Tindakan Guru belum menggunakan metode mencampur warna menggunakan kertas krep Kemampuan mengenal warna pada anak masih rendah yaitu Anak belum mampu menunjuk, menyebutkan, dan mengelompokkan warna Menggunakan metode mencampur warna menggunakan kertas krep Siklus I Kemampuan mengenal warna pada anak meningkat tetapi belum maksimal Kondisi Akhir Kemampuan mengenal warna pada anak meningkat secara maksimal Siklus II Berdasarkan kerangka berfikir penelitian diatas, maka dapat digambarkan bahwa peningkatan kemampuan mengenal warna pada anak melalui metode mencampur warna menggunakan kertas krep yang terdiri dari variabel peneliti. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak melalui metode mencampur warna menggunakan kertas krep pada anak 13
Kelompok Bermain Aisyiyah Gondangmanis, melalui metode mencampur warna menggunakan kertas krep dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak. 2.6 Hipotesis Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan penelitian Azwar Saiffudin (2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: melalui metode mencampur warna menggunakan kertas krep dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak dalam mengenal konsep warna yaitu menunjuk, menyebutkan, dan mengelompokkan warna. 14