68 Media Bina Ilmiah ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PILKADA lewat DPRD?

Pembaruan Parpol Lewat UU

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,


BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab V, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB I PENDAHULUAN. partai lokal Aceh merupakan sebuah proses demokrasi yang wajib dilaksanakan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

SISTEM POLITIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

Transkripsi:

68 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 REVITALISASI PARTAI POLITIK Oleh: H. M. Yusuf A.R Dosen PNS dpk pada Universitas 45 Mataram Abstrak : Fungsi-fungsi partai politik tidak berjalan sebagaimana mestinya. Parpol seolah berjalan sendiri terpisah dari masyarakat. Partai politik lebih disibuhkan dengan kegiatan mengurus diri sendiri demi elit pengurus partai politik. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah seharusnya parpol mengambil peran dan tanggung jawab dalam proses demokratisasi. Agar partai mengakar atau melembaga dengan kuat di masyarakat, maka perlu revitalisasi dengan cara menjalankan seluruh fungsi partai politik yaitu fungsi komunikasi politik, fungsi sosialisasi, fungsi rekrutmen, dan fungsi pengelolaan konflik. Kata kunci : Revitalisasi, Partai Politik PENDAHULUAN Selama ini, partai-patai politik pada umumnya sangat kurang memiliki kemampuan dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebagai partai politik. Kekurang mampuan ini dibuktikan dengan tidak tersalurkannya aspirasi masyarakat karena partaipartai politik hanya berfungsi menyalurkan kepentingan elit partai politik. Idealnya, partai politik berperan dalam memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negaranya. Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 pasal 1, mendefinisikan partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Guna menjalankan peran tersebut, partai politik memiliki sejumlah fungsi seperti fungsi komunikasi politik, fungsi sosialisasi politik, fungsi rekruitmen politik, dan fungsi mengelola konflik (Budiardjo, 2003). Munculnya politik uang, munculnya kandidat bukan dari kader partai, munculnya konflik-konflik di masyarakat adalah bukti tidak berjalannya fungsi partai politik. Fungsi komunikasi politik selama ini hanya berlangsung menjelang atau selama pemilihan umum ataupun pemilukada. Pengurus partai rajin mendekati masyarakat dengan harapan mendapatkan dukungan suara dengan cara mengarahkan dukungan ke kandidat pilihan partai, bukan dalam rangka menjaring aspirasi warga masyarakat. Idealnya, partai politik berperan menyalurkan aspirasi masyarakat dan menekan kesimpangsiuran pendapat di masyarakat agar tidak timbul kesalahpahaman. Keberadaan partai politik menjadi wadah penggabungan aspirasi anggota masyarakat yang sependapat (interest aggregation) agar dapat diartikulasikan secara terstruktur atau teratur. Selanjutnya, partai politik merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu usulan kebijakan kepada pemerintah agar menjadi suatu kebijakan publik. Fungsi sosialisasi politik idealnya mampu mendidik dan membangun orientasi pemikiran anggota-anggota partainya serta masyarakat luas agar sadar akan peran dan tanggungjawabnya sebagai warga negara. Partai politik seharusnya memberikan pendidikan politik kepada konstituennya agar mampu menjadi warga negara yang baik. Fungsi ini tidak berjalan dengan baik karena sosialisasi pun hanya berlangsung menjelang pemilihan umum, yaitu partai-partai sibuk menyosialisasikan visi dan misinya, menyampaikan program-programnya apabila memenangi pemilu. Jadi jelas, sosialisasi hanya dimaksudkan untuk mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat. Tetapi, partai politik melupakan atau bahkan tidak mau tahu tentang aspirasi masyarakatnya sendiri. Fungsi rekrutmen politik juga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Partai politik memiliki fungsi untuk merekrut orang-orang agar bersedia menjadi anggota atau kader partai politik dengan harapan kader bersangkutan dapat memperluas partisipasinya dalam kegiatan politik, termasuk menyiapkan kader menjadi pemimpin dalam struktur politik, baik dalam struktur partai politik atau pemimpin dalam struktur negara. Fungsi mengelola konflik dilakukan oleh partai politik agar konflik yang muncul di masyarakat sebagai suatu akibat adanya dinamika demokrasi tidak berdampak buruk. Konflik dapat dikelola dengan baik sehingga tidak memboroskan energi di masyarakat. Fakta menunjukkan masyarakat kita

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 69.... begitu mudah terpancing untuk berkonflik, tanpa ada konsisten. Perilaku politikus yang teekespos di partai politik yang dapat meredamnya. media massa dengan mudah dilihat atau didengar Berbagai fakta di atas memperlihatkan adanya oleh masyarakat. Apabila perilakunya positif tidak disfungsi partai politik. Disfungsi berarti tidak masalah, tetapi perilaku yang negatif dapat berjalannya fungsi-fungsi yang sudah dirumuskan. berbahaya karena akan dijadikan sebagai pembenar Salah satu sumber mendasar penyebab disfungsi bahwa perilaku tersebut sebagai hal yang wajar. adalah kuatnya budaya oligarki, yaitu Masyarakat melakukan apa yang disebut dengan kecenderungan suatu partai politik untuk peniruan atau imitasi. Dalam kasus Hambalang, memperjuangkan kepentingan pengurusnya di atas misalnya, banyak pihak yang terlibat menjawab kepentingan masyarakat secara umum. Dalam hal tidak tahu. Jawaban tidak tahu seolah menjadi ini, aspirasi masyarakat tidak didengar. Jangankan senjata ampuh untuk menghindari tuduhan yang aspirasi masyarakat, aspirasi anggotanya saja tidak disangkakan. Anas Urbaningrum, Ketua Umum diperhatikan. Anggota-anggota tidak memiliki Demokrat mengaku tidak tahu kasus Hambalang. kemampuan untuk menjadi warga partai yang bebas Saan Mustofa, wakil Sekjen Partai Demokrat juga menyuarakan aspirasi politiknya. memberikan jawaban sama tentang Hambalang Apabila kondisi tersebut terus berkelanjutan yaitu, tidak tahu. Jawaban tidak tahu juga dan dipandang sebagai suatu kewajaran maka sulit bagi Indonesia untuk tumbuh menjadi bangsa besar. Modal utama untuk menjadi bangsa besar bukan hanya dari jumlah penduduk yang besar, kekayaan alam yang melimpah dan iklim demokratis yang sudah ada di Indonesia saat ini. Jepang, Korea Selatan, Jerman, Belanda dan negara-negara maju di Eropa bukan mengandalkan jumlah penduduk yang besar, tetapi karena warga negaranya yang terdidik dan berkarakter. Selama ini partai politik sangat kurang memperhatikan pentingnya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Pendidikan politik memang telah dilaksanakan di sekolah-sekolah, khususnya melalui pendidikan kewarganegaraan, namun tidak cukup hanya diajarkan di sekolah. Pendidikan karakter memang sudah diajarkan di sekolah, di madrasah, pesantren, gereja atau di dalam keluarga, tetapi masyarakat lebih memperhatikan apa yang dialami, didengar, dilihat atau dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui media massa, masyarakat dengan mudah melihat dan mendengar bagaimana rusaknya moral bangsa. Korupsi tidak menunjukkan tanda berkurang, melibatkan leblih banyak pihak, tidak hanya di eksekutif tetapi juga di parlemen, partai politik dan para pengusaha. Dalam kasus Hambalang misalnya, banyak publik figur yang terlibat seperti Menpora, ketua umum Demokrat, beberapa anggota parlemen, bahkan diduga sejumlah ketua badan ataupun komisi di parlemen. Meskipun disangkal oleh yang bersangkutan tampak jelas ada yang disembunyikan dari publik. Tidak kalah ramainya adalah korupsi di daerah-daerah yang melibatkan bupati/gubernur. Dan masih banyak lagi kasus seperti narkoba, peradilan yang tidak adil dan sebagainya. Ketika ada pelanggaran hukum yang begitu terbuka dan para elit politik bersikap pura-pura tidak tahu karena teman separtai yang menjadi pelakunya, maka menunjukkan sikap yang tidak ditunjukkan oleh para anggota banggar DPR ketika dimintai kesaksiannya dalam kasus Hambalang. Misalnya, Mirwan Amir kerap mengaku lupa atau tidak tahu ketika dimintai kesaksiannya. Jawaban tidak tahu mengandung banyak penafsiran. Secara tekstual berarti tidak mengetahui sama sekali. Tetapi secara kontekstual, jawaban tidak tahu dapat berarti tidak mau tahu, pura-pura tidak tahu, menyembunyikan sesuatu, tidak mau mengakui, atau pengingkaran terhadap apa yang sesungguhnya terjadi. Ketika jawaban tersebut diucapkan, sejatinya masyarakat dapat menilai kapasitas moral politikus bersangkutan. Entah benar atau salah tuduhan tersebut, yang jelas jawaban tidak tahu mencerminkan ketidakjujuran, ketiadaan tanggungjawab, atau paling tidak adalah ketakutan untuk bersaksi. Masalahnya, sikap tidak baik tersebut justru menjadi referensi warga masyarakat untuk meniru perilaku sang tokoh politikus. Artinya, virus ketidakjujuran, virus kebohongan dari para elit menyebar kepada masyarakat luas. Perilaku berbohong tampaknya sudah dipandang jamak atau wajar oleh dilakukan oleh para politikus, baik yang kemudian duduk di legislatif ataupun menjadi kepala daerah. Berbohong berarti menyembunyikan sesuatu yang dipandang kurang atau tidak baik. Apabila sesuatu yang tidak baik itu tindakan kejahatan, maka dua kesalahan yang telah dilakukan, yaitu kejahatan dan kebohongan untuk menutupi kejahatannya. Partai politik jelas dirugikan atas perilaku negatif para kadernya. Minimal nama baik partai tercoreng, lebih parahnya adalah ditinggalkan oleh para pendukungnya. Bukan hanya partai politik yang dirugikan, tetapi juga masyarakat luas. Korupsi telah merusak sistem yang seharusnya berpihak pada masyarakat. Anggaran bocor sejak awal di badan anggaran, bocor di anggota parlemen yang notabene adalah juga kader partai. Kebocoran juga terjadi di tingkat daerah. Dalam hal ini, jelas masyarakat sangat dirugikan. _

70 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Hal ini menunjukkan bahwa output kader pilihan partai politik tidak cukup berkualitas secara moral. Pertanyaannya, apakah partai politik benarbenar menjalankan proses kepartaian dengan benar? Dengan kata lain, apakah partai politik memang menjalankan fungsinya dengan baik sehingga menghasilkan kader-kader partai yang sesuai dengan harapan masyarakat? Jawabannya cenderung tidak. Pada proses rekrutmen, partai politik tidak melakukan seleksi dengan baik. Siapapun yang bersedia membayar sejumlah uang yang ditetapkan partai politik dapat direkrut untuk menjadi pengurus partai, calon anggota legislatif, atau calon kepala daerah. Materi menjadi ukuran utama seseorang pantas atau tidak pantas direkrut oleh partai politik. Kader partai yang pilih bukan didasarkan pada kualitas atau kinerja kader selama aktif di partai. Keberadaan pengurus partai bukan mengurusi anggota, tetapi lebih pada melayani kepentingan elit partai. Akibatnya, anggota atau kader partai yang sesungguhnya tidak diperhatikan. Sebagai wadah dan instrumen sosialisasi politik, termasuk memberikan pendidikan politik kepada warga partai yang juga warga negara, pengurus partai telah lalai. Pendidikan politik lebih bersifat informal karena mekanisme formal tidak berjalan atau bahkan tidak tersedia secara memadai. Dari banyak partai yang ada, mungkin hanya PKS yang secara terbuka menyatakan sebagai perkaderan. PKS juga memiliki jalur kaderisasi yang kuat. Sistem perkaderan dimulai dari proses rekrutmen peserta tarbiyah. Rekrutmen dijalankan secara personal dan informal ataupun secara formal dan berjamaah melalui sarana kepartaian. Secara berjamaah, rekrutmen dilakukan dengan memanfaatkan komunitas yang sudah ada seperti lembaga dakwah sekolah dan lembaga dakwah kampus. Mereka yang direkrut mengikuti kegiatan tarbiyah akan diangkat menjadi anggota yang memiliki tujuh tingkatan pengaderan. Penjenjangan kader mulai dari anggota pemula, anggota muda, anggota madya, anggota dewasa, anggota ahli, anggota purna, dan anggota kehormatan. Hubungan fungsional dari masing-masing jenjang tampak dari materi pendidikan politik yang diberikan di masingmasing tingkatan sebagai pentahapan pendidikan politik. Setelah anggota muda mengikuti berbagai kegiatan kepartaian yang sudah disusun PKS, seorang anggota muda dapat menjadi pengurus partai di tingkat ranting atau menjadi staf di DPC, kegiatan kepanitiaan di DPC ataupun DPD, menjadi jurkam di tingkat DPD atau badan-badan lain setingkat kecamatan. Kegiatan selama menjadi anggota muda harus diikuti selama minimal 2 tahun. Anggota madya dapat dipilih menjadi pengurus atau ketua DPC, anggota pengurus DPD, kegiatan kepanitiaan DPD, dan menjadi jurkam tingkat DPD ataupun DPW. Kader yang telah lulus mengikuti kegiatan-kegiatan kepartaian tingkat tinggi dan lulus Training Lanjtan-II akan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat sebagai anggota ahli. Anggota ahli dapat dipilih sebagai pengurus pusat (Abdullah, 2007). Mekanisme pendidikan bagi kader pada internal PKS cukup baik sehingga tidak ada mekanisme rekrutmen berdasarkan ikatan dinasti sebagaimana banyak dilakukan partai-partai politik yang lainnya. Mekanisme rekrutmen menurut jalur dinasti membuktikan tidak berjalannya mekanisme kepartaian. Ketua partai ataupun pengurus partai yang lain hanya memperhatikan, menyosialisasikan, dan merekrut anggota keluarga atau kerabatnya. Artinya sumber daya partai dan akses kekuasaan berputar di lingkungan keluarga dan kerabat elit partai, baik di pusat ataupun di daerah-daerah. SBY menurun kepada anaknya, Edi Baskoro, Megawati menurun kepada Puan Maharani, adik ipar dan ibu tiri Gubernur Banten menjadi Wali Kota Tangerang Selatan dan Wakil Bupati Pandeglang, dan masih banyak lagi contoh di Indonesia. Apakah Edi Baskoro dan Puan Maharani sudah teruji sebelumnya? Punya pengalaman memimpin suatu organisasi? Apabila rekrutmen hanya didasarkan pada keturunan, bukan seleksi kualitas, maka partai politik hanya memunculkan pemimpin yang tidak berkualitas. Akibatnya, rakyatlah yang menjadi korban karena kedaulatan dirinya dieksploitasi dan dimanipulasi oleh partai politik dalam rangka mendapatkan kekuasaan bagi para elit partai. Elit partai memobilitasi dukungan dari massa dan mengatasnamakan rakyat untuk mendapatkan kekuasaan bagi dirinya. PEMBAHASAN Orde reformasi politik sejak tahun 1998 hingga tahun 2012 saat ini telah melahirkan sistem politik multipartai sebagai bukti tumbuhnya demokratisasi di Indonesia. Jika dilihat demokrasi sebagai kedaulatan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, maka demokratisasi masih jauh dari harapan dibandingkan dengan fakta maraknya politik dinasti dan tidak berjalannya mekanisme kepartaian. Demokrasi yang dibangun partai-partai hanyalah demokrasi semu. Menurut Subono (2007), eksistensi parpol lebih banyak ditopang oleh elit-elit lama (dan baru) yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan kelompok mereka sendiri dengan mengabaikan aspirasi warga negara, kecuali pada masa kampanye dan pemungutan suara dalam pemilihan umum. Karena itu, parpol justru dinilai menyebabkan terjadinya defisit demokrasi.

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 71.... Kondisi kepartaian tersebut perlu diperbaiki yaitu membantu setiap warga masyarakat agar sadar guna meningkatkan vitalitas partai politik dalam tentang peran dan tanggung jawabnya sebagai warga menumbuhkembangkan demokrasi yang negara. Kesadaran sebagai warga negara sangat sesungguhnya di Indonesia. Dengan kata lain, partai penting dalam berbangsa dan bernegara. Dalam politik-partai politik perlu direvitalisasi. Revitalisasi konteks pluralitas bangsa Indonesia saat ini, berasal dari kata dasar vital. Kata vital menunjuk masyarakat begitu mudah terpancing masalahmasalah pada alat, organ atau bagian-bagian yang vital atau dan perbedaan yang sangat sepele. penting. Revitalisasi berarti membangkitkan Terjadinya konflik fisik antar umat beragama, antar kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini suku, bahkan antar desa atau kampung secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan mencerminkan lemahkan kesadaran bernegara, di sesuatu itu menjadi penting kembali. Kata sisi lain menunjukkan kuatnya ikatan kampung/desa. revitalisasi dapat ditujukan bagi semua hal yang Kesadaran warga pada umumnya baru terbatas pada sudah mengalami penurunan arti pentingnya karena kampung atau desanya, sehingga dengan mudah sebab-sebab tertentu. Kata revitalisasi dalam tulisan terprovokasi untuk perang antar kampung. Jika ini layak ditujukan bagi partai-partai politik di kesadaran tidak beranjak dari kampung maka akan Indonesia. Maksud dari revitalisasi ini adalah semakin banyak energi yang dibuang percuma memastikan partai politik berfungsi sebagaimana dalam setiap konflik, seperti korban jiwa, luka-luka, mestinya. Dalam hal ini patut disimak pemikiran pembakaran rumah, anak-anak takut sekolah dan memperbaiki kondisi kepartaian agar terlepas dari sebagainya. oligarki dari Jimly Asshiddiqie (2006) berikut. Kesadaran tentang peran dan tanggung jawab Pertama, memperbaiki mekanisme internal sebagai warga negara perlu ditumbuhkan oleh yang dapat mendorong meningkatnya partisipasi partai-partai politik. Pendidikan politik kepada anggota dalam pengambilan keputusan partai. warga masyarakat harus dilakukan. Novel Ali (2003) Mekanisme ini perlu dirumuskan secara formal menyatakan bahwa hakikat pendidikan politik dalam AD/ART, mekanisme ini juga perlu adalah sebuah penanaman nilai dan character ditradisikan sebagai kebiasaan sehari-hari partai building berkesinambungan serta berjangka panjang politik. Bersama dengan AD dan ART diperlukan dengan tujuan utama mewujudkan kepentingan suatu panduan kode etik internal organisasi yang mayoritas (negara dan bangsa), bukan kepentingan ketiganya menjadi panduan bagi seluruh anggota minoritas (pendukung partai politik semata). dalam menyelesaikan konflik dan perselisihan di Pendidikan politik dimaksudkan untuk membentuk internal partai secara demokratis. kader bangsa yang mempunyai kepribadian politik Kedua, perlu menyediakan suatu mekanisme yang baik dan menempatkan kepentingan bangsa yang memungkinkan warga masyarakat di luar dan negara di atas kepentingan pribadi atau partai dapat berpartisipasi dalam penentuan golongan. Ketika warga sadar dengan peran dan kebijakan yang sedang dirumuskan atau tanggung jawabnya, maka warga merasa dirinya diperjuangkan partai politik. Keberadaan pengurus berdaya sehingga merasa mampu untuk harus berfungsi sebagai fasilitator bagi masyarakat berpartisipasi. yang akan menyampaikan aspirasi dan kepentingan Partai politik juga harus datang ke masyarakat konstituennya. guna menjaring aspirasi masyarakat dan Ketiga, perlu adanya penyelenggaraan negara memperjuangkan aspirasi masyarakat. Parpol yang baik dengan kualitas pelayanan publik yang melalui pengurus dan para kadernya hendaknya baik sebagai penunjang bagi terciptanya suatu iklim lebih banyak terjun ke masyarakat guna mencari politik yang sehat. Pelayanan publik yang tahu persoalan yang dirasakan atau dipikirkan oleh berkualitas dan terbentuknya tata pemerintahan yang masyarakat. Kehadiran parpol di tengah-tengah baik akan memperkecil peluang elite partai politik masyarakat untuk mendengarkan keluhan, kritikan dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk atau masyarakat. Dengan selalu berada di tengah kepentingan pribadi. masyarakat, maka komunikasi dengan masyarakat Keempat, adanya kebebasan pers yang disertai senantiasa terjalin. Persoalan, gejolak, atau potensik praktik jurnalistik yang profesional dengan semangat konflik di masyarakat dapat dikelola dengan baik mendidik masyarakat luas. Pers berperan oleh partai politik sehingga konflik-konflik memberikan kontrol atau umpan balik bagi partai horisontal dapat diminimalisir. Demikian pula politik dalam menjalankan fungsi-fungsi partai demo-demo anarkis dapat dicegah karena parpol politik. melalui kader-kadernya yang duduk di parlemen Terkait dengan pemikiran di atas, penulis benar-benar merepresentasikan dan sedang mengusulkan pentingnya partai-partai politik untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat yang sedang kembali kepada masyarakat dengan menumbuhkan berkembang. keberdayaan dalam diri masyarakat. Tujuannya satu _

72 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Ketika parpol dan masyarakat berada dalam satu nafas perjuangan yang sama, maka parpol akan mengakar sangat kuat di masyarakat, dengan kata lain melembaga dalam masyarakat. Pelembagaan atau institusionalisasi partai politik di Indonesia belum mengalami kemajuan berarti jika dibandingkan dengan negara-negara yang sudah memiliki tradisi demokrasi partai politik yang stabil dan terinstitusionalisasi dengan. Dengan kata lain, partai politik belum mengalami pengakaran yang solid di masyarakat dan kurang stabil sehingga dukungan masyarakat terhadap partai politik berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya komitmen partai politik dalam memenuhi aspirasi konstituen. Dalam membangun sistem demokrasi yang baik, partai politik sebenarnya berada pada posisi yang strategis. Hampir seluruh pengambilan keputusan politik menempatkan posisi partai politik dominan. Jika dikaitkan dengan fungsi-fungsi partai politik, kualitas demokrasi juga dipengaruhi oleh kualitas partai politik. Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik merupakan upaya institusionalisasi partai politik sebenarnya sebagai sebuah cara memenuhi substansi berdemokrasi. Jika fungsi-fungsi partai politik tidak berjalan dengan baik maka akan sangat berpengaruh pada nasib partai politik yang bersangkutan. Misalnya, kualitas demokrasi berkaitan erat dengan fungsi-fungsi partai politik antara lain representasi, pembentukan dan rekrutmen elit, merumuskan tujuan, artikulasi dan agregasi kepentingan, sosialisasi dan mobilisasi, organisasi pemerintah. Pada posisi ini, optimalisasi fungsi partai politik berkaitan pada sejauhmana proses institusionalisasi berlangsung. Misalnya, representasi atau komunikasi politik yang berkaitan erat dengan kapasitas partai dalam mengartikulasikan kepentingan anggota partai maupun konstituen partai yang diperluas dapat dicapai parpol mengakar di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, 2007, Pemilu 2004:Studi Dukungan Terhadap DPW Partai Keadilan Sejahtera Propinsi Sumatera Selatan Asshiddiqie, Jimly, (2006). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Budiardjo, Miriam, (2003). Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Novel Ali. (2003). Politikus Sebagai Pemimpin Bangsa. Suara Merdeka, 8 Desember 2003. Subono, Nur Iman (2007), Menjadikan Partai Politik Sebagai Solusi bagi Defisit Demokrasi, Majalah Tempo, Edisi 5 November 2007 PENUTUP Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi partai politik harus dilakukan dengan menjalankan fungsi-fungsi parpol, yaitu fungsi sosialisasi politik, komunikasi politik, rekrutmen politik, dan fungsi pengelolaan konflik. Revitalisasi harus pula didukung oleh pelaksanaan pemerintahan yang baik agar tidak terjadi kongkalingkong antara parpol dan pemerintah. Ketika berbagai fungsi ini berjalan dengan baik, maka parpol akan mengakar kuat di masyarakat sehingga demokrasi tumbuh dengan sangat baik.