BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

PERSAMAAN AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Dan Syarat-syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

EFEKTIVITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DALAM UPAYA PENANAMAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SD NEGERI KUDU 01 BAKI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. SKI), dalam kurikulum SMP Muhammadiyah 5 menjadi salah satu bagian

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini kesadaran moralitas multikultur semakin pudar. Kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

PENANAMAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR. SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pkn SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. nantinya akan membawa bangsa menuju kearah kemajuan karena di. taraf kemajuan peradapan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan bagi penyandang cacat baik itu di dalam penyediaan fasilitas umum di bidang transportasi seperti penyediaan tempat duduk khusus di kereta api, pesawat, bis dan lain-lain. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah inklusi, penyediaan alat bantu penunjang pembelajaran dan juga penyelenggaraan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk memberikan bekal kepada mereka dalam menghadapi masa depan nanti. Di samping itu dalam pemilihan umum baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden yang dilaksanakan baru-baru ini pun kemudahan itu diberikan oleh pemerintah. Penyediaan sarana prasarana penunjang oleh pemerintah untuk memudahkan mereka dalam bergerak dan berinteraksi itu bukan hal utama dalam menumbuhkan rasa kemandirian mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Tandon yang dikutip Komardjaja (2012) yang menyatakan, The force of change is inside oneself; outsiders can only provide enabling conditions. No more. Pemerintah dan masyarakat sekitar mungkinlah bisa secara kooperatif membantu mengatasi permasalahan mereka dan

memenuhi Hak Asasi mereka namun sebenarnya penyandang cacat itu sendirilah yang harus bangkit dan mempunyai keinginan kuat untuk berkembang, tidak hanya berdiam diri dan menunggu bantuan, atau malah menyalahkan keadaan yang tidak pernah berkooperatif terhadap kondisi mereka. Ada beberapa kegiatan yang menurut peneliti bisa berperan dalam membentuk kemandirian dalam pencapaian ketahanan pribadi bagi penyandang cacat, salah satunya dengan mengikuti pendidikan dan kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan adalah pendidikan non formal yang menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga yang bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter peserta didik (Melinda, 2013: 2). Kegiatan pramuka dilaksanakan di alam terbuka yang dirasakan oleh peserta didik sangat menyenangkan, menarik, tidak menjemukan, bukan bersifat paksaan. Jelasnya kegiatan pramuka bersifat rekreatif, edukatif, sehingga dapat mengembangkan kemantapan fisik, mental, emosi, sosial, pengetahuan, keterampilan dan spiritual. Berdasarkan uraian tersebut maka kegiatan pramuka dapat diberikan kepada anak luar biasa untuk mengembangkan fisik, mental, emosi, sosial, dan tingkah lakunya, pengetahuan dan serta keterampilannya. Dalam kepramukaan pada hakikatnya peserta didik tidak hanya diperankan sebagai obyek pendidikan, tetapi justru lebih banyak diperankan sebagai subyek pendidikan yang dinamis. Gerakan pramuka

mampu membawa anak menjadi disiplin, tanggung jawab, dan mandiri. Dengan demikian dalam kepramukaan sebenarnya peserta didik sendirilah yang berperan aktif dalam proses kegiatan sehingga dapat dikatakan yang menjadi pendidik dalam kepramukaan adalah peserta didik sendiri. Pada suatu kegiatan Pembina Pramuka berperan sebagai pembimbing, pendamping dan fasilitator yang dengan rajinnya memberikan motivasi dan memberikan stimulasi (rangsangan) atas munculnya konsep kegiatan, yang dilengkapi dengan metode apa yang paling tepat untuk melaksanakan kegiatan tersebut, sedang dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut sepenuhnya peserta didik sendiri yang berperan aktif. Untuk dapat melibatkan langsung peserta didik secara penuh dalam kegiatan hingga mereka dapat memerankan diri sebagai subyek pendidikan, Pembina Pramuka hendaknya melibatkan langsung peserta didik dalam menciptakan kegiatan tersebut, karena kegiatan yang menarik bagi perserta didik adalah kegiatan yang sesuai dengan aspirasi peserta didik itu sendiri, tentang menantang atau tidaknya suatu kegiatan itupun mereka tentukan sendiri, bukan oleh Pembina, sehingga dengan peran peserta didik yang dianggap sebagai subyek pendidikan disini diharapkan akan menumbuhkan semangat dalam mewujudkan kemandirian bagi mereka. Selain itu pembina pramuka wajib juga menggunakan Sistem Among dalam prinsip-prinsip kepemimpinan dalam membina peserta didik. Dalam hal ini Soemaryoto (1987) dalam bukunya Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka menyampaikan bahwa seorang Pembina

pramuka harus Ing Ngarsa Sung Tulodho yaitu memberi teladan di depan, Ing Madya Mangun Karsa yaitu di tengah-tengah membangun kemauan dan Tut Wuri Handayani yaitu memberi daya atau dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian. Hal ini sangat menarik untuk memberikan perhatian lebih mendalam, peneliti melihat bahwa pramuka merupakan satu-satunya organisasi pemerintah yang mempunyai landasan hukum yang jelas lewat Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa interest atau ketertarikan peserta didik baik di jenjang SD, SMP dan SMA saat ini berkurang, berbeda sekali dengan kondisi yang pernah peneliti alami dulu waktu masih belajar pada jenjang tersebut. Program kegiatan kepramukaan juga sangat menarik, menantang dan menyenangkan apalagi setelah pemberlakuan kurikulum 2013 kegiatan kepramukaan diwajibkan di sekolah, dimana harapan penyusun kurikulum untuk menjadikan pelatihan kepramukaan merupakan salah satu pendekatan untuk mengembangkan karakter siswa (Forum Mangunwijaya, 2013 : 191). Ini sangat dilematis di satu sisi pramuka diberikan legalitas dalam menjalankan kegiatannya akan tetapi di sisi lain minat dari para peserta didik berkurang. Melihat kondisi demikian ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap efektivitas kegiatan kepramukaan dengan obyek penelitian bukan siswa pada umumnya melainkan lebih peneliti khususkan ke siswa penyandang cacat tunanetra

di Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Penelitian ini sengaja peneliti fokuskan ke penyandang tunanetra, karena peneliti memandang bahwa penyandang tunanetra mempunyai keterbatasan penglihatan dimana dalam kesehariannya dia tidak bisa berinteraksi mengandalkan indera penglihatannya, oleh sebab itu harus ada yang membantu dalam proses interaksinya, selain itu mereka juga mengandalkan indera yang lain dalam menunjang interaksinya terhadap orang lain sehingga jika dikaitkan dengan kegiatan kepramukaan dimana di dalamnya juga ada penanaman kemandirian siswa harapannya ketahanan pribadi para penyandang tuna netra menjadi kuat, alasan inilah yang membuat peneliti mengambil judul ini. Selain berdasarkan hal itu alasan peneliti mengambil tempat di wilayah tersebut dikarenakan di Kecamatan Mantrijeron di Tahun 2013 mendapatkan piagam penghargaan sebagai Kwartir Tergiat ke 2 se Kota Yogyakarta dan ini memberikan daya tarik dan apresiasi tersendiri bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di tempat tersebut. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi terhadap kegiatan kepramukaan yang ada baik di daerah maupun tingkat nasional serta bisa menjadi acuan para pengambil kebijakan tentang perlunya menanamkan kemandirian kepada para siswa tunanetra di samping untuk bekal mereka di masa depan juga untuk membentuk ketahanan pribadi mereka.

1.2. Permasalahan Penelitian Di dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan, yang mana dari masalah-masalah tersebut nantinya muncul pembahasan hasil penelitian yang lebih terarah dengan judul yang telah peneliti ambil. Beberapa masalah tersebut yaitu : 1. Bagaimana efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis), Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana implikasi efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) terhadap ketahanan pribadi siswa? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian terkait dengan efektivitas kegiatan kepramukaan memang sudah ada beberapa peneliti yang mengkaji terlebih dahulu namun sejauh yang diketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam menumbuhkan kemandirian siswa penyandang tuna netra. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan baik di dalam maupun luar negeri terkait efektivitas kegiatan kepramukaan adalah : 1. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta

(Suparmi, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Suparmi adalah untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta dalam membentuk kepribadian muslim peserta didiknya, sehingga yang ditekankan dalam penelitian ini adalah keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler dan memfokuskan pada pembentukan kepribadian, sedangkan peneliti lebih mengkhususkan pada kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra di gugus depan SLB Yaketunis Kota Yogyakarta. 2. Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta (Sya idah, 2010). Penelitian ini lebih menekankan pada kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler rohis dalam membentuk akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta, sedangkan yang peneliti teliti adalah kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra di gugus depan SLB Yaketunis Kota Yogyakarta. 3. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam di MAN Wates I Kulonprogo (Hidayah, 2011). Pada penelitiannya, Nurul ingin mengevaluasi apakah efektif kegiatan pramuka yang ada di MAN Wates I Kulonprogo dalam menanamkan nilai-nilai agama islam kepada peserta didiknya. 4. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun

Pelajaran 2011/2012 (Lestari, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI SMA Kudus tahun pelajaran 2011/2012, sehingga bukan efektifitas dari kegiatan kepramukaan yang menjadi stimulator dalam meningkatkan kemandirian dan ini berbeda dengan yang peneliti teliti yang mana lebih memfokuskan kegiatan kepramukaan sebagai stimulator dalam meningkatkan kemandirian. 5. Efektivitas Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa (Studi pada Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta (Amalia, 2012). Dalam efektivitas kegiatan kepramukaan yang telah ditelitinya, Amalia Indah lebih memfokuskan kepada pembentukan karakter kewarganegaraan siswa Pramuka Penggalang di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta, dan ini sangat berbeda dengan yang diteliti oleh peneliti yang mana lebih memfokuskan pada pembentukan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam.

9 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian NO JUDUL PENULIS DAERAH PENELITIAN OBYEK PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN METODE 1 Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Suparmi, Mahasiswa S1 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2008 SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Untuk mengetahui efektifitas kegiatan ekstrakurikuler dalam pembentukan kepribadian muslim bagi siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 2 Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta Sya idah, Mahasiswa S1 Universitas Syarif Hidayatullah Tahun 2010 SMA Negeri 29 Jakarta Siswa Putri Di SMA Negeri 29 Jakarta Untuk mengetahui efektivitas kegiatan keputrian pada ektrakurikuler rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 3 Efektifitas Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Menanamkan Nilai- Nilai Agama Islam Di MAN Wates 1 Kulon Progo Nurul Hidayah, Mahasiswa S1 Universitas Islam Negeri Yogyakarta Tahun 2011 MAN Wates 1 Kulon Progo Siswa Di MAN Wates 1 Kulon Progo Untuk mendiskripsikan dan menganalisis serta mengetahui tingkat efektivitas penanaman nilai-nilai agama islam dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MAN Wates I Kulon Progo di MAN Wates I Kulon Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang berjenis kualitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi,

Progo. dokumentasi, wawancara dan angket 4 Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 Ester Lestari T, Mahasiswa S1 Universitas PGRI Semarang Tahun 2011 SMA Masehi Kudus Semarang Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 Untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 5 Efektivitas Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa (Studi pada Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta) Indah Amalia Murrokhamah, Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret Tahun 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta Untuk mengetahui bentuk kegiatan pramuka yang dapat diimplementasikan untuk menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa terutama pada pramuka penggalang SMP Negeri 10 Surakarta, selain itu juga untuk mengetahui efektivitas kepramukaan dalam menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa, mengetahui faktor-faktor pendukung dan kendala-kendala yang ditemui pembina pramuka Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, peristiwa, tempat atau lokasi dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,

dalam menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa terutama pada pramuka penggalang SMP Negeri 10 Surakarta. dan analisis dokumen (Sumber : Rangkuman Pribadi Adham Ardian Noor, 2014)

Perbedaan semua judul penelitian di atas dengan penelitian yang menyorot tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian ini terletak pada fokus dan lokus penelitian. Tidak ada satupun dari penelitian yang membahas persoalan kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra kaitannya dengan ketahanan pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari situlah peneliti memiliki semangat yang besar untuk menyelesaikan penelitian yang menyorot tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian ini, yang diharapkan akan menjadi salah satu alternatif dalam membentuk ketahanan pribadi penyandang tunanetra di masa depan, selain itu juga sekaligus dalam rangka menyelesaikan tesis di Progran Studi Ketahanan Nasional. 1.4. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis), Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) terhadap ketahanan pribadi siswa.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak yang terkait baik itu masyarakat umum maupun para pengambil kebijakan agar dapat digunakan menjadi pedoman dalam rangka pengambilan ataupun penyempurnaan berbagai kebijakan yang menyangkut efektivitas kegiatan kepramukaan dalam mewujudkan kemandirian siswa tuna netra sehingga lebih sesuai tujuan dan tepat sasaran. 2. Sebagai bahan masukan dan koreksi terhadap kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar memberikan perhatian yang lebih terhadap kegiatan kepramukaan bagi penyandang cacat tunanetra dalam mewujudkan kemandirian mereka. 3. Secara teoritis akademik hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan serta menjadi dasar penelusuran lebih lanjut secara lebih mendalam khususnya pada kegiatan-kegiatan kepramukaan penyandang cacat tunanetra.