RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

dokumen-dokumen yang mirip
No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari keinginan konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II Landasan Teori

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

trust yaitu saya percaya atau saya menaruh kepercayaan.

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB III PEMBAHASAN. I. Pengertian, Unsur, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan. penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

No. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORISTIS TENTANG PENGAWASAN PEMBIYAAN MURABAHAH. adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimnya digunakan oleh

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Murabahah

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB II LANDASAN TEORI

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan prinsip syariah. penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat). 2. Instrumen Kebijakan Bank Syariah

BAB II MURA>BAH}AH DALAM FATWA DSN-MUI. berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Stewardship Theory Teori Stewardship diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH, RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS A. Pembiayaan Mura>bah}ah 1. Definisi Pembiayaan Definisi pembiaayan dalam undang-undang perbankan Syariah nomor 21 Tahun 2008 pada pasal 1 Angka 25 juga menjelaskan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mura>bah}ah, salam, dan istishna, d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah 26

27 jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 1 Sedangkan pengertian pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan Pasal 1 Angka 12 undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 2 Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional pembiayaan mura>bah}ah adalah fasilitas bank Syariah bagi yang memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 3 2. Jenis-Jenis Pembiayaan berikut: Jenis-jenis pembiayaan menurut tujuan dapat dibagi menjadi dua hal 1 Bank Indonesia, UURI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, dalam http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/248300b4-6cf9-4df5-a674-0073b0a6168a/14396/uu_21_08_syariah.pdf (20 Mei 2013). 2 Bank Indonesia, UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, dalam http://www.komisiinformasi.go.id/assets/data/arsip/uu-bank-10-1998.pdf (20 Mei 2013). 3 DSN MUI, Murabahah, fatwa DSN MUI. No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah), 1.

28 a. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan. b. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 4 Menurut kegunaannya jenis-jenis pembiayaan terbagi menjadi dua, yakni: a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang, dan lain-lain. b. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru. 5 3. Definisi Mura>bah}ah Mura>bah}ah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di 4 Syafi I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 160. 5 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, 718.

29 semua bank Syariah. Mura>bah}ah didefinisikan oleh para Fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. 6 Bai Al-Mura>bah}ah atau beli angsur (al-bai bi tsaman ajil) atau diartikan pula dengan keuntungan (deffered payment sale). Dilihat dari asal kata ribhu (keuntungan), merupakan transaksi jual-beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Disini bank bertindak sebagai penjual, dan di lain pihak nasabah sebagai pembeli, sehingga harga beli dari supplier atau produsen atau pemasok ditambah dengan keuntungan bank sebelum dijual kepada nasabah. 7 Secara istilah Mura>bah}ah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Mura>bah}ah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Bank hanya melakukan transaksi mura>bah}ah dengan pesanan. Dalam mura>bah}ah berdasarkan pesanan, Bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. 8 Menurut terminologi definisi mura>bah}ah menurut beberapa ulama, antara lain; 6 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 14. 7 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, 760. 8 BRI Syariah, Laporan Tahunan 2011, 122.

30 a. Ahmad al-syaisy al-qaffal mengatakan bahwa al-murâbahahat adalah ( ) tambahan terhadap modal. b. Menurut al-syairazi, mura>bah}ah ialah ( ) penjualan di mana penjual memberitahukan kepada pembeli harga pembeliannya, dan ia meminta keuntungan pembeli berdasarkan kesepakatan antara keduanya. 9 c. Bagi al-sayid Sabiq ( ) penjualan barang seharga pembelian disertai dengan keuntungan yang diberikan pembeli atau tambahan harga dari nilai harga beli. 10 d. Wahbah al-zuhaili menjelaskan didalam kitab al-fiqhu al-islami wa Adillatuhu, ( ) al-murâbahat ialah penjualan dengan harga yang sama dengan modal disertai tambahan keuntungan. 11 4. Landasan Hukum Mura>bah}ah 9 Atang A. Hakim, Fiqih Perbankan Syariah, (Bandung: Refika Aditama, 2011), 225. 10 Syayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 3, (Syuriah: Darul-Tsuraats, 2005),106. 491. 11 Wahbah az-zuhaili, al-fiqhu al-islami wa Adillatuhu, Jilid 4, (Damaskus: Darul-Fiqr, 2008),

31 a. Al-Qur an Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba. (Q.S al-baqarah: 275). 12 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (Q.S al-baqarah: 282). 13 Artinya: Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan (Q.S al-baqarah: 280). 14 b. Hadits: 12 YPPPA, Al-Qur an Dan Terjemahan, (Jakarta: Jamunu, 1696), 69. 13 Ibid.,71. 14 Ibid.,70.

32 : ( ) Dari Abu Sa id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. al- Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban). : : ( ) Nabi bersabda, Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib). 15 c. Ijma : Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Mura>bah}ah. d. Kaidah fiqh: Artinya: Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 16 15 DSN MUI, Murabahah, 2.

33 5. Rukun Mura>bah}ah Rukun Mura>bah}ah menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qabul itu. Rukun ini dengan ungkapan lain merupakan pekerjaan yang menunjukkan keridhaan dengan adanya pertukaran dua harta milik, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli, yatu orang yang menjual, orang yang membeli, sighat, barang atau sesuatu yang diakadkan. 17 6. Syarat Mura>bah}ah Adapun syarat-syarat sahnya adalah: a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 16 Ibid.,3. 17 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 16.

34 Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya, b. Kembali pada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, c. Membatalkan kontrak. 7. Manfaat Pembiayaan Mura>bah}ah Sesuai dengan sifat bisnis (tijārah), transaksi mura>bah}ah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Bai almura>bah}ah memberi banyak manfaat kepada bank Syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai al-mura>bah}ah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. 18 B. Rescheduling 1. Definisi Rescheduling Rescheduling menurut PBI nomor 13/9/PBI 2011 perubahan atas PBI nomor 10/18/PBI/2008 adalah perubahan jadwal pembayaran kewajiban 18 Syafi I Antonio, Bank Syariah, 102.

35 nasabah atau jangka waktu. 19 Selaras dengan definisi di atas maka SEBI nomor 13/18/DPbS perubahan atas SEBI nomor 10/34/DPbS adalah salah satu upaya untuk meminimalkan potensi kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan bermasalah dengan cara melakukan perubahan atas jadwal pembayaran kewajiban nasabah dan jangka waktunya. 2. Rescheduling pembiayaan bermasalah Penjadwalan kembali (Rescheduling) dapat dilakukan dengan melakukan perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak termasuk perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar. 20 3. Tujuan rescheduling Rescheduling dilakukan bertujuan agar nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran dan masih memiliki prospek usaha yang baik dapat memenuhi kewajibannya. 19 Bank Indonesia, PBI Nomor 13/9/2011 Perubahan Atas PBI 10/18/PBI/2008, dalam http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/1b06cc9d-89f9-4944-9544-1bce3ab33a85/22148/pbi_130912.pdf, (28 Maret 2013). 20 Bank Indonesia, SEBI Nomor 13/18/DPbS, (20 Maret 2013).

36 4. Kriteria rescheduling Pembiayaan yang akan direstrukturisasi (resheduling) dianalisis dengan memperhatikan beberapa hal berdasarkan; a. Prospek usaha nasabah dan/atau kemampuan membayar sesuai proyeksi arus kas untuk nasabah pembiayaan usaha produktif; atau b. Kemampuan membayar sesuai proyeksi arus kas untuk nasabah pembiayaan non produktif. 21 Bank dapat melakukan rescheduling pembiayaan terhadap nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan b. nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi (rescheduling). Rescheduling untuk pembiayaan konsumtif hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan b. terdapat sumber pembayaran angsuran yang jelas dari nasabah dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi (rescheduling). Restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan bukti-bukti yang memadai serta didokumentasikan dengan baik. Disamping 2 (dua) kriteria di atas maka bank syariah akan melakukan 21 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka 2010), 457.

37 penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan upaya restrukturisasi (rescheduling) apabila nasabah masih mempunyai itikad baik dalam arti masih mau diajak kerjasama dalam upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah, akan tetapi jika nasabah sudah tidak beritikad baik dalam arti tidak dapat diajak kerjasama dalam upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah maka bank syariah akan melakukan upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah. 22 5. Kebijakan dan prosedur Kebijakan dan prosedur Restrukturisasi (rescheduling) Pembiayaan mencakup paling kurang hal-hal sebagai berikut: a. Penetapan satuan kerja khusus untuk menangani restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan. b. Penetapan limit wewenang memutus pembiayaan yang direstrukturisasi (rescheduling). c. Kriteria Pembiayaan yang dapat direstrukturisasi (rescheduling). d. Sistem dan Standard Operating Procedure Restrukturisasi (rescheduling) Pembiayaan, termasuk penetapan penyerahan pembiayaan yang akan direstrukturisasi (rescheduling) kepada satuan kerja khusus dan 22 Usanti, Trisadini Prasastinah, Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, dalam http://aditris.files.wordpress.com/2011/12/pembiayaan-bermasalah-di-bank-syariah.doc (26 Mei 2013).

38 penyerahan kembali pembiayaan yang telah berhasil direstrukturisasi (rescheduling) kepada satuan kerja pengelola pembiayaan. e. Sistem informasi manajemen pembiayaan yang direstrukturisasi (rescheduling). f. Penetapan jumlah maksimal pelaksanaan restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan terhadap pembiayaan yang tergolong Non-Lancar (Kurang Lancar, Diragukan dan Macet). Batas jumlah maksimal dimaksud berlaku untuk keseluruhan pelaksanaan restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan dengan kolektibilitas Non-Lancar bukan untuk masing- masing kolektibilitas dari Pembiayaan Non-Lancar. g. BUS atau UUS melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan dan prosedur restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan apabila berdasarkan hasil analisis Bank Indonesia, kebijakan dan prosedur tersebut dinilai kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 23 6. Satuan kerja khusus a. Pembentukan satuan kerja khusus restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing BUS dan UUS. 23 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, 459.

39 b. Pejabat atau pegawai yang melakukan restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan harus berbeda dengan pejabat atau pegawai yang terlibat dalam pemberian pembiayaan. c. Keputusan restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan harus dilakukan oleh pejabat yang kedudukannya lebih tinggi dari pejabat yang memutuskan pemberian pembiayaan. d. Dalam hal keputusan pemberian Pembiayaan dilakukan oleh pihak yang memiliki kewenangan tertinggi sesuai anggaran dasar perusahaan, maka keputusan restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan dilakukan oleh pejabat yang kedudukannya setingkat dengan pejabat yang memutuskan pemberian pembiayaan. 24 7. Analisis pembebanan biaya ganti rugi BUS dan UUS dapat mengenakan ganti rugi (ta widh) kepada nasabah dalam rangka Restrukturisasi (rescheduling) pembiayaan. ganti rugi ditetapkan berdasarkan biaya riil dalam rangka penagihan hak yang seharunya dibayar bukan potensi kerugian yang akan terjadi karena adanya peluang yang hilang. 25 24 Bank Indonesia, SEBI Nomor 13/18/Dpbs, (20 Maret 2013). 25 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, 460.

40 C. Kolektabilitas Kolektabilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran oleh nasabah seta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya. Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, kolektabilitas dari suatu pinjaman dapat dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. 26 Penilaian terhadap kemampuan membayar sebagaimana dijelaskan pada PBI nomor 13/13/PBI/2011 meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. Ketepatan pembayaran pokok dan margin/bagi hasil/fee; b. Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah; c. Kelengkapan dokumen pembiayaan; d. Kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan; e. Kesesuaian penggunaan dana; dan f. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban. 27 Kolektibilitas dikelompokkan sesuai kemampuan membayar (Piutang, Mura>bah}ah, Salam, Isthisna dan Qardh); 26 Sholihin, Ahmad Isham, Buku Pintar Ekonomi Syariah, 412. 27 Bank Indonesia, PBI No 13/13/PBI/2011 Tentang Penilaian Aktiva, dalam http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/3546e1c5-0a33-4c08-bb06-2a9b20174bb0/22578/pbi_131312.pdf (7 Mei 2013).

41 1. Kolektibilitas 1: Lancar (L) yaitu pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan akad; 2. Kolektibilitas 2: Dalam Perhatian Khusus (DPK) yaitu terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin sampai dengan dengan 90 hari; 3. Kolektibilitas 3: Kurang Lancar (KL): Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari; 4. Kolektibilitas 4 Diragukan (D): Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari; 5. Kolektibilitas 5 Macet (M) : Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melampaui 270 hari. 28 Kolektabilitas pembiayaan setelah restrukturisasi (rescheduling); peningkatan kolektabilitas pembiayaan misalnya dari kolektabilitas 4 (Diragukan) menjadi kolektabilitas 2 (Dalam Perhatian Khusus) pada dasarnya mengikuti ketentuan Bank Indonesia seperti yang tercantum pada: 1. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 31/12/UPPB tanggal 12 November 1998 perihal Restrukturisasi (rescheduling) Kredit Pasal 9 ayat 28 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 152.

42 1 yang menyatakan bahwa penggolongan kualitas pembiayaan setelah dilakukan restrukturisasi (rescheduling) ditetapkan sebagai berikut: a. Setinggi-tingginya kolektabilitas kurang lancar untuk pembiayaan yang sebelum dilakukan restrukturisasi (rescheduling) tergolong diragukan atau macet. b. Kualitas tidak berubah untuk pembiayaan yang sebelum dilakukan restrukturisasi (rescheduling) tergolong lancar, dalam perhatian khusus atau kurang lancar. 2. PBI Nomor 5/7/PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 mengenai Kualitas aktiva produktif Pasal 6 yaitu: a. Dalam hal hal nasabah bank Syariah memiliki beberapa rekening Pembiayaan, Piutang, dan atau Qardh dengan kualitas yang berbeda, maka kualitas rekening secara keseluruhan dinilai mengikuti kualitas yang terburuk. b. Kualitas setiap rekening Pembiayaan, Piutang, dan atau Qardh sebagaimana dimaksud dalam poin (1) dapat dikembalikan menjadi kualitas yang sebenarnya sepanjang terdapat bukti-bukti dan dokumentasi yang cukup untuk menyatakan kepastian pemenuhan dan kelancaran pembayaran dari nasabah yang dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar,

43 c. Dalam hal kualitas yang terburuk sebagaimana dimaksud dalam poin (1) adalah rekening Piutang dan atau Qardh dengan kualitas dalam perhatian khusus maka kualitas rekening dinilai secar masing-masing. 29 29 Sholihin, Ahmad Isham, Buku Pintar Ekonomi Syariah, 413.