2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

Analisis Isu-Isu Strategis

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar lainnya yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Usaha kecil dan menengah (UKM) di negara berkembang hampir selalu merupakan kegiatan ekonomi yang terbesar dalam jumlah dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, sektor ini dapat tetap menjadi tumpuan bagi stabilitas ekonomi nasional. Sehingga perannya diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia. Di Indonesia, sumber penghidupan sebagian bergantung pada sektor UKM. Kebanyakan usaha kecil ini terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pangan, olahan pangan, tekstil dan garmen, kayu dan produk kayu, serta produksi mineral non-logam. Usaha kecil memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga tingkat kesempatan

kerja. Tabel dibawah ini merupakan data statistik mengenai unit usaha,tenaga kerja, dan investasi pada usaha mikro,kecil dan menengah di Indonesia tahun 2011-2013. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia pada Tahun 2011-2013 No Tahun Unit Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Investasi (Milyar Rupiah) 1 2011 55.206.444 101.722.458 1.982.721,2 2 2012 56.534.592 107.657.509 2.283.872,9 3 2013 57.895.721 114.144.082 2.609.778,8 4 2014 57.928.569 118.579.510 2.923.437,2 Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa unit usaha pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2011 sebesar 55.206.444 unit, pada tahun 2012 sebesar 56.534.592 unit, pada tahun 2013 sebesar 57.895.721 unit usaha dan pada tahun 2014 sebesar 57.928.569 unit. Tenaga kerja juga mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebanyak 101.722.458 orang, tahun 2012 sebanyak 107.657.509 orang, tahun 2013 sebanyak 114.144.082 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 118.579.510 orang. Hal ini membuktikan bahwa usaha kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja dan membuka kesempatan kerja di Indonesia. Sama halnya dengan unit usaha dan tenaga kerja, investasi pun setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.982.721,2 milyar, tahun 2012 sebesar Rp.2.283.872,9 milyar, pada tahun 2013 sebesar Rp.2.609.778,8 milyar, dan pada tahun 2014 sebesar Rp 2.923.437,2 milyar. Usaha kecil memiliki peranan penting dalam sektor perdagangan disamping mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat juga memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi, khususnya Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Berikut data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Bandung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2011 dan 2012 : Tabel 1.2 PDRB Kota Bandung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2012 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 2011 2012 1. Pertanian 67.070 71.176 2. Pertambangan dan Penggalian 9.836 10.561 3. Industri Pengolahan 8.365.580 8.361.510 4. Listrik, gas dan air bersih 843.768 935.410 5. Bangunan 1.782.560 2.020.010 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.040.460 15.666.694 7. Angkutan dan Komunikasi 3.885.215 4.309.552 8. Keuangan, persewaan dan jasa 1.813.112 1.986.038 pemerintah 9. Jasa-jasa 3.665.646 3.937.856 PDRB 34.463.631 37.558.320 Sumber : BPS Kota Bandung Berdasarkan tabel lapangan usaha diatas sektor perdagangan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar. Pada tahun 2011 sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar Rp. 14.040.460 juta, lalu pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp. 15.666.694 juta. Sektor terbesar kedua dalam menyumbang PDRB di Kota Bandung yaitu industri pengolahan sebesar Rp. 8.365.580 juta pada tahun 2011, dan menurun pada tahun 2012 sebesar Rp. 8.361.510 juta.

Kota Bandung merupakan tempat wisata belanja pakaian yang diminati para wisatawan luar kota, maka tak salah bila Bandung dikatakan kota Paris Van Java yang artinya kota Paris di Pula Jawa. Kota Paris merupakan icon fashion di dunia. Jajaran outlet dan distro sepanjang jalan riau dan dago merupakan salah satu pusat wisata belanja pakaian yang diminati para pendatang dari luar kota. Selain jalan riau dan dago yang menjadi pusat belanja pakaian baru, Kota Bandung memiliki tempat belanja pakaian bekas impor yang cukup eksis hingga kini, berada di Pasar Cimol Gedebage. Pada tahun 90-an yang menjual pakaian bekas impor ini berada di sekitaran jalan cibadak. Masyarakat menyebutnya cimol merupakan singkatan dari Cibadak Mall. Pada tahun 2004 pemerintah kota Bandung memindahkannya ke pasar induk Gedebage agar lebih tertata. Barang-barang second tersebut diimpor dari Jepang, Korea dan Taiwan. Konsumen pasar cimol gedebage ini, tidak hanya masyarakat menengah kebawah tetapi banyak juga masyarakat menengah keatas. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau dengan kualitas yang baik. Berikut merupakan data harga per bal baju bekas impor : Tabel 1.3 Harga per-bal Baju Bekas Impor (Dalam Juta Rupiah) Nama Barang Unit Harga Keterangan Bal Kemeja 500 pcs 4.000 Kemeja flannel korea Flanel Bal blouse wanita 700-750 4.000 Kemeja kerja wanita, bolero dan pcs luaran-luaran, blouse chiffon, blazer Bal kaos wanita 700 pcs 3.000 Kaos lengan panjang maupun lengan pendek, dan tanktop Sumber : hasil wawancara pra-penelitian Dari data diatas dapat dilihat bahwa harga per bal baju bekas impor bermacam-macam. Harga kemeja flannel Rp.4.000.000 per bal untuk 500 pcs, Pedagang bisa menjual sekitar Rp.50.000-70.000 satu pcs kemeja. Blouse wanita Rp. 4.000.000 per bal untuk 750 pcs, dengan beragam jenis barang ada kemeja, bolero dan blazer dijual sekitar Rp. 20.000-40.000 satu pcs.

Kaos wanita Rp. 3.000.000 per bal untuk 700 pcs, dijual sekitar Rp.10.000-20.000 satu pcs kaos, tergantung dari kualitas dan merk nya. Bila terdapat barang cacat, pedagang bisa mengobral baju dengan harga Rp.5.000-Rp.15.000 per pcs. Namun kini impor baju bekas kembali dipersoalkan oleh pemerintah, hal itu dikarenakan banyaknya pakaian bekas yang beredar dan diperjualbelikan di kota-kota lainnya di Indonesia. Pemerintah melalui Undang Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, telah melarang barang bekas masuk ke Indonesia tertera di pasal 47 ayat (1) bahwa : Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru. Hal tersebut dilakukan karena selain mengandung banyak bakteri yang merugikan bagi kesehatan, menggunakan pakaian bekas impor juga dapat mematikan industri tekstil dalam negeri. Adanya larangan ini, menjadi masalah bagi pedagang baju bekas di kota Bandung. Kini omzet atau pendapatan mereka semakin menurun. Berikut merupakan rata-rata pendapatan pedagang baju bekas di pasar cimol gedebage Bandung : Tabel 1.4 Rata rata pendapatan dalam enam bulan terakhir 2015 (dalam Juta Rupiah) No. Bulan Rata-Rata Pendapatan Persentasi (%) 1 Januari 17.462 22 2 Februari 13.805 17 3 Maret 10.291 13 4 April 9.649 12 5 Mei 9.600 12 6 Juni 19.690 24 Jumlah 80.500 100 Sumber: hasil observasi pra penelitian

Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata pendapatan pengusaha cenderung mengalami penurunan dari bulan februari hingga mei, rata-rata pendapatan tertinggi pada awal bulan januari Rp. 17.462 juta dan terendah pada bulan mei Rp. 9.600 juta. Pada bulan juni meningkat lagi sebesar Rp. 19.690 juta hal ini terjadi karena pada bulan juni memasuki bulan ramdhan sehingga permintaan pakaian meningkat kembali saat lebaran. Bulan maret hingga mei isu pemerintah melarang penjualan baju bekas impor merebak ke media. Pemerintah sedang gencar-gencarnya memberi informasi mengenai efek negatif sehingga masyarakat enggan untuk membeli baju bekas impor lagi. Faktor-faktor dibawah ini merupakan penyebab penurunan pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage adalah sebagai berikut : 1. Isu pemerintah mengenai kebijakan pelarangan impor baju bekas yang ramai di media pada bulan maret hingga mei. Permintaan akan baju bekas impor mengalami penurunan karena isu tersebut. 2. Kurs dollar yang meningkat setiap bulannya, menyebabkan harga per bal baju bekas impor ikut meningkat, sehingga mau tidak mau pedagang ikut meningkatkan harga jual barang. 3. Kondisi ekonomi saat ini yang sedang inflasi menyebabkan harga barang mengalami peningkatan sehingga daya beli masyarakat ikut menurun. Penurunan pendapatan terhadap baju bekas impor ini dapat menjadi masalah karena jika penurunan ini tidak segera diatasi maka akan menimbulkan kerugian yang besar bagi pedagang, akibatnya kontribusi yang diberikan kepada pemerintah juga akan menurun. Dapat dilihat pada tabel 1.2 bahwa sektor perdagangan merupakan sektor yang memberikan sumbangan besar pada PDRB di Kota Bandung. Buchari Alma (2004:153) menyatakan bahwa Pemilihan lokasi sangat Penting karena akan mempengaruhi tingkat profitabilitas dan kontinuitas usaha dalam jangka panjang. Teori dari August Losch melihat persoalan lokasi usaha dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa Lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang digarapnya. Makin

jauh tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Schumpeter (Suryana, 2006 : 168), menyatakan bahwa Keuntungan atau pendapatan bisa tercipta dari penemuan yang dilakukan para wirausaha. Penemuan dari para wirausaha dapat menciptakan keuntungan melalui penemuan cara-cara baru dalam memberi pelayanan terbaik kepada pelanggan. Case and Fair (2007) dan Puji Astuti (2000) menyatakan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu kesempatan kerja yang tersedia, kecakapan dan keahlian, keuletan bekerja, banyak sedikitnya modal yang dipergunakan. Paul Samuelson (1999:121) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan menurutnya adalah modal, latar belakang pendidikan, sikap wirausaha, pelayanan, persaingan yang ketat, keterampilan yang dimiliki produsen dan lokasi perusahaan. Berdasar pemaparan tersebut, maka peneliti mengambil topik yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG BAJU BEKAS IMPOR (Studi Kasus pada Pedagang Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan, lokasi usaha dan pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung? 2. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung? 3. Bagaimana pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung 2. Untuk mengetahui pengaruh prilaku kewirausahaan terhadap pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung 3. Untuk mengetahui pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran sehingga memperkaya khasanah ilmu ekonomi mikro, khususnya terkait dengan pendapatan 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage kota Bandung, 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai pengaruh perilaku kewirausahaan, dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang baju bekas impor di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung. 2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pada pedagang baju bekas impor di kota Bandung. Selain itu, juga dapat memberikan masukan kepada para pelaku usaha baik di kota Bandung ataupun ditempat lainnya.