VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

ASPEK FINANSIAL Skenario I

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. RENCANA KEUANGAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang)

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DENGAN POLA KEMITRAAN (STUDI KASUS DI PETERNAKAN BU LILIS RANCAMIDIN, CIBODAS)

III. METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra

II. BAHAN DAN METODE

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Biaya Investasi No Uraian Unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB VI ASPEK KEUANGAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

VII. ANALISIS PENDAPATAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

III. METODOLOGI PENELITIAN

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

Transkripsi:

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan investasi. Kriteria kelayakan investasi yang dapat digunakan diantaranya Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Analisis kriteria kelayakan investasi tersebut menggunakan arus kas (cash flow) untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis. Selain menyusun cash flow, dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis laba rugi. Dari hasil analisis laba rugi dapat diketahui jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan yang akan mempengaruhi cash flow perusahaan yaitu sebagai pengurang atas manfaat bersih (net benefit) yang diterima perusahaan. Selain itu, melalui laporan laba rugi dapat dihitung Break Even Point (BEP) dan Harga Pokok Produksi (HPP) yang berguna dalam pengelolaan bisnis. CV. Usaha Unggas dihadapkan pada kemungkinan perubahan variabel yang mempengaruhi cash flow. Perusahaan perlu mengetahui sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi aliran kas yang pada akhirnya mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan pada variabel input dan output hingga saat ini memang belum terjadi karena usaha masih relatif baru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan terhadap variabel yang berpotensi mempengaruhi kelayakan usaha apabila terjadi perubahan dalam jumlah tertentu misalnya penurunan volume produksi. 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cash flow) Aktivitas dalam bisnis diantaranya dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Aliran penerimaan dan pengeluaran tersebut dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow). Suatu aliran kas (cash flow) terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan bisnis. Unsur-unsur dalam cash flow diantaranya, inflow (arus kas masuk), outflow (arus kas keluar), dan manfaat bersih.

7.1.1. Arus Kas Masuk Arus kas masuk adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan proyek. Pada CV. Usaha Unggas penerimaan berasal dari produk utama, produk sampingan, itik afkir, dan nilai sisa. Produk utama perusahaan berupa DOD (Day Old Duck) sedangkan produk sampingan berupa itik dewasa. Nilai sisa berasal dari peralatan investasi atau re-investasi yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Rincian arus kas skenario 1 dan skenario 2 masuk dapat dilihat pada Lampiran 1. 1. Penerimaan Penjualan DOD Pada CV. Usaha Unggas DOD dijual dalam satuan ekor. Harga jual DOD yaitu sebesar Rp 6.000,00 per ekor. Pada tahun pertama hanya berproduksi selama tiga bulan, karena adanya persiapan bisnis di awal tahun. Dalam satu minggu, jumlah DOD yang diproduksi sebanyak 1.325 ekor. Tingkat kelangsungan hidup DOD adalah 85 persen, sehingga dalam satu bulan dengan jumlah produksi 5.300 ekor awalnya, jumlah yang bertahan adalah 4.505 ekor. Penerimaan tahun pertama dengan harga satuan itik Rp 6.000,00 adalah Rp 81.090.000,00. Produksi dan panen DOD tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Produksi dan panen DOD tahun pertama Bulan Jumlah produksi ke- (ekor) SR (%) Jumlah DOD dijual (ekor) 1 5.300 85 4.505 2 5.300 85 4.505 3 5.300 85 4.505 total DOD dijual (ekor) 13.515 harga DOD per ekor (Rp) 6.000 Nilai (Rp) 81.090.000 Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah) Pada tahun kedua hingga ke enam, produksi dilakukan satu tahun penuh tiap tahunnya. Dalam satu minggu, jumlah DOD yang diproduksi sebanyak 1325 ekor, sehingga dalam satu bulan dengan jumlah produksi 66

5.300 ekor. Dengan 85 persen tingkat kelangsungan hidup itik, jumlah yang bertahan adalah 4.505 ekor. Penerimaan tahun ke-2 hingga tahun ke- 6 dengan harga satuan itik Rp 6.000,00 pada skenario I adalah Rp 324.360.000,00 per tahun sedangkan pada skenario II adalah Rp 297.330.000,00 per tahun. Produksi dan panen DOD tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Produksi dan panen DOD tahun ke-2 sampai tahun ke-6 skenario I Jumlah DOD dijual tahun ke- (ekor) Bulan ke- Jumlah produksi (ekor) SR 2 3 4 5 6 1 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 2 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 3 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 4 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 5 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 6 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 7 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 8 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 9 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 10 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 11 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 12 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 total DOD dijual (ekor) 54.060 54.060 54.060 54.060 54.060 harga DOD per ekor (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 Nilai (Rp.000) 324360 324360 324360 324360 324360 Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah) 67

Tabel 10. Produksi dan panen DOD tahun ke-2 sampai tahun ke-6 skenario II Bulan ke- Jumlah produksi (ekor) SR (%) Jumlah DOD (ekor) Dibesarkan (ekor)*) Jumlah DOD dijual tahun ke- (ekor) 2 3 4 5 6 1 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379 2 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 3 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 4 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 5 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 6 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 7 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379 8 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 9 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 10 5.300 85 4.505-4.505 4.505 4.505 4.505 4.505 11 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379 12 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379 total DOD dijual (ekor) 49.555 49.555 49.555 49.555 49.555 harga DOD per ekor (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 Nilai (Rp.000) 397330 397330 397330 397330 397330 Keterangan : *) bulan 1, 7, dan 12 diasumsikan terdapat 1 minggu libur, sehingga mitra meliburkan diri dan tidak mengambil DOD ke peternakan, sedangkan bulan 8 diasumsikan terdapat 1 minggu libur lebaran. Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah) 2. Penerimaan Penjualan Itik Dewasa Jumlah pembesaran itik dewasa pada CV. Usaha Unggas sekitar 4.505 ekor dalam satu tahun. Hal ini terjadi pada skenario II. Pada tahun pertama usaha, tidak ada itik yang dibesarkan. Pembesaran itik dimulai pada tahun ke-2 sampai tahun ke-6. Tingkat kelangsungan hidup itik pada CV Usaha Unggas sangat besar, yaitu 95 persen. Sehingga total itik yang dijual dalam satu tahun adalah 4.279 ekor. Harga itik dengan bobot satu kilogram yaitu Rp 20.000,00. Penambahan 0,1 kilogram bobot itik menambah harga Rp 1.000,00. Rata-rata bobot itik yang dijual yaitu 1,2 kilogram dengan penjualan seharga Rp 22.000,00. Penerimaan dari penjualan itik dewasa adalah sebesar Rp 93.133.600,00 per tahun. Produksi dan panen itik tahun ke-2 sampai tahun ke-6 dapat dilihat pada Tabel 11. 68

Tabel 11. Produksi dan panen itik tahun ke-2 sampai tahun ke-6 Jumlah Bulan SR Jumlah panen tahun ke- (ekor) produksi ke- (%) (ekor) 2 3 4 5 6 1 1.126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070 7 1. 126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070 8 1. 126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070 12 1. 126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070 total panen (ekor) 4.279 4.279 4.279 4.279 4.279 harga itik per ekor (Rp) 22.000 22.000 22.000 22.000 22.000 Nilai (Rp.00) 93.133.6 93.133.6 93.133.6 93.133.6 93.133.6 Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah) 3. Penerimaan Penjualan Itik Afkir Itik afkir merupakan itik yang sudah habis masa reproduksinya. Itik indukan pada CV. Usaha Unggas habis masa produksinya setelah fua tahun. Dari 500 ekor indukan itik, pada akhir dua tahun setelahnya hanya tersisa sebanyak 475 ekor, karena tingkat kelangsungan hidup itik adalah 95 persen. Total pendapatan dari hasil jual itik afkir yang harga per ekornya Rp 35.000,00 adalah Rp 16.625.000,00. Pendapatan dipeoleh pada akhir tahun ke-2, ke-4 dan ke-6 produksi. 4. Penerimaan Nilai Sisa Nilai sisa berasal dari nilai investasi yang tidak habis nilai ekonomisnya pada akhir umur bisnis yaitu tahun ke-6. Peralatan itu diantaranya meja, kursi, dan sepeda motor. Pada CV. Usaha Unggas, jumlah nilai sisa sebesar Rp 13.840.000,00. Perincian nilai sisa dapat dilihat dalam Lampiran 6. 7.1.2. Arus Kas Keluar (Outflow) Arus kas keluar adalah komponen biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang dikeluarkan dibedakan menjadi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam proses produksi. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar usaha bisa berlangsung. 69

1. Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama bisnis. Biaya ini digunakan untuk membangun kandang, membeli indukan itik, membeli lahan, dan mengadakan mesin dan peralatan yang diperlukan dalam usaha pembibitan dan pembesaran itik. Rincian biaya investasi diuraikan pada lampiran 5. Rincian biaya investasi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Indukan Itik Indukan itik merupakan investasi yang paling pokok dalam usaha pembibitan itik. CV. Usaha Unggas memiliki 500 ekor itik petelur. Satu ekor indukan itik dibeli dengan harga Rp 50.000,00. Jadi pembelian indukan itik menghabiskan biaya Rp 25.000.000,00. Indukan ini berproduksi sampai dua tahun. Setelah masa produktifnya habis, itik dijual dengan harga per ekor Rp 35.000,00. b. Lahan Lahan dipergunakan sebagai tempat pembangunan kandang, kolam, dan tempat bermain itik. Lahan dibeli dengan luas 500 m 2. Harga beli luas per m 2 adalah Rp 20.000,00. Jadi total harga pembelian lahan ialah Rp 10.000.000,00. c. Kandang Kandang merupakan salah satu komponen investasi pokok pada CV. Usaha Unggas. Peternakan memiliki dua kandang besar dan 10 kandang kecil untuk DOD. Kandang besar pada CV. Usaha Unggas terbagi dua, yaitu kandang indukan dan kandang pembesaran. Kandang indukan merupakan kandang permanen dan tertutup. Kandang ini berfungsi sebagai tempat bertelur dan tempat untuk tidur bagi itik. Kandang pembesaran ada bagian yang tertutup dan ada pula bagian yang terbuka. Kandang tertutup berfungsi sebagai tempat tidur dan makan itik, sehingga itik tidak langsung terkena matahari ataupun hujan. Sebagian kandang dengan atap yang terbuka digunakan untuk tempat bermain itik. Ditempat terbuka ini dibuatkan pula kolam sederhana. Dalam 70

kandang tersebut, untuk memisahkan umur itik dibuat sekat-sekat dari bilah-bilah bambu. Pembangunan kandang menghabiskan biaya yang cukup besar yakni mencapai Rp 13.000.000,00. Umur ekonomis kandang diperkirakan sekitar enam tahun operasional. d. Instalasi Air Instalasi air dibangun untuk menjamin ketersediaan pasokan air untuk keperluan peternakan. Umur ekonomis instalasi air selama enam tahun. Pembangunan instalasi air menghabiskan biaya sekitar Rp 2.500.000,00. Biaya tersebut digunakan dalam pembuatan sumur galian, pembelian selang, paralon, mesin pompa air, lem paralon, keran air, dan biaya pemasangan. e. Tempat Pakan dan Minum Tempat pakan dan minum merupakan peralatan yang penting dalam peternakan itik pedaging. Tempat pakan dan minum berfungsi untuk tempat makan dan minum itik yang disediakan di kandang. Tempat pakan yang terdapat di CV. Usaha Unggas terbagi dua, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil. Tempat berukuran satu liter berjumlah 60 buah, sedangkan tempat berukuran dua liter berjumlah 50 buah. Harga setiap tempat pakan yang berukuran satu liter sekitar Rp 4.500,00. Sedangkan untuk tempat pakan berukuran dua liter berharga Rp 9.000,00 per buah. Umur ekonomis tempat pakan dan minum dapat diperkirakan selama dua tahun. f. Bola Lampu Fungsi utama lampu adalah untuk digunakan dalam induk buatan. Induk buatan diperuntukan bagi bibit yang berumur 0 hingga umur tiga minggu. Induk buatan sangat penting untuk menjadikan ruangan tetap hangat sehingga seolah itik berada dengan induknya. Selain itu itik dewasa pun juga memerlukan kehangatan di kandangnya. Jumlah bola lampu yang digunakan per 100 ekor itik berjumlah dua bola. Harga setiap bola lampu yaitu Rp 71

4.000,00. Umur ekonomis bola lampu diperkirakan selama dua tahun. g. Mesin Tetas Dalam usaha pembibitan itik mesin tetas sangat penting penggunaannya. CV. Usaha Unggas memiliki dua unit mesin tetas dengan kapasitas 600 butir telur per unit. Harga mesin tetas perunitnya ialah Rp 2.500.000,00. Mesin ini terbuat dari bahan multiplex. Umur ekonomis mesin ini diperkirakan sekitar enam tahun. h. Serokan Serokan digunakan sebagai peralatan pembersihan kandang. Peternakan memiliki dua buah serokan. Harga beli serokan yaitu Rp 5.000,00 per buah. Umur ekonomis serokan yaitu selama tiga tahun. i. Ember Ember digunakan untuk diantaranya mencuci peralatan, tempat menuangkan pakan dari karung, dan penggunaan lainnya. Peternakan memiliki tiga buah ember dengan ukuran besar. Ember diperoleh dari toko perkakas setempat dengan harga Rp 15.000,00 per buah. Umur ekonomis ember diperkirakan mencapai dua tahun. j. Sepatu Boot Sepatu boot digunakan untuk kerja para karyawan. Hal ini supaya kebersihan badan karyawan dapat terjaga mengingat kandang banyak kotoran ternak itik, sisa pakan, dan sekam. Peternakan memiliki inventaris sepatu boot sebanyak dua buah. Harga setiap sepatu yaitu Rp 60.000,00. Umur ekonomis sepatu boot selama dua tahun. k. Meja dan Kursi Meja dan kursi merupakan investasi untuk kelengkapan administrasi perusahaan. Perusahaan membeli meja dengan harga Rp 400.000,00 dan kursi dengan harga Rp 200.000,00. Umur 72

ekonomis meja dan kursi ini diperkirakan 10 tahun sejak pembelian. l. Sepeda Motor Sepeda motor digunakan sebagai alat transportasi bagi karyawan untuk membeli kebutuhan variabel perusahaan, maupun untuk mendistribusikan produk untuk daerah dalam jarak jangkauan yang tidak jauh. Harga beli sepeda motor adalah Rp 9.000.000. Umur ekonomis sepeda motor diperkirakan 10 tahun. Selain melakukan investasi, perusahaan juga melakukan reinvestasi. Reinvestasi dilakukan untuk mengganti peralatan investasi yang telah habis umur ekonomisnya. Pada awal tahun ke-3 dan ke-5 perusahaan melakukan reinvestasi untuk peralatan investasi seperti indukan, tempat pakan dan minum, ember besar, sepatu boot dan bola lampu dengan jumlah biaya reinvestasi sebesar Rp 26.405.000,00. Pada tahun ke-4 jumlah biaya reinvestasi yang dikeluarkan hanya sebesar Rp 10.000,00 untuk membeli serokan. Total biaya reinvestasi selama umur bisnis mencapai Rp 52.100.000,00. Rincian biaya reinvestasi dapat dilihat dalam Lampiran 7. 2. Biaya Operasional Biaya operasional dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. a. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Biaya tetap pada CV. Usaha Unggas meliputi biaya sewa kios, biaya gaji karyawan kandang, biaya gaji karyawan penetasan, biaya gaji karyawan penjualan dan pendistribusian (supir dan karyawan kios), biaya listrik, biaya komunikasi, biaya pemeliharaan kandang, biaya sekam, dan sapu lidi, biaya pemeliharaan mesin tetas, sewa mobil pick-up, gaji pemilik sebagai tenaga kerja diperhitungkan, pajak dan perawatan sepeda motor, THR karyawan, dan biaya kemanusiaan. 73

Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun ke-1 sebesar Rp 38.054.750,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 dibutuhkan biaya tetap masing-masing sebesar Rp 140.372.000,00, Rp 142.356.250,00, Rp 142.340.500,00, Rp 142.324.750,00, dan Rp 142.309.000. 1) Biaya Sewa Kios Kios ini mulai disewa pada empat tahun terakhir. Besarnya biaya sewa kios yang bertempat di dekat Pasar Prumpung, yaitu Rp 5.000.000,00 per tahun. Namun karena kios tidak hanya menjual/ mendistribusikan DOD atau itik saja, melainkan mendistribusikan DOC, ayam, dan produk lainnya juga, maka diambil asumsi untuk pembagian pembayaran sewa kios. Dari usaha ternak itik, dibayarkan sebanyak Rp 2.000.000 per tahun untuk menyewa kios. 2) Gaji Karyawan Kandang dan Karyawan Penetasan Gaji karyawan kandang dan karyawan penetasan dibayarkan perbulan. Karyawan kandang bertugas membersihkan kandang dan memberi makan ternak. CV Usaha Unggas memiliki dua orang karyawan di peternakan. Masing-masing gaji karwayan kandang adalah Rp 500.000,00. Begitu juga untuk karyawan bagian penetasan. Total karyawan pada bagian penetasan adalah tiga orang. Masing-masing karyawan dibayarkan gajinya setiap bulan dengan besar Rp 500.000,00 per orang. Total gaji karyawan kandang pada tahun ke-1 sebesar Rp 3.000.000,00. Sedangkan total gaji pada tahun ke-2 sampai tahun ke-6 masing-masing sebesar Rp 12.000.000,00 per tahun. Total gaji karyawan penetasan pada tahun ke-1 sebesar Rp 4.500.000,00. Sedangkan total gaji pada tahun ke-2 sampai tahun ke-6 masing-masing sebesar Rp 18.000.000,00 per tahun. 3) Gaji Karyawan Kios Karyawan kios bertugas menjaga dan melakukan segala aktifitas distribusi dan penjualan pada kios. Karyawan kios berjumlah dua orang, namun yang diperhitungkan dari usaha itik 74

adalah satu orang. Besarnya gaji yang diberikan untuk karyawan ini adalah Rp 950.000,00 perbulan. 4) Gaji Supir Supir bertugas untuk distribusi produk ke mitra atau konsumen. Supir menggunakan mobil pick up yang disediakan perusahaan. Supir digaji perbulan sebesar Rp 1.200.000,00. 5) Biaya Sekam Sekam digunakan sebagai alas untuk itik supaya lantai tidak terlalu lembab dan kandang tidak terlalu bau. Sekam yang dibutuhkan sebanyak 10 karung per minggu. Harga setiap karung sekam sebesar Rp 5.000,00. Dengan demikian biaya sekam pada setiap bulan sebesar 40 karung dikalikan Rp 5.000,00 per karung hasilnya adalah Rp 200.000,00. Pada tahun ke-1 dilakukan sembilan bulan produksi sehingga biaya sekam yang dikeluarkan sebesar Rp 1.800.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya sekam yang diperlukan sebesar Rp 2.400.000,00 per tahun. 6) Biaya Pemeliharaan Kandang Pada setiap awal siklus produksi, peternakan menyiapkan kesiapan produksi misalnya membersihkan halaman kandang dan sekitarnya, dan melakukan perbaikan kandang yang terlihat rusak. Biaya tersebut dirangkum ke dalam biaya pemeliharaan kandang. Besarnya biaya pemeliharaan kandang yaitu Rp 300.000,00 per tahun. Pada tahun ke-1 tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya pemeliharaan kandang, sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00. 7) Biaya Pemeliharaan Mesin Tetas Pada setiap bulan, peternakan membersihkan mesin tetas agar tingkat kegagalan produksi dapat diminimalisasi. Besarnya biaya pemeliharaan mesin tetas yaitu Rp 300.000,00 per tahun. Pada tahun ke-1 tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya pemeliharaan mesin tetas, sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00. 75

8) Biaya Komunikasi Biaya komunikasi adalah biaya untuk pembelian pulsa. Menurut pemilik, pembelian pulsa tidak diperhitungkan, melainkan memakai dana pribadi. Namun jika diasumsikan, pemakaian pulsa setiap tahunnya khusus untuk peternakan itik sekitar Rp 600.000,00 per tahun. Sedangkan untuk tahun pertama diasumsikan sekitar Rp 400.000,00. 9) Biaya Listrik Biaya listrik tetap yang dikeluarkan setiap bulan sebesar Rp 50.000,00. Biaya tetap listrik per bulan diantaranya berupa biaya beban listrik, dan pemakaian penerangan kandang. Jumlah bulan dalam satu tahun yaitu 12 bulan. Dengan demikian biaya listrik tetap per tahun sebesar Rp 600.000,00. Sedangkan untuk tahun pertama biaya listrik yang terpakai adalah Rp 150.000,00. 10) Biaya Sewa Mobil Pick-up CV Usaha Unggas telah memiliki mobil pick-up sebelumnya pada saat usaha bisnis ayam. Namun untuk memperhitungkan biayanya, maka diasumsikan menjadi biaya sewa mobil pick-up. Mobil ini digunakan empat kali dalam sebulan dengan asumsi satu kali pemakaian dikenakan biaya Rp 50.000,00. Dengan asumsi ini maka penggunaan dalam satu bulan mengeluarkan biaya Rp 200.000,00. Besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama adalah Rp 600.000,00. Sedangkan total biaya untuk tahun ke-2 sampai tahun ke-6 adalah Rp 2.400.000,00 per tahun. 11) Gaji Pemilik Gaji pemilik diperhitungkan sebagai tenaga kerja, diasumsikan gaji masing-masing pemilik yang diperhitungkan adalah Rp 2.000.000,00 per bulan. Karena CV Usaha Unggas memiliki tiga orang pemilik yang aktif, maka total biaya untuk gaji mereka setiap bulan adalah Rp 6.000.000,00. 76

Besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama adalah Rp 18.000.000,00. Sedangkan total biaya untuk tahun ke-2 sampai tahun ke-6 adalah Rp 72.000.000,00 per tahun. 12) Biaya Pajak Sepeda Motor Biaya yang dikeluarkan untuk pajak sepeda motor adalah 1,75 persen dari nilai jual motor. Karena tiap pertambahan tahun sepeda motor mengalami penyusutan, maka biaya yang dikeluarkan dari tahun pertama sampai tahun ke-6 masing-masing adalah Rp 141.750,00, Rp 126.000,00, Rp 110.250,00, Rp 94.500,00, Rp 78.750,00, dan Rp 63.000,00. 13) Biaya Perawatan Sepeda Motor Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan sepeda motor pada tahun pertama adalah Rp 60.000,00. Sedangkan biaya perawatan untuk tahun selanjutnya adalah Rp 240.000,00 per tahun. 14) THR Karyawan THR atau Tunjangan Hari Raya diberikan pada masingmasing karyawan sebesar Rp 500.000,00. Jumlah karyawan pada CV. Usaha Unggas adalah sembilan orang, maka per tahunnya total THR yang dikeluarkan adalah Rp 3.500.000,00. 15) Biaya Sapu Lidi Sapu lidi menjadi biaya tetap karena umur ekonomisnya tidak lebih dari satu tahun. Sapu lidi yang dibutuhkan sebanyak dua buah per tahun. Harga sapu lidi yaitu Rp 3.000,00 per buah. Dengan demikian biaya yang dibutuhkan untuk pembelian sapu lidi sebesar Rp 6.000,00 per tahun. 16) Biaya Kemanusiaan Biaya Kemanusiaan adalah pendapatan yang disisihkan CV. Usaha Unggas untuk membantu lingkungan di sekitar tempat usaha. Besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama adalah Rp 300.000,00. Pada tiap tahun berikutnya biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.500.000,00. 77

b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung dengan jumlah produk yang akan dihasilkan. Pada CV. Usaha Unggas biaya variabel berupa biaya pakan broiler, pakan pur, pakan starter, dedak, sisa sayuran, sisa mie, obat-obatan, jamu herbal, box pengiriman, dan bensin. Pada skenario I tidak terdapat biaya variabel untuk pembesaran DOD. Rincian jumlah biaya variabel untuk masing-masing skenario dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Rincian penggunaan biaya variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Biaya Pakan Pur Pakan pur diberikan untuk itik indukan. Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 0,12 kilogram per hari per ekor itik. Kebutuhan pakan pur untuk pemeliharaan 500 ekor itik yaitu 60 kilogram perhari. Dalam satu karung pakan memiliki netto 50 kilogram sehingga pakan pur yang diperlukan sebanyak 1,2 karung. Harga pakan pur yaitu Rp 180.000,00 per karung sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian pakan pur dalam satu bulan sebanyak Rp 6.480.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya untuk pembelian pakan pur yang diperlukan sebesar Rp 77.760.000,00 per tahun. Sedangkan pada tahun ke-1 biaya pakan pur yang diperlukan sebesar Rp 19.440.000,00. 2) Biaya Pakan Starter Pakan starter diberikan kepada DOD dari umur 0 hingga umur 14 hari. Jumlah yang diberikan adalah dua kg per 100 ekor DOD. Jenis pakan starter yang digunakan adalah pakan broiler (BR) 511. Untuk DOD yang akan dijual, diperhitungkan umur ke-0 nya, maka jumlah pakan yang diberikan adalah 4.800 ekor dikalikan 0,02 kilogram yaitu 120 kilogram per hari satu hari dalam jangka produksi satu bulan. Sedangkan untuk DOD yang akan dibesarkan yaitu sebanyak 4.080 ekor per tahun, diberikan hingga umur 14 hari. Jumlah yang dikonsumsi setiap harinya 78

adalah 0,02 kilogram per ekor. Harga pakan BR 511 ini adalah Rp 260.000.000 per 50 kilogram. 3) Biaya Pakan Grower Pakan grower diberikan kepada itik yang berumur besar dari 14 hari. Jenis pakan yang diberikan adalah BR 512 atau BR 611. Pakan yang dikonsumsi tidak banyak, namun dicampur dengan dedak dan mineral. Harga pakan ini adalah Rp 3.750,00 per kg. Setiap itik diberikan 0,12 kilogram pakan grower hingga berumur dua bulan. 4) Biaya Dedak Dedak diberikan untuk itik umur 14 hari-2 bulan. Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 3,5 kilogram per hari per 1.000 ekor itik. Kebutuhan dedak untuk pemeliharaan 4.080 itik pembesaran dan 500 itik indukan ekor itik yaitu 3,15 kilogram per hari. Harga dedak yaitu Rp 2.000,00 per kilogram. 5) Biaya Sisa Sayuran dan Mie Limbah sayuran pasar dan mie diberikan untuk itik umur 14 hari 2 bulan. Jumlah yang diberikan masing-masing yaitu sebanyak 50 kilogram per hari per 1.000 ekor itik. Satu karung sisa sayuran dan satu karung mie memiliki netto masing-masing sebesar 25 kilogram. Harga limbah sayuran dan mie yaitu Rp 750,00 dan Rp 700,00 per karung. 6) Biaya Bensin Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bensin sekitar Rp 500.000,00 per bulan. Bensin dipergunakan untuk kendaraan yang dipergunakan untuk distribusi dan kebutuhan lainnya. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 dikeluarkan sebanyak Rp 6.000.000,00 per tahun, sedangkan untuk tahun pertama dikeluarkan biaya sebanyak Rp 1.500.000,00. 79

7) Biaya Obat-obatan Biaya obat-obatan dikeluarkan untuk membeli obat-obatan kimia. Pada CV. Usaha Unggas penggunaan obat herbal lebih besar dibandingkan kimia. Biaya obat-obatan kimia tidak lebih dari Rp 35.000,00 per bulan. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 produksi biaya untuk pembelian obat-obatan yang diperlukan sebesar Rp 420.000,00 per tahun. Pada tahun ke-1 biaya obat-obatan yang diperlukan sebesar Rp 105.000,00. 8) Biaya Jamu Herbal Biaya jamu herbal adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat jamu herbal yang berfungsi sebagai obat ataupun vitamin bagi itik. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan temu lawak yaitu temulawak, kunyit, dan kayu manis. Bahan-bahan tersebut direbus, disaring, kemudian ditutup untuk fermentasi selama seminggu. Pembuatan jamu herbal dilakukan setiap bulan dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00. Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-6 produksi biaya untuk pembuatan jamu herbal sebanyak Rp 1.200.000,00 per tahun. Pada tahun pertama biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 300.000,00. 9) Biaya Box Pengiriman Box pengiriman digunakan untuk pengiriman DOD. Dalam satu minggu dibutuhkan paling banyak 40 box. Harga box adalah Rp 15.000,00 per 80 buah. Jadi biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan adalah Rp 30.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya untuk box pengiriman yang diperlukan sebesar Rp 360.000,00 per tahun. Pada tahun ke-1 biaya box pengiriman yang diperlukan sebesar Rp 90.000,00. 10) Biaya Variabel Listrik Biaya variabel listrik yaitu biaya listrik yang digunakan pada mesin tetas. Biaya ini disesuaikan dengan jumlah telur tetas itik yang diproduksi. Oleh karena itu biaya biaya listrik dibedakan 80

menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Untuk penetasan telur itik diperlukan biaya listrik sebesar Rp 120.000,00 per bulan produksi. Pada tahun pertama biaya listrik yang dikeluarkan sebesar Rp 360.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya untuk listrik yang diperlukan sebesar Rp 1.440.000,00 per tahun. 7.2. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui perkembangan laba usaha setiap tahunnya. Laba bersih merupakan hasil dari penerimaan dikurangi biaya tetap dan biaya variabel. Selain itu, terdapat komponen yang dapat mengurangi laba bersih yaitu biaya penyusutan dan pajak penghasilan. Rincian perhitungan rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha, yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow tersebut. Peralatan investasi pada CV. Usaha Unggas dianggap tidak memiliki nilai sisa (nilai sisa = 0) karena peralatan investasi tersebut tidak memiliki nilai jual ketika sudah habis umur ekonomisnya. Kecuali untuk sepeda motor, kursi, dan meja yang masih layak dipakai karena umur ekonomisnya lebih lama, maka setelah enam tahun masih memiliki nilai sisa. Pada CV. Usaha Unggas besarnya penyusutan per tahun dari tahun ke-1 hingga ke-6 sebesar Rp 17.402.500,00. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat dalam Lampiran 8. Besarnya tarif pajak penghasilan mengacu pada Undang- Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008 tentang pajak yang ditetapkan tarif pajak penghasilan sebesar 25 persen. Total pajak penghasilan yang harus dibayarkan selama umur proyek pada skenario I yaitu Rp 97.755.738,00, dan pada skenario II sebesar Rp 61.203.325,00. Berdasarkan proyeksi laba rugi skenario I pada CV. Usaha Unggas menunjukan bahwa selama umur proyek, total laba bersih yang didapatkan perusahaan sebesar Rp 294.683.700,00. Rata-rata laba bersih per tahun sebesar Rp 49.113.950,00. Rincian proyeksi laba rugi skenario I dapat dilihat dalam Lampiran 9. Proyeksi laba rugi skenario II pada CV. Usaha Unggas menunjukan bahwa total laba bersih yang didapatkan perusahaan sebesar Rp 185.296.463,00. Rata- 81

rata laba bersih per tahun sebesar Rp 30.882.744,00. Rincian proyeksi laba rugi skenario II dapat dilihat dalam Lampiran 13. Dapat dilihat dari hasil laba bersih yang dihasilkan menunjukan bahwa skenario I memperoleh laba bersih lebih besar dibandingkan pada skenario II. Hal ini dikarenakan adanya usaha pembesaran itik pada skenario II. Hal ini karena terdapat lebih banyak jumlah biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario II yang juga melakukan usaha di bidang pembesaran itik, sedangkan skenario I hanya usaha pembibitan saja. 7.3. Analisis Kelayakan Investasi Analisis kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dari aspek finansial. Skenario usaha yang digunakan terdiri dari dua skenario yaitu, skenario I merupakan usaha pembibitan saja dengan asumsi seluruh DOD yang diproduksi terserap oleh pasar. Sedangkan skenario II merupakan usaha pembibitan dan pembesaran itik, dengan asumsi pembesaran hanya dilakukan pada saat terdapat DOD yang tidak terserap pasar. Modal usaha pada CV Usaha Unggas menggunakan modal bersama sehingga tingkat diskonto yang digunakan yaitu tingkat suku bunga Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia. Suku bunga diskonto BI pada saat penelitian (April-Mei 2012) yaitu sebesar 5,75 persen. Penggunaan suku bunga diskonto juga sebagai discount rate juga dikarenakan adanya time value of money atau keadaan dimana sejumlah uang di masa kini nilainya lebih berharga daripada nilai uang di masa mendatang. Kriteria yang digunakan dalam analisis finansial pada CV Usaha Unggas yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Besarnya NPV menggambarkan nilai kini dari manfaat bersih yang diperoleh dari bisnis selama umur bisnis tersebut. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan apabila memiliki NPV besar dari 0. Hasil perhitungan pada skenario I, Net Present Value pada CV. Usaha Unggas yaitu sebesar Rp 177.740.355,80. Hasil perhitungan NPV tersebut menunjukan bahwa CV. Usaha Unggas akan mendapatkan manfaat kini bersih dari usaha yang dijalankan selama umur proyek sebesar Rp 177.740.355,80. CV. Usaha Unggas dikatakan layak untuk dijalankan karena NPV yang dihasilkan besar dari nol. Nilai IRR mengindikasikan besarnya kemampuan usaha untuk memberikan 82

pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol. Dengan kata lain, ketika IRR sama dengan nilai discount rate yang digunakan dalam analisis finansial maka usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan bersih karena NPV yang dihasilkan bernilai nol. Selain itu opportunity cost atas deposito yang mungkin akan didapatkan menjadi tidak ada karena pada saat modal ditanamkan pada bank sebagai deposito, pemilik tidak memiliki biaya imbangan yang harus dikorbankan ketika modal didepositokan. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan ketika IRR yang dihasilkan lebih besar dari discount rate yang ditentukan dalam analisis. Berdasarkan perhitungan pada cash flow didapatkan, nilai IRR pada CV. Usaha Unggas sebesar 148,34 persen. Hal itu menunjukan bahwa usaha mampu memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan sebesar 148,34 persen. Berdasarkan IRR, dapat dikatakan bahwa CV. Usaha Unggas layak untuk dijalankan karena IRR yang dihasilkan yaitu 148,34 persen lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yaitu sebesar 5,75 persen. NPV (Rp) 177.740.355,80 5,75 IRR 148,34 i (%) Gambar 9. Grafik Hubungan NPV dan IRR Skenario I Nilai Net B/C menunjukan seberapa besar manfaat yang akan didapatkan atas biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai Net B/C besar dari 1. Nilai Net B/C pada CV. Usaha Unggas yaitu 6,11 yang artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan manfaat bersih sebesarrp 6,11. Berdasarkan kriteria Net B/C usaha CV. Usaha Unggas layak untuk dijalankan. 83

Payback Period (PBP) menunjukan seberapa lama modal investasi yang telah dikeluarkan dapat kembali. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai PBP lebih kecil dari umur proyek. Nilai PBP pada CV. Usaha Unggas yaitu 1,35 tahun yang artinya adalah modal investasi yang telah ditanamkan perusahaan akan kembali setelah 1,35 tahun atau kurang lebih satu tahun empat bulan empat hari sejak usaha dijalankan. CV. Usaha Unggas dikatakan layak untuk dilaksanakan karena PBP terjadi pada tahun ke-1,35 yang masih berada dalam umur proyek dimana proyek dilakukan hingga tahun ke-6. Tabel 12. Hasil Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Skenario I No Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian 1 NPV Rp 177.740.355,80 2 IRR 148,34% 3 Net B/C 6,11 4 PP 1,35 tahun Berdasarkan hasil analisis menggunkan kriteria investasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa CV Usaha Unggas layak untuk dijalankan berdasarkan aspek finansial. Dengan demikian, usaha pembibitan dan pembesaran itik pada CV Usaha Unggas dapat direalisasikan selama umur proyek yaitu enam tahun. Rincian arus kas (cash flow) skenario I dapat dilihat dalam Lampiran 10. Hasil analisis skenario II dengan usaha dibidang pembibitan dan pembesaran itik, diperoleh nilai NPV lebih besar dari pada nol yaitu sebesar 106.989.779,57 rupiah. Artinya pengusahaan pembibitan itik yang dijalakan memberikan manfaat positif selama umur proyek menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar 106.989.779,57 rupiah dengan suku bunga deposito 5,75 persen, sehingga dari kriteria tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan. Dilihat dari nilai IRR pada skenario satu yaitu sebesar 97,61 persen nilai tersebut menunjukan lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto sebesar 97,61 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan. 84

NPV (Rp) 106.989.779,57 5,75 IRR 97,61 i (%) Gambar 10. Grafik Hubungan NPV dan IRR Skenario II Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 4,16 nilai tersebut menunjukan lebih dari satu. Artinya bahwa setiap nilai pengeluaran sekarang sebesar 1,00 rupiah akan memberikan manfaat bersih sebesar 4,16 rupiah. Nilai tersebut menunjukan usaha ini layak untuk dijalankan. Payback Periode yang diperoleh adalah selama 2,14 tahun setara dengan dua tahun satu bulan 21 hari. Hal ini menunjukan kemampuan tingkat pengembalian modal pada skenario II CV. Usaha Unggas lebih kecil dari pada umur proyek. Rincian arus kas (cash flow) skenario II dapat dilihat dalam Lampiran 14. Tabel 13. Perbandingan Hasil Kelayakan Usaha pada Dua Skenario No. Kriteria Kelayakan Skenario I Skenario II 1 NPV (Rp) 177.740.355,80 106.989.779,57 2 IRR (%) 148,34 97,61 3 Net B/C 6,11 4,16 4 PBP (tahun) 1,35 2,14 Hasil perbandingan dua skenario tersebut pada Tabel 13. Secara umum skenario I lebih layak dibandingkan dengan skenario II. Tingkat penerimaaan yang diperoleh pada skenario I lebih besar dibandingkan hasil skenario II. Investasi ini layak meskipun discount factor yang dipakai 15 persen. Oleh karena itu usulan investasi ini sangat menjanjikan, baik skenario I maupun skenario II. 85

7.4. Analisis Kepekaan (Sensitivitas) Analisis sensitivitas pada CV. Usaha Unggas dilakukan terhadap variabelvariabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha. Pada CV. Usaha Unggas, variabel yang dianggap paling mempengaruhi kelayakan usaha menurut pengalaman beberapa tahun belakangan adalah kenaikan harga pakan pur, dan penurunan harga jual produk. Analisis nilai sensitivitas dilakukan terhadap peningkatan harga pakan pur dikarenakan biaya untuk pakan pur merupakan biaya terbesar dalam biaya variabel pada CV. Usaha Unggas yaitu sebesar 78,9 persen dari total biaya variabel. Selain terhadap pakan pur, analisis sensitifitas dilakukan terhadap penurunan harga jual produk karena sebagian besar pendapatan berasal dari hasil penjualan produk. Dari fluktuasi harga selama beberapa tahun terakhir, didapatkan informasi bahwa harga DOD itik terendah adalah Rp 5.500,00 per ekor. Jika dibandingkan dengan harga yang berlaku saat ini yaitu Rp 6.000,00 per ekor, maka harga DOD mengalami penurunan sebesar Rp 500,00 atau 8,3 persen. Sedangkan harga pakan pur tertinggi mencapai Rp 250.000,00 per karungnya, jika dibandingkan dengan harga yang berlaku saat ini yaitu Rp 180.000,00 per karung, maka terdapat kenaikan sekitar 39 persen. Tabel 14. Perbandingan Hasil Analisis Sensitifitas CV. Usaha Unggas Nilai Kepekaan Kriteria Kelayakan Harga Jual DOD Harga Pakan harga Rp 5.500 Pur Rp 250.000 per ekor per karung Skenario I NPV (Rp) 106.497.941,7 97.987.270,2 Net B/C 3,79 3,54 IRR (%) 87 81 Skenario II NPV (Rp) 41.296.344,8 23.499.301,5 Net B/C 2,2 1,75 IRR (%) 43 30 Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 14) nilai kepekaan skenario I dan skenario II terhadap harga pakan pur didapatkan nilai kriteria kelayakan skenario 86

II yang lebih kecil dibandingkan nilai kriteria kelayakan pada skenario I. Hasil perbandingan tersebut menunjukan skenario II lebih peka atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga DOD maupun kenaikan biaya pakan seperti pada Tabel 14. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin beresiko. Berdasarkan hasil perhitungan nilai sensitifitas, perusahaan perlu mewaspadai fluktuasi harga input dan output produksi. Hasil perhitungan sensitivitas dapat bermanfaat bagi pemilik dan pengelola CV. Usaha Unggas dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan oleh pernahnya terjadi penurunan harga dimasa lalu yang menyebabkan adanya potensi penurunan harga jual DOD kembali di masa yang akan datang. Begitu pula dengan fluktuasi harga pakan pur. Hal ini perlu dicermati pemilik dan pengelola perusahaan. Pengelola perlu memperhatikan potensi terjadinya penurunan harga jual DOD dengan melakukan tindakan preventif terhadap penurunan harga jual DOD tersebut. Alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menurunkan tingkat persaingan dan melakukan efisiensi biaya. Tingkat persaingan dapat diturunkan dengan cara memperbaiki kualitas produk. Sementara itu, efisiensi biaya dilakukan untuk menurunkan biaya produksi. Salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan efisiensi usaha atau biaya yaitu dengan menambah skala usaha. Hal itu dikarenakan skala usaha peternakan sangat menentukan efisiensi usaha (Siregar dan Ilham 2002). Memperbesar skala usaha sampai batas tertentu akan mengakibatkan turunnya biaya produksi rata-rata. Hal ini dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai skala usaha dengan hasil bertambah (increasing return to scale), yang kemudian menghasilkan economies of scale yang tinggi. Perluasan selanjutnya sampai pada suatu titik minimum, dalam hal dimana biaya produksi rata-rata tidak berubah (constant return to scale) dan bila dilanjutkan perluasan tersebut akan mengakibatkan naiknya biaya produksi rata-rata (decreasing return to scale). Proyeksi laba rugi dan arus kas (cash flow) nilai pengganti untuk peningkatan harga pakan pur dan penurunan volume produksi dapat dilihat masing-masing dalam Lampiran 11, 12, 15, dan 16. 87

7.5. Analisis Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Even Point (BEP) 7.5.1. Harga Pokok Produksi (HPP) Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dan besarnya harga pokok produksi merupakan acuan yang digunakan oleh produsen dalam penetapan harga jual produk. Penentuan HPP dilakukan pada harga DOD dengan menggunakan skenario I, karena DOD merupakan produk utama yang dihasilkan. Harga pokok penjualan yang menguntungkan bagi suatu usaha yaitu apabila lebih besar dari harga pokok produksi. Demikian juga pada CV. Usaha Unggas yang perlu mengetahui harga pokok penjualan DOD apakah telah berada di atas atau di bawah harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produksi mengacu pada laporan laba rugi untuk mengetahui jumlah total biaya tetap, biaya variabel, dan output yang dihasilkan. Biaya tetap dalam perhitungan harga pokok produksi sudah termasuk biaya penyusutan. Sedangkan output yang dihasilkan berupa DOD karena DOD merupakan variabel penerimaan yang paling besar yaitu mencapai 75-78 persen dari total penerimaan perusahaan. Berdasarkan perhitungan, HPP untuk satu ekor DOD adalah Rp 4.572,61. Nilai HPP lebih rendah daripada harga penjualan sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan apabila harga jual yang ditetapkan sebesar harga penjualan saat ini yaitu Rp 6.000,00 per ekor DOD. Perhitungan HPP secara terinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Uraian Total biaya Tetap (TFC) Total Biaya Variabel (TVC) Jumlah DOD yang dihasilkan (Q) HPP = (TFC + TVC) / Q Jumlah Rp37.904.750 Rp23.894.100 13.515 ekor Rp4.572,61 88

7.5.2. Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan usaha yang berada pada titik impas yaitu pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Perhitungan BEP dilakukan terhadap DOD dengan menggunakan skenario I, karena DOD merupakan produk utama yang dihasilkan. Perhitungan BEP yang dilakukan dalam analisis ini adalah BEP unit. Nilai BEP unit digunakan untuk mengetahui jumlah DOD yang harus dihasilkan dan dijual oleh CV. Usaha Unggas sehingga usaha berada pada kondisi tidak untung atau rugi. Variabel yang digunakan dalam perhitungan BEP berasal dari laporan laba rugi selama umur bisnis yaitu total biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual DOD. Biaya tetap dalam perhitungan BEP merupakan seluruh biaya tetap dan biaya penyusutan investasi. Total biaya tetap selama umur bisnis yaitu Rp 744.607.250,00. Biaya variabel per unit merupakan seluruh biaya variabel yang dikeluarkan selama umur bisnis yang dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Total biaya variabel selama umur bisnis yaitu Rp 510.813.150,00 dan jumlah DOD yang dihasilkan yaitu 283.815 ekor sehingga biaya variabel per unit sebesar Rp 1.799,87. Harga jual DOD yaitu Rp 6.000,00 per ekor. Berdasarkan perhitungan, nilai BEP unit pada CV Usaha Unggas yaitu 177.282 ekor DOD. Artinya adalah usaha akan mencapai titik dimana tidak untung atau rugi ketika berhasil menjual DOD sebanyak 177.282 ekor dari hasil produksi perusahaan. Dengan kata lain, selama umur proyek dipastikan usaha akan mengalami keuntungan karena total DOD yang akan dihasilkan sebanyak 283.851 ekor yang lebih besar dari BEP unit. Rincian perhitungan BEP dapat dilihat pada Tabel 16. 89

Tabel 16. Perhitungan BEP Unit Uraian Jumlah Total biaya Tetap (TFC) Rp 744.607.250,00 Total Biaya Variabel (TVC) Rp 510.831.150,00 Jumlah DOD yang dihasilkan (Q) 283.815 ekor Biaya variabel satu ekor DOD (AVC = TVC/Q) Rp 1.799,87 Harga penjualan (P) Rp 6.000,00 BEP = TFC / (P-AVC) 177.282 ekor 90