BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. media massa secara efektif mempengaruhi agenda politik negara dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Perdebatan mengenai batasan antara nilai-nilai moral

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. hiburan dan edukasi secara bersamaan. memiliki peran dalam hal domestik saja.

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini

BAB II SEKSUALITAS DAN MEDIA: TINJAUAN DARI MASA KE MASA...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film terbanyak yang diminati dan diproduksi di indonesia adalah film

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh media sering dibentuk sedemikian rupa, sehingga menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Artinya, hampir semua kajian sosial selalu melibatkan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa sifatnya satu arah. 1

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

Tanggapan Anda tentang teguran KPI kepada stasiun televisi yang menayangkan tokoh antagonis bergelar Haji dan Ustadz?

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan penerangan (Shadily, 1980, p.1007). bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal istilah gambar hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan masalah terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang. Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Ray Sahetapy, Jupiter, Asya Shara, Ardina Rasti, dan Ki Joko Bodo.

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.

MODUL 9 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

I. A. PERMASALAHAN I. A.

BAB I PENDAHULUAN. informasi atau nilai. Disamping fenomena globalisasi perdagangan, finansial, dan

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB IV TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

Analisis Isi Perilaku Prososial dan Antisosial Dalam Film Arisan2 KARYA ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media saat ini baik elektronik maupun cetak banyak disorot oleh banyak kalangan sebagai salah satu penyebab utama hancurnya moral umat manusia termasuk golongan remaja. Berbagai tayangan yang sangat banyak menonjolkan aspek pornografi dari pada edukasi sebagaimana peran dari media itu sendiri, dan aspek pornografi diyakini sangat erat hubungannya dengan meningkatnya berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, saat ini hampir tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengontrol atau melakukan sensor terhadap berita maupun hiburan termasuk berita atau tayangan yang termasuk dalam kategori pornografi tersebut, Kureisi dalam (Kureisi, 2010:107). Oey Hong Lee dalam (Sobur, 2006:126) menyebutkan film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsurunsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada massa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. 1

Film telah membangkitkan sebentangan teori dan metode. Film dipelajari dari segi potensinya sebagai seni, sejarahnya yang dituturkan sebagai momen-momen dalam tradisi yang hebat, film-film, bintang, dan sutradara yang paling berarti; film dianalisis berdasarkan perubahan teknologi produksi film. Film dikutuk sebagai industri budaya; dan film didiskusikan sebagai situs penting bagi produksi subjektivitas individu dan identitas nasional (Storey, 2007: 67) Film sendiri dibuat dari sebuah ide cerita dasar dari berbagai macam gambaran tentang realita kehidupan yang dibumbui oleh imajinasi dari sang pembuat film. Film tidak hanya menjadi media hiburan saja akan tetapi juga menjadi media pendidikan dan informasi. Film juga menjabarkan tentang segala aspek sosial kehidupan melalui pesan-pesan yang terkandung didalamnya. Seni film banyak memasuki berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, politik, agama, pendidikan, budaya, hukum, ekonomi, dan psikologi sebagai satu rangkaian cerita yang utuh. Didalam film terdapat unsur dramatisasi dan sinematografi sehigga menjadi kesatuan cerita audio visual sehingga penonton bisa larut didalamnya dan dapat merasakan terhibur, sedih, takut atau bahkan dapat memberi motivasi. Wright dalam (Sobur, 2006:127) Seiring dengan kebangkitan film pula muncul film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Dua tema yang umumnya menimbulkan kecemasan dan prihatin masyarakat ketika disajikan dalam film adalah adegan-adegan seks dan kekerasan kadangkala perhatian ini dikemukakan oleh karena penggambarannya bertentangan dengan standar selera baik dari masyarakat. Namun seringkali kecemasan masyarakat berasal dari 2

keyakinan bahwa isi seperti itu mempunyai efek moral, psikologis, dan sosial yang merugikan, khususnya kepada generasi muda, dan menimbulkan perilaku antisosial. Baik seks maupun kekerasan telah menjadi subjek penelitian komisikomisi yang disponsori secara federal akhir-akhir ini mengenai efek komunikasi massa, ditambah berbagai macam penelitian lainnya. Beberapa tahun yang lalu dunia perfilman Indonesia kerap mengalami pasang surut. Namun seiring berjalannya waktu, dunia perfilman Indonesia mulai bangkit dengan maraknya lahir sineas-sineas muda berbakat yang mampu membuat karya terbaiknya sehingga dunia perfilman Indonesia menjadi lebih berkembang lagi. Seiring dengan perkembangan film maka banyak sekali tema yang hadir, mulai dari tema film percintaan, komedi, persahabatan, nasionalisme, horor dan lain-lain. Dan yang kerap kali dicampuri dengan adegan pornografi dan seks yang sering menonjolkan kemolekan tubuh seorang wanita. Hal semacam ini terjadi karena banyak film maker (pembuat film) yang sudah tidak lagi berpegang teguh pada idealismenya, bahwa film merupakan karya seni yang bisa memberi pesan dan informasi positif bagi penontonnya. Melainkan film dijadikan sebagai ladang bisnis dan lebih mementingkan meraih pundi-pundi berupa materi. Padahal hal semacam itu dapat berdampak negatif bagi penontonnya bahkan untuk generasi muda, karena film yang berbau pornografi dan seksualitas sudah jelas sangat tidak mendidik dan hanya membuat hancur generasi muda. 3

Masalah seksualitas dewasa ini semakin marak menjadi masalah kontroversial dalam media. Seiring dengan pergeseran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, perkembangan film horor Indonesia tidak hanya menyuguhkan rasa takut tetapi juga menyuguhkan unsur sensualitas perempuan. Kata seks berdasarkan arti dasarnya, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan kelamin seharus menjadi hal pribadi yang tidak pernah dibicarakan dalamwacana publik. Namun dengan bergesernya makna seks itu sendiri dimana berubah arti menjadi suatu konsep tubuh, membuat seks harus ditampilkan secara terus menerus berdasarkan kepentingan dan maksud tertentu. Seks tidak lagi menjadi sesuatu yang privacy namun menjadi hal yang dikomoditikan.seks juga tidak lagi menjadi pembicaraan yang tabu. Tema seks menjadi sangat menarik untuk dikomoditikan karena seks memiliki sifat yang universal dan sejak dulu seks tidak pernah habis dibicarakan serta menarik semua orang. Hal ini disebabkan karena seks selain menjadi kebutuhan semua orang, seks dan objeknya cenderung tertutup oleh bingkai-bingkai agama, tradisi dan moral masyarakat itu sendiri (Bungin, 2005:116). Beberapa tahun terakhir ini produsen film horor semakin berani dalam menyuguhkan sensualitas dalam judul filmnya, contohnya Suster Keramas, Rintihan Kuntilanak Perawan, Tiran (Mati di Ranjang), dan Dendam Pocong Mupeng. Eksploitasi tubuh seorang perempuan mulai banyak ditonjolkan. Pada awal tahun 2009 muncul film horor Indonesia yang berjudul Setan Budeg yang bercerita tentang tiga pemburu mayat yang kerapkali mengurusi mayat tanpa identitas yang bertebaran di jalan ibukota, terutama mereka yang 4

kecelakaan terlindas kereta dan terpisah-pisah anggota tubuhnya. Saat menemukan mayat seorang gadis yang belakangan diketahui bisu tuli bernama Lala menghilang dari mobil jenazah, Pak Joko sebagai atasan mereka menjadi berang. Dilain waktu, Anita mendapat kabar kalau saudara kembarnya mengalami kecelakaan saat ia sendiri dipenuhi tanda tanya besar mengenai rahasia yang mungkin saja disembunyikan orang-orang terdekatnya. Dan dari judulnya film horor tersebut mengandung suatu abnormal, karena dimana hantu atau setan adalah mahluk ghaib yang tidak berwujud tetapi dalam film ini hantu diwujudkan seperti halnya manusia bahkan hantunya tidak memiliki indera pendengaran atau telinga yang membuat sosok hantu dalam film ini menjadi budeg atau tuli. Hal ini menarik perhatian peneliti karena hantu seharusnya sosok yang menakutkan tetapi dalam film ini hantu digambarkan seperti manusia tuli yang tidak bertelinga. Dan selain unsur mistis itu sendiri dalam film ini, peneliti menganalisa terdapat unsurunsur sensualitas perempuan yang digambarkan melalui adegan-adegan, karakter, sekaligus atribut dari film ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dapat di identifikasikan rumusan masalah adalah Bagaimanakah sensualitas perempuan direpresentasikan dalam film horor Indonesia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi sensualitas perempuan yang ada dalam film horor Indonesia "Setan Budeg".jki 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada mahasiswa khususnya jurusan ilmu komnikasi konsentrasi audio visual agar mengetahui unsur representasi sensualitas perempuan dalam sebuah media yaitu film. Selain itu juga menyediakan referensi atau rujukan kajian pustaka untuk melengkapi penelitian-penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat secara luas dalam menerima dan memahami makna pesan film, sehingga pesan dalam film tidak hanya dapat ditangkap dari muatan pesan yang tampak (manifest content), tetapi juga muatan pesan yang tersembunyi (latent content). Diharapkan juga penelitian ini dapat menjadi masukan bagi kalangan insan perfilman dalam membuat suatu karya seni, khususnya film, agar memiliki kekuatan yang lebih mendalam tentang makna dan tanda. 6