BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. bantuan orang lain. Demikian juga pada bidang bisnis dibutuhkan jaringan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

Konversi Akad Murabahah

(Prespektif Fatwa DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Penjualan. Langsung Berjenjang Syariah)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS TERHADAP KERJASAMA USAHA TRAVEL DI PO. BINTANG SELATAN TRAVEL PALEMBANG-MANNA

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Prinsip Syariah pada Pasar Keuangan October Bagaimana cara mengembangkan pasar?

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Pemasaran Umrah dan Haji Plus PT. Arminareka Perdana. pemasaran yang dijalankan oleh PT. Armina Utama sukses yang kemudian

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

(dari mengambil riba), maka bagiannya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang me

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

Pedoman Umum Asuransi Syariah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

LAMPIRAN-LAMPIRAN 68

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sistem Multi Level Marketing Dalam Pembiayaan Haji dan Umrah

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

PENGGABUNGAN AKAD AL-ISTISHNA DENGAN AL-WAKALAH BERPOTENSI MENIMBULKAN RIBA TERSELUBUNG. Oleh Drs. Herman Supriyadi

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi Kasus di Perwakilan Jl. Simpang 4C Samping DP Mall Semarang PT.Arminareka Perdana) A. Analisis terhadap pelaksanaan kemitraan penyelenggara perjalanan Umrah dan Haji plus di perwakilan Jl. Simpang 4C Semarang PT. Arminareka Perdana Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui dokumentasi, observasi dan wawancara yaitu di website. maka dalam bab ini penulis akan menganalisis sistem pelaksanaan kemitraan hak usaha penyelenggara umrah dan haji plus di perwakilan Jl. Simpang 4C Semarang PT. Arminareka Perdana dan juga analisis akad pelaksaan kemitraan hak usaha dalam perspektif fiqh muamalah. Setelah penulis melakukan penelitian di Penyelenggara Perjalanan umrah dan haji plus di perwakilan Jl. Simpang 4C Semarang PT. Arminareka Perdana penulis mengetahui bahwa Arminareka Perdana dalam bidang atau divisi marketingnya memiliki konsep marketing plan untuk memasarkan produknya melalui sebuah konsep baru yang di usung dengan membentuk PT. Lima Utama Sukses sebagai agen marketing Arminareka Perdana. Program kemitraan atau hak usaha jamaah umrah dan haji plus di PT. Arminareka perdana. Program kemitraan sebagaimana dijelaskan dalam BAB sebelumnya yakni BAB III bahwa hak usaha dengan menggunakan 75

76 kemitraan merupakan sistem agen dan perwakilan. kemitraan tersebut hanya dikhususkan bagi jamaah yang telah membayar DP yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan dan mendapatkan voucher. Voucher yang didapatkan setelah membayar uang muka sebagai tanda agen untuk dapat memperoleh bonus, berlaku seumur hidup dan dapat diperjual belikan namun tidak dapat ditukarkan dengan uang tunai, dapat dipindah tangankan atau diwariskan serta berlaku perpanjangan. Pelaksanaanya sistem ini semacam sistem jaringan berjenjang dengan menggunakan sistem perekrutan jamaah berikutnya dengan mengajak orang-orang untuk beribadah ke baitullah melalui biro travel and tour Arminareka Perdana. Keuntungan yang didapatkan jamaah dari usahanya ini dilihat sesuai dengan kemampuan jamaah Arminareka Perdana dalam perekrutan masa lain untuk masuk bergabung dan mendaftar. Keuntungan jamaah berasal dari upah yang diberikan perusahaan sebagai timbal balik perusahaan kepada jamaah yang telah membantu untuk memasarkan jasanya. Dalam prakteknya seorang yang menjadi calon jamaah di PT. Arminareka Perdana disyaratkan untuk membayarkan uang muka langsung transfer bank PT. Arminareka Perdana di pusat kemudian dengan akad yang digunakan adalah Murabahah dimaksudkan agar tidak hangus uang yang telah diberikan kepada perusahaan sebagai tanda jadi sebagai calon jamaah dan uang yang telah disetor akan terjaga. Setelah membayar uang muka akan mendapatkan beberapa fasilitas salah satunya hak usaha.

77 Hak usaha ini boleh dilaksanakan dan boleh tidak. Akan tetapi saat menjadi jamaah sudah pasti terdaftar sebagai mitra atau agen dan mendapatkan izin untuk usaha dari perusahaan. Apabila hak usaha tersebut dijalankan dengan menggunakan akad wakalah taswiq bil ujrah sebagaimana keterangan BAB III maka jamaah arminareka yang juga sebagai agen atau mitra akan mendapatkan bonus atau upah atau fee sesuai dengan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan nasabah atau pendaftar baru yang telah direfensikan atau mendapat informasi dari agen tersebut. Ada beberapa poin yang menjadi inti dari sistem kemitraaan di PT. Arminareka Perdana yaitu: 1. Pelaksanan sistem kemitraan yang berdasarkan keagenan dimana keagenan tersebut diartikan sebagai wakil dari perusahaan kepada mitra yang berasal dari jamaah. Jadi, setiap calon jamaah PT. Arminareka Perdana yang telah membayar DP atau uang muka semacam sebagai jaminan maka ia akan secara otomatis menjadi agen bagi yang mau menjalankan usaha. DP berlaku hanya pada pemerangkatan sebagai pemotongan transportasi tanpa dapat di cairkan kembali. 2. DP atau uang muka sebagai uang wajib. Dalam hal ini menurut hemat penulis uang muka yang diwajibkan tersebut sebagai tanda modal, akan tetapi jika dikatakan uang sebagai modal maka akan dipertanyakan kembali tentang syarat menjadi agen haruskah memberikan modal atau jaminan. Dalam fiqh muamalah tentang

78 syirkah juga dalam fatwa DSN-MUI tentang syirkah, bahwa yang ada modal dan jaminan itu di dalam akad syirkah bukan wakalah. Wakalah tidak memberikan syarat atau ketentuan sebagaimana hal tersebut. 3. Akad yang digunakan dalam pelaksanaan sistem kemitraan tersebut yaitu Wakalah taswiq bil ujrah. Wakalah adalah suatu transaksi yang dilakukan seorang penerima kuasa dalam hal hibah, pinjaman, gadai, titipan, peminjaman, kerjasama, dan kerjasama dalam modal disandarkan kepeda kehendak pemberi kuasa. 77 Akad tersebut sebagai tanda keagenan atau perwakilan serta akan mendapatkan upah sesuai dengan usaha perwakilan yang digerakkan. Jika digunakan akad wakalah atau agen maka tidak diperlukan uang modal atau DP yang ditetapkan nilainya. Selanjutnya mengenai taswiq menurut hemat penulis yang dimaksud adalah tafwid sebab memiliki arti yakni penyerahan wewenang yakni setiap mitra memberi wewenang kepada rekannya yang berupa kebebasan untuk mengelola seluruh modal kerja sama, di PT. Arminareka Perdana mengelola usaha. 4. Upah yang diberikan kepada agen. Agen akan mendapatkan upah setelah agen mampu membawa orang lain untuk mendaftar dan bergabung bersama perusahaan atau menjadi jamaah. Upah yang diberikan telah ditentukan sebelumnya. Upah yang diberikan ini 77 Kompilasi Hukum Ekonomi Islam, Cet.I,(Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri CV, 2009),hlm.99

79 hampir seperti kerja sama syirkah yaitu bagi hasil. Jika bagi hasil maka akan diketahui pula oleh agen atau mitra berapa keuntungan berbisnis dalam perusahaan tersebut. Akan tetapi jika sebagai wakil maka tidak perlu mengetahui keuntungan dan tidak dipaksakan atau ditetapkan upah yang diberikan. Oleh sebab itu posisi komisi, upah atau disebut juga ujroh disini menunjukkan kepada akad wakalah. B. Analisis Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Hak Usaha Penyelenggara Perjalanan Umrah dan Haji Plus di Jl. Simpang 4C Semarang PT. Arminareka Perdana Dalam hubungan jual beli, tidak selamanya penjual dan pembeli bertemu dalam satu majlis. Untuk memudahkan dan memperlancar penjualannya, penjual biasanya menggunakan jasa pihak ketiga atau yang biasa disebut sebagai mitra atau perantara. Dilihat cara kerjanya perantara memiliki dua fungsi: pertama, perantara berfungsi sebagai penghubung, yang dalam hal ini perantara bertugas mencari atau menghubungkan pembeli untuk dipertemukan kepada pihak penjual. Tugasnya hanya sebatas penghubung tidak turut campur dalam menentukan harga sehingga transaksi murni antara pembeli dan penjual dan perantara mendapat komisi. Kedua, fungsi perantara sebagai penjual. Pemilik barang memberikan kepercayaan kepada perantara sehingga perantara berkuasa. Hubungan tersebut di atas merupakan kerja sama dalam bidang usaha. Kerja sama tersebut sebagaimana yang dilakukan dalam sistem kemitraan Arminareka Perdana, dimana pihak perantara adalah agen atau

80 perwakilan. Dalam hal ini kerja sama ini dapat pula dikatakan sebagai bentuk tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, sesuai dengan firman Allah dalam Qs. Al- Maidah : 2 &!"#$% )* (" )* '( /- %,-% ) Artinnya Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-nya (QS. Al-Maidah: 2) 78 Untuk menghindari kerugian dan penipuan yang akan dipikul oleh pihak perantara dan terhadap resiko barang dagangan serta menjauhkan cacat hukum, maka dalam hukum Islam sebelum terjadi proses perantaraan ataupun perwakilan harus ada syarat-syarat yang harus diindahkan: 79 1) Barang yang dijual haruslah jelas dan bukan termasuk barang yang diharamkan. Maka haram menjadi perantara penjualan barang yang diharamkan, seperti khamar, narkotika dan babi. 2) Pelaku atau perantara hendaklah orang yang amanah dan tidak melakukan penipuan. Sejalan dengan firman Allah SWT: 567- )* 01,234, <='>?2 9:; 'BC9 EF @;#:A 5J; "A I!G-H4BF & Q@;R-S: OPL N KCL4M0-: 78 DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahnya Al Hikmah,Cet.10(Bandung: Diponegoro, 2010, ), hlm. 106. 79 Safiudin Shidik, Hukum Islam tentang berbagai persoalan kontemporer, Cet. I(Jakarta Timur: PT.Intimedia Cipta Nusantara, 2004), hlm. 363-365.

81 & Q@;UV'WA <=T Q@;F " X )* (" ^_`! Y [-\] Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(qs. An-Nisa : 29) 80 3) Adanya akad (perjanjian) Berdasarkan firman Allah SWT: 567- )* 01,234,? A <9:; @; $3=-\aA & -['F : f 4 Te M [ cd jk- QL i Q@;g=h &]= T, (" iol\ Q@TA -%[m ^q! %,jl, :@;p)* Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. (Qs. Al-Maidah: 1) 81 4) Imbalan jasa bagi perantara harus disepakati terlebih dahulu. Dan kesepakatan itu harus dipenuhi jika jual beli telah terlaksana. Hal ini dilakukan oleh pemilik barang atau jasa dengan perantara atau perwakilannya. Dengan tujuan supaya ada ikatan yang jelas antara kedua belah pihak. 80 DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahnya Al Hikmah,Cet.10(Bandung: Diponegoro, 2010, ), hlm. 83. 81 DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahnya Al Hikmah,Cet.10(Bandung: Diponegoro, 2010, ), hlm. 106.

82 Adapun menurut hemat penulis dalam sistem kemitraan umrah dan haji plus atas hak usaha yang diterapkan PT. Arminareka Perdana ada beberapa kesenjangan antara teori dan praktiknya. Penulis dalam BAB II memilih menggunakan landasan teori musyarakah disebabkan karena pada praktik pelaksanaan sistem kemitraan hak usaha yang dijalankan PT. Arminareka Perdana memiliki beberapa poin yang menjadikan alasan penulis menilai bahwa kerjasama tersebut adalah antara wakalah dan musyarakah: 1. Dilihat tujuan pembayaran DP yang dibayarkan oleh calon jamaah. Apakah pembayaran tersebut untuk jasa pemesanan tiket kursi (haji atau umroh) atau voucher. Jika setelah terjadi transaksi pembayaran masih ada hubungan silaturrahmi antar kedua belah pihak untuk menarik calon jamaah lain, maka dapat dijelaskan jika tujuan awal pembayaran DP itu untuk pemesanan tiket kursi, maka kedua belah pihak itu akan terikat akad wakalah karena tidak ada modal yang disertakan dalam hubungan tersebut. Tapi jika pembayaran itu untuk penyertaan modal yang dijadikan sebagai tanda mitra, maka kedua belah pihak akan terikat akad syirkah, karena tujuan pembayaran itu menjadi modal awal bagi calon jamaah untuk usaha. 2. Mengenai syarat mutlak menjadi wakil atau agen adalah setelah calon mitra atau jamaah membayar DP sebesar yang ditentukan nilainya. Seperti keterangan pertama di atas, maka

83 penulis menilai bahwa DP yang dibayarkan pada dasarnya adalah penyertaan modal karena DP tersebut tidak hilang dan tidak hangus sehingga menjadi semacam jaminan menjadi wakil. Padahal dalam konsep wakalah tidak ada modal yang disertakan dan jaminan yang ditangguhkan. Jika penilaian itu adalah modal, jaminan maka hubungan tersebut masuk dalam hubungan kemitraan (musyarokah) sebagaimana ketentuan fatwa Musyarakah. 3. Kemudian mengenai keuntungan atau laba. Jika pada sistem kemitraan tersebut terjalin kerjasama dengan akadnya musyarakah maka laba dan keuntungan akan transparan ditanggung bersama-sama sebagaimana dalam Bab II bahwa syarat dan prinsip syirkah untung dan rugi disesuaikan dengan jumlah harta yang dikongsikan, namun berbeda disini laba dan keuntungan antara agen atau perwakilan tidak mengetahui atau diketahui sepihak yaitu oleh perusahaan. Namun, apabila wakalah yang mengacu pada profit atau mu awadah maka boleh saja dan upah ditentukan perusahaan. Apabila itu ujroh maka syarat ujroh itu para ulama telah menetapkan yakni: 82 a. Berupa harta tetap yang diketahui b. Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah, seperti upah menyewa rumah untuk ditempati dengan 82 Opcit, Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.129.

84 menempati rumah tersebut. Akan tetapi dalam hal ini upah adalah komisi sesuai dengan kesanggupan dalam mencari jamaah. Jadi, kesimpulan penulis bahwa dalam akad atau perjanjian yang ada pada Sistem kemitraan dengan model agen memiliki tiga poin yang dapat penulis simpulkan, yaitu : Pertama, pelaksanaan kemitraan di PT. Arminareka Perdana merupakan akad musyarakah karena terdapat penyerahan wewenang atau tafwidh dari mufawwadhah, dapat dikatakan pada kerjasama musyarakah yakni syirkah wujuh, ini dihimpun bukan modal dalam bentuk uang atau skill, melainkan dalam bentuk tanggung jawab dan tidak sama sekali (keahlian pekerjaan) atau modal uang namun pada akhirnya keuntungan dan laba tidak diadakan hanya sepihak yang mengetahui. Hal ini terlihat dalam sistem perwakilan sebagaimana BAB III di atas bahwasanya dalam sistem perwakilan terlihat jelas seakan-akan uang DP digunakan sebagai penyertaan modal. Namun terdapat syarat yang tidak terpenuhi didalamnya yakni mengenai keuntungan yang tidak diketahui kedua belah pihak antar mitra dan adanya pembagian bagi hasil yang ditetapkan nominal bukan prosentasi sehingga akad tersebut fasid (rusak). Kedua, pelaksanaan kemitraan yang ada di PT.Arminareka Perdana disebut dengan akad wakalah bil ujroh dikarenakan dengan adanya pemberian upah kepada wakil disebabkan telah menggantikan perusahaan

85 dan untuk memasarkan produknya. Akan tetapi karena dalam kemitraan usaha ini juga menyertakan modal terlebih dahulu yakni dengan membebankan uang muka diganti dengan voucher sehingga semacam jaminan atau potongan. Ketiga, menurut hemat penulis dalam hal pelaksanaan kemitraan hak usaha penyelenggara perjalanan umrah dan haji plus di PT. Arminareka perdana dengan mengambil sample perwakilan di samping DP mall semarang ini tidaklah tergolong akad syirkah dan wakalah seutuhnya sebab didalam keduanya terdapat syarat yang belum sempurna terpenuhi. Penulis melihat perusahaan mencoba untuk mengkombinasikan kedua akad tersebut sebagai salah satu konsep dalam memasarkan atau untuk menjalankan usaha secara Islami. Namun pada dasarnya dalam akad syirkah terdapat wakalah, dimana wakalah atau wakil dalam syirkah adalah wakil dari mitra untuk modal dan kerja.