BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar
|
|
- Harjanti Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proposional. Dalam Islam negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dan ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun dari negara lain. Negara juga berkewajiban memberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak. 1 Penglolaan suatu negara, tidak lepas dari segala aktifitas perekonomian transaksi yang dilakukan didalamnya, oleh karena itu sebagai tolak ukur kegiatan dan perkembangan perekonomian dalam suatu negara, maka di butuhkanlah alat tukar satu sama lain, yaitu berupa uang. Secara umum uang dalam Islam adalah alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai barang dan jasa untuk memperlancar transaksi perekonomian. Uang bukan merupakan komiditi. Oleh karena itu, motif memegang uang dalam Islam adalah untuk transaksi dan berjaga-jaga saja, dan bukan untuk spekulasi. 2 2, h Mustafa Edwin Nasution, Ekonomi Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2006),hal 27 2 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), cet ke- 1
2 2 Dari sini, segala bentuk transaksi selalu menggunakan uang. Misalnya melakukan suatu perikatan antara satu dengan lain dalam bidang perekonomian, maka uang merupakan suatu nilai yang mengukur suatu ikatan atau akad tersebut untuk pengelolaannya agar dapat terlihat segala bentuk keuntungan dan kerugiannya. Penggabungan dua akad atau lebih menjadi satu akad dalam fiqih kontemporer disebut al uqud al- murakkabah (akad rangkap/multiakad). Akad rangkap adalah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih, misalnya akad jual-beli dengan ijarah, akad jual beli dengan hibah, akad jual beli dengan gadai dst sedemikian sehingga semua akibat hukum dari akad-akad gabungan itu, serta semua hak dan kewajiban yang di timbulkannya, dianggap satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan, yang sama kedudukannya dengan akibat-akibat hukum dari satu akad. Dan di sini penulis mengambil contoh kasus perubahan akad gadai menjadi akad jual beli. Kata aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Jika dikatakan aqada al-habla maka itu menggabungkan antara dua ujung tali lalu mengikatnya, kemudian makna ini berpindah dari hal yang bersifat hissi (indra) kepada ikatan yang tidak tampak antara dua ucapan dari kedua belah pihak yang sedang berdialog. Dari sinilah kemudian makna akad diterjemahkan secara bahasa sebagai : Menghubungkan antara dua perkataan, masuk juga di dalamnya janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya. Demikian juga halnya dengan janji sebagai perekat hubungan antara kedua belah pihak yang berjanji dan menguatkannya.
3 3 Akad dalam terminologi ahli bahasa mencakup makna ikatan, pengokohan dan penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak. Makna secara bahasa ini sangat sesuai sekali dengan apa yang dikatakan oleh kalangan ulama fiqih yang menyebutkan bahwa akad adalah setiap ucapan yang keluar sebagai penjelas dari dua keinginan yang ada kecocokan, sebagai mana mereka juga menyebutkan arti akad sebagai setiap ucapan yang keluar yang menerangkan keinginan walaupun sendirian. 3 Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. (QS. Al-Maidah : 1) 4 Aqad (perjanjian) mencakup: janji pra setia hamba kepada Allah dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. Dalam istilah Fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai Abdul Aziz, Fiqih Muamalat, ( Jakarta, Amzah, 2010),h 15 4 Kementrian Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012), h
4 4 Secara khusus akad berarti keterikatan antara ijab (pernyataan, penawaran atau pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu. 5 Setiap akad yang dipraktikan dalam kehidupan nyata akan mengalami perkembangan sesuai dengan kaidah al-insan madaniy bi thab i salah satu akad muamalah atau syariah yang dipraktikan dalam kehidupan nyata. Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah di sepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah diterapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua belah pihak yang terkait dalam kontrak ini tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad. Dalam masyarakat, apabila melakukan suatu transaksi dalam masalah perekonomian, misalnya transaksi hutang piutang, gadai, pinjam meminjam, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah perkonomian, kadangkala akad atau perjanjian di awal suka berubah ketika di perjalanan. Contoh misalnya penggadai menggadaikan kendaraan berupa mobil ke penerima gadai, walam waktu tertentu mobil tersebut atau barang gadaian itu telah rusak, kemudian si penggadai berniat akan melunasi hutangnya kepada si penerima gadai, tetapi setelah melihat kondisi barang gadaian tersebut tidak sempurna, 5 Ascarya, Akad h 35
5 5 sedangkan untuk memperbaikinya membutuhkan dana yang besar, maka pengadai meminta kepada si penerima gadai untuk membeli mobil tersebut. Kemudian di masyarakat juga terjadi apabila si penerima gadai tersebut menyukai barang gadaian dan kemudian sipenerima gadai menyukai barang tersebut. Setelah itu sipenerima gadai membeli barang gadaian itu kepada si penggadai. Dalam hal ini terjadi perubahan akad dari akad gadai ke akad jual beli. Perubahan akad gadai menjadi akad jual beli tersebut dikarenakan dalam waktu tertentu penggadai tidak dapat melunasi hutangnya sedangkan sipemegang gadai membutuhkan hutangnya untuk segera dilunasi. Untuk itu sipenggadai harus menjual barang gadaiannya agar dapat melunasi hutangnya yang diberikan oleh sipenerima gadai tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat memberi judul dalam penelitian ini yaitu: Tinjauan Hukum Islam Terhadap perubahan Akad Gadai ke akad Jual Beli (Studi di Desa Merak Sukamulya Tangerang Banten). B. Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat menentukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya perubahan akad gadai ke akad jual beli?
6 6 2. Bagaimana mekanisme masyarakat Desa Merak melakukan perubahan akad gadai ke akad jual beli? 3. Bagaimanakah pandangan Hukum Islam terhadap perubahan akad gadai ke akad jual beli? C. Tujuan Penelitian Sebagai langkah untuk mendapatkan tentang jawaban dari perumusan masalah, maka penulis mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya perubahan akad gadai ke akad jual beli. 2. Untuk mengetahui mekanisme masyarakat Desa Merak melakukan perubahan akad gadai ke akad jual beli. 3. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap terjadinya melakukan perubahan akad gadai ke akad jual beli. D. Manfaat Penelitian Dari apa yang telah dikemukakan di atas, yaitu kiranya dapat diambil beberapa manfaat yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain: 1. Memberikan wawasan pengetahuan tentang hutang piutang dengan menggunakan jaminan 2. Memahami segala peraktek kegatan muamalat di masyarakat Desa Merak
7 7 3. Memberikan wacana tentang hutang piutang yang sesuai dengan prinsip syari'ah E. Kerangka Pemikiran Sesungguhnya Islam mengakui kegiatan bermuamalah (hubungan sesama manusia) untuk memenuhi kebutuhan minimum yang mutlak diperlukan, yang pada dasarnya bersifat fisiologik. Kebutuhan-kebutuhan ini timbul dari kenyataan bahwa manusia tidaklah sanggup melengkapi dirinya sendiri. Ia memerlukan sandang pangan, dan rumah untuk hidupnya, dan ini harus diperoleh dengan cara berusaha. Minimum fisiologik sekedarnya ini tidak sama bagi tiap-tiap orang di semua negeri dan di segala zaman. Kebutuhan makanan minimum seseorang berbeda dengan orang lainnya. Karena perbedaan ini, orang dapat mengusahakan pinjaman untuk memenuhi keperluan pokok pribadinya. Tapi di zaman moderen ini ada kecenderungan bagi kebutuhan fisiologik yang dikalahkan oleh faktor-faktor fisiologik, seperti sikap imitatif dan dorongan menonjolkan diri yang menentukan kebutuhan fiosiologik kebanyakan manusia moderen dewasa ini. Islam tidak mengakui kredit konsumtif yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan buatan seperti itu. 6 Untuk itu dalam kegiatan bermuamalah tersebut, maka manusia melakukan suatu ikatan dalam pencapaian pemenuhan kebutuhannya, yakni melakukan suatu akad yang di sepakati untuk melakukan kegiatan muamalah, seperti jual beli, gadai, hutang piutang dan lain sebagainya. 6 Abdul Manna, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa,1997), h. 217
8 8 Aqad adalah bagian dari macam-macam tasharruf, yang dimaksud dengan tasharruf ialah segala yang keluar dari seorang manusia dengan kehendaknya dan syara menetapkan beberapa haknya.tasharruf terbagi dua, yaitu tasharruf fi li dan tasharruf qauli. Tasharruf fi li ialah usaha yang dilakukan manusia dengan tenaga dan badannya, selain lidah, misalnya memanfaatkan tanah yang tandus, menerima barang dalam jual beli, merusakkan benda orang lain. Tasharruf qauli ialah tasharruf yang keluar dari lidah manusia, tasharruf qauli terbagi menjadi dua aqdi dan bukan aqli. Yang di maksud tasharruf qauli aqdi ialah sesuatu yang dibentuk dari dua ucapan kedua belah pihak yang saling bertalian. 7 Dalam pelaksanaan akad yang terjadi di masyarakat, ada beberapa yang telah melakukan akad yang lebih dari satu akad, yaitu apabila dalam akad pertama melakukan akad gadai misalnya, kemudian di kemudian hari dikarenakan satu permasalahan, barang gadai tersebut dijual, maka dalam hal ini telah terjadi akad jual beli. Oleh karena itu, dalam perjanjian diawal berubah menjadi akad jual beli yang semula akadnya adalah gadai. Gadai secara terminologi adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan hutang agar hutang itu dilunasi (dikembalikan) atau dibayarkan harganya jika tidak dapat mengembalikannya. 8 Firman Allah swt: 7 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h Abdullah bin Muhammad dkk, Ensiklopedia Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2000), h. 174.
9 9... jika kalian dalam perjalanan (dan bermu amalah tidak secara tunai), sedang kalian tidak mendapati seorang penulis, hendaknya ada barang tanggungan yang dipegang. (Q.S Al-Baqarah : 283) 9 Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang lain dengan cara tertentu (akad). 10 Jual beli secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan saling menganti, dikatakan: Ba aasy-syaia jika dia mengeluarkannya dari hak miliknya, dan ba ahu jika dia membelinya dan memasukkannya kedalam hak miliknya, dan ini masuk dalam kategori nama-nama yang memiliki lawan kata jika disebut ia mengandung makna dan lawannya seperti perkataan al-qur y yang berarti haid dan suci. Demikian juga dengan perkataan syaraartinya mengambil dan syara yang berarti menjual Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... (QS. Al-Baqarah : 275) 12 Seyogyanya akad itu sesuatu yang disepakati ketika awal melakukan transaksi, kenyataannya di perjalanan akad tersebut berubah menjadi lebih dari satu akad. Seperti yang dilakukan beberapa di antara masyarakat Desa Merak Tangerang Banten. 9 Kementrian Agama RI, Al-Qur an h SulaimanRasjid, Fiqh Islam, (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 2011), cet. Ke 51, h Abdul Aziz Muhammad Azzam, FiqhMuamalat, (Jakarta :Azzam, 2010), h Kementrian Agama RI, Al-Qur an h.17
10 10 F. Metode Penelitian 1. Pengumpulan Data Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah dengan mengumpulkan data-data yang akurat yang berhubungan dengan masalah ini, sehingga keabsahan data tersebut dapat diukur untuk dijadikan analisa sesuai dengan perumusan masalah. a. Observasi Yaitu mendatangi lokasi penelitian di Desa Merak Kabupaten Tangerang untuk melihat bagaimana kondisi strruktural yang ada di daerahitu, kemudian juga mendatangi beberapa tempat yang dianggap terkait dengan penelitian yang akan diteliti. b. Interview Yaitu dengan menemui beberapa warga yang terkait dengan pokok-pokok permasalahan yang dianggap mewakili seluruh populasi yang ada dengan mewawancarai untuk menentukan perisi atau tingkat ketetapan yang ditentukan oleh perbedaaan hasil yang diperoleh dari sample dibandingkan hasil yang diperoleh dari catatan lengkap. c. Studi Kepustakaan Yaitu pengumpulan data dengan cara mengkaji sumber kepustakaan sebagai bahan yang berkaitan dengan teori maupun dengan data-data yang berkaitan dengan masyarakat Desa Merak Tangerang.
11 11 d. Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah di Desa Merak Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. 2. Pengolahan Data Setelah data-data yang didapatkan sudah terkumpul, selanjutnya penulis klarifikasikan menurut masalahnya masing-masing kemudian dianalisa secara kualitatif. 3. Teknik Penulisan Teknik penulisan berpedoman pada: a. Buku pedoman penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Sultan MaulanaHasanudin Banten, Tahun b. Penulisan ayat-ayat Al-Qur an dan terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia. c. Penulisan Hadits di ambil dari kitab aslinya, apabila sulit menemukan penulis mengambil dari buku-buku yang berkaitan dengan bahan skripsi. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab Kesatu, Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
12 12 Bab Kedua, Kondisi Objektif Desa Merak Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, yang meliputi: Kondisi Geografis Desa Merak Tangerang Banten, Kondisi Sosiografis Desa Merak Tangerang dan Kondisi Perekonomian Desa Merak Tangerang. Bab Ketiga, Tinjauan Pustaka Akad, yang meliputi: Pengertian Akad, Rukun dan Syarat Akad, Pengertian Gadai, Dasar Hukum Gadai, Rukun dan Syarat Gadai, Pengertian Jual Beli, Dasar Hukum Jual Beli, dan Rukun dan Syarat Jual Beli. Bab Keempat, Hukum Islam tentang transaksi yang lebih dari satu Akad, yang meliputi: Alasan apakah yang menyebabkan terjadinya transaksi lebih dari satu akadm, Mekanisme Masyarakat Desa Merak Tangerang Banten melakukan Transaksi yang lebih dari satu akad, dan Tinjauan Hukum Islam terhadap terjadinya transaksi lebih dari satu akad Bab Kelima, Penutup, yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.
BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling
Lebih terperinci18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.
RINGKASAN Manusia sebagai hamba Allah yang statusnya makhluk sosial, dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk memenuhi haknya diperlukan adanya suatu tatanan hukum yang mampu mengatur dan mengayomi hubungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku sepanjang zaman. Rasulullah saw diberi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sudah berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Namun demikian, tidak ada catatan yang pasti kapan awal mulanya
Lebih terperinciBAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual
BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA A. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas lebih mendalam tentang jual beli, terlebih dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sosial, sehingga di dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, sehingga masing-masing manusia saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam adalah merupakan agama yang paling sempurna, agama Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah saja, namun di dalamnya
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al
48 BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al Qardh Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu, Islam memberikan panduan yang dinamis terhadap semua aspek kehidupan termasuk sektor bisnis
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA A. Analisis Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Tanah Milik Anak yang Dilakukan
Lebih terperinciBAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI
22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman Allah SWT dalam al-qur an Surat
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DISKON PEMBELIAN BARANG DALAM TRANSAKSI MURA>BAH}AH DI BMT MANDIRI SEJAHTERA JL. RAYA SEKAPUK KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah nama bagi yang selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik transaksi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor
BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai Khalifah di muka bumi, diperintahkan untuk berlaku adil sebagimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai Khalifah di muka bumi, diperintahkan untuk berlaku adil sebagimana Allah SWT telah berbuat adil kepada hambanya, pada saat manusia memaknai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Batu Bata yang Terjadi di Kampung Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan pemaparan terkait Pembayaran Hutang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah meletakkan kaidah-kaidah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia, baik dalam ibadah maupun muamalat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan berupa pembiayaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Praktek Arisan Tembak Pada umumnya arisan yang diketahui oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Hutang Piutang Dan Hibah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO
59 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO A. Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada Simpanan Serbaguna di BMT Bismillah Sukorejo 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP KONTRAK CICILAN GADGET OLEH PEKERJA DI PERUSAHAAN GOJEK SURABAYA Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada bab sebelumnya, maka analisis yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
Lebih terperinciBAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MINDRINGAN DI DESA BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP Dalam kehidupan masyarakat, jual beli yang sering digunakan adalah jual beli yang sifatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan mu amalah ialah Ijarah. Menurut bahasa, Ijarah berarti upah atau ganti atau imbalan. Karena itu lafaz Ijarah mempunyai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO
BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO A. Analisis Perubahan Harga dalam Jual Beli Cabe dengan Sistem
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng Surabaya Wadi< ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi terhadap sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, diwajibkan antara satu sama lain
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA
59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mu amalah. Maua malah adalah kegiatan yang mengatur hal-hal yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan dinamis, ajaranislam mencakup semua persoalan baik yang menyangkut ibadah maupun mu amalah. Maua malah adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA
54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka
1 IBNU KHOLDUN (10220052) PENDAPAT TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG PIUTANG PANENAN KOPI (Studi Kasus Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Pada akhir-akhir ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau bertambah yang relatif sangat tinggi. Seperti kebutuhan akan kendaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang kebutuhan akan hidup selalu mengalami kemajuan atau bertambah yang relatif sangat tinggi. Seperti kebutuhan akan kendaraan bermotor yang cukup berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari perilaku manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi orang Islam, Al-Qur an merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi Kasus di Perwakilan Jl. Simpang 4C Samping DP Mall Semarang PT.Arminareka Perdana) A. Analisis
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI
60 BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH BEN IMAN LAMONGAN A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG KECAMATAN SUNGAI KANAN KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Islam merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah memberikan pedoman bagi umat manusia agar selamat baik di dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO
BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO A. Analisa Hukum Islam Terhadap Akad Jasa Iklan Perseroan Terbatas Radio Swara Ponorogo Dalam bisnis jasa periklanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan beraneka ragam dan kebutuhan itu selalu meningkat, sedang kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu
Lebih terperinciBAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N
BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang beraneka ragam kebutuhannya. misalnya: makan, minum, sandang dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang beraneka ragam kebutuhannya misalnya: makan, minum, sandang dan sebagainya. Sedangkan dalam memenuhi kebutuhannya itu manusia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor Muamalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan duniawi, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang, seperti
Lebih terperinci1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang
59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN IJA>RAH SALE AND LEASE BACK PADA OBLIGASI SYARIAH NEGARA RITEL DI BANK MANDIRI SYARIAH CABANG SURABAYA 1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam transaksi bisnis modern tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dalam transaksi bisnis modern tidak terlepas dari perkembangan teknologi bahkan seiring dengan perkembangan teknologi itu ternyata mampu mendorong semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Saat ini perbankan syariah telah memasuki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP APLIKASI PEMBIAYAAN PLAY STATION DENGAN SISTEM MURA<BAH}AH
BAB IV ANALISIS TERHADAP APLIKASI PEMBIAYAAN PLAY STATION DENGAN SISTEM MURA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)
Lebih terperincisecara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN UANG MUKA DALAM PRODUK CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI GRESIK A. Analisa Pembayaran Uang Muka dalam Produk Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri Gresik Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin maju, lapangan kerja semakin dibutuhkan, dan alat transportasi sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, zaman yang semakin berkembang dan perekonomian semakin maju, lapangan kerja semakin dibutuhkan, dan alat transportasi sekarang ini semakin
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum, diantara hukum yang diatur Islam adalah manusia dengan manusia yang disebut dengan muamalah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal sejarah manusia,orang-orang bekerja keras dalam kehidupan untuk memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah berikan bagi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan ekonomi merupakan persoalan paling penting bagi setiap individu, karena ekonomi merupakan sarana untuk mempertahankan dan mengembangkan peradaban manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (amaliah) yang diperoleh melalui dalil-dalil yang terperinci. 1. Muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah SWT untuk mengatur
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fiqh adalah ilmu tentang hukum syara tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh melalui dalil-dalil yang terperinci. 1 Sedangkan Muamalah merupakan aturan-aturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan. Karena, setiap orang tidak memiliki segala yang diperlukan dan mandiri sepenuhnya. Tetapi, orang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lain dan mengabstraksikan ciri-ciri yang sama dari objek-objek tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi karakteristik keintelekannya. Hal ini jelas ditunjukkan dengan perbedaan pokok antara manusia dan binatang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis terhadap Praktik Kerjasama Budidaya Lele
Lebih terperinciBAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur
Lebih terperinciMUD{A<RABAH DAN DI BPRS JABAL NUR SURABAYA
BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK NASABAH TABUNGAN MUD{A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Suku Cadang Motor Honda
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA A. Analisis Transaksi Derivatif Syariah Perdagangan Berjangka dan Komoditi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,
BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masih banyak terdapat anggapan bahwa islam menghambat kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat pembangunan. Pandangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA
51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa
Lebih terperinciBy. Rikza Maulan Lc., M.Ag
By. Rikza Maulan Lc., M.Ag ISLAM AQIDAH SYARIAH IBADAH AKHLAK MUAMALAH POLITIK EKONOMI SOSIAL DLL FIQH Fiqh sering digunakan untuk menunjukkan ilmu fiqh. Dan Fiqh lebih mendalam serta lebih spesifik dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG Pengembangan Bisnis Melalui Model Waralaba Syari ah di Laundry Polaris Semarang Di dalam konteks fiqh klasik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil `alamin, pada dasarnya membuka peluang kepada siapapun untuk mengembangkan usaha di bidang perekonomian, lebih lagi menyangkut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli
Lebih terperincikarena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 29/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam
Lebih terperinciElis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Secara bahasa Rahn berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari. Secara teknis menahan salah
Lebih terperinciBAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk
BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Syariah, sebagai sebuah positioning baru yang mengasosiasikan kita kepada suatu sistem pengelolaan ekonomi dan bisnis secara islami. Perkembangan ekonomi syariah baik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai the way of life merupakan ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh
Lebih terperinci