BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi peseta didik. Peserta

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan usaha memperoleh perubahan tingkah laku, ini mengandung makna ciri proses belajar adalah perubahan- perubahan tingkah laku dalam diri individu. Menurut Sardiman (2009:25), dalam pencapaian tujuan belajar perlu adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Proses pembelajaran adalah proses membantu peserta belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam paradigma baru penan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk mengubah perilaku peserta, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada mempelajari cara belajar (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metode pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme, ( Koswara dan Halimah, 2008:74). Belajar yang menyenangkan tentu akan membuat peserta tertarik dan tidak akan membuat mereka jenuh. Setiap pen tentunya mengharapkan peserta nya mencapai hasil belajar yang optimal, dan hal tersebut hanya akan didapatkan apabila peserta mempunyai ketertarikan pada apa yang kita ajarkan. Selanjutnya Sanjaya (2010:107) mengemukakan bahwa belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Proses penan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi materi Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan peserta untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (Self regulated). Dengan demikian pembelajaran hendaknya melatih peserta mengembangkan kemampuan berpikir (thinking skills). Dengan kemampuan berpikir ini, peserta dapat hidup mandiri, mereka mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dari fenomena-fenomena di sekitar mereka (Yamin, 2011:6). Proses belajar peserta dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, seperti yang diungkapkan oleh Djamarah (2011: 131); Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar anak, yang tidak kalah penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti luas, kognitif (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Tujuan penan menurut Bloom (1956) meliputi Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Affective Domain (Ranah Afektif) dan Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana, 2012:23). Pada ranah kognitif peserta memiliki cara tersendiri dalam menginterprestasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurut Piaget (Ormrod:2009) setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut dengan Schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3 Pemahaman objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran dan akomodasi yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek. Jika kedua proses tersebut berlangsung terus menerus maka akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru seimbang. Demi mencapai kualitas penan yang baik diperlukan strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan penguasaan kognitif peserta. Kognitif merupakan salah satu satu aspek penting dari perkembangan peserta yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran (Desmita, 2012:96). Keberhasilan dalam pembelajaran tentunya didukung oleh berbagai faktor, diantaranya: 1. Tujuan 2. Guru 3. Peserta 4. Sarana dan Prasarana 5. Kegiatan Pembelajaran 6. Lingkungan 7. Bahan dan alat evaluasi Noehi Nasution (Djamarah, 2011:175) memandang belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang terlibat langsung di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching process, output, environmental input, dan instrumental input. Guru merupakan salah satu yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru hendaknya menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran dalam setiap pembelajaran yang dapat memudahkan peserta memahami materi yang Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4 diajarkan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan variasi pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila peserta juga terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Pada kenyataannya, masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang bermakna, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Sementara itu, agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, Desmita (2012:96) mengungkapkan bahwa: Guru sebagai tenaga kepenan yang bertanggungjawab melaksanakan interaksi edukatif di dalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta nya. Dengan bekal pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan layanan penan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta yang dihadapinya. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa peran guru sangatlah besar dalam proses penan, seorang guru harus memiliki pemahaman tentang perkembangan kognitif peserta nya, sehingga dapat memberikan layanan yang terbaik bagi peserta nya. Salah satu tantangan besar yang dihadapi guru saat ini yakni bagaimana membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir (thinking skill), melangkah dari pengalaman konkret ke berpikir abstrak yang dapat menghasilkan loncatan intuitif melalui sebuah desain pembelajaran aktif ( Koswara dan Halimah, 2008:87). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Cakupannya begitu luas yang Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5 meliputi sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Banyaknya bahan kajian yang termasuk dalam lingkup pengetahuan sosial ternyata telah membawa pelajaran ini menjadi pelajaran yang menyulitkan. Untuk jenjang SMP/MTs, pengorganisasian materi pelajaran IPS menggunakan pendekatan korelasi (correlated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu secara terbatas kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata (factual/real). Melalui pembelajaran IPS peserta diarahkan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Sapriya, 2012:43). Ada kecenderungan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menekankan pada hafalan dan verbalisme, sehingga peserta kurang begitu memahami materi yang diberikan. Keadaan ini akhirnnya berdampak pada hasil belajar yang diperoleh. Kecenderungan guru menggunakan metode ceramah membuat peserta tidak terlihat aktif dalam pembelajaran IPS. Metode ceramah dan tanya jawab ini merupakan metode yang biasa digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, bertanya, latihan, dan memberikan tugas. Guru kurang membuat variasi metode pembelajaran yang dilakukan berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkannya. Guru lebih berorientasi menuntaskan materi pelajaran yang terlalu banyak berdasarkan buku pelajaran yang sudah ditentukan. diungkapkan oleh Al Muchtar (2008:186) bahwa: Seperti Kelemahan pembelajaran dalam penan IPS adalah terbatasnya aktivitas belajar dari peserta dan sangat dominannya guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seperti ini menimbulkan kebosanan dan dan kelelahan pikiran, sementara itu keterampilan yang diperoleh hanyalah sebatas pengumpulan fakta-fakta dan pengetahuan abstrak Peserta sebatas menghapal tanpa dihadapkan kepada masalah untuk lebih banyak bepikir dan bertindak. Pemahamannya menjadi dangkal sehingga tidak dapat mengetahui pengetahuan lainnya yang justru dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan tujuan, Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

6 karakteristik materi yang diajarkan, kemampuan peserta dan sumber belajar yang tersedia. Peserta seharusnya diberi kesempatan untuk menggali pemahaman, mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan (terhadap peserta kelas VIII SMPN 4 Cianjur tahun pelajaran 2012/2013), proses pembelajaran cenderung didominasi oleh guru, sedangkan peserta lebih berperan sebagai pendengar atau pencatat yang baik. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa peserta, metode ceramah merupakan metode yang biasa atau sering digunakan dalam pembelajaran IPS. Peserta sering diposisikan sebagai objek yang tidak mengetahui apapun dan hanya menunggu dan menyerap apa yang diberikan oleh guru. Sebagai hasil peserta hanya memperoleh informasi dan kemudian menghafalnya. Melihat kenyataan yang ada pembelajaran belum membelajarkan peserta memiliki kemampuan berpikir untuk menyadari apa yang telah dipelajari dan memberdayakan siswa untuk berpikir kreatif. Peserta tidak diberi kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan berpikirnya. Dari hasil observasi awal ini juga diperoleh data hasil Ulangan Akhir Semester I tahun pelajaran 2011/2012 dengan nilai rata-rata sebesar 62,37. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Data Hasil Ulangan Akhir Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 Kelas Jumlah Peserta Didik Jumlah Nilai Rata-rata VII 227 14127 62,23 VIII 257 15735 61,23 IX 270 17165 63,57 Jumlah 754 47027 62,37 (Sumber: TU SMP Negeri 4 Cianjur) Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7 Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut kurikulum, yakni sebesar 70 dapat dikatakan bahwa nilai IPS tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru di mana peserta peserta tidak dapat mengoptimalkan kemampuan berpikirnya, berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang berorientasi pada pembangunan kemampuan berpikir dan penguasaan kognitif dapat menjadi alternatif untuk perbaikan dalam proses pembelajaran IPS. Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang di dapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi. Alternatif model pembelajaran IPS yang inovatif yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran keterampilan berfikir (thinking skills) yang terbagi menjadi dua model, yaitu keterampilan berfikir kritis (Critical thinking skill) dan ketrampilan berfikir kreatif (Creative thinking skill). Kedua model pembelajaran ini membantu siswa berlatih berfikir dan memecahkan masalah pribadi maupun kemasyarakatan. Implementasi model pembelajaran ini adalah dengan metode pembelajaran problem solving. Menurut Wilkins ( Sapriya, 2012 : 140) ada enam langkah model pembelajaran problem solving yang juga digunakan dalam model pembelajaran individual (Individual Instruction) yaitu: a.mendefinisikan dan mengklasifikasi masalah b.mencari alternatif solusi c.menguji alternatif solusi d.memilih solusi e.bertindak sesuai dengan pilihan solusi Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

8 f.tindak lanjut (Follow up) Selain model pembelajaran keterampilan berpikir, pembelajaran kooperatif dapat juga dijadikan alternatif model pembelajaran IPS. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu serta memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk terlibat dalam proses berpikir dan kegiatan belajar (Trianto, 2007:41). Dengan pembelajaran kooperatif peserta diberi kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama serta saling membantu. Pada dasarnya menurut Wena (2011:52), tujuan pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan peserta yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah. Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang peserta berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui metode problem solving diharapkan peserta lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta. Selanjutnya penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2010:216) bertujuan agar peserta mampu berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian yang dilakukan Tin Rustini (2008:3) menyimpulkan bahwa problem solving sebagai suatu strategi yang sangat efektif dalam mengembangkan siswa untuk berpikir secara ilmiah dan mengembangkan daya nalar mereka dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan, penerapan Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

9 problem solving melalui pembelajaran IPS mampu melatih peserta mengembangkan kemampuan berpikir reflektif, kritis dan kreatif. Dengan demikian metoda problem solving dapat dijadikan alternatif bagi proses belajar yang bermakna, seperti yang diungkapkan oleh Al Muchtar (2008:194) yaitu: Beberapa alasan mengapa pendekatan belajar berbasis masalah menjadi pilihan bagi proses belajar bermakna, yaitu bahwa belajar berbasis masalah memberikan keuntungan dan manfaat bagi peserta untuk menumbuhkan keterampilan berpikir yaitu mengembangkan sisi kognitif peserta agar mereka mampu membangun konsep-konsep yang bermakna melalui pengumpulan fakta-fakta. Mereka belajar dengan sejumlah masalah dan berhadapan dengan situasi tertentu yang bersifat kontekstual. Mereka juga belajar secara berkelompok, membangun keharmonisan dalam perbedaan dari setiap anggota yang dinamis, dan melakukan pengamatan atau investigasi sistematis. Untuk itu perlu kiranya dilakukan penelitian eksperimen kuasi mengenai pengaruh penggunaan metode problem solving terhadap kemampuan kognitif peserta. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan dalam kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran di kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol atas pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test)? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran di kelas yang menggunakan metode pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen atas pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test)? Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

10 3. Apakah peningkatan dalam kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol atas pengukuran akhir (Post-test)? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui adanya perbedaan dalam kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol atas pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test). 2. Untuk mengetahui adanya perbedaan dalam kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen atas pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test). 3. Untuk mengetahui peningkatan dalam kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan kognitif peserta yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol atas pengukuran akhir (Post-test). D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis: Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

11 Untuk mengembangkan khasanah keilmuan dan penerapan pembelajaran inovatif, khususnya penggunaan metode problem solving dengan langkahlangkah yang dikemukakan oleh Dewey dalam pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta. 2) Manfaat Praktis: a. Bagi peserta, memberikan suasana pembelajaran yang menarik, pengalaman baru dalam belajar, sehingga diharapkan memperoleh peningkatan dalam kemampuan kognitif. b. Bagi para guru IPS, yaitu untuk dapat menerapkan model pembelajaran inovatif dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau informasi yang berguna dalam usaha menggali potensi peserta. d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi kajian lebih lanjut bagaimana menemukan metode pembelajaran lain yang tepat dalam proses pembelajaran serta meneliti lebih lanjut terhadap kemampuan afektif dan psikomotor. E. Struktur Organisasi Tesis Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Latar belakang penelitian membahas mengenai alasan perlu ditelitinya masalah dalam tesis ini dan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut baik secara teoritis maupun empiris. Identifikasi dan perumusan masalah berisi mengenai rumusan dan analisis masalah berdasarkan paparan yang terdapat dalam latar belakang penelitian. Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilaksanakan sesuai dengan paparan yang terdapat pada identifikasi dan perumusan masalah. Selanjutnya manfaat penelitian merupakan Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

12 uraian manfaat yang ingin diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan. Terakhir struktur organisasi tesis memaparkan rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagiannya mulai dari bab I sampai bab V. Bab II terdiri terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka secara garis besar merupakan kajian teoritik yang menjelaskan mengenai kemampuan kognitif, yang meliputi pengertian kognitif, tahap-tahap perkembangan kognitif, faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, ciri kemampuan kognitif dan domain kognitif, selanjutnya menjelaskan metode pembelajaran problem solving yang meliputi pengertian, langkah-langkah keunggulan dan kelemahan problem solving dan pembelajaran IPS yang meliputi pengertian penan IPS, tujuan IPS serta kajian penelitian terdahulu. Dalam bab ini diuraikan juga mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Bab III berisi metode penelitian yang meliputi metode yang digunakan, desain penelitian, populasi dan sampel, definisi konsep variabel, prosedur dan alur penelitian, skenario penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas tes, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini menyajikan penafsiran dan pamaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Kesimpulan berhubungan dengan rumusan masalah yang dipaparkan dalam bab I. Rekomendasi ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti selanjutnya. Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 13

Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 14

Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 15

Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 16

Universitas Penan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1